Anda di halaman 1dari 42

PEMANFAATAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENGATASI

KESULITAN MEMBACA BAGI SISWA KELAS 2 DI SD NEGERI


SUKAMAKMUR

RAMINAH
835175557

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PDGK4501.78)

PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UPBJJ-
UNIVERSITAS TERBUKA
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PGSD

1
LEMBAR PENGESAHAN

PEMANFAATAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENGATASI


KESULITAN MEMBACA BAGI SISWA KELAS 2 DI SD NEGERI
SUKAMAKMUR

Subulussalam, 14 November 2023

Supervisor 1
Mahasiswa

Mira Amelia Amri, M.Pd


Raminah
Nidn. 1016078601
Nim. 835175557

2
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Pemantapan


Kemampuan profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Pendidikan PGSD
Universitas Terbuka merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Laporan PKP yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Laporan PKP ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya
sandang dan sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Subulussalam,Juni 2023

Raminah NIM.835175557

3
PEMANFAATAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENGATASI
KESULITAN MEMBACA BAGI SISWA KELAS 2 DI SD NEGERI
SUKAMAKMUR

RAMINAH
835175557

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PDGK4501.78)

PROGRAM STUDI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN UPBJJ-UNIVERSITASTERBUKA PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR PGSD

4
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis telah menyelesaikan tugas
akhir perkuliahan yang merupakan beban study pada prodi PGSD dengan
pembuatan karya ilmiah ini dengan judul pemanfaatan media kartu huruf untuk
mengatasi kesulitan membaca bagi siswa kelas 2 di sd negeri sukamakmur
. Guna untuk memenuhi sebagian syarat-syarat dalam pengambilan gelar
sarjana.

Penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada orang tua dan


rekan yang banyak membantu dalam proses pembuatan karya ilmiah ini.
Terimakasih kepada ibu suvervisor dalam membantu penyelesaian kaarya ilmiah
ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini sangat banyak banyak


kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga
dapat bermanfaat dan bisa menjadi anugerah yang sangat bernilai kemudian hari
bagi pembaca.

Atas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penuliss,
penulis harapkan ridho allah semoga semua yang membantu diberikan kemudahan
dalam segala urusannya.

Akhirukalam

Subulussalam, 04 November 2023

Penulis

5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

Latar Belakang Masalah .....................................................................................

Rumusan Masalah ..............................................................................................

Tujuan Penulisan ................................................................................................

Manfaat Penulisan ..............................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................

Kesulitan Belajar ................................................................................................

Penelitian Sebelumnya .....................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................

Rancangan Penelitian .........................................................................................

Subjek dan Objek Penelitian .............................................................................

Subjek ................................................................................................................

Teknik pengumpulan data..................................................................................

Teknik analisis data ............................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………………….

BAB V PENUTUP ................................................................................................

Kesimpulan ........................................................................................................

SARAN ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu proses jangka panjang yang sudah menjadi
bagian tidak terpisahkan dalam kehiduoan manusia di dunia ini, Karena hanya
melalui pendidikan yang baik manusia mampu dan sanggup meraih dan neguasai
ilmu pengetahuan untuk bekal kehidupannya. Oleh sebab itu melalui proses
pendidikanlah manusia akan mengetahui tentang sesuatu yang belum diketahuinya.
Sebagaimana yang tercantum dalam UU. RI.No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa” Pendidikan adalah usaha
sadar dn terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan
negara”.1

Disekolah tempat peneliti mengajar ada siswa kelas 2 sd yang sangat


kesulitan dalam membaca sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hal demikian

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membantu siswa kelas 2 dalam kesulitan membaca?
2. Apakah pemberian kartu huruf mengatasi kesulitan siswa kelas 2 dalam
membaca?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Apa sajakah cara untuk membantu dalam membantu
siswa kelas 2 dalam kesulitan membaca
2. Untuk mengetahui Apakah pemberian kartu huruf dapat mengatasi
kesulitan siswa kelas 2 dalam membaca

7
3. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai
berikut.
1. Bagi Penulis. Kesempatan membuat karya tulis ilmiah ini dapat
mempertajam daya kritis dan nalar serta memperkuat kepekaan terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi setiap hari di sekitar kita. Di samping itu
untuk memenuhi kewajiban tugas mata kuliah karya tulis ilmiah.
2. Karya tulis ini diharapkan memberikan ilmu baru kepada guru kelas agar
mampu mengatasi dan memahasi siswa dalam kesulitan belajar.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di


lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Kesulitan belajar
pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education (USOE)
pada tahun 1977, yang mendefinisikan kesulitan belajar sebagai suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.

Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan


mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.
Batasan tersebut mencakup kondisikondisi seperti gangguan perseptual, luka pada
otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-
anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya
hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motoric, hambatan karena
tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan,
budaya, atau ekonomi.1

1 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan…, hlm. 6 9 Berlainan dengan USOE,


The National Join Committee for Learning Disabilities (NJCLD, mengartikan
kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan
dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan
mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan
dalam bidang studi tertentu. 2 Pendapat lain dari the Board of Association for
Children and Adult with Learning Disabilities (ACALD, mengemukakan bahwa
kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber
neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan/atau
kemampuan verbal dan/atau non verbal.

Kesulitan belajar khusus tampil sebagai ketidakmampuan nyata pada


orangorang yang memiliki integrasi rata-rata hingga superior, yang memiliki

9
system sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula.
Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.3 Meskipun
terdapat perbedaan, pada ketiga definisi yang telah dikemukakan, ketiganya
memiliki titik-titik kesamaan, yaitu (1) kemungkinan adanya disfungsi neurologis,
(2) adanya kesulitan dalam tugas-tugas akademik, (3) adanya kesenjangan antara
prestasi dan potensi, (4) adanya 2Mulyono Abdurrahman, Pendidikan,

hlm. 7. 3Mulyono, Pendidikan…, hlm. 8 10 pengeluaran dari sebab-sebab lain.


Meski demikian, di Indonesia belum ada definisi yang baku tentang kesulitan
belajar. Para guru umumnya memandang semua peserta didik yang memperoleh
prestasi belajar rendah disebut siswa berkesulitan belajar. Dalam kondisi seperti
itu, kiranya dapat dipertimbangkan untuk mengadopsi definisi yang
dikemukakanACALD untuk digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Macam-macam Kesulitan Belajar

Macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam:

1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat b) Ada yang sedang

2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi b)
Ada yang keseluruhan bidang studi

3) Dilihat dari sifat kesulitannya: a) Ada yang sifatnya permanen b) Ada yang
sifatnya hanya sementara

4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor intelegensi b)
Ada yang karena faktor non intelegensi.20

B. Ciri-ciri Tingkah Laku yang Mengalami Kesulitan Belajar

Dalam menghadapi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajarnya,


pemahaman yang utuh dari guru tentang kesulitan belajar yang dialami oleh peserta
didiknya merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan dan bimbingan yang
tepat.

Kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik itu akan termanifestasi dalam
berbagai macam gejala. 20 Makmum Khairani. Psikologi Belajar. Yogyakarta:
Aswaja Pressindo. 2014. h. 188. 14 Menurut Moh. Surya dalam Hallenada beberapa

10
ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gelaja kesulitan belajar, antara
lain:

1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah (dibawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompok kelas).

2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid
yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai dicapai selalu rendah.

3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari


kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.

4) Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan lain sebagainya.

5) Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang


terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar
kelas, tidak mencatat pelajaran, mengasingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja
sama.

6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah


tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu.21 Selain dari gejala kesulitan belajar di atas, Syaiful Bahri juga
menambahkan:

1) Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka
seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah. 2) Anak didik yang selalu menunjukkan
prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi dilain waktu
prestasi belajarnya menurun drastis.22 21Hallen. Op. Cit. h. 129. 22Syaifudin Bahri
Djamarah. Op. Cit. h. 247. 15 d.

11
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikelompokkan kedalam dua


golongan, yaitu: 1) Faktor internal (faktor yang bersumber dari diri siswa) meliputi
:

a) Kognitif siswa, antara lain rendahnya kapasitas intelektual.

b) Afektif siswa, yaitu labilnya emosi dan sikap.

c) Psikomotorik siswa, seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan


pendengaran (mata dan telinga).

2) Faktor eksternal (faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang dalam hal ini
adalah lingkungan) meliputi: a) Faktor keluarga : yaitu ketidakharmonisan antara
ayah dan ibu, rendahnya kehidupan ekonomi keluarga, fasilitas belajar yang kurang
memadai, kesehatan keluarga yang kurang baik, kebiasaan dalam keluarga yang
tidak menunjang, kedudukan anak dalam keluarga. b) Faktor lingkungan
masyarakat, tempat tinggal yang tidak kondusif, dan teman bermain yang nakal. c)
Faktor lingkungan sekolah, kondisi dan letak gedung yang kurang kondusif, guru
serta alat belajar yang berkualitas rendah, hubungan guru dan siswa yang kurang
harmonis, cara mengajar guru yang tidak sesuai.23

Selain dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar di atas, Noehi Nasution dalam
Zalyana mengemukakan bahwa kesulitan belajar dapat disebabkan oleh: 1)
Rendahnya kemampuan intelektual anak 2) Gangguan perasaan atau emosi 3)
Kurangnya motivasi untuk belajar 4) Kurang matangnya anak untuk belajar 5) Usia
yang terlampau muda 6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang 7) Kebiasaan
belajar yang kurang baik 8) Kemampuan mengingat yang rendah 9) Terganggunya
alat-alat indra 10) Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan 23 Zalyana. Op.
Cit. h. 171. 16 11)

Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.24 Dimyati dan Mudjiono dalam
Zalyana mengemukakan faktorfaktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
proses belajar sebagai berikut: 1) Faktor internal, antara lain: a) Sikap terhadap
belajar b) Motivasi belajar c) Konsentrasi belajar d) Mengolah bahan ajar e)

12
Menyimpan perolehan hasil belajar f) Menggali hasil belajar yang tersimpan g)
Kemampuan berprestrasi atau unjuk hasil kerja h) Rasa percaya diri siswa i)
Intelegensi dan keberhasilan belajar j) Kebiasaan belajar k) Cita-cita siswa 2)
Faktor eksternal, antara lain: a) Guru sebagai Pembina siswa belajar b) Sarana dan
prasarana pembelajaran c) Kebijakan penilaian d) Lingkungan sosial siswa di
sekolah e) Kurikulum sekolah.25 e. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Untuk
membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus menentukan faktor
penyebab dari kesulitan belajar tersebut. Setelah faktor penyebab kesulitan belajar
diketahui, kita baru dapat menentukan alternative bantuan yang diberikan. Untuk
dapat menentukan kesulitan belajar peserta didik dengan tepat, maka kita harus
mengumpulkan data selengkap mungkin

D. Asesmen Kesulitan Membaca


Asesmen merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam rangka
mengumpulkan data yang diperlukan dalam menganalisis dan menanggulangi
kesulitan membaca yang diamati oleh individu yang berkesulitan membaca.
Sebelum asesmen dilakukan, perlu diidentifikasi karakteristik siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar, di antaranya sebagai berikut:
a. Menunjukkan kemampuan membaca yang rendah, dalam arti di bawah potensi
inteigensi yang dimiliki
b. Kemampuan membaca atau pencapaian hasil belajar membaca tidak seimbang
dengan usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, berusaha keras, akan tetapi
hasilnya tidak memuaskan.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas membaca dan selalu tertinggal dari teman-
temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan membaca.
d. Menunjukkan tingkah laku yang tidak wajar, seperti pura-pura tidak mendengar
perintah membaca dari guru atau menentang, tidak mau melakukan tugas membaca
dan sebagainya.
e. Menunjukkan gelaja emosi yang kurang wajar, seperti murung, mudah
tersinggung, sedih mudah menyesal, dan lain-lain.

13
Faktor Penyebab Kesulitan Membaca Jumlah siswa yang tidak mampu membaca
akan bertambah banyak apabila guru tidak berhasil membimbing siswa-siswa yang
mempunyai masalah membaca. Keadaan ini seterusnya akan dapat berakibat antara
lain siswa yang bersangkutan akan mengulang lagi di kelas itu sendiri. Namun, ada
juga orang tua siswa selalu memaksakan anak mereka untuk naik kelas dengan
berbagai alasan sehingga guru menaikkan siswa dengan satu syarat jika siswa
tersebut sudah dinaikkan dan tetap tidak mampu membaca maka akan dikembalikan
lagi ke kelas sebelumnya, namun hal itu tidak pernah terjadi.15 Menurut Lamb and
Armold, Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca antara lain
sebagai berikut : a. Bersumber dari Anak Itu Sendiri 1) Faktor fisiologis Faktor
fisiologis ini meliputi kesehatan fisik. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa
ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak)
dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang menjadi penyebab
siswa 15 Meity Idris, Menumbuhkan Minat Membaca Pada Anak Usia Dini, (
Jakarta: 2014). hal 31 sulit membaca.

Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin
sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran.
Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering
menggosok-gosok matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca.
Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang
tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru
harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seorang anak.
Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat
diselesaikan. Sebaiknya, anak-anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia
mulai membaca.16 Walaupun tidak memiliki gangguan pada alat penglihatannya,
beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena
belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol-simbol

14
cetakkan, seperti huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata misalnya anak belum
bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination)
adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai
faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.17
2) Faktor Intelektual Faktor intelektual Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz
sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial 16 Ibid,
hal 33 17 Ibid, hal 35 tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat.
Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa
intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan,
berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
3) Faktor Minat Faktor minat dalam belajar membaca sangat penting. Hasil belajar
akan lebih optimal bila disertai dengan minat membaca. dengan adanya minat
mendorong kearah keberhasilan, anak yang berminat membaca terhadap suatu
pelajaran akan lebih mudah untuk mempelajari dan sebaliknya anak yang kurang
berminat akan mengalami kesulitan dalam belajar membacanya. b. Bersumber dari
keluarga Latar belakang dan pengalaman anak di rumah dapat membentuk pribadi,
sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak.
Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Siswa yang tinggal di dalam rumah tangga
yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya
memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang
tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga
berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarka oleh kedua
orang tuanya, orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua
angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh
ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saja. Kematian
salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan pada anak-
anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Guru
hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan
yang tiba-tiba terjadi pada anak.

15
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca.
Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca,
dan senang membacakan cerita kepada anakanak mereka umumnya menghasilkan
anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap
kegiatan sekolah di mana anak-anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif
anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.18
c. Bersumber Dari Sekolah Sebagaimana lingkungan keluarga, sekolah
seringkali juga menjadi penyebab siswa tidak mampu membaca. Faktor-faktor yang
bersumber dari sekolah antara lain: Guru yang selalu mengajar dengan
menggunakan metode ceramah atau diskusi terus menerus, dapat menyebabkan
siswa menjadi bosan. Demikian juga dengan beban mengajar guru yang terlalu
banyak kadang-kadang menjadi penyebab siswa berlarut-larut tidak mampu
membaca.
Karena guru mengajar terus-menerus sepanjang hari, membuatnya lelah,
tidak bergairah, dimana 18Dewa Ketut Sukardi, Organisasi Administrasi
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional. 1983). hal 30
keadaan ini sudah tentu akan menimbulkan akibat tertentu bagi siswa. Fasilitas
sekolah yang kurang lengkap.19 Terdapat beberapa sekolah yang memiliki fasilitas
sekolah yang kurang lengkap, misalnya ruang kelas yang sedikit sehingga siswa
terpaksa berdesakdesakan dalam satu kelas, tidak terdapatnya ruang perpustakaan,
sehingga menyebabkan siswa tidak berminat membaca.
d. Besumber dari Lingkungan Masyarakat Faktor teman bergaul dan
aktivitas dalam masyarakat dapat pula mempengaruhi kegiatan belajar anak.
Pengaruh teman bergaul sering menyebabkan anak malas membaca karena
mungkin dilingkungannya dia memiliki teman yang tidak seusia dengannya.
Alangkah baiknya anak yang bersangkutan mempunyai teman bergaul
dilingkungannya yang sekelas dengannya dan memiliki prestasi yang baik sehingga
temannya itu dapat membimbingnya untuk belajar.20 B. Membaca
F. Pengertian Membaca
Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak karenaa
melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Oleh
karena itu, membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak anak

16
masuk SD/MI dan kesulitan belajar membaca harus cepat diatasi. Jika anak pada
usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, 19 Dalman,
Keterampilan Membaca, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). hal 71 20 Mulyono
Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal 75
maka ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi
lainnya.

G. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencangkup isi, memahami makna bacaan. Makna arti (meaning) erat sekali
berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tarigan
dalam Meity mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut: a. Membaca
untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts)
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas) c. Membaca
untuk mengetahui urutan atau susunan, organisaasi cerita (reading for sequence
organization) d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference) e. Membaca untuk mengelompokkan, membacauntuk
mengklasifikasikan (reading to classify) f. Membaca menilai, menuju evaluasi
(reading to evaluate) g. Membaca untuk memperbandingkan atau
mempertentangkan (reading to compare or contrast)21 21 Meity idris,
Menumbuhkan Minat Membaca Pada Anak Usia Dini, (Jakarta:PT.Luxima Metro
Media), hal 15-17 3. Aspek-Aspek Membaca Membaca merupakan suatu
keterampilan yang kompleks yaitu melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih
kecil lainnya, secara garis besar aspek-aspek membaca terdiri atas delapan aspek
yaitu : a. Pengenalan bentuk huruf b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (Fonem,
kata, frase, pola, kluasa, kalimat, dan lain-lain) c. Pengenalan hubungan atau
korespondesi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis). d.
Kecepatan membaca bertaraf lambat e. Memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal) f. Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan
tujuan pengarang relevansi atau keadaan kebudayaan) g. Kecepatan membaca yang
flesdibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.22 4. Membaca Permulaan a.
Pengertian Membaca Permulaan Setiap anak yang belajar membaca akan memasuki

17
tahap membaca permulaan terlebih dahulu, tahapan ini merupakan tahap awal
dalam belajar membaca.
dalam hal ini, membaca permulaan bersifat mekanis yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah. Pada masa ini, anak mulai mempelajari
kosakata dan 22 Ibid, hal 18 dalam waktu yang bersamaan ia belajar membaca dan
menuliskan kosakata tersebut. Merbaca merupakan suatu kegiatan yang bersifat
kompleks karena kegiatan ini melibatkan kemampuan dalam mengingat simbol-
simbol grafis yang berbentuk huruf, mengingat bunyi dari simbol-simbol tersebut
dan menulis simbol-simbol grafis dalam rangkaian kata dan kalimat yang
mengandung makna.23

Nyanyu Khadijah mengungkapkan fase perkembangan membaca awal anak


ditandai dengan sedikitnya pengetahuan orthografik yang dimiliki, tapi bagi
pembaca yang sukses selain berbekal pengetahuan orthografik yang sedikit, mereka
masuk ke salah satu SD/MI dengan telah memiliki kesadaran fenomik, kesadaran
sintaksis dan pengetahuan tentang prinsip alpabet.24 Sedangkan mercer & mencer
mengemukakan bahwa untuk membantu anak belajar membaca pada tahap
membaca permulaan dapat membaca tanpa mengeja.

Membaca secara keseluruhan ditunjukkan agar anak dapat mengerti makna


kata dan kalimat. Membaca detil bertujuan untuk mengembangan tiga tahap, yaitu:
membaca secara keseluruhan, membaca secara mendetail, atau mengeja
kemampuan anak dalam membedakan bentuk-bentuk dan bunyinya yang
membentuk kata atau kalimat. Jadi berdasarkan pendapat di tersebut dapat
disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah keterampilan membaca tingkat
awal yang baru mengenal huruf 23Martini Jamaris, Kesulitan Belajar Perspektif,
Asesmen, dan Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini dan Usia Sekolah.
sehingga menjadi kata dan kalimat bermakna yang harus dipelajari dan
dikuasi anak agar bisa membaca. b. Metode-metode Membaca Permulaan Didalam
membaca permulaan ada metode-metode membaca permulaan, metode-metode ini
digunakan agar membaca secara efektif, adapun beberapa macam metode membaca
permulaan menurut Mulyono Abdurrahman, yaitu:

18
(1) metode membaca dasar, metode ini umumnya menggunakan pendekatan yang
menggabungkan beberapa prosedur untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan
kata, mengenal kata, pemahaman dan kesengan membaca. (2) metode fonik,
metode ini menekankan pada mengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi
huruf, dengan demikian metode fonik lebih sintetis dari pada analitis.
(3) metode lingistik, metode ini didasarkan atas pandangan bahwa membaca pada
dasarnya adalah suatu proses memecahkan kode atau sandi berbentuk tulisan
menjadi bunyi sesuai dengan percakapan.
(4) metode sas (struktur analitik sintetik), metode ini anak diajak memecahkan kode
tulisan kalimat pendek sebagai unit bahasa utuh, selanjutnya anak diajak
menganalisis menjadi kata, suku kata, dan huruf kemudian mensintesiskan kembali
dari huruf ke suku kata, kata dan akhirnya menjadi kalimat.
(5) metode alfabetik,metode ini menggunakan dua langka, yaitu memperkenalkan
kepada anak-anak berbagai huruf alfabetik dan kemudian merangkaikan huruf-
huruf tersebut menjadi suku kata , kata dan kalimat.
(6) metode pengalaman bahasa, metode ini berdasarkan pengalaman anak, guru
mengembangkan keterampilan anak untuk membaca, pada mulanya anak diminta
untuk menceritahkan pengalamannya pada guru, dan guru menuliskan pengalaman
anak tersebut pada papan tulis atau kertas.25 Berdasarkan metode-metode
membaca permulaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada banyak metode-metode
atau teknik membaca permulaan.

H. Usaha-Usaha yang Dapat Ditempuh dalam Mengatasi Anak yang


Mengalami Kesulitan Membaca

Penyebab anak tidak mampu membaca tidak sepenuhnya terletak pada anak
itu sendiri. Masalah ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, melainkan
perlu segera kita melakukan usaha-usaha mengatasi anak tidak mampu membaca.
Sekurang-kurangnya dapat mengurangi presentase anak tidak mampu membaca.
Mungkin lebih tepat apabila usaha-usaha itu lebih diarahkan dalam kegiatan
memperbaiki faktor-faktor yang menyebabkan anak tidak mampu membaca.

19
Supaya hal ini berhasil, maka pihak-pihak yang menjadi sumber penyebab anak
tidak mampu membaca hendaknya menyadari pentingnya kerjasama dalam
menciptakan kondisi-kondisi yang dapat memberikan motivasi bagi anak untuk
belajar membaca dengan baik.26 Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi
kesulitan belajar membaca siswa adalah dengan sering memberikan tugas kepada
siswa dan hal ini dilakukan supaya siswa dapat lebih memahami setiap materi yang
disampaikan guru, sehingga apabila ada ujian maka siswa tersebut

I. Usaha yang Dapat Dilakukan Oleh Sekolah


1) Menciptakan sekolah sebagai tempat yang menarik dan menyenangkan.
Menciptakan sekolah sebagai tempat yang menarik dan menyenagkan bagi siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat taman bacaan di halaman sekolah,
disetiap kelas dipajang majalah dinding, sehingga bisa menarik perhatian bagi anak-
anak untuk membacanya. Sekolah juga perlu menyediakan ruang perpustakaan agar
siswa dapat meminjam buku untuk dibacanya di rumah.28

2) Usaha-usaha dari guru Seorang guru yang baik selalu berusaha untuk mengetahui
kemampuan setiap muridnya dan menyesuaikan cara mengajarnya dengan
kemampuan yang ada pada murid-muridnya. Metode mengajar yang digunakan
guru hendaknya bervariasi, sehingga tidak membosankan siswa. Dalam setiap
pembelajaran juga seharusnya guru membuat media pembelajaran yang dapat
menarik perhatian siswa. Guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas harus
sanggup menunjukkan kewibaannya dalam menumbuhkan situasi demokratis,

3) Meningkatkan layanan bimbingan dan konseling Bimbingan merupakan bantuan


yang diberikan kepada siswa dalam rangka supaya menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan merencanakan masa depan yang diberikan oleh guru pembimbing.
Hal ini mengandung arti bahwa layanan bimbingan di sekolah dasar perlu
dilaksanakan secara terprogram dan ditangani oleh orang yang memiliki
kemampuan.

20
4) Meningkatkan kerjasama dengan orang tua Sekolah diharapkan secara kontinu
mengadakan kontak dengan orang tua siswa, sehingga dapat diketahui keadaan
siswa di rumah dan sebaliknya orang tua dapat mengikuti perkembangan anaknya
di sekolah. 29
Untuk pendidikan di sekolah pada saat ini dengan memperhatikan
karakteristik dan kebutuhan siswa serta penyelenggaraan system pendidikan
sekolah yang ditangani oleh guru kelas, maka layanan bimbingan di sekolah dalam
banyak hal masih lebih efektif dilaksanakan secara terpadu dengan proses
pembelajaran dan ditangani oleh guru kelas. Oleh karena itu, guru dikehendaki
memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyelenggarakan bimbingan
terutama bagi siswa yang belum mampu membaca yang ada di kelas 2 SD negeri
sukamakmur.

C. Penelitian Sebelumnya
1. Judul Penelitian 1 : pengaruh Layanan Informasi (X) Dengan menggunakan
Media Audio visual (Y) Terhadap pemahaman Perilaku Bulliying Pada Peserta
didik di kelas VII Smp N 7 “Juli Yulianti, 2019. Hasil penelitianya bahwa
:Layanan Informasi dengan Menggunakan Media Video efektif untuk
meningkatkan pemahaham Bulliying pada Peserta didik kelas VII.9 SMP N 7
Bandar Lampung tahun Ajaran 2018/2019.

2. Judul Penelitian 2 : efektivitas Media Audio Visual (Y) dalam layanan Informasi
(X) untuk menanggulangi perilaku Bulliying siswa di SMP Negeri 23 pekan Baru
. Hasil penelitiannya Bahwa : media audio visual dalam layanan informasi efektif
terhadap penangulangan perilaku bulliying yang dapat dilihat bahwa Thitung lebih
besar dari Ttabel yaitu 3,321 > 2,02 sehingga Ho ditolak.

3. Judul Penelitian : Pemamfaatan Media Audi Visual (Y) dalam pemberian


layanan informasi (X) di SMA N 1 Panteraja Pidie Jaya. Hasil peneltiannya :hasil
penelitian ditemukan bahwa pemberian layanan informasi dengan menggunakan
media audio visual sudah berjalan dengan baik, serta ada dukungan dari pihak

21
sekolah dan semua guru yang terlibat dalam memberikan informasi kepada siswa.
Pemanfaatan media audio visual dalam pemberian layanan yaitu siswa lebih tertarik
dan bersemangat dalam menerima informasi yang diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling, dari pada dengan menggunakn media wawancara.

22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian PTK . Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran di kelasnya (Suparno, 2008). Dengan
demikian PTK berfokus pada proses belajarmengajar yang terjadi di kelas dan
dilakukan pada situasi yang sebenarnya (alami). Hal ini berarti bahwa Tindakan
tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh
siswa dengan tujuan tertentu. Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas
proses pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang
diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain,
tindakan yang diberikan kepada siswa harus terlihat lebih efektif, efisien, kreatif
dan inovatif. Atau dengan kata lain adalah adanya hal yang berbeda dari yang biasa
dilakukan guru dalam praktik pembelajaran sebelumnya, karena yang sudah
dilakukan dipandang belum memberikan hasil yang memuaskan. Lebih lanjut
menurut Kemmis dan Taggart (1988), untuk mengetahui keberhasilan tindakan
tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang (siklus), agar diperoleh
keyakinan akan keampuhan dari tindakan.pada penelitian ini peneliti menngunakan
dua siklus perbaikan pembelajaran

B. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek
Subjek adalah sebagian dari jumkah populasi yang dipilih yang menjadi
sumber data.Subjek dalam penelitian ini adalah individu benda dan organisme yang
dijadikan sumber informasi yang dibutuhan dalam pengumpulan data penelitian
Pada penelitian ini peneliti telah merancang proses pengambilan subjek di sekolah
tempat meniliti yaitu siswa dan siswi kelas 3 dimana siswa tersebut sedang fokus
pada tujuan karir .

2. Objek

23
Objek adalah bagian dari jumlah situasi sosial yang ingin diteliti. dan
karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut., objek juga bisa dikatakan
sebagai pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan dta yang lebih
rinci. Objek dalam penelitian ini mengelompokan siswa dan siswi misalnya
perempuan dan laki-laki.

C. Teknik pengumpulan data


Instrumen penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian.
Instrumen s ebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode.
Pada penelitian ini instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
PTK .
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam
pelaksanaan PTK, yaitu sebagai berikut.
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak
boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak
boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran. Siklus tindakan dilakukan
dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan.
Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang
ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan
data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian
kualitatif.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup
merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru di kelas.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, mendesak,
menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti
untuk melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta
rambu–rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Pada siklus pertama penelitian ini

24
peneliti memberikan kartu huruf kepada siswa secara klasikal . pada siklus ke dua
memberikan kartu huruf kepada sebagaian siswa yang belum mengerti hanya
bebrapa siswa saja.

D. Teknik analisis data

Pada penelitian ini penulis menggunakan tehnik perbaikan pembelajaran.


Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif Sugiyono
Mnegemukakan bahwa dengan metode deskriptif ialah suatu metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian deskriptif untuk
menggambarkan fenomena yang ada. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang memberi uraian mengenai gejala sosial yang diteliti tanpa membuat hubungan
dan perbandingan dengan sejumlah variabel yang lain.
Adapun jenis penelitian yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang dilakukan
melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan obyek
penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, atau telah
dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada
penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka relevan.

25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil penelitian
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada pertengahan bulan november
yaitu pada tanggal 14 sampai dengan 30 november 2022 Dalam waktu sekitar 3
minggu . Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik
pengamatan di SD NEGERI SUKA MAKMUR

Melihat selama tiga minggu pembelajaran siswa yang mengalami permalasahan


dalam membaca diberikan peneliti sebuah media yaitu plascard untuk membantu
sswa lebih mudah memahami huruf.
Dan alhamdulillah selama pemberrian kartu huruf dan di bimbing setiap hari siswa
tersebut sudah mulai bisa membaca dan memahami huruf.

a. Beberapa hal yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah membaca


siswa kelas 2 di SD Negeri Suka Makmur merujuk pada menurut Sutrisno,
M. (2019), pada buku 5 Cara untuk Membantu Anak Bisa Cepat Membaca
.
1. Pastikan Anak Mengenal Huruf dengan Baik

Hal yang sering peneliti rasakan sebagai Penyebab utama anak sulit belajar
membaca adalah tidak mengenali huruf dengan baik. Misalnya, huruf “b” dan huruf
“d” yang sering tertukar. Ayah dan Bunda bisa meningkatkan ingatan mereka
terhadap huruf melalui buku cerita atau mengajaknya bermain tebak huruf.

26
Peneliti biasanya melakukan Permainan tebak huruf seperti sebutkan satu huruf,
dan minta ia untuk mencari di kemasan produk, label, atau poster yang ada di sana.
Cara belajar ini terasa efektif dan menyenangkan.

2. Ajak Anak Memahami Kata yang Dibaca

Peneliti memahami Beberapa anak bisa memahami dan membaca susunan huruf,
namun tidak mengerti makna dari kata tersebut. Biasanya peneliti mengatasinya
yaitu dengan menyiapkan gambar di atas tulisan yang telah dibaca untuk
memahami maksud dari setiap kata.

Akan tetapi, peneliti juga harus menyesuaikan dengan sikap anak ya. Sebab, ada
anak yang lebih senang menebak gambarnya tanpa membaca tulisannya. peneliti
bisa mengatasinya dengan cara menutup gambar terlebih dahulu, agar anak tetap
fokus membaca huruf yang ada. Setelah anak selesai membaca, baru buka
gambarnya dan tunjukkan kalau kata yang ia baca tadi merupakan nama dari
gambar itu.

3. Belajar dengan Kartu Kata

Belajar membaca juga bertahap, anak harus melalui tahap belajar membaca suku
kata sedikit demi sedikit. Anda bisa mencoba menyiapkan kartu kecil berisi satu
sampai dua suku kata yang hanya terdiri dari huruf vokal dan konsonan.

Contohnya, tulisan “Ba”, “Bi”, “Bu”, dan masih banyak lagi. Jika anak telah
memahami cara membaca suku kata, maka tambahkan huruf konsonan lagi di
belakangnya, seperti “Bak”, “Bis”, dan sebagainya.

4. Perkuat Pemahaman Fonemik

Dalam buku Preventing Reading Difficulties in Young Children yang dirilis


oleh The National Academies Press, dikatakan bahwa memperkuat pemahaman
fonemik sangat penting untuk membantu anak yang belum bisa membaca.

5. Baca Buku yang Tepat

27
Peneliti biasanya mengajak anak untuk membaca buku dengan tema yang mereka
sukai. Peneliti memilih buku yang 90% kata di dalamnya sudah dimengerti oleh
anak, supaya anak dapat fokus belajar membaca sendiri tanpa bingung dengan arti
kata yang ia baca.

Peneliti selalu menyempatkan untuk menemani anak membaca bergantian dengan


suara yang lantang. Membaca secara bergantian merupakan salah satu cara yang
cukup efektif untuk mendorong anak lebih pintar membaca.

6. Jangan Memaksa Anak

Anak belajar membaca sesuai dengan kemampuan serta kemauan. Setiap anak
mempunyai batasan dan energi yang berbeda untuk fokus pada satu Oleh karena
itu, ketika mengajari anak membaca, Anda tidak bisa memaksa mereka.

Memaksa anak untuk cepat membaca membuat mereka stres, kapok, serta trauma.
Anak bisa saja menolak dan menganggap kegiatan membaca adalah hal yang
menakutkan. Jika Anda sudah merasa lelah, berhenti dan biarkan anak belajar
sendiri.

b. Metode Dalam Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas 2 Dalam Membaca

metode yang dilakukan peneliti dalam mengatasi kesulitan siswa membaca adalah
dengan memberikan flashcard ebagai bahan utama dalam pembelajaran dan
pengenalan huruf.

28
29
Dengan metode pemberian flascard atau kartu huruf peneliti merasa lebih mudah
dalam mengatasi kondisi masalah membaca siswa kelas 2. Pemberian metode ini
biasanya di berikan secara berturut dan berangsur angsur agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
Metode kedua yang dilakukan peneliti adalah memberikan buku bacaan yang
menarik kepada siswa .

30
31
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai PEMANFAATAN MEDIA KARTU HURUF


UNTUK MENGATASI KESULITAN MEMBACA BAGI SISWA KELAS 2 DI
SD NEGERI SUKAMAKMUR. melalui metode pemberian Flashcard dan buku
bacaan peneliti mendapatkan perubahan yang baik dengan hasil membaca siswa
kelas 2.

Peneliti memahami Beberapa anak bisa memahami dan membaca susunan huruf,
namun tidak mengerti makna dari kata tersebut. Biasanya peneliti mengatasinya
yaitu dengan menyiapkan gambar di atas tulisan yang telah dibaca untuk
memahami maksud dari setiap kata.

Akan tetapi, peneliti juga harus menyesuaikan dengan sikap anak ya. Sebab, ada
anak yang lebih senang menebak gambarnya tanpa membaca tulisannya. peneliti
bisa mengatasinya dengan cara menutup gambar terlebih dahulu, agar anak tetap
fokus membaca huruf yang ada. Setelah anak selesai membaca, baru buka
gambarnya dan tunjukkan kalau kata yang ia baca tadi merupakan nama dari
gambar itu.

Pemberian metode dan kiat kiat ini menjadi salah satu cara baik yang bisa
digunakan dalam mengatasi belajar siswa.

32
B. SARAN

Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu peneliti sampaikan
sebagai bahan pertimbangan sekolah terkait dengan Pemanfaatan Media Kartu
Huruf Untuk Mengatasi Kesulitan Membaca Bagi Siswa Kelas 2 Di Sd Negeri
Sukamakmur, yaitu :

Bagi kepala sekolah hendaknya memberikan fasislitas yang memadai


dalam mengatasi belajar siswa.

Bagi siswa diharapkan dapat memanfaatkan motode beajar ini dengan


baik sehingga mampu meningkatkan membaca dengan baik.

33
DAFTAR PUSTAKA
Budi purwoko.2005. organisasi dan maangemen bimbingan konseling.
Surabaya:Unesa

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.

HM Jogiyoto.1999.Pendekatan terstruktur teori dan praktek aplikasi


bisnis.Yogkjakarta:Andi Offest.

Haryanto, Perencanaan Pengajaran.Jakarta:PT:Rineka Cipta

Wina Sanjaya,Perencanaan dan desian sistem pembelajaran.Jakarta:PT.Fajar


Interpratama

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta:


Rineka Cipta.

Prayitno,1999.Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Atas(Smu ),Jakarta: Mandiri Abad

Roestiyah, dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1987. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Balai


Pustaka

Tohirin.2007.Bimbingan dan Konseling disekolah Madrasah .Pekanbaru:Raja


Grafindo Persada

Yusuf Gunawan,1987.Pengatar Bimbingan dan Konseling..Jakarta:Gramedia


Pustaka Utama

34
Sugiyono,.2015.Metode Penelitian Kombinaasi ( mix metodh ).Bandung: Alfabeta

Slameto. 1986. Bimbingan di Sekolah. Jakarta : Bina Aksara.

35
LAMPIRAN 1 RPP Perbaikan Pembelajaran 1
LAMPIRAN II RPP Perbaikan Pembelajaran 2
LAMPIRAN III RPP Perbaikan Pembelajaran 3
LAMPIRAN IV APGK 1
LAMPIRAN V APKG 2

36
LAMPIRAN 1 RPP Perbaikan Pembelajaran 1

37
LAMPIRAN II RPP Perbaikan Pembelajaran 2

38
LAMPIRAN III RPP Perbaikan Pembelajaran 3

39
LAMPIRAN APKG 1

40
LAMPIRAN APKG 2

41
LINK PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Ini adalah video praktik pembelajaran tahap 1


https://youtu.be/AMuLl1F6WhA?feature=shared

Ini adalah video praktik pembelajaran 2

https://youtu.be/yAXdjtRtzPk?feature=shared

ini adalah video praktik pembelajaran 3

https://youtu.be/nXBrzlaJg9k?feature=shared

42

Anda mungkin juga menyukai