KIMIA
DASAR
PRODI S1 FARMASI
Apt. Prisma Trida Hardani, S.Farm., M.Farm
TATA TERTIB PRAKTIKUM
TEMPAT DAN WAKTU PRAKTIKUM
1. Sebelum dan sesudah praktikum, semua praktikan harus mengecek dan mengembalikan
alat-alat inventarisnya.
2. Alat-alat yang hilang atau pecah harus diganti dengan alat-alat yang sama atau diganti
dengan uang yang besamya ditentukan oleh laboratorium.
3. Botol-botol pereaksi/reagen harus ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan dan
pengambilan pereaksi harus dilakukan dengan pipet yang khusus untuk tiap pereaksi.
4. Botol-botol pereaksi yang kosong harus cepat diberitahukan kepada asisten atau laboran
untuk diisi kembali.
KEBERSIHAN LABORATORIUM
1. Semua praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium untuk menjaga kerusakan akibat zat-
zat kimia.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau kertas saring pada bak pencuci, buanglah
sampah tersebut pada tempat yang telah disediakan
3. Jika ada zat-zat kimia yang tumpah, harus cepat dibersihkan dengan air, karena zat-zat
tersebut dapat merusak meja praktikum jika tidak segera dibersihkan. Jika terjadi kecelakaan
cepat diberitahukan kepada asisten yang bertugas.
4. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan merokok dalam ruangan
laboratorium dan tidak diperkenankan memakai sandal.
5. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu
ketenangan pekerjaan orang lain.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................. 1
Tata Tertib Praktikum ...................................................................................................................... 2
Daftar Isi ........................................................................................................................................... 3
Percobaan I. Pengenalan dan Penggunaan Alat Laboratorium ....................................................... 4
Percobaan II. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Laboratorium Kimia2.................................. 5
Percobaan III. Pembuatan Larutan (Pelarutan dan Pengenceran Bahan Kimia) ............................. 41
Percobaan IV. Teknik Pemisahan .................................................................................................... 51
Percobaan V. Reaksi Kimia dalam Larutan Air ................................................................................. 60
Percobaan VI. Pembuatan Larutan Buffer....................................................................................... 66
Percobaan VII. Titrasi Asam Basa .................................................................................................... 69
Daftar Pustaka.................................................................................................................................. 72
Lampiran-lampiran........................................................................................................................... 73
Format Laporan................................................................................................................................ 73
Contoh Cover ................................................................................................................................... 74
PERCOBAAN 1
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT
I. Tujuan
Mahasiswa terampil dalam menggunakan alat-alat laboratorium serta mengetahui cara yang
tepat menggunakan alat-alat tersebut.
2. Mikropipet
Digunakan untuk memindahkan cairan dengan
volume yang sangat kecil secara akurat.
3. Erlenmeyer/Conocal Flask
Labu erlenmeyer terbuat dari jenis gelas
borosilikat. Disediakan dua jenis erlenmeyer yaitu:
1. Erlenmeyer tanpa tutup, dipakai untuk titrasi larutan yang tidak mudah menguap.
2. Erlenmeyer dengan tutup. dipakai untuk titrasi larutan yang
mudah menguap, misalnya pada iodometri Labu erlenmeyer
mempunyai kapasitas ukuran 25-2000 mL.
4. Labu lodium (Iodium Determination Flask)
Labu lodium mirip labu erlenmeyer bertutup asah dan pada
mulut labu dilengkapi oleh suatu piringan kaca yang digunakan
untuk menempatkan cairan/larutan atau air yang berguna untuk
mengikat uap iodium hasil reaksi dan lolos melalui tutup asah,
dengan demikian tidak adaiodium hasil reaksi yang hilang karena
menguap Labu iodium mempunyai kapasitas ukuran 100 hingga 500
ml.
Cara penggunaannya:
a. Bilas dengan akuades terlebih dahulu
b. Bahan cairan pekat atau padatan yang akan
dilarutkan dimasukkan hati-hati dengan bantuan corong
ke dalam labu takar.
c. Tambahkan aquades/bahan pengencer lain yang diperlukan. Bilas sisa-sisa bahan
pada wadah penimbang tanpa mengangkat corong dari labu. Tambahkan terus
bahan pengencer dengan hati-hati sampai isi labu mencapai setengahnya.
Lakukan pengocokan dengan menggoyang labu berkali-kali secara hati-hati (kira-
kira 3 kali pengocokan selama pengenceran sampai didapat campuran yang
homogen). Waktu mendekati garis tanda, tambahkan bahan pengencer dengan
hati-hati. Bila perlu dengan memakai pipet penetes sedemikian, sehingga dasar
miniskus segaris dengan garis tanda.
Gambar. Cara Mengocok Zat dalam Labu Ukur
Pipet tanpa skala, mempunyai bentuk pendek atau panjang dan dilengkapi dengan karet
penghisapnya. Digunakan untuk keperluan meneteskan pereaksi, menambahkan cairan
tetes demi tetes hingga volume tepat dan sebagainya.
Cara penggunaannya:
Dalam memakai pipet ini, pertama bilas dengan cairannya, lalu isi
1-2 em diatas tanda, ujung pipet ditutup dengan jari telunjuk,
cairan yang menempel diluar ujung pipet bawah dikeringkan.
Cairan dibiarkan mengalir dengan sedikit memutar pipet sampai bagian bawah miniskus
mencapai garis tanda. Pada pengamatan miniskus ini, pipet harus pada posist ditahan
vertikal dan mata melihatnya harus benar-benar horizontal/sejajar, lalu keluarkan sedikit
larutan sampai miniskus bawah tepat pada tanda. Kemudian tuangkan isinya, pipet harus
dalam keadaan vertikal. Pada saat-saat terakhir biarkan ujung pipet menempel pada sisi
dalam erlenmeyer selama 15 detik guna memberi kesempatan kepada zat cair yang masih
di dalam pipet untuk keluar. Sisa zat cair yang ada diujung pipet tidak boleh ditiup keluar.
10. Buret
Buret adalah suatu tabung silinder panjang. dengan ujung
atas terbuka, dan ujung bawah dilengkapi kran pengatur
tetesan dari gelas asah atau teflon. Penunjuk volume dari
0 sampai angka tertentu, berupa skala sepanjang tabung.
Terbuat dari jenis gelas soda, borosilikat, amber,
mempunyai kapasitas 1 hingga 100 ml. dengan pembagian skala 0,01 hingga 0,2 ml..
Berdasarkan ketelitian/pembagian skala, ada 2 jenis buret yaitu buret makro dengan
www.g.com pembagian skala 0,05-0,10 ml. dan buret mikro dengan pembagian skala 0,01
mL. Sedangkan bentuknya dibedakan buret dengan ujung kran lurus (Burettes with
straight stopcock), dan buret dengan ujung kran
menyamping/bengkok (Burettes with lateral stopcock).
Cara Pembacaan Buret:
Pada pembacaan skala, yang dipandang adalah miniskus zat
cair. Untuk zat cair yang berwarna terang, sebagai dasar
pembacaan adalah miniskus bawah zat cair pada dinding
buret. Sedangkan untuk zat cair yang berwarna gelap sebagai
dasar pembacaan adalah permukaan atas zat cair pada
dinding buret. Untuk membantu memudahkan pembacaan
meniskus, ada buret yang dilengkapi dengan latar belakang warna putih dengan pita garis
biru dibalik dari pembagian skala buret, garis ini disebut sebagai garis Schellbach atau
kadang-kadang disebut pula sebagai Buret Schellabach Pembacaannya adalah dengan
melihat skala pada titik potong antara 2 meniskus.
Cara penggunaannya:
a. Kran buret terbuat dari gelas asah atau teflon, jika kran terbuat dari bahan teflon, maka
tidak diperlukan bahan pelicin (vaselin). sedangkan kran gelas asah memerlukan sedikit
pelumas untuk memudahkan putaran kran dan mencegah kebocoran
b. Bilas dengan aquades dan larutan yang akan dipakai
c. Cek, apakah kran/katub berfungsi baik (tidak bocor).
d. Dalam pengisian harus diusahakan agar tidak ada gelembung gelembung udara di bawah
kran dan titik-titik zat cair yang menempel pada dinding bagian dalam buret diatas garis
meniskus larutan zat, karena akan menyebabkan kesalahan.
e. Dalam pemakaian minimum cairan tersisa 20%.
f. Pengisian cairan selalu dengan bantuan corong gelas dan corong dilepas sebelum titrasi
dimulai.
g. Buret dipasang pada statif yang sesuai dengan klem secara vertikal.
h. Selama penitrasian, penetesan diatur melalui kran berupa tetesan tetesan yang
kecepatannya tetap, dengan posisi rangkuman tangan sedemikian rupa sehingga setiap
waktu, praktikan siap menghentikan laju tetesan.
i. Buret yang telah digunakan harus segera dicuci bersih dan dikeringkan terutama jika
digunakan larutan titran alkali, karena akan mudah terjadi kerak pada kran yang akhirnya
menyebabkan tersumbatnya bagian jet atau lubang pengalir/pancaran.
j. Posisi tangan pada saat titrasi ditunjukkan seperti gambar dibawah.
Terbuat dari gelas atau plastik. digunakan untuk menyaring larutan memindahkan zat cair atau
sampel padat Corong mempunyai garis tengah 35 300 mm dan ada
yang mempunyai tangkai corong panjang, sedang, dan pendek.
Disamping itu tangkai corong ada yang berlubang lebar digunakan
untuk mengalirkan zat cair yang kental Penggunaan kertas saring
tidak boleh lebih tinggi dari kerucut corong. Pemilihan tangkai
corong tergantung dari kegunaan.
Jenis corong yang terbuat dari porselen. Corong ini digunakan untuk penyaringan cepat
terutama jika digunakan pelarut yang mudah menguap, dengan cara penyedotan
melalui penghisap/pompa vakum, juga dilengkapi dengan labu hisapnya. Diameter
corong Buchner 26 380 mm, sedangkan kapsitas labu hisap 250- 10.000 ml. Corong ini
cocok untuk bahan kasar dengan cairan penyari atau pelarut.
Cara Penggunaannya:
a. Corong mempunyai dasar yang berpori kasar dan jika akan digunakan harus diletakkan
kertas saring yang mempunyai diameter sama dengan diameter dalam corong atau
lempeng berpori
b. Pada saat menggunakan corong Buchner, perhatikan kedudukan tangkai corong dengan
arah hisapan pompa diatur sedemikian rupa hingga cairan yang keluar dari corong tidak
terisap oleh pompa.
c. Untuk mematikan atau menghentikan penghisapan agar tidak langsung pada pompa
(dapat menyebabkan cairan terhisap ke arah pompa), lepaskan dahulu hubungan alat
gelasnya agar berhubungan dengan udara, sehingga tidak terjadi tekanan yang berbalik.
Terbuat dari gelas borosilikat. Berbentuk kerucut (buah per) bulat dan silinder, dilengkapi
dengan kran dan tutup yang terbuat dari bahan gelas asah atau teflon. Mempunyai kapasitas
50-2000 mL. Digunakan untuk memisahkan dua lapisan cairan atau lebih dalam cara ekstraksi.
Cara penggunaannya:
a. Sebelumnya perlu dilakukan pengecekan apakah tutup dan kran corong pisah sudah tepat
dan tidak bocor.
b. Pengocokan corong pisah dilakukan dengan memegang bagian atas berikut tutupnya
dengan tangan kanan, dan tangan kiri memegang bagian tangkai corong berikut krannya.
Kocok dengan arah memutar ke arah tubuh kita.
c. Jika digunakan cairan yang mudah menguap sebagai
cairan penyarian. keluarkan tekanan udara di dalam corong
pisah agar tidak terjadi tekanan yang kuat dan dapat
melemparkan tutup corong berikut isinya
17. Spatula
Dengan berbagai ukuran, terbuat dari besi dan gelas, gunanya
untuk mengambil sejumlah zat padat.
Kawat yang dilapisi asbes, digunakan untuk menahan dan menyebarkan panas yang berasal dari
api Bunsen atau pemanas spirtus.
Terbuat dari besi yang menyangga kasa asbes digunakan untuk memanaskan.
Digunakan untuk mendinginkan bahan atau alat gelas, misal krus porselin dan botol timbang
setelah dipanaskan dan akan ditimbang. Selain itu juga berguna untuk mengeringkan bahan
atau menyimpan zat atau bahan yang harus dilindungi terhadap pengaruh kelembapan udara.
Desikator terdiri atas wadah yang dilengkapi dengan tutup (desikator non-vacum), tutup
desikator dapat dilengkapi pula dengan kran yang dapat digunakan untuk menghampa isi
udara desikator dan dihubungkan dengan pompa hisap (desikator vacuum).
Didalam desikator diletakkan piringan berpori yang terbuat dari porselin, piringan porselin
digunakan untuk meletakkan bahan atau alat gelas yang akan dikeringkan/disimpan. Dibawah
piringan porselin diletakkan bahan pengering, bahan pengering yang umumnya digunakan
adalah silika gel biasanya diberi indicator warna biru untuk yang kering, dan jika telah
mengikat uap air warna akan berubah menjadi merah. Silika gel telah
jenuh dengan uap air dapat dikeringkan lagi dengan cara dipanaskan
dalam oven dengan suhu lebih tinggi dari 100®c. tutup desikator
pada bagian permukaan harus diberi bahan pelicin, missal silica
grease agar dapat tertutup lebih rapat.
Gunakan dua buah tangan untuk membawa atau membuka desikator.
Tangan pertama digunakan sebagai penahan desikator dan tangan
yang lain digunakan untuk mendorong tutup desikator. Jika desikator dihampa udarakan,
sebelum dibuka kran harus dibuka terlebih dulu agar sadara didalam dan diluar desikator sama,
hingga akan memudahka untuk membuknya.
Cara Penggunaannya:
Sebelum dipakai menghisap, bola dikosongkan dengan menekan bola dan ujung atas pipa (A).
Pasang ujung bawah pipa ke pipet. Pijat pipa bawah bola (S) untuk membiarkan cairan terhisap
ke atas (jangan sampai larutan apapun masuk bola). Lepas pijitan, hisapan akan berhenti.
Cairan dapat dikeluarkan dengan memijit pipa cabang (E). Pipet yang digunakan dimasukkan
melalui ujung bawah dan jangan sampai melebihi pipa cabang. Sesudah menggunakan karet
hisap ini, bola harus segera dilepaskan dari pipetnya dan membiarkan udara masuk bola
Kembali.
Ket:
A =berat piknometer kosong
B =berat piknometer berisi aquadest
C =berat piknometer berisi zat cair X a-angka muai gelas borosilikat = 0,00001
T =sahu percobaan atau suhu kamar
Botol semprot biasanya berisi aquale Digunakan untuk menambahkan squades pada saat
pengenceran atau pelarutan bahan padat atau digunakan untuk mencuci alat gelas.
29. Statif
Statif digunakan untuk menyangga buret, kondensor,atau corong pisah. Biasanya dibantu oleh
klem.
30. Klem
Gambar Klem NS
Rotary evaporator atau alat penguap rotasi hampa udara ialah suatu
pesawat penguap dengan teknik berputarnya labu dalam keadaan
hampa udara Akibat berputarnya labu distilasi dan tekanan udara
yang sangat rendah, pada dinding labu distilasi akan terbentuk film
cairan sehingga permukaan evaporasi bertambah luas dan
memungkinkan penguapan yang banyak.
Rotary evaporator digunakan untuk menguapkan pelarut yang peka
terhadap suhu. Penguapan pada rotary evaporator berlangsung
dibawah titik didih normal dari komponen yang drupakan. Prinsip penggunaannya sama
dengan alat distilasi lainnya.
Hot plate adalah alat pemanas yang terbuat dari lempeng logam dan dilengkapi dengan alat
pengatur panas yang bervariasi hingga 350 °C Alat ini dapat digunakan untuk memanaskan zat
cair dan untuk mengaduk larutan baik dalam keadaan dingin maupun panas (Magnetic Stirrer
with Heating). alat ini tidak menggunakan api langsung sebagai sumber pemanas, maka alat
ini dapat dipakai untuk memanaskan cairan yang mudah terbakar (flammable). Untuk
mengaduk cairan, maka diperlukan bantuan butiran magnit yang dibungkus teflon (Magnetic
Stirring Bar) yang diletakkan di dalam cairan yang akan diaduk.
33. Timbangan
Timbangan mekanik
Berat bahan yang ditimbang didapat dengan mengurangkan berat total
dengan berat tempat.
Timbangan elektronik/digital
Berat tempat bahan yang ditimbang biasa dianggap 0 (re-zero), berat
bahan langsung terlihat di layar. Tempat bahan yang ditimbang sehingga
Gelas arloji, kertas saring, alumunium foil (tergantung sifat bahan).
III. CARA KERJA
3.1 Mengenal alat alat laboratorium
Gambarlah dan jelaskan kegunaan alat-alat laboratorium berikut !
1. Beaker glass 10. Bunsen
9. Tabung reaksi
(Gelas piala)
2. Erlenmeyer 9. Batang
pengaduk
2. Gelas ukur
3. Labu ukur
4. Beaker glass
5. Buret
Mengetahui Surabaya,……
Dosen/Asisten Praktikan
(………………………………..) (…………………………..)
PERCOBAAN II
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) LABORATORIUM KIMIA
I. Tujuan
Mempelajari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) laboratorium kimia
TEKNIK LABORATORIUM
1. Mengencerkan Asam Pekat
Tuangkan asam pekat ke dalam air sambil diaduk aduk Anda dapat merugikan orang lain
atau setidak tidaknya diri sendiri jika menuangkan air ke dalam asam pekat.
2. Memanaskan Tabung Reaksi
Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi pada teman atau din sendin Jepit tabung reaksi
dekat mulutnya Mungkan kearah yang aman panaskan sambil sebentar schentar dikocok
Cara memanaskan tabung dalam penangas air: beaker gelas dis dengan air kemudian
dipanaskan diatas api bunsen dengan menggunakan kaki tiga dan kasa asbes Kemudian
tabung reaksi yang akan dipanaskan diletakkan dalam beaker gelas tadi
3. Cara Membaut gas
Mengipas ngipaskan tangan diatas sumber gas pada jarak yang cukup Jauh Jangan
membaui langsung gas yang berbahaya.
4. Percobaan yang menimbulkan gas (yang sangat) berbahaya bagi kesehatan dilakukan
dalam lemari asam atau di luar laboratorium.
5. Memiperairan dengan piper seukuran Ujung pipet harus betul betul tercelup ke dalam
cairan. Hisap sampai sedikit melewati batas Keringkan bagian luar ujung pipet yang terken
cairan dengan kertas saring. Atur agar pipet tegak atau vertikal dan carran tepat pada
batas Pindahkan cairan dalam wadah.
6. Menimbang
Zat yang ditimbang tidak boleh langsung diletakkan diatas neraca Gunakan gelas kimia,
botol timbang. Kaca arlop, kertas saring atau wadah lain yang sesuai Jangan melebihi
kapasitas berat maksimal dan timbangan.
SIMBOL SIMBOL BAHAN BAHAN KIMIA
Pada suatu wadah atau botol bahan bahan kimia yang berbahaya dan beracun kita akan
menemukan simbol-simbol seperti dibawah ini
Symbol Keterangan
Nama : Irritant
Lambang : Xi
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-
gatal dan dapat menyebabkan luka bakar pada
kulit.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH,C₆H5OH, CI2
Nama : Harmful
Lambang : -
Arti : Bahan yang dapat merusak Kesehatan tubuh
bila kontak langsung dengan tubuh atau
Tindakan : melalui inhalasi.
Tindakan: jangan dihirup, jangan ditelan, dan
hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Etilen glikol, diklorometan.
Nama : Toxic
Lambang : T
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat
menyebabkan sakit serius bahkan
kematian bila tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari
kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Methanol, benzene.
Nama : Very Toxic
Lambang : T+
Arti : Bahan yang bersifat sangat beracun dan
lebih sangat berbahaya bagi Kesehatan
juga dapat menyebabkan sakit kronis
bahkan kematian.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan tubuh dan
system pernapasan.
Contoh : Kalium sianida, hydrogen sulfida,
nitrobenzene dan atripin.
Nama : Corrosive
Lambang : C
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak
jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, gatal-gatal dan dapat menyebabkan
kulit mengelupas.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan hidari
dari benda-benda yang bersifat logam.
Contoh : HCL,H2SO4, NaOH(>2%)
Nama : Flammable
Lambang : -
Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala
rendah, mudah terbakar dengan api Bunsen,
permukaan metal panas atau loncatan bunga
api.
Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi
mengeluarkan api.
Contoh : Minyak terpentin.
Nama : Oxidizer
Lambang : -
Arti : Material yang mudah menimbulkan api Ketika
kontak dengan material lain yang mudah
terbakar dan dapat menimbulkan ledakan.
Tindakan : -
Contoh : Calcium hypoclorite, sodium peroxide,
ammonium dichromate.
Nama : Organic peroxide.
Lambang : -
Arti : Merupakan symbol keamanan bahan kimia yang
digunakan dalam transportasi dan
penyimpanan peroksida organic.
Tindakan : -
Contoh : Benzol peroxide, methyl ethyl ketone peroxide,
dicetyl perdicarbonate.
Nama : Non flammable Gas
Lambang : -
Arti : Symbol pengamanan yang digunakan pada
transportasi dan penyimpanan meteral gas
yang tidak mudah terbakar.
Tindakan : -
Contoh : Oksigen, Nitrogen, Helium.
Nama : Poison
Lambang : -
Arti : Symbol yang digunakan pada trasnporstasi dan
pengimpanan bahan-bahan yang beracun
(belum tentu gas)
Tindakan : -
Contoh : Cynohydrin, calcium cyanide, carbon
tetrachloride.
Nama : Poison gas
Lambang : -
Arti : Symbol yang digunakan pada transportasi dan
penyimpanan material gas yang beracun.
Tindakan : Jauhkan dari pernapasan kita.
Contoh : Chlorine, Methil bromide, Nitric Oxide.
Nama : Harmful
Lambang : -
Arti : Bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh.
Tindakan : Jauhkan dari makanan ataupun minuman.
Contoh : Acrylamide, Amonium Fluorosilicate,
Chloroanisidines.
MSDS (Informasi Data Keamanan Bahan) merupakan kumpulan data-data tentang sifat suatu zat
dan bahaya hahayanya Baik itu sifat kimia, sifat fisika. cara penggunaan, penyimpanan dan
pengelolaan bahan huangan MSDS berisikan.
1. Informası umum
Tanggal pembuatan
Alamat produsen atau suplier
Nomor seni CAS (Chemical Abstract Serial Number)
Nama kima
Nama perdagangan dan sinonim
Nama kimia lainnya
Rumus struktur dan rumus kimia
Tanda bahaya bahan kimia
2. Informass komponen berbahaya
Batas paparan hap komponen
Komposisi
Persen berat
3. Informasi data sifat fisika
Titik didih
Tekanan uap
Kerapatan uap
Titik beku atau titik leleh
Kerapatan cairan
Persen penguapan
Kelarutan
Penampakan fisik dan bau
4. Informasi tentang data kemudahan terbakar dan ledakan
Titik nyala
Batas kemampuan terbakar
Balas temperatur terendah yang menimbulkan ledakan
Batas temperatur tertinggi yang menimbulkan ledakan
Media bahan kimia yang digunakan untuk pemadaman
Prosedur khusus untuk pemadaman
5. Informasi data reaktivitas
Stabilitas bahan
Pengaturan lokasi penempatan bahan
Produk dekomposisi yang berbahaya
Produk polimerisasi yang berbahaya
6. Informasi tentang bahaya kesehatan
Efek terkena paparan yang berlebihan
Prosedur pertolongan darurat dan pertolongan pertama akibat kecelakaan
Kontak pada mata
Kontak pada kulit
Terhirup pada pernafasan
7. Informasi prosedur pengumpulan, pengelolaan dan pengolahan limbah
Langkah langkah yang harus diambil untuk pengumpulan limbah
Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapangan.
Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di laboratorium
Metoda pemusnahan limbah bahan kimia
8. Informasi perlindungan bahan kimia
Perlindungan respiratory
Ventilasi
Sarung tangan pelindung
Pelindung mata
Peralatan pelindung lainnya
Pengawasan perlindungan
9. Informasi penanganan awal khusus
Penanganan khusus dalam penggunaan dan penyimpanan
Penanganan awal lainnya
10. Informasi Data transportası
Nama dan jenis transportasi
Tanda kelas bahaya bahan
Tanda label
Tanda merk
Prosedur darurat akibat kecelakaan
Prosedur penanganan awal yang harus dilakukan selama tranportasi
HASIL PENGAMATAN
I. Tujuan
a. Memahami dan mempraktekkan teknik-teknik membuat larutan (terkait teknik
pelarutan dan teknik pengenceran bahan kimia).
b. Mampu melakukan perhitungan sebelum membuat larutan disesuaikan dengan wujud
(padat atau cair) bahan kimia yang akan dilarutkan.
3. Kuantitas Zat Padat (Rumus, kelarutan, 3. Tetapkan : rumus zat padat (kristal), daya
massa) larut dan massa padatan yang akan
dilarutkan (dihitung).
Teknik Pengenceran
Pada umumnya asam asam anorganik berupa cairan pekat ada yang berasap atau bersifat
korosif Zat can organik umumnya bersifat mudah menguap dan mudah terbakar Asam asam
anorganik dan beberapa cairan organik sering harus disiapkan sebagai sediaan berupa larutan
yang lebih encer dalam suatu pelarut.
Teknik pengenceran cairan pekat asam anorganik dan cairan pekar organik pada dasamya
tidak begitu berbeda Teknik pengenceran melihatkan teknik pengukuran volum dan teknik
pelarutan teknik pencampuran) Tentang kedua teknik ini, beberapa hal harus diperhatikan
seperti diuraikan berikut ini:
a. Teknik Pengenceran dari Cairan Pekat
Pra Pengenceran
Hitung volume cairan pekat dan volume akuades yang akan diukur
Ukur volume akuades tersebut dan siapkan di dalam gelas kimia
Teknik Pengukuran Volume Cairan Pekat
Mengingat sifat zal can pekat, maka pengukuran volumenya hanis dilakukan di
ruang asam dan pembacaan skala volumenya harus sesegera mungkin.
Sebaiknya menggunakan masker
Pencampuran Pelarutan
Segera alirkan perlahan cairan pekat lewat batang pengaduk ke dalam gelas kimia
bensi akuades di atas.
Hitung balik, konsentrasi cairan hasil pengenceran tambahkan sesuai dengan
kekurangan akuades.
b. Teknik Pengenceran dari Cairan Kurang Pekat
Teknik pengenceran dan larutan agak pekat menjadi larutan yang lebih encer (misal dari
3 M ke M) lebih mudah dilakukan dan tidak perlu diruang asam.
Caranya
Ukur akuades (hasil bitung) dengan gelas ukur (berukuran sesuai dengan volume akhir
larutan), kemudian tuangkan larutan lebih pekatnya ke dalam gelas ukur tersebut sampai
volumenya mendekati tanda batas. lanjutkan penambahan tetes per tetes sampai tanda
batas volume akhir yang diharapkan.
c. Perhitungan Volume dan Konsentrasi Cairan
Sebelum melakukan perhitungan volume cairan catatlah harga kadar konsentrasi cairan
yang akan diencerkan dari label kemasannya dan tetapkan besarnya volume larutan encer
yang hendak dibuat Asam asam pekat yang diperdagangkan, pada labelnya ditemukan
dari harga molar persentb/b), dan massa jenisnya, sementara cairan organik, harga dan
persen (v/v) dan massa jenisnya.
Contoh :
Membuat Larutan Asam Oksalat (H2C2O4) 0,01N Sebanyak 500 mL
Perhitungan :
g = N x BM/ekuivalen x V (L)
, /
g = 0,01 mol ek/L x x L = 0,315 g
Caranya :
Timbang asam oksalat sebanyak 0,315g
Dimasukkan ke beker glass, kemudian ditambahkan aquadest secukupnya,
aduk sampai asam oksalat larut.
Masukkan kedalam labu ukur 500 mL
Beker glass dibilas dengan aquadest dan aquadest bilasnya dimasukkan
juga kedalam labu ukur tersebut
Tambah aquadest sampai tanda batas 500 mL
Kocok sampai Homogen
Contoh:
Membuat larutan NaOH 0,1M Sebanyak 500 Ml
Perhitungan:
g = M x BM x V(L)
g = 0,1M ( ) x 40g/mol x L = 2g
Caranya :
Timbang NaOH sebanyak 2g.
Dimasukkan beker glass, kemudian ditambahkan aquadest secukupnya,
aduk sampai NaOH larut.
Masukkan kedalam labu ukur 500ml.
Beker glass dibilas dengan aquadest dan aquadest bilasannya dimasukkan
juga kedalam labu ukur tersebut.
Tambahkan aquadest sampai tanda batas 500ml.
Kocok sampai homogen.
B. BAHAN CAIR
Dalam Satuan Normalitas.
V1 x N1 = V2 x N2
Dalam Satuan Molaritas.
V1 x M1 = V2 x M2
Ket :
V1 = Volume Larutan Pekat (yang akan dipipet/ vol sebelum)
V2 = Volume Larutan Yang Akan dibuat (volume sesudah)
N1/M1 = Konsentrasi (Normalitas/Molaritas) Larutan Pekat.
N2/M2 = Konsetrasi (normalitas/ Molaritas ) larutan yang dibuat.
Contoh :
Membuat larutan HCI 0,01N sebanyak 100ml (Normalitas HCI pekat 12N, lihat
table!)
Perhitungan :
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 12N = 100ml x 0,01N
V1 = 0,083 ml
Caranya :
Siapkan beker glass, kemudian isi dengan aquadest secukupnya (ingat total
larutan yang akan dibuat 100ml)
Pipet HCI pekat (12N) sebanyak 0,083 ml, kemudian masukkan perlahan-
lahan ke daam beker glass yang sudah berisi aquadest.
Aduk sampai homogen.
Pindahkan ke dalam labu ukur 100ml.
Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Kocok labu ukur sampai larutan homogen.
3. Labu ukur
4. Botol semprot
5. Botol timbang
6. Batang pengaduk
7. Corong
NaOH 0,1 N
NaOH 1%
NaCl 1000
ppm
NaCl 50 ppm
Mengetahui Surabaya,……
Dosen/Asisten Praktikan
(………………………………..) (…………………………..)
BAB IV
TEKNIK PEMISAHAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan percobaan dasar-dasar teknik pemisahan dari suatu zat.
1. Alat destilasi 1. KI
5. Kasa 5. NaNO₂
7. Cawan porselen
8. Rhodamin B
9. Kaki tiga
10. Corong
A. TEKNIK PEMISAHAN
No. Teknik Pemisahan Pengamatan Prinsip pemisahan
1. Rekristalisasi
2. Ekstraksi
3. Destilasi
Mengetahui Surabaya,……
Dosen/Asisten Praktikan
(………………………………..) (…………………………..)
BAB V
REAKSI KIMIA DALAM LARUTAN AIR
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan percobaan yang menunjukkan terjadinya reaksi kimia dalam
larutan air sehingga dapat menetapkan hubungan yang terjadi antara pereaksi dan hasil
reaksi.
7. FeCl₃
8. HCl
9. CuSO₄
10. Lempeng Zn
11. Logam Fe
1. Reaksi Pbl
Pengendapan
Fe(OH)₃
2. Reaksi Redoks Zn
Fe
Mengetahui Surabaya,……
Dosen/Asisten Praktikan
(………………………………..) (…………………………..)
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN LARUTAN BUFFER
I. Tujuan
a. Memahami dan mempraktekkan cara membuat larutan buffer (penyangga atau dapar)
b. Mampu melakukan perhitungan pH larutan Buffer secara Teoritis
2. Mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat, dimana asam lemah
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Contohnya:
a. CH COOH + KOH CH COOK + H O
b. HNO + NaOH NaNO + H O
100 ml CH COOH 0,1 M + 50 ml NaOH 0,1 M.
= 10 mmol
= 50 mmol
(=5 mmol).
Jadi, campuran merupakan buffet karena mengandung NH₃ (basa lemah) dan NH₄⁺
(asam konjugasi dan NH₃).
Jika ditambah asam atau H⁺, sesuai dengan asas le Chatelier (apabila suatu sistem
kesetimbangan diganggu, maka sistem kesetimbangan tersebut akan bergeser ke arah
yang memperkecil gangguan itu), kesetimbangan asam akan bergeser ke kiri sehingga
kesetimbangan air tidak terganggu. Artinya [H⁺] larutan akan tetap seper^ semula. Bila
ditambah basa atau OH, kesetimbangan air bergeser ke atas, akibatnya [H⁺] berkurang.
Kekurangan ini akan menyebabkan kesetimbangan asam bergeser ke kanan sehingga
akhirnya [H⁺] rela^f sama dengan semula.
Hal yang serupa akan dapat dijelaskan untuk buffer basa lemah dengan garamnya.
Jika ditambah H⁺, maka kesetimbangan an bergeser ke atas dan akibatnya kesetimbangan
asam bergeser ke kanan, sehingga [ˉOH] relatif konstan. Bila diberi ¯ OH, maka
kesetimbangan basa bergeser ke kiri sehingga konsentrasin seperti semula.
3. Menghitung pH Larutan Buffer
a. Larutan Buffer Asam
[ ]
[H⁺] = Ka x
[*]
4. Pengukuran pH
o Menggunakan beberapa indicator
Indikator asam-basa memiliki daerah pH yang berbeda-beda.
No Indikator Trayek pH Perubahan Warna
(b) Jika volum NH₄OH 0,1 N yang digunakan adalah 200 mL. Lalu sejumlah garam
dilarutkan, dan selanjutnya volum akhir dijadikan 250 mL. dengan menambahkan
aquadest, berarti:
Kuantitas NH₄OH adalah (200 mL)(0,1 N) = 20 mmol, dan
Jumlah garam yang harus ditimbang (dilarutkan dihitung berdasarkan
perbandingan berikut :
19 3345 6787
129 3: ,
; 3345 <7=73 = x= = 3,557
,
129 3:
40,04 mmol NH₄Cl = (3,557 mmol)(53,49 mg/mmol)
= 190,264 mg NH₄Cl
= 0,1903 g NH₄Cl
Proses pembuatan :
Timbang garam NH₄Cl sejumlah 0,1903 g; larutkan dalam 200 mL NH₄OH 0,1 N;
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volume total 250 mL.
Buffer Asam
Diperlukan 100 mL larutan buffer pH 5,00. Yang tersedia adalah asam asetat, asam
benzoat, asam format dan garam-garamnya.
Analisis/Perhitungan :
(1) Yang dipilih adalah asam dengan pKa-nya mendekati pH larutan buffer, yaitu asam
asetat.
( )( 00>#)
X= = 86,975 mmol CH₃COONa
,
= (86,957 mmol)(82,03 mg/mmol)
= 7133,1 mg
= 7,13 CH₃COONa
Prosedur pembuatan :
Ditimbang 7,13 g CH₃COONa dan ukur 100 Ml CH₃COONa 0,5 M. Larutkan garam ke
dalam larutan asam.
3.2. Bahan
NH₄OH 0,1 N
NH₄Cl
CH₃COOH 0,5 M
CH₃COONa
Mengetahui Surabaya,……
Dosen/Asisten Praktikan
(………………………………..) (…………………………..)
PERCOBAAN VII
TITRASI ASAM-BASA
I. Tujuan
a. Menentukan Normalitas larutan NaOH menggunakan larutan baku asam oksalat
b. Menetapkan kadar asam cuka secara volumetri
H⁺ + OHˉ H₂O
Zat yang akan dititrasi disebut sebagai titrat (ditampung dalam erlenmeyer), sedangkan
larutan yang digunakan untuk menitrasi disebut titran (dimasukkan ke dalam buret).
Sejumlah tertentu larutan asam dititrasi dengan larutan basa sampai mencapai titik
ekuivalen (asam dan basa tepat habis bereaksi).
Titik ekuivalen dapat diketahui dengan menambahkan suatu indikator.
Indikator akan berubah warna di sekitar titik ekuivalen.
Titrasi dihentikan pada saat indikator menunjukkan perubahan warna (keadaan ini
disebut = titik akhir titrasi).
Kurva titrasi dibedakan menjadi 3 yaitu kurva titrasi antara:
a) Asam kuat dengan basa kuat (saat ekuivalen, pH = 7)
b) Asam kuat dengan basa lemah (saat ekuivalen, pH ˂ 7)
c) Asam lemah dengan basa kuat ( saat ekuivalen, pH ˃ 7)
Jalannya proses titrasi netralisasi dapat dikuti dengan melihat perubahan pH larutan selama
titrasi, yang terpenting adalah perubahan pH pada saat dan disekitar titik ekuivalen karena hal
ini berhubungan erat dengan pemilihan indikator agar kesalahan titrasi sekecil-kecilnya.
Kurva Titrasi Netralisasi
Pada kurva titrasi di atas, mula mula nilai pH naik secara lambat kemudian bertambah lebih cepat
pada saat menghampiri titik ekuivalen (pH = 7). Dari kurva ini juga dapat diketahui bahwa
indikator yang dapat dipakai adalah indikator yang mempunyai perubahan warna antara pH 7-
10 karena kesalahan titrasinya kecil (belum berarti). Berikut adalah daftar indikator beserta
perubahan warnanya pada rentang pH tertentu.
Larutan baku
Ada 2 macam Larutan Baku :
1. Larutan baku primer
yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena didapatkan dari
hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dinyatakan dalam Normalitas dan
Molaritas.
Contoh : K₂Cr₂O₇, AS₂O₃, NaCl, asam oksalat (C₂H₂O₄).
3.2. Bahan
Asam cuka perdagangan
Larutan NaOH 0,1 N
Asam oksalat dihidrat (C₂H₂O₄.2H₂O)
Indikator pp (phenolpthalein)
Replikasi 3
Titrasi 1 10 mL ……mL
Titrasi 2 10 mL ……mL
Titrasi 1 5 mL ……mL
Titrasi 2 5 mL ……mL
Perhitungan:
(V x N) . 0 IJD = (V x N)A BC
A mL x N . 0 IJD = B mL x NA BC hasil standarisasi
K 0F G…… A
N . 0 IJD = 0F
N . 0 IJD = ………N
Faktor pengenceran = 10, jadi N . 0 IJD = ………N x 10 = …….N
Mengetahui Surabaya,……
Dosen/Asisten Praktikan
(………………………………..) (…………………………..)
DAFTAR PUSTAKA
FORMAT LAPORAN
SAMPUL LAPORAN
(Sesuai kesepakatan kelas)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(uraikan latar belakang gagasan, argumentasi pentingnya percobaan)
1.2 Tujuan (sesuai buku petunjuk)
DAFTAR PUSTAKA
(min 5 referensi, 2 atau lebih diantaranya dari jurnal penelitian)
LAMPIRAN
(perhitungan pembuatan larutan reagen, foto-foto hasil percobaan)