Anda di halaman 1dari 7

Dwi fungsi ABRI mengandung pengertian bahwa ABRI mengemban dua fungsi, yaitu fungsi sebagai kekuatan Hankam

dan fungsi
sebagai kekuatan sosial politik.

Fungsi sebagai kekuatan sosial politik hakikatnya adalah tekad dan semangat pengabdian ABRI untuk ikut secara aktif berperan
serta bersama-sama dengan segenap kekuatan sosial politik lainnya memikul tugas dan tanggung jawab perjuangan bangsa
Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan kedaulatannya.

Tujuannya ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamik di segenap aspek kehidupan bangsa dalam
rangka memantapkan tannas untuk mewujudkan tujuan nasional berdasarkan Pancasila.

PEMILU PADA MASA ORDE BARU


Pemilihan Umum pada masa Orde Baru dilakukan selama 6 kali, yaitu pada tahun 1971, 1977,
1982, 1987, 1992, dan 1997.
Pemilihan umum ini memilih anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah). Anggota DPR yang tergabung dalam MPR kemudian memilih
presiden.
Pada masa ini banyak terjadi pelanggaran pemilihan umum untuk memastikan kemenangan
Partai Golongan Karya, dengan pembatasan partai politik dan menekan pemilih untuk memilih
Partai Golongan Karya.
Pembahasan:
Orde Baru adalah istilah yang digunakan untuk menyebut masa pemerintahan Presiden
Indonesia kedua, Soeharto, yang memerintah pada tahun 1966-1998. Presiden Suharto
menggunakan istilah ini untuk membedakan pemerintahannya dengan pemerintahan
pendahulunya, Sukarno, yang oleh Suharto dijuluki "Orde Lama".
Pada masa ini terjadi pengekangan dalam demokrasi, dan berbagai pelanggaran pada
pemilihan umum, untuk memastikan kemenangan Partai Golongan Karya, yang merupakan
partai Presiden Soeharto. Kondisi pemilihan umum pada masa Orde Baru ditandai dengan:
Pemerintahan Presiden Soeharto melakukan pembatasan terhadap partai politik pada masa
Orde Baru. Partai-partai politik dipaksa untuk bergabung ke salah satu dari dua partai yang
legal pada masa ini, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI).
PPP adalah hasil gabungan dari empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU),
Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Parmusi.
Sementara PDI adalah penggabungan dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Musyawarah
Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga dua
partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.
Hanya kedua partai ini, beserta Golongan Karya, yang diizinkan untuk mengikuti Pemilihan
Umum sejak tahun 1976 di Indonesia, hingga tumbangnya Suharto pada tahun 1996.
Orde Baru juga berusaha menjamin kemenangan Golongan Karya sebagai partai politik
pemerintah. Pegawai negeri sipil (PNS) dan pelajar ditekan serta diharuskan untuk memilih
Golkar. PDI dan PPP juga mengalami pembatasan di masa kampanye. Aktifis kedua partai
juga mengalami intimidasi.

Anda mungkin juga menyukai