Anda di halaman 1dari 11

Nama: Muhammad Afriansyah

NIM: 2022511313

Kelas: F3.22

1. Transformasi struktural perekonomian adalah perubahan struktur ekonomi dari sektor tradisional yang
memiliki produktivitas rendah menuju sektor ekonomi dengan produktivitas tinggi. Sektor tradisional
meliputi sektor pertanian, pertambangan, dan kehutanan, sedangkan sektor modern meliputi sektor
industri manufaktur dan jasa.

Tujuan pemerintah membuat kebijakan transformasi struktural adalah untuk meningkatkan daya saing
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Transformasi struktural diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah ekonomi, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan mengurangi
kemiskinan.

Langkah-langkah Pemerintah Indonesia dalam memperbaiki transformasi struktural antara lain:

 Peningkatan investasi, terutama di sektor industri manufaktur dan jasa.


 Pemberdayaan UMKM, agar dapat menjadi penggerak utama perekonomian.
 Peningkatan kualitas sumber daya manusia, melalui pendidikan dan pelatihan.
 Peningkatan infrastruktur, untuk mendukung kegiatan ekonomi.

Dampak positif transformasi struktural perekonomian antara lain:

 Peningkatan produktivitas dan nilai tambah ekonomi.


 Penciptaan lapangan kerja berkualitas.
 Pengurangan kemiskinan.
 Meningkatnya kemandirian ekonomi.

Dampak negatif transformasi struktural perekonomian antara lain:

 Peningkatan kesenjangan pendapatan, antara kelompok masyarakat yang bekerja di sektor modern
dan tradisional.
 Penambahan emisi gas rumah kaca, dari sektor industri dan jasa.
 Perubahan lingkungan, akibat kegiatan ekonomi.

2. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran
negara. Kebijakan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui dua cara, yaitu:
 Pengaruh terhadap permintaan agregat
Kebijakan fiskal dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui pengeluaran pemerintah dan pajak.
Pengeluaran pemerintah yang meningkat akan meningkatkan permintaan agregat, sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pajak yang meningkat akan mengurangi permintaan agregat,
sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.
Contoh:
Pemerintah Indonesia meningkatkan belanja infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Belanja infrastruktur akan meningkatkan permintaan barang dan jasa di sektor konstruksi, sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Pengaruh terhadap penawaran agregat
Kebijakan fiskal juga dapat mempengaruhi penawaran agregat melalui investasi pemerintah. Investasi
pemerintah yang meningkat akan meningkatkan kapasitas produksi perekonomian, sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Contoh:
Pemerintah Indonesia memberikan subsidi kepada industri manufaktur untuk mendorong investasi.
Subsidi tersebut akan menurunkan biaya produksi industri manufaktur, sehingga mendorong investasi
dan pertumbuhan ekonomi.

3. Dik:
Total penghasilan WNA dalam negeri Rp. 35.000.000
Jumlah pendapatan WNI dalam negeri Rp. 125.000.000
Jumlah pendapatan warga Indonesia di luar negeri Rp 45.000.000,
Laba ditahan Rp 20.000.000
Pajak tidak langsung Rp 6.000.000,
Penyusutan Rp 15.000.000
Pajak langsung Rp 7.500.000
Transfer payment Rp 8.000.000
Iuran pensiun Rp 4.000.000
Jaminan sosial Rp 2.500.000
Jawab:
GDP = Seluruh WNI + WNA dalam negeri
= Rp. 125.000.000 + 35.000.000
= Rp 160.000.000
GNP = GDP +/- Pendapatan netto
= Rp. 160.000.000 + ( Rp. 45.000.000 – Rp. 35.000.000 )
= Rp. 170.000.000
NNP = GNP – Penyusutan
= Rp. 170.000.000 – Rp. 15.000.000
= Rp. 155.000.000
NNI = NNP – Pajak tak langsung
= Rp. 155.000.000 – Rp. 6.000.000
= Rp. 149.000.000
PI = NNI + Transfer Payment – Iuran iuran
= Rp. 149.000.000 + Rp. 8.000.000 – Rp. 4.000.000 – Rp. 2.500.000 – Rp. 20.000.000
= Rp. 130.500.000
DI = PI – Pajak Langsung
= Rp. 130.500.000 – Rp. 7.500.000
= Rp. 123.000.000

4. Pendapatan yang diperoleh masyarakat dalam suatu perekonomian sebagai berikut:


Upah dan gaji Rp 30.000.000,-
Konsumsi Rp 45.000.000,-
Pengeluaran Pemerintah Rp35.500.000,-
Sewa tanah Rp 15.000.000,-
Bunga modal Rp 10.500.000,-
Keuntungan Rp 25.000.000,-
Ekspor Rp 8.000.000,-
Impor Rp 5.000.000
Dit: PDB menggunakan metode pendekatan?
Jawab:
Y= R+W+I+P
Y= Rp. 15.000.000 + Rp. 30.000.000 + Rp. 10.500.000 + Rp. 25.000.000
Y= RP. 80.500.000

5. A) Data perekonomian Negara X tahun 2022 (dalam milyaran rupiah): - untuk


kebutuhan konsumsi Rp 350.000,-, adanya penyusutan barang sebesar Rp
85.000, , pajak tidak langsung Rp 50.500,-, pengeluaran pemerintah Rp 120.000,-
bunga Rp 70.000,- untuk keperluan Investasi Rp 130.000,- Sewa lahan usaha Rp
40.000,- impor Rp 110.000,- Laba Rp 47.500,- ekspor Rp 120.000,- upah Rp
110.000,-

Dit: Hitung pendapatan berdasarkan metode pendekatan pengeluaran?

Jawab:

Y= C+I+G+(X-M)

Y= Rp. 350.000 M + Rp. 130.000 M + Rp. 120.000 M + (Rp. 120.000 M – Rp.


110.000 M)

Y= Rp. 610.000 M

B) Negara X mempunyai data harga barang dan nilai produksi sebagai berikut :

- Kain harga Rp 25.000,- jumlah produksi 10.000, baju Rp 6000,- jumlah produksi
15.000, sepatu harga Rp 50.000,- jumlah produksi 3000, jaket Rp 25.000,- jumlah
produksi 1.500, Kaos Rp 15.000,- jumlah produksi 15.000,

Dik: Hitunglah pendapatan nasional Negara tersebut berdasarkan pendekatan


prduksi?

Jawab:

Y= Pq1.Q1 + Pq2.Q2 + Pq3.Q3 + Pq4.Q4 + Pq5.Q5

Y= (Rp25.000 × 10.000) + (Rp6.000 × 15.000) + (Rp50.000 × 3.000) +


(Rp25.000 × 1.500) + (Rp15.000 × 15.000)
Y= Rp250.000.000 + Rp90.000.000 + Rp150.000.000 + Rp37.500.000 +
Rp225.000.000

Y= Rp752.500.000

6. A) Pengertian Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi perekonomian melalui mekanisme pasar.
B. Tujuan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal memiliki beberapa tujuan, antara lain:
 Menstabilkan perekonomian
Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk menstabilkan perekonomian, baik pada saat resesi ekonomi
maupun inflasi. Pada saat resesi ekonomi, pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal ekspansif
untuk meningkatkan permintaan agregat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada saat inflasi,
pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal kontraktif untuk mengurangi permintaan agregat dan
menekan inflasi.
 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan
investasi, konsumsi, dan ekspor. Pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal ekspansif untuk
meningkatkan permintaan agregat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Meningkatkan pemerataan pendapatan
Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk meningkatkan pemerataan pendapatan dengan memberikan
transfer kepada masyarakat miskin dan rentan. Pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal transfer
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan rentan.
C. Instrumen-instrumen Kebijakan Fiskal
Instrumen-instrumen kebijakan fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
 Instrumen penerimaan
Instrumen penerimaan adalah kebijakan yang mempengaruhi penerimaan pemerintah. Instrumen
penerimaan meliputi pajak, bea, dan retribusi.
 Instrumen pengeluaran
Instrumen pengeluaran adalah kebijakan yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah. Instrumen
pengeluaran meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, dan transfer.

7. Pentingnya Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah
uang beredar dan tingkat suku bunga dalam suatu perekonomian. Kebijakan moneter penting untuk
mencapai berbagai tujuan ekonomi, seperti:
 Mencapai stabilitas harga
Kebijakan moneter dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi. Jika inflasi terlalu tinggi, maka akan
menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan melemahnya nilai tukar mata uang. Oleh karena itu,
bank sentral perlu menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar inflasi tetap rendah.
 Mendukung pertumbuhan ekonomi
Kebijakan moneter dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika jumlah uang
beredar di masyarakat meningkat, maka akan meningkatkan permintaan barang dan jasa. Peningkatan
permintaan yang diimbangi dengan peningkatan penawaran akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
 Menjaga stabilitas nilai tukar
Kebijakan moneter dapat digunakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang. Jika nilai tukar mata
uang melemah, maka akan membuat barang dan jasa impor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, bank
sentral perlu menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar nilai tukar mata uang tetap stabil.
Jenis-Jenis Instrumen Kebijakan Moneter
Terdapat berbagai jenis instrumen kebijakan moneter yang dapat digunakan oleh bank sentral.
Instrumen-instrumen tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu instrumen langsung dan
instrumen tidak langsung.
 Instrumen Langsung
Instrumen langsung adalah instrumen yang secara langsung mengatur jumlah uang beredar di
masyarakat. Instrumen langsung yang umum digunakan oleh bank sentral antara lain:
 Operasi pasar terbuka (OP)
OP adalah kegiatan Bank Indonesia dalam memperjualbelikan Surat Berharga Negara (SBN) atau surat
berharga lain kepada bank umum. Melalui OP, Bank Indonesia dapat menambah atau mengurangi
jumlah uang beredar di masyarakat.
 Kebijakan diskonto
Kebijakan diskonto adalah kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga yang
berlaku untuk kredit antar bank. Melalui kebijakan diskonto, Bank Indonesia dapat mempengaruhi
tingkat suku bunga di pasar uang.

 Instrumen Tidak Langsung


Instrumen tidak langsung adalah instrumen yang secara tidak langsung mengatur jumlah uang
beredar di masyarakat. Instrumen tidak langsung yang umum digunakan oleh bank sentral antara
lain:
 Kebijakan cadangan wajib
Kebijakan cadangan wajib adalah kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan jumlah dana yang
harus disimpan oleh bank umum di Bank Indonesia. Melalui kebijakan cadangan wajib, Bank
Indonesia dapat mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat.
 Kebijakan kredit selektif
Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan Bank Indonesia dalam memberikan kredit kepada sektor-
sektor tertentu. Melalui kebijakan kredit selektif, Bank Indonesia dapat mempengaruhi permintaan
barang dan jasa di sektor-sektor tertentu.
 Kebijakan moral suasion
Kebijakan moral suasion adalah kebijakan Bank Indonesia dalam memberikan imbauan kepada bank
umum untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Melalui kebijakan moral suasion, Bank
Indonesia dapat mempengaruhi kebijakan bank umum.
Bank sentral perlu memilih instrumen kebijakan moneter yang tepat untuk mencapai tujuan
ekonomi yang ingin dicapai.

8. Sasaran utama operasional kebijakan moneter adalah untuk mencapai stabilitas moneter. Stabilitas
moneter didefinisikan sebagai kondisi di mana tingkat inflasi rendah dan stabil, nilai tukar Rupiah stabil,
serta sistem pembayaran berjalan lancar.
Untuk mencapai sasaran tersebut, Bank Indonesia menggunakan dua instrumen operasional kebijakan
moneter, yaitu:
 Operasi pasar terbuka (OP)
 Kebijakan diskonto
OP adalah kegiatan Bank Indonesia dalam memperjualbelikan Surat Berharga Negara (SBN) atau
surat berharga lain kepada bank umum. Melalui OP, Bank Indonesia dapat menambah atau
mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat.

Kebijakan diskonto adalah kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan tingkat suku bunga yang
berlaku untuk kredit antar bank. Melalui kebijakan diskonto, Bank Indonesia dapat mempengaruhi
tingkat suku bunga di pasar uang.
Apa yang terjadi bila uang beredar di masyarakat terlalu banyak?
Jika uang beredar di masyarakat terlalu banyak, maka akan terjadi inflasi. Hal ini karena masyarakat
memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan, sehingga permintaan barang dan jasa akan
meningkat. Kenaikan permintaan yang tidak diimbangi dengan kenaikan penawaran akan
menyebabkan kenaikan harga.
Inflasi yang tinggi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti:
 Menurunnya daya beli masyarakat
 Meningkatnya biaya produksi
 Merosotnya nilai tukar mata uang
Apa yang terjadi kalo peredaran uang di masyarakat terlalu sedikit?
Jika peredaran uang di masyarakat terlalu sedikit, maka akan terjadi resesi. Hal ini karena
masyarakat memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan, sehingga permintaan barang dan jasa
akan menurun. Penurunan permintaan yang tidak diimbangi dengan penurunan penawaran akan
menyebabkan penurunan produksi.
Resesi dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti:
 Peningkatan pengangguran
 Menurunnya pendapatan masyarakat
 Merosotnya nilai tukar mata uang
Jadi, baik peredaran uang di masyarakat terlalu banyak maupun terlalu sedikit, keduanya dapat
menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu menjaga
agar jumlah uang beredar di masyarakat tetap stabil.

9. Dampak Positif Globalisasi Perdagangan bagi Bangsa Indonesia


Globalisasi perdagangan memiliki dampak positif bagi bangsa Indonesia, antara lain:
 Meningkatkan akses pasar bagi produk Indonesia
Dengan adanya globalisasi perdagangan, produk-produk Indonesia dapat menembus pasar global.
Hal ini akan meningkatkan pendapatan devisa bagi Indonesia.
 Meningkatkan persaingan usaha
Globalisasi perdagangan akan mendorong persaingan usaha yang lebih ketat. Hal ini akan
mendorong perusahaan-perusahaan Indonesia untuk meningkatkan kualitas produk dan
layanannya.
 Meningkatkan transfer teknologi
Globalisasi perdagangan akan mendorong masuknya investasi asing ke Indonesia. Investasi asing
akan membawa teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan
Indonesia.
 Meningkatkan transfer pengetahuan
Globalisasi perdagangan akan meningkatkan interaksi antarnegara, termasuk interaksi dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini akan mendorong transfer pengetahuan dan inovasi
di Indonesia.
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Dampak positif globalisasi perdagangan, seperti peningkatan pendapatan devisa, peningkatan
persaingan usaha, dan peningkatan transfer teknologi, akan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Dampak Negatif Globalisasi Perdagangan bagi Bangsa Indonesia
Globalisasi perdagangan juga memiliki dampak negatif bagi bangsa Indonesia, antara lain:
 Meningkatkan persaingan tidak sehat
Globalisasi perdagangan akan mendorong persaingan usaha yang lebih ketat. Namun, persaingan
yang tidak sehat juga dapat terjadi, seperti dumping dan subsidi.
 Meningkatkan ketergantungan pada impor
Globalisasi perdagangan akan memudahkan masuknya barang impor ke Indonesia. Hal ini dapat
meningkatkan ketergantungan Indonesia pada impor, terutama untuk barang-barang yang dapat
diproduksi di dalam negeri.
 Meningkatkan kesenjangan sosial
Dampak positif globalisasi perdagangan, seperti peningkatan pendapatan devisa, tidak akan
dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan
kesenjangan sosial di Indonesia.
 Meningkatkan degradasi lingkungan
Globalisasi perdagangan akan mendorong peningkatan aktivitas produksi dan konsumsi. Hal ini
dapat meningkatkan degradasi lingkungan, seperti pencemaran udara dan air.

10. Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia yang memiliki tugas dan wewenang
untuk menjaga stabilitas moneter. Stabilitas moneter didefinisikan sebagai kondisi di mana tingkat
inflasi rendah dan stabil, nilai tukar Rupiah stabil, serta sistem pembayaran berjalan lancar.

Untuk mencapai stabilitas moneter, BI memiliki berbagai instrumen kebijakan moneter, antara lain:

 Operasi pasar terbuka (OP)

 Kebijakan diskonto

 Kebijakan cadangan wajib

 Kebijakan kredit selektif

 Kebijakan moral suasion

BI menggunakan instrumen-instrumen tersebut untuk mengatur jumlah uang beredar di masyarakat.


Jumlah uang beredar yang stabil akan membantu menjaga stabilitas harga, nilai tukar, dan sistem
pembayaran.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai peran BI dalam menjaga stabilitas moneter:

 Mencapai inflasi rendah dan stabil

BI menggunakan kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi. Jika inflasi terlalu tinggi, maka akan
menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu,
BI perlu menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar inflasi tetap rendah.

 Menjaga stabilitas nilai tukar


BI menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Jika nilai tukar
Rupiah melemah, maka akan membuat barang dan jasa impor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu,
BI perlu menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar nilai tukar Rupiah tetap stabil.

 Menjaga kelancaraan sistem pembayaran

BI bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran. Sistem pembayaran yang
lancar akan memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi. Oleh karena itu, BI perlu
menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga agar sistem pembayaran tetap lancar.

Selain menggunakan instrumen kebijakan moneter, BI juga melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan stabilitas moneter, antara lain:

 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

 Meningkatkan kerja sama dengan otoritas moneter negara lain

 Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas

BI terus berupaya untuk menjaga stabilitas moneter di Indonesia. Stabilitas moneter merupakan
kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai