Anda di halaman 1dari 9

Penerapan Ilmu Turunan pada Matematika ke dalam Kegiatan Ekonomi

Turunan, dalam konteks matematika, adalah konsep yang digunakan untuk menghitung perubahan
suatu fungsi terhadap variabelnya. Dalam ekonomi, aplikasi turunan dapat memberikan pemahaman
yang lebih dalam tentang bagaimana perubahan dalam variabel dapat mempengaruhi hasil atau
fenomena ekonomi tertentu. Berikut adalah beberapa aplikasi turunan dalam kegiatan ekonomi:

1. Elastisitas harga permintaan: Turunan digunakan untuk menghitung elastisitas harga


permintaan, yaitu seberapa sensitif permintaan suatu produk terhadap perubahan harga.
Dengan menghitung turunan dari fungsi permintaan terhadap harga, kita dapat menentukan
tingkat elastisitas permintaan dan memahami bagaimana perubahan harga dapat
mempengaruhi jumlah produk yang diminta.
2. Elastisitas pendapatan: Turunan juga digunakan untuk menghitung elastisitas pendapatan,
yaitu seberapa sensitif permintaan suatu produk terhadap perubahan pendapatan
konsumen. Dengan menghitung turunan dari fungsi permintaan terhadap pendapatan, kita
dapat mengetahui apakah suatu produk termasuk barang normal (elastisitas pendapatan
positif) atau barang inferior (elastisitas pendapatan negatif).
3. Produksi dan biaya: Dalam analisis produksi dan biaya, turunan digunakan untuk menghitung
tingkat perubahan produksi atau biaya terhadap faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja
atau kapital. Misalnya, turunan parsial digunakan untuk menghitung produktivitas margin
atau biaya margin dari suatu faktor produksi.
4. Pendapatan marginal: Turunan juga digunakan untuk menghitung pendapatan marginal,
yaitu pendapatan tambahan yang diperoleh dari penjualan satu unit produk tambahan.
Dengan menghitung turunan dari fungsi pendapatan terhadap jumlah produk yang dijual,
kita dapat mengetahui seberapa besar peningkatan pendapatan yang dihasilkan dari
penjualan satu unit tambahan.
5. Keuntungan marginal: Turunan juga digunakan untuk menghitung keuntungan marginal,
yaitu keuntungan tambahan yang diperoleh dari produksi dan penjualan satu unit produk
tambahan. Dengan menghitung turunan dari fungsi keuntungan terhadap jumlah produk
yang dijual, kita dapat mengetahui seberapa besar peningkatan keuntungan yang dihasilkan
dari produksi satu unit tambahan.

Dalam semua aplikasi ini, turunan memberikan wawasan tentang perubahan dan sensitivitas
dalam kegiatan ekonomi, memungkinkan analisis yang lebih mendalam tentang dampak
perubahan variabel pada hasil atau fenomena ekonomi yang diamati.

Elastisitas harga permintaan adalah ukuran seberapa sensitif permintaan suatu


produk terhadap perubahan harga. Jika elastisitas harga permintaan positif, maka
permintaan akan bereaksi secara signifikan terhadap perubahan harga. Berikut adalah
beberapa contoh elastisitas harga permintaan:
1. Barang mewah: Barang-barang mewah seperti mobil mewah atau perhiasan
cenderung memiliki elastisitas harga permintaan yang tinggi. Jika harga barang
mewah tersebut naik, maka permintaan akan menurun secara signifikan karena
pembeli lebih sensitif terhadap perubahan harga.

2. Barang substitusi yang dekat: Jika ada barang substitusi yang dekat dan harganya
lebih rendah, permintaan barang tersebut akan lebih elastis terhadap perubahan
harga. Misalnya, jika harga kopi naik, maka konsumen mungkin beralih ke teh
sebagai substitusi yang lebih murah.
3. Produk konsumen sehari-hari: Barang-barang yang merupakan kebutuhan sehari-
hari seperti makanan atau pakaian biasanya memiliki elastisitas harga permintaan
yang rendah. Meskipun harga naik sedikit, permintaan tetap tinggi karena konsumen
membutuhkan produk tersebut.
4. Barang dengan banyak alternatif: Jika ada banyak alternatif atau variasi dari suatu
produk, permintaan akan cenderung elastis terhadap perubahan harga. Misalnya,
dalam industri smartphone, jika harga satu merek naik secara signifikan, konsumen
dapat beralih ke merek lain yang memiliki harga lebih terjangkau.
5. Produk dengan banyak opsi penggantian: Jika produk memiliki banyak opsi
penggantian atau variasi dalam fitur atau kualitas, permintaan akan cenderung
elastis terhadap perubahan harga. Konsumen dapat memilih opsi yang lebih murah
jika harga naik.
Perhatikan bahwa elastisitas harga permintaan dapat bervariasi antara produk dan pasar
yang berbeda. Faktor-faktor seperti preferensi konsumen, ketersediaan substitusi, dan
tingkat kebutuhan akan mempengaruhi elastisitas harga permintaan suatu produk.

Elastisitas harga permintaan (ε) dapat dihitung menggunakan rumus matematika berikut:
ε = (% perubahan jumlah permintaan) / (% perubahan harga)
Dalam rumus ini, kita menghitung persentase perubahan jumlah permintaan dibagi dengan
persentase perubahan harga untuk mendapatkan elastisitas harga permintaan. Berikut
adalah contoh penggunaan rumus dalam beberapa kasus:
1. Jika harga suatu produk naik sebesar 10% dan jumlah permintaan turun sebesar 5%,
maka elastisitas harga permintaan dapat dihitung sebagai berikut:
ε = (-5%) / (10%) = -0,5
Dalam contoh ini, elastisitas harga permintaan adalah -0,5, yang menunjukkan bahwa
permintaan bersifat inelastis karena perubahan harga yang relatif kecil (10%) menghasilkan
perubahan jumlah permintaan yang lebih kecil (5%).
2. Jika harga suatu produk turun sebesar 20% dan jumlah permintaan meningkat
sebesar 30%, maka elastisitas harga permintaan dapat dihitung sebagai berikut:
ε = (30%) / (-20%) = -1,5
Dalam contoh ini, elastisitas harga permintaan adalah -1,5, yang menunjukkan bahwa
permintaan bersifat elastis karena perubahan harga yang relatif besar (20%) menghasilkan
perubahan jumlah permintaan yang lebih besar (30%).

Perhatikan bahwa elastisitas harga permintaan dapat memiliki nilai positif atau negatif.
Elastisitas harga permintaan positif menunjukkan hubungan positif antara harga dan
jumlah permintaan (permintaan meningkat saat harga naik), sedangkan elastisitas harga
permintaan negatif menunjukkan hubungan negatif (permintaan turun saat harga naik).
Elastisitas pendapatan mengukur seberapa sensitif jumlah permintaan suatu produk
terhadap perubahan pendapatan konsumen. Secara matematis, elastisitas pendapatan (ε)
dapat dihitung dengan rumus:
ε = (% perubahan jumlah permintaan) / (% perubahan pendapatan)

Berikut adalah beberapa contoh elastisitas pendapatan:


1. Barang inferior: Barang inferior adalah barang yang permintaannya menurun saat
pendapatan konsumen meningkat. Misalnya, jika pendapatan konsumen naik 10%
dan jumlah permintaan mi instan turun 5%, maka elastisitas pendapatan dapat
dihitung sebagai berikut:
ε = (-5%) / (10%) = -0,5
Dalam contoh ini, elastisitas pendapatan adalah -0,5, menunjukkan bahwa mi instan
merupakan barang inferior karena permintaan menurun saat pendapatan konsumen naik.
2. Barang normal: Barang normal adalah barang yang permintaannya meningkat seiring
dengan peningkatan pendapatan konsumen. Misalnya, jika pendapatan konsumen
naik 10% dan jumlah permintaan pakaian meningkat 15%, elastisitas pendapatan
dapat dihitung sebagai berikut:
ε = (15%) / (10%) = 1,5
Dalam contoh ini, elastisitas pendapatan adalah 1,5, menunjukkan bahwa pakaian
merupakan barang normal karena permintaan meningkat seiring dengan peningkatan
pendapatan konsumen.
3. Barang mewah: Barang mewah adalah barang yang permintaannya meningkat lebih
cepat daripada peningkatan pendapatan konsumen. Misalnya, jika pendapatan
konsumen naik 10% dan jumlah permintaan mobil mewah meningkat 20%, elastisitas
pendapatan dapat dihitung sebagai berikut:
ε = (20%) / (10%) = 2
Dalam contoh ini, elastisitas pendapatan adalah 2, menunjukkan bahwa mobil mewah
merupakan barang mewah karena permintaan meningkat lebih cepat daripada peningkatan
pendapatan konsumen.
Perhatikan bahwa elastisitas pendapatan dapat memiliki nilai positif atau negatif.
Elastisitas pendapatan positif menunjukkan hubungan positif antara pendapatan dan
jumlah permintaan (permintaan meningkat saat pendapatan naik), sedangkan elastisitas
pendapatan negatif menunjukkan hubungan negatif (permintaan turun saat pendapatan
naik).

Biaya dan Produksi, Dalam konteks matematika, rumus turunan tidak secara
langsung berkaitan dengan produksi dan biaya. Namun, dalam ekonomi, rumus turunan
dapat digunakan untuk menghitung perubahan produksi atau biaya terhadap faktor-faktor
tertentu. Berikut adalah contoh-contoh produksi dan biaya yang menggunakan rumus
turunan matematika:
1. Produksi:
Fungsi Produksi Cobb-Douglas: Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas, produksi (Y)
dapat dihitung menggunakan rumus:
Y = A * K^α * L^β
di mana Y adalah output, A adalah faktor skala produksi, K adalah input modal, L adalah
input tenaga kerja, dan α dan β adalah elastisitas produksi terhadap masing-masing input.
Untuk menghitung pertumbuhan produksi relatif terhadap input modal atau tenaga kerja,
kita dapat menggunakan turunan parsial dari fungsi produksi ini.
Berikut adalah contoh perhitungan rumus produksi dalam konteks ekonomi:
Fungsi Produksi Cobb-Douglas:
Misalkan kita memiliki fungsi produksi Cobb-Douglas sederhana yang menggambarkan
hubungan antara output (Y) dengan input modal (K) dan input tenaga kerja (L):
Y = K^0.5 * L^0.5
Jika kita ingin menghitung output (Y) ketika input modal (K) adalah 16 dan input tenaga
kerja (L) adalah 25, kita dapat menggunakan rumus ini.
Y = 16^0.5 * 25^0.5
=4*5
= 20
Jadi, output (Y) adalah 20 dalam unit yang relevan.

Fungsi Produksi Linear:


Misalkan kita memiliki fungsi produksi linear sederhana yang menggambarkan hubungan
antara output (Y) dengan input tenaga kerja (L):
Y = 2L
Jika kita ingin menghitung output (Y) ketika input tenaga kerja (L) adalah 10, kita dapat
menggunakan rumus ini.
Y = 2 * 10
= 20
Jadi, output (Y) adalah 20 dalam unit yang relevan.

Perhatikan bahwa ini hanya contoh sederhana untuk menggambarkan perhitungan rumus
produksi. Dalam praktiknya, fungsi produksi bisa jauh lebih kompleks dan melibatkan
lebih dari dua faktor input. Selain itu, parameter-parameter seperti elastisitas produksi
juga dapat dimasukkan dalam perhitungan yang lebih rumit.

2. Biaya:
Fungsi Biaya Total: Dalam ekonomi, biaya total (TC) dalam produksi dapat dihitung
menggunakan rumus:
TC = FC + VC
di mana TC adalah biaya total, FC adalah biaya tetap, dan VC adalah biaya variabel. Untuk
menghitung perubahan biaya total terhadap jumlah produksi atau faktor-faktor lainnya, kita
dapat menggunakan turunan dari fungsi biaya ini.
Biaya Marginal: Biaya marginal (MC) mengukur perubahan biaya total yang timbul akibat
produksi satu unit tambahan. Dalam matematika, biaya marginal dapat dihitung
menggunakan turunan dari fungsi biaya total:
MC = dTC/dQ
di mana MC adalah biaya marginal, TC adalah biaya total, dan dQ adalah perubahan
jumlah produksi.
Perhatikan bahwa contoh-contoh ini menggunakan rumus turunan matematika untuk
menggambarkan hubungan antara produksi, biaya, dan faktor-faktor lainnya dalam
ekonomi.
Berikut adalah contoh perhitungan rumus biaya dalam konteks ekonomi:
Biaya Total:
Misalkan kita memiliki biaya tetap (FC) sebesar 500 dan biaya variabel per unit (VC)
sebesar 10. Jika kita ingin menghitung biaya total (TC) untuk produksi 50 unit, kita dapat
menggunakan rumus ini:
TC = FC + (VC * Q)
= 500 + (10 * 50)
= 500 + 500
= 1000
Jadi, biaya total (TC) untuk produksi 50 unit adalah 1000 dalam unit mata uang yang
relevan.

Biaya Marginal:
Misalkan kita memiliki fungsi biaya total (TC) yang menggambarkan hubungan antara
biaya total dengan jumlah produksi (Q). Jika kita ingin menghitung biaya marginal (MC)
ketika jumlah produksi meningkat dari 10 menjadi 20 unit, kita dapat menggunakan rumus
turunan dari fungsi biaya total:
MC = dTC/dQ

Misalkan fungsi biaya totalnya adalah:


TC = 2Q^2 + 10Q + 100
Untuk menghitung biaya marginal (MC) pada Q = 20, kita perlu menghitung turunan dari
fungsi biaya total terhadap Q dan menggantikan nilai Q dengan 20:
MC = dTC/dQ = d/dQ (2Q^2 + 10Q + 100)
= 4Q + 10
MC = 4(20) + 10
= 80 + 10
= 90
Jadi, biaya marginal (MC) ketika jumlah produksi meningkat dari 10 menjadi 20 unit adalah
90 dalam unit mata uang yang relevan.

Perhatikan bahwa ini hanya contoh sederhana untuk menggambarkan perhitungan rumus
biaya. Dalam praktiknya, fungsi biaya bisa jauh lebih kompleks dan melibatkan berbagai
faktor dan variabel lainnya.

Pendapatan marginal adalah perubahan pendapatan total yang dihasilkan oleh


penjualan satu unit tambahan dari suatu produk atau layanan. Berikut adalah contoh
perhitungan pendapatan marginal:
Langkah pertama adalah menghitung pendapatan total saat penjualan sejumlah unit
tertentu. Misalkan kita memiliki fungsi pendapatan total (TR) yang bergantung pada jumlah
unit yang terjual (Q). Contohnya:
TR(Q) = 10Q
Jika kita menjual 100 unit produk, maka pendapatan totalnya adalah:
TR(100) = 10 * 100 = 1000
Selanjutnya, kita akan menghitung pendapatan total saat penjualan satu unit
tambahan. Misalkan kita ingin mengetahui pendapatan marginal saat menjual 101 unit
produk. Kita dapat menggunakan rumus pendapatan marginal (MR) sebagai turunan
pertama dari fungsi pendapatan total:
MR(Q) = dTR(Q) / dQ
Dalam contoh ini, turunan pertama dari TR(Q) adalah:
MR(Q) = d(10Q) / dQ = 10
Jadi, pendapatan marginalnya adalah 10.

Pendapatan marginal mengindikasikan bahwa penjualan satu unit tambahan akan


memberikan pendapatan tambahan sebesar 10 unit mata uang yang relevan.
 Misalkan suatu perusahaan menjual produk dengan harga 10 unit per unit dan
berhasil menjual 100 unit produk. Jika perusahaan berhasil menjual 101 unit produk
dengan harga yang sama, maka pendapatan marginal dapat dihitung sebagai berikut:
Pendapatan Marginal = Pendapatan Total (n+1) - Pendapatan Total (n)
Misalkan Pendapatan Total (n) adalah pendapatan total saat menjual 100 unit produk,
dan Pendapatan Total (n+1) adalah pendapatan total saat menjual 101 unit produk.
Jika Pendapatan Total (n) adalah 1000 unit dan Pendapatan Total (n+1) adalah 1010 unit,
maka:
Pendapatan Marginal = 1010 - 1000
= 10
Jadi, pendapatan marginal untuk penjualan satu unit tambahan adalah 10 unit dalam
unit mata uang yang relevan.

 Misalkan sebuah perusahaan menjual produk dengan harga 5.000 rupiah per unit
dan berhasil menjual 100 unit produk. Jika perusahaan berhasil menjual 101 unit
produk dengan harga yang sama, maka pendapatan marginal dapat dihitung
sebagai berikut:
Pendapatan Marginal = Pendapatan Total (n+1) - Pendapatan Total (n)
Misalkan Pendapatan Total (n) adalah pendapatan total saat menjual 100 unit produk,
dan Pendapatan Total (n+1) adalah pendapatan total saat menjual 101 unit produk.
Jika Pendapatan Total (n) adalah 500.000 rupiah dan Pendapatan Total (n+1) adalah
505.000 rupiah, maka:
Pendapatan Marginal = 505.000 - 500.000 = 5.000
Jadi, pendapatan marginal untuk penjualan satu unit tambahan adalah 5.000 rupiah.
Perhatikan bahwa ini hanyalah contoh sederhana dan pendapatan marginal dapat
bervariasi tergantung pada situasi dan harga produk yang berlaku
Perhatikan bahwa ini hanya contoh sederhana untuk menggambarkan perhitungan
pendapatan marginal. Dalam praktiknya, perhitungan pendapatan marginal dapat lebih
kompleks tergantung pada situasi dan variabel yang terlibat.

Keuntungan Marginal, yaitu keuntungan tambahan yang diperoleh dari produksi dan
penjualan satu unit produk tambahan. Berikut adalah contoh perhitungan rumus
keuntungan marginal:
Langkah pertama adalah menghitung pendapatan total saat penjualan sejumlah unit
tertentu. Misalkan kita memiliki fungsi pendapatan total (TR) yang bergantung pada jumlah
unit yang terjual (Q). Contohnya:
TR(Q) = 20Q
Jika kita menjual 100 unit produk, maka pendapatan totalnya adalah:
TR(100) = 20 * 100 = 2000

Selanjutnya, kita akan menghitung biaya total saat penjualan sejumlah unit tertentu.
Misalkan kita memiliki fungsi biaya total (TC) yang bergantung pada jumlah unit yang terjual
(Q). Contohnya:
TC(Q) = 10Q^2 + 100Q + 500
Jika kita menjual 100 unit produk, maka biaya totalnya adalah:
TC(100) = 10(100)^2 + 100(100) + 500 = 105,000
Setelah menghitung pendapatan total dan biaya total, kita dapat menghitung keuntungan
total (P) dengan mengurangi biaya total dari pendapatan total:
P(Q) = TR(Q) - TC(Q)
Jadi, keuntungan total saat menjual 100 unit adalah:
P(100) = 2000 - 105,000 = -103,000
Keuntungan total negatif menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian saat
menjual 100 unit produk.
Selanjutnya, kita dapat menghitung keuntungan marginal (MC) dengan mengambil turunan
pertama dari fungsi keuntungan total:
MC(Q) = dP(Q) / dQ
Dalam contoh ini, turunan pertama dari P(Q) adalah:
MC(Q) = d(2000 - 10Q^2 - 100Q - 500) / dQ = -20Q - 100
Jadi, rumus keuntungan marginal adalah -20Q - 100.
Keuntungan marginal mengindikasikan perubahan keuntungan saat penjualan satu unit
tambahan. Dalam contoh ini, setiap penjualan unit tambahan akan mengurangi keuntungan
sebesar 20Q + 100 unit mata uang yang relevan.

Berikut adalah contoh perhitungan keuntungan marginal dalam rupiah:


Misalkan kita memiliki data pendapatan total (TR) dan biaya total (TC) sebagai berikut:
Pendapatan Total (TR):
Saat menjual 100 unit: Rp. 10.000.000
Saat menjual 101 unit: Rp. 10.200.000
Biaya Total (TC):
Saat menjual 100 unit: Rp. 8.000.000
Saat menjual 101 unit: Rp. 8.200.000
Kita dapat menghitung keuntungan total (P) dengan mengurangi biaya total dari
pendapatan total:
Keuntungan Total (P):
Saat menjual 100 unit: Rp. 10.000.000 - Rp. 8.000.000 = Rp. 2.000.000
Saat menjual 101 unit: Rp. 10.200.000 - Rp. 8.200.000 = Rp. 2.000.000
Selanjutnya, kita dapat menghitung keuntungan marginal (MC) dengan membagi
perubahan keuntungan (ΔP) dengan perubahan jumlah unit terjual (ΔQ):
Keuntungan Marginal (MC):
MC = ΔP / ΔQ
MC = (Rp. 2.000.000 - Rp. 2.000.000) / (101 - 100)
MC = Rp. 0 / 1
MC = Rp. 0
Dalam contoh ini, keuntungan marginal adalah Rp. 0. Hal ini menunjukkan bahwa saat
penjualan meningkat dari 100 unit menjadi 101 unit, tidak ada perubahan keuntungan yang
terjadi. Keuntungan tetap stabil pada level Rp. 2.000.000.
Perlu diingat bahwa ini adalah contoh sederhana dan keuntungan marginal dapat
bervariasi tergantung pada data yang sebenarnya dan kondisi bisnis yang spesifik.

Anda mungkin juga menyukai