Ia melihat kemungkinan
otak dan tangan
siap bekerja
Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar
dan seorang pemuda tamat SLA
Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Aku bertanya:
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya akan membuat seseorang menjadi
asing di tengah kenyataan persoalannya?
Apakah gunanya pendidikan
bila hanya mendorong seseorang
menjadi layang-layang di ibukota
kikuk pulang ke daerahnya?
Apakah gunanya seseorang
belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran
atau apa saja
bila pada akhirnya
ketika ia pulang ke daerahnya lalu berkata
Di sini aku merasa asing dan sepiiiii!
Psst, udah tau belum kalau di Aplikasi belajar Ruangguru, ada fitur Drill Soal? Aplikasi ini
berisi kumpulan contoh soal latihan beserta pembahasannya, loh. Pas banget buat kamu
mempersiapkan ujian. Langsung aja cobain dengan klik banner di bawah ini!
—
[pembuka]
[satu]
[dua]
[tiga]
[empat]
[enam]
[penutup]
kemeja motif batik. rambut klimis. parfum murah. sepatu diusap sekenanya. pagi-pagi sekali
saya harus berangkat ke sekolah. mengejar waktu. menghajar sepi. mengajar anak-anak kami
yang kehilangan orang tua dalam profesi.
sekolah adalah lumbung ilmu. tapi lumbung ilmu belum tentu di sekolah.tahun-tahun pelik dan
memprihatinkan, anak-anak mulai bosan belajar.
anak-anak kini lebih mencintai langit, hutan serta sungai sebagai guru yang baik, penyayang dan
tentu saja tak suka marah-marah.
pada pelajaran matematika, anak-anak dipaksa menghafal rumus, lalu menghitung rapi kesedihan
demi kesedihan sampai umur bertaut uzur.
pada pelajaran bahasa Indonesia, anak-anak dipandu bermain-rangkai imaji dan metafor, lalu
mengarang puisi yang tak pernah bisa dipahami oleh guru, bahkan oleh diri mereka sendiri.
sekolah-madrasah menerbitkan rasa tabah:
bilik-bilik keramaian yang asing, lalu lalang ilmu pengetahuan yang sunyi dalam keberaturan.
tetapi, kata Negara, sekolah adalah pilar utama dalam kemajuan dan kehidupan berbangsa.
Sajak-Sajak Amelinda
/i/
ketika subuh
menjelma bait-bait
rindu
kita
dihampar garis waktu
yang masih bisu
tapi sama rata
sama rasa
/ii/
dan anak-anak
kucing berkejaran
di jalanan rindang
di depa kenangan
di hela jari-jari
kwatrinmu
dan aku
masih mencari sisa ceritamu
/iii/
di sela-sela jemuran
kersik-kersik teras
depan kamar
kresek-kresek hitam
bertebaran
menjadi bisik-bisik
suaramu yang
lekap dengan aroma siang
/iv/
duh, teman
turunkan segenap
suar yang kau bentangkan
di hadapannya
dan saat dia membuatmu
merana karena cinta,
katakan pada kita.
biar dia tahu rasanya
dilibas dengan kata-kata
/v/
kapan kita mengulang
fragmen hari ini dan
esok dan lusa dan
detik-detik berikutnya
dalam detak napasmu?
sebab kita tidak pernah
mengenal kemarin
/vi/
hanya ada
waktu
dan kamu
/vii/
aku mencintai hujan
dengan segenap
suara riuhnya
aku mencintai
pelangi
karena ada kita
di dalamnya
/viii/
sanggupkah kau
merindukan tiap
uap suaranya?
semagis sayap embun
di akhir pagi
sepurna jingga
di batas senja
Sajak Ibunda
Mengenangkan ibu
adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu
adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.
Mengingat ibu
aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu,
aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu,
aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
di lembar-lembar skripsi,
kucari-cari sisa wajah ibu.
Aku turut berjoget di jalanan kota tua, istriku. Turut larut dalam sihir angklung tegalan bersama
rombongan muda-mudi bahagia. Barangkali mereka dari Bojong, Sawangan, atau mungkin
pelancong Sumatera tersesat dan kehabisan sewa losmen.
Aku turut berjoget bersama mereka. Karena dalam joget aku lihat bagian sebenarnya dari kota
ini. Kota dimana patung-patung dipahat dari gamping gunung lalu dibenamkan dalam akuarium.
Kota dimana mataku ditundukkan tembakan laser dan jantungku dibuat remuk udara menggila.
Kota dengan orang-orang memasang lentera pada pantat mereka, melipat nasib dalam ponsel,
berdoa sekaligus mengumpat sebisanya agar jalur-jalur trem dibangun dengan segera.
Kupasang baju hangat, kuselempangkan sarung, dan aku turut berjoget di jalanan kota tua itu.
Aku jadi paham, bahwa revolusi turut dikumandangkan dalam dangdut koplo. Aku terus berjoget
sebab mereka juga terus berjoget. Bagian lain dari kota ini telah menemukan juru selamat
mereka: tukang gendang berkaki pincang, pemain angklung bermuka murung, serta biduanita
dengan dada tersumbul semenjana.
Dalam joget aku juga ingat kota kita. Serasa dihembus angin pedalaman itu pada punggungku,
serasa sampai debur ombak yang tertahan itu ke pangkal telingaku, dan serasa dipiuh-dipilin tali
jantungku pada retakan tungku batu. Dalam joget aku terus terbayang jauh ke seberang sana, ke
kota kita. Di sana, sebuah puisi akan terus tumbuh, akan terus bergemuruh.
Menjadi Kemacetan
Baca Juga: Perbedaan Buku Fiksi dan Non Fiksi dari Ciri, Struktur, serta Contoh
—
Buat kamu si pecinta belajar, lagi ada DISKON BESAR dari Brain Academy, loh!! Dengan
harga mulai 1jutaan plus cashback sampai Rp150 ribu, kamu sudah bisa mendapatkan fasilitas
yang super lengkap. Buruan daftar dengan klik banner di bawah!
Malam Lebaran
Di Atas Meja
Solipsistis
Baca Juga: Novel: Ciri, Struktur, Unsur, Jenis, Contoh, & Kebahasaannya
Orang-Orang Miskin
Catatan
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Penjahat Kemanusiaan
Ya, begitulah.
Kami selalu mencuci tangan sebelum makan
dan kami meletakkan serbet
di pangkuan kami.
Dengan kemuliaan yang sama pula
ketika kami memerintahkan para marsose
agar membantai orang-orang Maluku dan
orang-orang Java
yang mencoba mempertahankan
kedaulatan mereka!
Ya, kami adalah bangsa
yang tidak pernah lupa mencuci tangan.
Krawang Bekasi
Baca Juga: Teks Pidato: Pengertian, Struktur, Ciri, Metode, dan Contoh
Esoknya ia berlayar.
Di jukung itu anak-anak mengibarkan
bendera negeri yang belum mereka kenal.
“Lupa adalah…”
Mungkinkah ia sendiri
yang mengucapkannya di sel itu?
Pengayuh Rakit
sebab segala yang mendatanginya selalu pergi setelah beberapa puluh hari sambil duduk
mendekap lutut di tepian rakit, kepada air sungai yang penuh wajah matahari, pengayuh rakit
meratapi perannya di kelahiran kali ini yang baginya, serupa sepetak tanah yang hanya layak
ditanami sawi: tanah gembur dan berhumus di lapisan pertama, keras dan berbatu di lapis-lapis
lainnya.
tak ada tanaman tahunan yang dapat subur di tanah seperti itu. mereka hidup tapi hidup seperti
payung terkatup. pokok jati di belakang rumahnya semacam bukti: belasan tahun akar menjalar,
tubuh hanya mampu setinggi lembu, daun kalah lebar dengan daun telinga anak gajah, lingkar
batang lebih ramping daripada lingkar pinggang atlet renang. jati yang tumbuh terhambat kerap
membuatnya ingat pada pohon cita-cita yang sejak kecil tertanam di ladang dada: batang kerdil,
daun mungil, tiada buah meski sepentil.
sementara para sawi, di tanah itu, dengan panjang akar hanya beberapa senti mampu mencapai
puncak hidup dalam puluhan hari. daun-daun muda tengadah seperti tangan berdoa. daun-daun
tua rebah di tanah bagai petualang istirah. sayang, sebelum kembang-kembang sawi lahir,
hubungan tanah dan tumbuhan berakhir. sawi dicerabut. tanah melompong ditertawai kabut.
melompong serupa wajahnya saat segala yang mendatangi hanya singgah beberapa puluh hari,
lalu pergi: hewan atau manusia, malaikat atau hantu, bahagia atau pilu.
alih-alih menjemput penumpang di tepi sungai untuk diantar menyeberang pengayuh rakit terus-
menerus meratap buaya menyembul dengan mulut mangap
/I/
ibu bercerita tentang rentang impian anak-anak hujan berwajah jendela. di sisi kirinya tersemat
pusaka tanah rampasan perang yang didekap senandung gamelan. di sisi kanannya tercurah
kesuburan nan teduh untuk memikat kehidupan.
/II/
ibuku, kawan, memiliki gunung yang rampai menembus awan. di atasnya angkasa perkasa
menjadi penjaga tanpa cela. di bawahnya mengalir santun tetesan air dari mata nirwana. begitu
luruh. begitu gemuruh. rambut ibuku mengakar pada sebidang inseptisol, menjengkal setiap
kisah wanara yang dipenjara buku-buku tua.
/III/
ibuku menyibak tabir bisu dari senandung waktu. sedangkan ibumu melampaui jemari halaman
bukit kencana di lembah terjamah mezbah.
Penjelajah
Merapi–sebuah
saksi yang
dirambati jutaan
kenangan, dengan
sisa-sisa
ranting patah,
warna tanah,
dan udara pagi yang
lesap bersama
tubuh kita di
pinggir cangkir
kopi.
Kita–sepasang
mata kata yang
enggan terjalin,
namun selalu
berpilin. kata
yang saling
menebak,
merebakkan
deburan kuasa
atas takdir-Nya.
sampai Merapi
terpejam,
mengamini
kepergian kita
menuju tembaga
waktu, memeluk
telaga waktu.
Kuah Sup
Selalu, selalu kau mengabur lewat malam menuju ke mana senja pergi menghapus patung
patung.
Para Kekasih
aku mencintainya
dengan seluruh
tubuh yang meluruh
aku mencintaimu
dengan waktu
yang begitu
terbatas
Sudahkah kauajarkan kepadanya tentang wajah Kesedihan yang kelak datang kepadanya
setelah dia selesai menciptakan Bumi dan isinya?
Sirih dikunyah dari sebuah cerana setelah itu, seorang budak sigap
menadah ludah Tuhan yang menatap anaknya sambil memejam
dan meniup ubun-ubunyya tiga kali, sebuah nyawa sempurna dicampakkan.
Batara Guru telah pergi, dia mati untuk hidup kembali.
“Aku tak memahami semua ini, Tuhanku: aku melihat petir bersabung,
aku melihat budak-budak yang datang dari langit, aku melihat
semuanya, tetapi di mana diriku yang kukenali dulu?”
Doa
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu Mu aku bisa mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Derai-Derai Cemara
Baca Juga: 15 Contoh Cerpen Singkat Berbagai Tema yang Seru dan Menarik
1.
Di antara lembar-lembar buku itu ia temukan kerangka daun
yang sudah putih, kelopak-kelopak bunga — kering dan rapuh,
dan kupu-kupu mati yang segera jadi abu bila disentuh. Di
lembar-lembar berikut terselip jalan-jalan di kota berkanal
yang airnya hijau, kamar-kamar hotel murah setua debu, dan
bau mawar liar di jendela. Sesekali terdengar kepak sayap
dari merpati yang berebut jagung di piazza kota dan dingin
musim gugur yang tak pernah menyakitkan. Di lembar lain
terjepit tawa yang seringan bulu dari anak-anak yang berlari
menerbangkan layang-layang. Derum mobil tak tersimpan
di situ. Juga hujan yang membikin tanah jadi becek dan udara
berjamur.
2.
3.
4.
5.
Baca Juga: Pengertian Fabel dan Legenda Beserta Ciri dan Contohnya
Wih, kamu berasa abis baca buku kumpulan puisi nih! Gimana, mantap kann puisi-puisi dari
berbagai tema yang tadi udah kamu baca? Semoga abis ini kamu makin suka puisi dan makin
pengen nulis puisi buatan kamu sendiri, ya!
Eitss, tapii, kamu bisa mendapatkan materi lebih dalam lagi lho tentang Puisi dengan bergabung
di Brain Academy untuk belajar dengan para Master Teacher yang kece-kece dan keren-keren!
Referensi:
Anwar, Chairil. (2020) Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus. Yogyakarta: Narasi
Armand, Avianti. (2016) Buku Tentang Ruang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Budiman, Imam (2023) Salik Dakaik; Mencari Anak dalam Kitab Suci. Jakarta: Yayasan Wakaf
Darus-Sunnah
Damono, Sapardi Djoko (2016) Hujan Bulan Juni. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Immanuel, Adimas. (2017) karena cinta kuat seperti maut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mansyur, Aan M. (2016) Melihat Api Bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Mansyur, Aan M. (2016) Tidak Ada New York Hari Ini. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Marga, Inggit Putria (2020) Empedu Tanah. Jakarta: Gramedia PUstaka Utama
Neruda, Pablo (2017) Duapuluh Puisi Cinta & Satu Nyanyian Putus Asa. Yogyakarta: Indie
Book Corner
Oddang, Faisal (2017) Manurung; 13 Pertanyaan untuk 3 Nama. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Palogai, Ibe S. (2018) Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pinurbo, Joko (2017) Selamat Menunaikan Ibadah Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rendra, W.S. (2017) Orang-Orang Rangkasbitung. Yogyakarta: Diva Press & Mata Angin
Rendra, W.S. (2022) Potret Pembangunan dalam Puisi. Bandung: Pustaka Jaya
Rilke, Rainer Maria (2020) Surat-Surat Kepada Penyair Muda dan Sejumlah Sajak. Yogyakarta:
Penerbit Jual Buku Sastra
Seruni, Laras Sekar & Alim, Moh. Zahirul (2022) Merawat Kata. Bandung: Penerbit Ellunar
Thukul, Wiji (2017) Nyanyian Akar Rumput. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kembalikan Makna Pancasila [daring] Tautan:
https://id.wikisource.org/wiki/Kembalikan_Makna_Pancasila (Diakses 24 September 2023)
Sumber Gambar:
Artikel Terbaru
Pengertian & Daftar Mata Pelajaran Pendukung SNBP
Contoh Karya Ilmiah, Pengertian, Ciri, Jenis, & Cara Membuat
20 Contoh Teks Negosiasi Singkat beserta Strukturnya, Seru!
Pengertian Teks Negosiasi, Ciri, Struktur dan Kebahasaannya
12 Contoh Cerita Liburan Sekolah Singkat dan Menarik
Artikel Lainnya
Pengertian & Daftar Mata Pelajaran Pendukung SNBP
January 4, 2024 • 13 minutes read
Contoh Karya Ilmiah, Pengertian, Ciri, Jenis, & Cara
Membuat
• 10 minutes read
20 Contoh Teks Negosiasi Singkat beserta Strukturnya,
Seru!
January 3, 2024 • 23 minutes read