NIM: 2022511313
Kelas: F3.22
1. Transformasi struktural perekonomian adalah perubahan struktur ekonomi dari sektor tradisional yang
memiliki produktivitas rendah menuju sektor ekonomi dengan produktivitas tinggi. Sektor tradisional
meliputi sektor pertanian, pertambangan, dan kehutanan, sedangkan sektor modern meliputi sektor
industri manufaktur dan jasa.
Tujuan pemerintah membuat kebijakan transformasi struktural adalah untuk meningkatkan daya saing
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Transformasi struktural diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah ekonomi, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan mengurangi
kemiskinan.
Peningkatan kesenjangan pendapatan, antara kelompok masyarakat yang bekerja di sektor modern
dan tradisional.
Penambahan emisi gas rumah kaca, dari sektor industri dan jasa.
Perubahan lingkungan, akibat kegiatan ekonomi.
2. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran
negara. Kebijakan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua cara, yaitu:
Pengaruh terhadap permintaan agregat
Kebijakan fiskal dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui pengeluaran pemerintah dan pajak.
Pengeluaran pemerintah yang meningkat akan meningkatkan permintaan agregat, sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pajak yang meningkat akan mengurangi permintaan agregat,
sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.
Contoh:
Pemerintah Indonesia meningkatkan belanja infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Belanja infrastruktur akan meningkatkan permintaan barang dan jasa di sektor konstruksi, sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh terhadap penawaran agregat
Kebijakan fiskal juga dapat mempengaruhi penawaran agregat melalui investasi pemerintah. Investasi
pemerintah yang meningkat akan meningkatkan kapasitas produksi perekonomian, sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Contoh:
Pemerintah Indonesia memberikan subsidi kepada industri manufaktur untuk mendorong investasi.
Subsidi tersebut akan menurunkan biaya produksi industri manufaktur, sehingga mendorong investasi
dan pertumbuhan ekonomi.
3. Dik:
Total penghasilan WNA dalam negeri Rp. 35.000.000
Jumlah pendapatan WNI dalam negeri Rp. 125.000.000
Jumlah pendapatan warga Indonesia di luar negeri Rp 45.000.000,
Laba ditahan Rp 20.000.000
Pajak tidak langsung Rp 6.000.000,
Penyusutan Rp 15.000.000
Pajak langsung Rp 7.500.000
Transfer payment Rp 8.000.000
Iuran pensiun Rp 4.000.000
Jaminan sosial Rp 2.500.000
Jawab:
GDP = Seluruh WNI + WNA dalam negeri
= Rp. 125.000.000 + 35.000.000
= Rp 160.000.000
GNP = GDP +/- Pendapatan netto
= Rp. 160.000.000 + ( Rp. 45.000.000 – Rp. 35.000.000 )
= Rp. 170.000.000
NNP = GNP – Penyusutan
= Rp. 170.000.000 – Rp. 15.000.000
= Rp. 155.000.000
NNI = NNP – Pajak tak langsung
= Rp. 155.000.000 – Rp. 6.000.000
= Rp. 149.000.000
PI = NNI + Transfer Payment – Iuran iuran
= Rp. 149.000.000 + Rp. 8.000.000 – Rp. 4.000.000 – Rp. 2.500.000 – Rp. 20.000.000
= Rp. 130.500.000
DI = PI – Pajak Langsung
= Rp. 130.500.000 – Rp. 7.500.000
= Rp. 123.000.000
Jawab:
Y= C+I+G+(X-M)
Y= Rp. 610.000 M
B) Negara X mempunyai data harga barang dan nilai produksi sebagai berikut :
- Kain harga Rp 25.000,- jumlah produksi 10.000, baju Rp 6000,- jumlah produksi
15.000, sepatu harga Rp 50.000,- jumlah produksi 3000, jaket Rp 25.000,- jumlah
produksi 1.500, Kaos Rp 15.000,- jumlah produksi 15.000,
Jawab:
Y= Rp752.500.000
8. Sasaran utama operasional kebijakan moneter adalah untuk mencapai stabilitas moneter. Stabilitas
moneter didefinisikan sebagai kondisi di mana tingkat inflasi rendah dan stabil, nilai tukar Rupiah stabil,
serta sistem pembayaran berjalan lancar.
Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Indonesia menggunakan dua instrumen operasional kebijakan
moneter, yaitu:
Operasi pasar terbuka (OP)
Kebijakan diskonto
OP adalah kegiatan Bank Indonesia dalam memperjualbelikan Surat Berharga Negara (SBN) atau
surat berharga lain kepada bank umum. Melalui OP, Bank Indonesia dapat menambah atau
mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.
Kebijakan diskonto adalah kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga yang
berlaku untuk kredit antar bank. Melalui kebijakan diskonto, Bank Indonesia dapat mempengaruhi
tingkat suku bunga di pasar uang.
Apa yang terjadi bila uang beredar di masyarakat terlalu banyak?
Jika uang beredar di masyarakat terlalu banyak, maka akan terjadi inflasi. Hal ini karena masyarakat
memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan, sehingga permintaan barang dan jasa akan
meningkat. Kenaikan permintaan yang tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran akan
menyebabkan kenaikan harga.
Inflasi yang tinggi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti:
Menurunnya daya beli masyarakat
Meningkatnya biaya produksi
Merosotnya nilai tukar mata uang
Apa yang terjadi kalo peredaran uang di masyarakat terlalu sedikit?
Jika peredaran uang di masyarakat terlalu sedikit, maka akan terjadi resesi. Hal ini karena
masyarakat memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, sehingga permintaan barang dan jasa
akan menurun. Penurunan permintaan yang tidak diimbangi dengan penurunan penawaran akan
menyebabkan penurunan produksi.
Resesi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti:
Peningkatan pengangguran
Menurunnya pendapatan masyarakat
Merosotnya nilai tukar mata uang
Jadi, baik peredaran uang di masyarakat terlalu banyak maupun terlalu sedikit, keduanya dapat
menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu menjaga
agar jumlah uang beredar di masyarakat tetap stabil.
10. Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang
untuk menjaga stabilitas moneter. Stabilitas moneter didefinisikan sebagai kondisi di mana tingkat
inflasi rendah dan stabil, nilai tukar Rupiah stabil, serta sistem pembayaran berjalan lancar.
Untuk mencapai stabilitas moneter, BI memiliki berbagai instrumen kebijakan moneter, antara lain:
Kebijakan diskonto
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai peran BI dalam menjaga stabilitas moneter:
BI menggunakan kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi. Jika inflasi terlalu tinggi, maka akan
menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu,
BI perlu menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar inflasi tetap rendah.
BI bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem pembayaran yang
lancar akan memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi. Oleh karena itu, BI perlu
menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar sistem pembayaran tetap lancar.
Selain menggunakan instrumen kebijakan moneter, BI juga melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan stabilitas moneter, antara lain:
BI terus berupaya untuk menjaga stabilitas moneter di Indonesia. Stabilitas moneter merupakan
kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.