Disusun Oleh:
TIM BIMBINGAN DAN KONSELING
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
MA YPPA CIPULUS
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Konselor:
1. Dasep Mulyadi, S.Pd.I
2. Dera Ferdiansyah, S.Pd
3. Didah Zubaidatul Huda, S.Psi
Telah disetujui oleh pimpinan sekolah/madrasah setelah membaca dan
mempelajari Program Bimbingan dan Konseling dengan memperhatikan
pendidikan berkarakter dan peminatan peserta didik, maka Program Bimbingan
dan Konseling ini akan menjadi bagian dari Program Sekolah yaitu memfasilitasi
peserta didik secara sistematik dan terprogram untuk mencapai Standar
Kompetensi Peserta Didik (Standard based guidance and counseling) yang
meliputi aspek kehidupan pribadi, perkembangan sosial, kemampuan belajar, dan
perencanaan karir. Mohon dilaksanakan dengan sebaik baiknya demi
pengembangan diri peserta didik di sekolah.
Mengetahui
Kepala MA YPPA Cipulus,
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Lembar Pengesahan .................................................................................... ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Rasional ........................................................................................... 1
B. Landasan Bimbingan dan Konseling .............................................. 1
C. Visi dan Misi ................................................................................... 4
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling .................................................. 5
E. Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling ................................... 5
F. Struktur Program ............................................................................. 8
G. Format Program .............................................................................. 13
BAB II PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING .............................................................................................. 14
A. Arah Layanan Program Bimbingan dan Konseling ........................ 14
B. Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling ................................... 15
C. Kegiatan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling ............ 16
D. Prioritas Layanan Bimbingan dan Konseling ................................. 20
E. Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling .............. 23
F. Mekanisme Penanganan Layanan Bimbingan dan Konseling ........ 28
G. Sarana, Prasarana, dan Pembiayaan ................................................ 31
BAB III EVALUASI, PELAPORAN, DAN TINDAK LANJUT .............. 33
A. Evaluasi ........................................................................................... 33
B. Pengawasan dan Pelaporan ............................................................. 34
C. Tindak Lanjut .................................................................................. 35
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 37
Lampiran ................................................................................................. 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Salah satu peran Guru BK/Konselor di sekolah dalam mengimplementasikan
Kurikulum 2013 adalah mengembangkan program Bimbingan dan Konseling (BK) secara
terintegrasi dan terkoordinasikan dengan baik. Jika koordinator BK yang diberikan
kewenangan kebijakan di sekolah dalam mengelola BK tidak berjalan kondusif, maka
program BK sulit diwujudkan dengan baik. Untuk itu kebijakan program BK jangan sampai
terpisah-pisah atau mengabaikan kebijakan program pendidikan lainnya di sekolah, seperti
kebijakan tentang program pembelajaran baik akademik maupun non akademik, program
kesiswaan, serta program manajemen pendidikan di sekolah lainnya.
Semua komponen program BK harus terintegrasi, terkoordinasi dan saling
mendukung satu sama lain dan terarah pada tujuan akhir yang sama, yaitu perkembangan
peserta didik secara optimal dalam berbagai aspek (fisik, intelektual, bakat, peminatan,
rencana studi, karir, dsb.) sesuai dengan tingkat perkembangan dan peluang lingkungannya.
Pengelola sekolah harus memiliki kesamaan sikap dan orientasi yang sama tentang kemajuan
mutu yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan. Kebijakan pimpinan sekolah dalam
hal program BK sebaiknya ditetapkan berdasarkan atas pemahaman tentang hasil analisis
potensi peserta didik dan karakteristik lingkungan Provinsi Jawa Barat serta sumber daya
pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional, juga ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang belajar dan pembelajaran yang memadai di sekolah.
Untuk itu dalam penyusunan program BK dalam Kurikulum 2013, struktur dan
isi/materi programnya bersifat fleksibel, harus disesuaikan dengan kondisi atau kebutuhan
peserta didik berdasarkan hasil penilaian kebutuhan (needs assessment) di sekolah.
2. Landasan Konseptual
Landasan konseptual ini berdasarkan kepada manusia yang secara hakiki sebagai pribadi
dan sebagai makhluk sosial, diantaranya:
a. Landasan Filosofis
(1) Manusia sebagai makhluk sosial yang educable perlu mendapatkan pendidikan
untuk menjadikannya manusia dewasa dan mandiri. Manusia juga makhluk unik
yang berbeda antara satu dan lainnya dalam berbagai hal.
(2) Bimbingan dan konseling adalah profesi yang menekuni masalah sikap,
kepribadian, serta keunikan manusia berupaya menelusuri dan mewujudkannya
menuju kedewasaan dan kemandirian sesuai bakat, minat serta keunikan tersebut.
(3) Arah peminatan adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat,
minat, serta keunikannya meraih perestasi yang bermakna bagi diri dan masa
depannya.
b. Landasan Religius
Sebagai mahluk ciptaan Allah SWT. Tuhan yang telah menunjukkan bahwa agama
adalah pedoman bagi kehidupan seluruh manusia, maka agama merupakan acuan
untuk melaksanakan kaidah-kaidah (aturan-aturan hukum) keimanan dan ketaqwaan
terhadap Allah Tuhan YME.
2
c. Landasan Psikologis
Manusia sebagai pribadi memiliki dan membawa “potensi” yang beragam dengan
kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Secara psikologis layanan bimbingan
dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik menjalani tugas-
tugas perkembangannya secara memadai.
Adapun tugas perkembangan peserta didik SMA/MA, antara lain:
(1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
(2) Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta kematangan
dalam perannya sebagai pria dan wanita
(3) Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat.
(4) Mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai
dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan
tinggi, serta berperan dalam kehidupan yang lebih luas.
(5) Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
(6) Mencapai kematangan gambar dan sikap tentang kehidupan mandiri, secara
emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
(7) Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(8) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial dan intelektual serta apresiasi
seni.
(9) Mencapai kematangan dalam system etika dan nilai.
6
a. Asas kerahasiaan, untuk menjaga kerahasian peserta didik (klien) guru
pembimbing/Konselor berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
b. Asas Kesukarelaan, guru pembimbing/Konselor berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan peserta didik dalam mengikuti layanan yang
diperlukannya.
c. Asas keterbukaan, guru pembimbing/Konselor berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik (klien).
d. Asas Kegiatan, guru pembimbing/Konselor perlu mendorong peserta didik untuk aktif
dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukkan baginya.
e. Asas Kemandirian, guru pembimbing/Konselor hendaknya mampu mengarahkan
segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
f. Asas Kekinian, asas yang mengacu pada obyek sasaran layanan bimbingan dan
konseling pada permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisi sekarang.
g. Asas Kedinamisan, isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) hendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan, adanya kerja sama antara guru pembimbing/Konselor dan pihak-
pihak yang berperanan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
i. Asas Kenormatifan, segenap layanan bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada.
j. Asas Keahlian, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah profesional.
k. Asas Alih tangan kasus, layanan yang dilakukan bila pihak-pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak
yang lebih ahli.
l. Asas Tut Wuri Handayani, dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan
rasa aman), mengembangkan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
7
G. Struktur Program
Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan usaha membantu peserta didik dalam
pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar serta perencanaan dan
pengembangan karir. Pelayanan Bimbingan dan Konseling memfasilitasi pengembangan
peserta ddik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, Serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik.
Muro & Kottman (1995) mengemukakan struktur program bimbingan dan konseling
diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan: 1) Layanan dasar bimbingan, 2) Layanan
responsive, 3) Perencanaan individual, dan 4) Dukungan system.
1. Layanan Dasar
Merupakan proses pemberian bantuan kepada peserta didik secara sistematis melalui
kegiatan-kegiatan klasikal atau kelompok. Layanan dasar bimbingan merupakan inti dari
pendekatan perkembangan yaitu layanan bantuan bagi seluruh siswa (for all) melaui
kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka
membantu peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan dasar
bimbingan diberikan melaui jenis-jenis layanan pemberian informasi dan diskusi atau
sharing pendapat (brain-storming).
Pemberian informasi dan diskusi ini berkaitan dengan aspek-aspek pribadi, sosial, belajar
dan karir, Layanan pemberian informasi akan berguna bagi pengembangan diri,
penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan. Layanan diskusi atau curah pendapat dapat
memfasilitasi para peserta didik untuk belajar menghargai pendapat orang lain, bersikap
respek terhadap orang lain dan membanggakan kepercayaan dirinya.
Layanan dasar bertujuan untuk membantu semua peserta didik agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, memperoleh keterampilan dasar
hidupnya.
Tujuan layanan dasar ini dapat juga dirumuskan sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial budaya, dan agama).
b. Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi penyesuaian dirinya dengan
lingkungannya.
c. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
8
Strategi pelaksanaan layanan dasar dapat dilakukan baik melalui kontak langsung maupun
tidak langsung. Strategi ini dapat dilakukan melalui pelayanan klasikal, orientasi,
informasi, bimbingan kelompok, dan pelayanan pengumpulan data. Masing-masing
strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah proses memfasilitasi perkembangan konseli (peserta didik)
dengan cara melakukan kontak langsung di kelas secara terjadwal dalam bentuk diskusi
kelas atau brain storming (curah pendapat).
Tujuan bimbingan klasikal adalah sebagai berikut: (1) memfasilitasi konseli
menemukan alternatif pemecahan masalah, (2) menjaga diri agar tidak bermasalah, (3)
menemukan alternatif pengembangan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki, (4)
memfasilitasi konseli memperoleh penguatan atas perilaku positif yang dilakukannya,
(5) memfasilitasi konseli agar dapat mengembangkan potensi, (6) tanggung jawab, (7)
hubungan interpersonal, (8) motivasi, (9) komitmen, dan (10) daya juang serta
pengembangan karir.
Adapun jenis layanan yang diberikan dalam bimbingan klasikal berupa:
1) Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah suatu kegiatan yang memungkinkan konseli dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, iklim, dan budaya sekolah.
Melalui layanan orientasi peserta didik diharapkan mengenal lingkungan, personel
sekolah (Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru, pegawai tata usaha,
petugas laboratorium, petugas perpustakaan, pengurus OSIS, dan lain-lain), kegiatan
di sekolah, dan budaya sekolah tempat siswa belajar.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi adalah pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang
bermanfaat bagi konseli melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung.
Layanan informasi bertujuan membantu peserta didik memperoleh informasi yang
berkenaan dengan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Berikut ini merupakan materi pengembangan layanan informasi:
a) Informasi pengembangan potensi, kemampuan, dan kondisi pribadi antara lain
sebagai berikut : Kecerdasan, Bakat, Minat, Karakteristik pribadi, pemahaman
diri, Tugas perkembangan, Gejala perkembangan tertentu, Perbedaan individual,
Keunikan diri, dan sebagainya.
9
b) Informasi potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial antara lain sebagai
berikut Pemahaman terhadap orang lain, Kiat berteman, Hubungan antar remaja,
Hubungan dalam keluarga, Hubungan dengan guru, orangtua dan pimpinan
masyarakat, Data sosiogram,dll
c) Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar antara lain
sebagai berikut: Kiat belajar, Kegiatan belajar di dalam kelas, Belajar kelompok,
Belajar mandiri, Hasil belajar mata pelajaran, Persiapan ujian.
d) Informasi tentang potensi, kemampuan, arah, dan kondisi karir antara lain sebagai
berikut: Hubungan antara bakat, minat, pekerjaan dan pendidikan, Persyaratan
karir, Pendidikan umum dan pendidikan kejuruan, Informasi karir / pekerjaan /
pendidikan.
b. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah pelayanan yang diberikan oleh konselor kepada peserta
didik melalui kelompok kecil (5 sampai dengan 10 orang). Tujuan bimbingan
kelompok adalah merespon kebutuhan dan minat peserta didik mengenai masalah yang
bersifat umum yang dirasakan sebagai masalah bersama.
2. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebuthan atau
masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera. Layanan ini bertujuan untuk
membantu para siswa dalam memiliki kebutuhan yang dirasakan pada saat ini, atau para
siswa yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Selain itu juga bertujuan membantu para pesera didik agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, baik berupa
hambatan atau kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari
kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku yang
bermasalah (maladjustment).
Layanan responsif dapat dilakukan dengan beberapa strategi antara lain melalui konseling
individual, konseling kelompok, referal, kolaborasi, bimbingan teman sebaya, konferensi
kasus, dan kunjungan rumah. Masing-masing srtategi tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Konseling Individual
Konseling individual adalah proses memfasilitasi konseli agar mampu menyadari dan
berkomitmen terhadap pentingnya keluar dari masalah, menjaga diri agar tidak
10
bermasalah, dan pentingnya pengembangan diri melalui komunikasi konseling baik
secara berhadapan maupun melalui media.
Tujuan konseling individual adalah membantu konseli dalam mengidentifikasi masalah
yang dihadapinya, membantu konseli dalam menemukan penyebab masalah membantu
konseli dalam menemukan alternatif pemecahan masalah dan membantu konseli
mengambil keputusan secara tepat.
Prediksi masalah dalam konseling individual adalah kurangnya pemahaman konseli
mengenai potensi diri, ketidakmampuan konseli dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial, kurang motivasi dan solusi dalam menghadapi permasalahan belajar,
dan konseli merasa perlu mendapatkan pengarahan dalam perencanaan karir.
b. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan jenis layanan yang memungkinkan konseli
memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialaminya
melalui dinamika kelompok. Tujuan dari konseling kelompok adalah mengurangi rasa
canggung dalam mengungkapkan permasalahan, meminimalisir beban yang diderita
konseli, memunculkan alternatif penyelesaian masalah yang lebih variatif, dan
membantu mengentaskan persoalan berat yang dialami konseli.
Prediksi masalah dalam konseling kelompok adalah sejumlah peserta didik yang
memiliki permasalahan yang sama (disadari atau tidak disadari), konseli yang memiliki
masalah dengan teman di sekolahnya, dan masalah yang meliputi permasalahan pribadi,
sosial, belajar, dan karir
c. Referal
Referal yaitu kegiatan atau proses mengalihtangankan kasus dari konselor kepada pihak
yang lebih kompeten baik internal maupun eksternal. Tujuannya adalah agar konseli
mendapat pennganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialaminya, dengan
jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak lain yang lebih
ahli/kompeten.
d. Konferensi Kasus
Konferensi kasus yaitu pembahasan permasalahan secara spesifik. Peserta didik tertentu
dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti konselor
sebagai penyelenggara, wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua dan
tenaga ahli lainnya) untuk memudahkan terentaskannya permasalahan yang dihadapi
konseli. Tujuan dari konferensi kasus adalah terhimpunnya data dan keterangan yang
relevan, jelas, mendalam, dan konperhensif tentang permasalahan konseli kepada
11
pihak-pihak yang berkepentingan atau yang bersangkutan, sehingga penanganan
masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
e. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh berbagai
keterangan (data) yang diperluan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan
konseli, yang ditujukan untuk pembahasan serta pengentasan permasalahan konseli.
Kunjungan rumah memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Untuk memperoleh berbagai keterangan tambahan yang diperlukan dalam
memahami lingkungan dan permasalahan konseli terutama mengenai keadaan orang
tua/keluarganya.
2) Untuk mengkomunikasikan kepada orang tua tentang permasalahan yang sedang
dihadapi konseli.
3) Membangun komitmen orang tua terhadap pembahasan dan pengentasan
permasalahan konsel
12
b. Bidang karir dengan topik-topiknya mengidentifikasi kesempatan karir yang ada di
lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap yang positif terhadap dunia kerja dan
merencanakan kehidupan karirnya.
c. Bidang sosial-pribadi yang topik-topiknya adalah mengembangkan konsep diri yang
positif, mengembangkan keterampila-keterampilan sosial yang tepat, belajar
menghindari konflik dengan teman, dan belajar memahami perasaan orang lain.
H. Format Program
1. Program Kerja Umum, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing tingkatan kelas di sekolah. Yang
terdiri atas program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan dan harian dalam bentuk
Satuan kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling (Satlan-BK atau RPL/SKL-BK) dan
dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-
pihak yang terkait. Rencana kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling ini meliputi
kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang
menjadi tanggung jawab Guru BK/konselor masing-masing tingkatan kelas di sekolah.
2. Program Kerja Khusus Peminatan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
yang dilaksanakan mulai siswa diterima di kelas X (sepuluh)
13
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
16
Setelah itu Guru BK/Konselor membuat Agenda Kerja Guru BK baik untuk kegiatan
klasikal/kelompok maupun individual, baik kegiatan di kelas maupun di ruang konseling.
Berdasarkan data hasil identifikasi kebutuhan dan/atau masalah siswa yang tertuang
pada program tahunan, guru BK membuat prioritas layanan untuk siswa yang mendesak
dikonseling dan mencatat hasilnya pada Kartu Konseling. Selain kebutuhan layanan yang
mendesak layanan bimbingan melalui program harian, mingguan dan bulanan juga bersifat
insidentil atas kemauan siswa yang bermasalah, baik masalah pribadi, belajar, sosial, karir,
keluarga, ekonomi, kesehatan, dan masalah lainnya.
Layanan konseling juga dapat dilakukan bagi siswa yang mendapatkan rekomendasi
dari guru piket, guru mata pelajaran ataupun wali kelas. Jika hasil konseling melibatkan
orang tua siswa, guru BK berkoordinasi dengan bagian TU, bagian Kesiswaan untuk
mengundang orang tua siswa terkait. Guru BK menjelaskan dari hasil konseling terkait
kepada orang tua agar dapat bekerja sama melakukan pembinaan dari hal yang dikeluhkan
siswa. Guru BK mengkoordinasikan kepada walikelas dan guru mata pelajaran untuk
membantu memantau siswa dengan status out standing student (bermasalah).
Jika diperlukan, oleh karena ketidakmampuan orang tua datang ke sekolah (dengan
alasan ekonomi dan kesehatan atau beberapa kali dipanggil tidak datang) wali kelas mencari
informasi berkunjung ke rumah orang tua siswa (Home Visit). Home visit juga bisa
dilaksanakan apabila dibutuhkan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang
dihadapi siswa (misal: ketidak hadiran).
Jika masalah tidak terselesaikan karena memerlukan pendapat / perhatian dari guru
lain yang terkait maka diadakan konferensi kasus bersama orang tua siswa, bahkan jika
diperlukan juga melibatkan Waka Bidang Kesiswaan serta Kepala Sekolah.
Sekiranya masalah siswa yang memerlukan penanganan khusus seperti dari Dokter,
Psikolog, Kepolisian maka siswa dialihtangankan (Referal) kepada yang berwenang, diantara
tersebut di atas dengan mengisi formulir.
Layanan BK yang telah dilaksanakan dituangkan dalam formulir rekap pelaksanaan
program layanan Bimbingan dan Konseling. Berupa Laporan harian, mingguan dan bulanan.
2. Program Semester
Program semester merupakan rekapitulasi dari perkiraan program kegiatan harian /
mingguan / bulanan. Yang tentu saja disesuaikan dengan situasi kondisi dan kebutuhan siswa
masing-masing.
17
Penyusunan program untuk semester sepenuhnya diserahkan kepada guru BK masing-
masing kelas dengan mengacu kepada kegiatan layanan dan volume kegiatan / mingguan
dalam program kegiatan harian.
Untuk mengamati tingkah laku siswa terkait dengan tingkah lakunya baik di kelas
maupun di luar kelas guru BK berkoordinasi dengan guru-guru mata pelajaran dengan
mengisi formulir pedoman observasi.
Untuk lebih menjelaskan mengenai kegiatan layanan yang akan dilaksanakan oleh
guru BK masing-masing kelas, maka selain garis besar program semester, akan dijabarkan
pula masing-masing kegiatan layanan tersebut kedalam bentuk satuan kegiatan layanan, dan
bentuk satuan kegiatan pendukung untuk masing-masing kegiatannya. Berdasarkan layanan
bimbingan yang tersedia dalam setiap semester tersebut, Koordinator BK menyusun personel
BK yang terdiri dari guru BK beserta pembagian tugasnya. Setiap guru BK membuat satuan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling (Satlan-BK) yang selanjutnya diajukan kepada
kepala sekolah untuk mendapatkan persetujuan.
Untuk kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling di kelas dilaksanakan secara
terjadwal berdasarkan kondisi sekolah, dengan ketentuan:
a. Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menye-lenggarakan
bimbingan klasikal, layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten,
kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
b. Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah minimal 1 (satu) jam per kelas per minggu
dan dilaksanakan secara terjadwal.
c. Di luar jam pembelajaran terjadwal, dilakukan untuk menyelenggarakan layanan layanan
orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi,
konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan
kepustakaan, dan alih tangan kasus, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar
kelas.
d. Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran
ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
e. Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam pembelajaran sekolah
maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan
kepada pimpinan sekolah.
f. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di
dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan
pimpinan sekolah.
18
Berdasarkan program kerja tersebut koordinator BK membuat jadwal kegiatan
layanan bimbingan dan konseling per semester yang memuat program bulanan tentang
operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib
konselor di sekolah 18-24 jam, atau 150 – 250 siswa per tahun. Satu kali kegiatan layanan
atau kegiatan pendukung bimbingan dan konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam
pembelajaran.
3. Program Tahunan
Setiap awal tahun pelajaran baru, Koordinator BK membuat perencanaan program
layanan Bimbingan dan Konseling, berdasarkan hasil analisa assesmen kebutuhan layanan
kepada peserta didik, yang selanjutnya diajukan kepada kepala sekolah untuk mendapatkan
persetujuan. Need assessment dimaksud diperoleh melalui aplikasi instrumentasi atau
kegiatan pendukung layanan bimbingan konseling dengan menggunakan:
Angket Siswa dan orang tua
ATP / ITP
Daftar Cek Masalah
Peta Siswa dan Peta Rawan Kelas
Sosiometri: Lembar Isian Sosiometri, Tabel Sosiometri, dan Lembar Sosiogram.
Program layanan Bimbingan dan Konseling yang telah disetujui dan disahkan kepala
sekolah akan menjadi program kerja operasional Bimbingan dan Konseling. Program Kerja
Tahunan bimbingan dan konseling ini dibuat semata-mata sebagai pola atau acuan umum
bagi pelaksanaan program satuan layanan atau satuan pendukung.
Oleh karena program-program satuan layanan dan satuan pendukung merupakan
wujud nyata dari kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik dengan
segala karakteristik dan kebutuhannya, maka uraian kegiatan yang tertuang dalam program
kerja tahunan ini mungkin saja dalam pelaksanaannya di lapangan akan disesuaikan oleh guru
BK dengan program harian, mingguan atau bulanan melalui satuan kegiatan layanan dan
satuan kegiatan pendukung yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan siswa
saat ini.
Untuk program khusus BK arah peminatan peserta didik, terlebih dahulu guru BK
memberikan angket tentang program peminatan yang akan dipilih siswa sesuai bakat, minat
19
dan kemampuan prestasi belajar siswa. Kemudian angket tersebut direkap dalam form Data
minat dan kemampuan siswa sebagai salah satu pertimbangan dalam kriteria peminatan.
Rekapitulasi data peminatan kemudian diserahkan kepada bidang akademik/kurikulum yang
berhubungan dengan peminatan, wali kelas dan bidang kesiswaan. Substansi program
pelayanan peminatan ini sesuai dengan arah dan bidang layanan dan kegiatan pendukung,
format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.
Program bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan pelayanan peminatan
seyogyanya memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antar arah
peminatan, pendalaman kelompok mata pelajaran dan/atau lintas peminatan, serta antar
jenjang kelas. Dan mensinkronisasikan program pelayanan bimbingan dan konseling dengan
kegiatan pembelajaran akademik dan kegiatan ekstra kurikuler (nonakademik), serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah.
Untuk melengkapi data keperluan konseling pada umumnya dan arah peminatan
akademik pada khususnya, guru BK berkoordinasi dengan bagian kesiswaan, kurikulum dan
wali kelas untuk memperoleh data sebagai berikut:
Data ketidakhadiran siswa: Absensi
Data kejadian / pelanggaran tata tertib: Surat Panggilan, Surat Perjanjian, Konfrensi
Kasus, Studi kasus, dll.
Data hasil Psikotes: Hasil Tes IQ, bakat, minat, dan kepribadian
Data nilai UN (SMP/MTs), dan nilai raport hasil belajar SMP/MTs.
Data nilai semester Nilai Prestasi Hasil Belajar di SMA
20
adu argumentasi serta memberi peluang untuk memahami akses-akses bakat minat
peserta didik sehingga terampil belajar mandiri yang pada akhirnya menjadi insan yang
mampu bersaing di era pasar bebas dan era globalisasi seperti sekarang ini.
b. Layanan Repetition
Program Repetition adalah satu bentuk upaya bimbingan dan konseling untuk
mengantisipasi kegagalan peserta didik yang menghadapi kesulitan belajar pada mata
pelajaran tertentu hingga prestasi peserta didik berada di 27% atau 5 terendah di kelas,
melalui pembimbingan teman sebaya.
c. Layanan SNMPTN, SBMPTN dan Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru PTN
Kedinasan.
1) SNMPTN diperuntukkan bagi semua peserta didik yang memiliki nilai semester 1
s.d. 5 di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) berhak untuk mengikuti jalur
Undangan sebagai satu peluang masuk PTN tanpa tes dengan dukungan fasilitasi
akreditasi sekolah dan jaringan alumni (di dalamnya terdapat peluang bagi peserta
didik yang kurang mampu dengan persyaratan yang telah ditetapkan Bidikmisi,
biaya nol rupiah).
2) SBMPTN adalah ujian saringan masuk PTN melalui tes tertulis bagi peserta didik
yang berminat dengan biaya yang telah ditetapkan (di dalamnya terdapat peluang
bagi peserta didik yang kurang mampu dengan persyaratan yang telah ditetapkan
Bidikmisi, biaya nol rupiah)
3) UM, untuk peserta didik yang berminat masuk PTN di luar SNMPTN dan SBMPTN,
dengan kekhususan persyaratan masing-masing PTN.
4) Program penerimaan calon mahasiswa baru dari perguruan tinggi kedinasan,
Layanan diberikan dengan memberikan informasi-informasi tentang sekolah tinggi
kedinasan, diantaranya: STAN, STP, STPDN, IIP, dan lain-lain.
2. Pengembangan Potensi Nonakademis
Untuk mengakomodir bakat minat peserta didik maka diinformasikan tentang
kegiatan ekstrakurikuler pengembangan diri yang harus diikuti, akan diarahkan pada
bidang-bidang yang telah dipilih, Layanan pengembangan “potensi” non akademis,
layanan ini bertujuan agar potensi non akademis peserta didik berkembang optimal dengan
merujuk peserta didik pada pihak-pihak terkait (pembina OSIS atau pembimbing
ekstrakurikuler} sesuai bakat minat baik bidang seni, olah raga dan bidang lainnya (PMR,
Paskibra, Pramuka dll} sehingga potensi non akademis peserta didik mendapat
kesempatan untuk dikembangkan serta sebagai wahana memupuk rasa percaya diri,
21
memperluas insight, menambah pengalaman dan ilmu juga sebagai wadah untuk
mengekspresikan diri, belajar bersosialisasi memanaj waktu), disiplin diri bertanggung
jawab, selalu tepat waktu mampu membuat dan melaksanakan skala prioritas pada
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat tanpa mengganggu kegiatan akademis.
Layanan Pengembangan “Keterampilan” non akademis layanan seperti tersebut di
atas adalah upaya bantuan pada peserta didik agar terampil dalam bidang non akademis
dengan mengarahkan supaya potensi tersebut berkembang, sehingga tujuan pendidikan
nasional mengenai generasi yang memiliki kecakapan hidup (life skill) tercapai. Adapun
bidang-bidang yang berkenaan dengan pengembangan keterampilan non akademis terdiri
dari:
a. Layanan pengembangan bidang seni budaya (Muatan Lokal)
Manusia adalah yang suka keindahan baik yang didengar maupun yang dilihat dan
manusia adalah pembuat seni budaya, dengan mengembangkan keterampilan potensi
akademis bidang seni budaya, penataan kegiatan keterampilan seni budaya, informasi
akses-akses bakat minat seni budaya serta merujuk pada pembimbing ekstra kurikuler
bidang seni dan budaya sehingga siap untuk mengikuti perlombaan-perlombaan baik di
sekolah, maupun perlombaan-perlombaan audisi.
b. Pengembangan keterampilan bidang olah raga (Muatan Lokal)
Selain terampil peserta didik diharapkan menjadi generasi yang kuat fisik maupun
mental dengan merujuk pada pembimbing ekstra kurikuler sesuai bakat minat, seperti:
Volley, basket, karate, taekwondo, bulu tangkis dll, sehingga siap untuk menjadi wakil
kelas saat porak (pekan olah raga dan seni) atau menjadi duta sekolah pada kegiatan
lainnya diluar sekolah.
c. Pengembangan keterampilan prakarya dan kewirausahaan (Muatan Lokal)
Dalam kurikulum 2013 peserta didik yang selain harus memiliki kompetensi akademik,
siswa juga harus mampu untuk memiliki jiwa kewirausahaan dan satu kecakapan
khusus yang memungkinkan ia hidup layak di masyarakat (life skill), selain itu
memiliki profil kepribadian yang menarik untuk terjun ke dunia kerja/dunia usaha,
mampu bersosialisas.
d. Pengembangan kepemimpinan dan berorganisasi siswa
Peserta didik yang “dominance”nya tinggi ia mampu untuk mengatur dan mendominasi
kelompok atau kelas atau komunitas yang lebih luas (sekolah dan masyarakat) memiliki
jiwa pemimpin, profil kepribadian yang menarik, agamis, memiliki kecerdasan
bersosialisasi, terampil membaca situasi, berpenampilan menarik, bersih dan rapih
22
dirujuk kepada pembina OSIS agar mendapat pelatihan kepemimpinan (LDKS).
Demikian pula bagi peserta didik yang memiliki bakat minat pada kegiatan
berorganisasi dirujuk pada pembina OSIS untuk mengikuti kegiatan organisasi sekolah
untuk pengembangan keterampilan berorganisasi agar kelak terampil berorganisasi di
masyarakat lebih lanjut dapat menjadi anggota organisasi secara nasional baik
organisasi kemasyarakatan maupun organisasi politik sebagai generasi penerus bangsa
yang mampu mempertahan-kan eksistensi bangsa dan negara.
NO NAMA KELAS
23
1) Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional
bimbingan dan konseling.
2) Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak
terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah, sejawat pendidik, dan orang tua.
3) Melaksanakan tugas pelayanan profesional bimbingan dan konseling yang setiap
kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan
sekolah, orang tua, dan peserta didik.
4) Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan
profesional bimbingan dan konseling.
5) Mengembangkan kemampuan profesional bimbingan dan konseling secara
berkelanjutan
c. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di
sekolah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
d. Di MA YPPA Cipulus telah menerapkan rasio seorang Guru BK/konselor untuk 150
orang peserta didik.
24
PENGAWAS SEKOLAH
TATA USAHA
S I S W A
Keterangan :
= Garis Komando
-------------------------------- = Garis Konsultasi/ Garis Koordinasi
25
Menyediakan prasarana, tenaga, sarana dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya
layanan bimbingan yang efektif dan efisien.
Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaksanaan program, penilaian dan
upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan.
Melaksanakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka
kerjasama pelaksanaan pelayanan bimbingan
Dibantu oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dalam melaksanakan tugas-
tugas kepala sekolah terutama pelaksanaan bimbingan dan konseling
Dibantu Tata Usaha Sekolah dalam penyelenggaraan administrasi, ketatausahaan dan
pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling.
2. Guru BK/Konselor
Adalah guru yang diberi tugas utama sebagai pelaksana kegiatan pelayanan Bimbingan
dan konseling di sekolah, bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pelayanan yang
terkait dengan perkembangan siswa asuhnya, serta mempertanggungjawabkan tugas dan
kegiatan layanan BK kepada Kepala Sekolah.
Tugas poko dan fungsi:
Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
Merencanakan dan melaksanakan layanan Bimbingan dan konseling
Melaksanakan segenap layanan Bimbingan dan konseling
Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan konseling dan kegiatan
pendukungnya
Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan penilaian
Mengadministrasikan layanan bimbingan dan konseling pada coordinator.
26
Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada
guru bimbingan dan konseling
Menerima alih tangan dari guru BK, yaitu siswa yang menurut guru BK memerlukan
pelayanan pembelajaran khusus (pengayaan, remedial)
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru siswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa seperti konferensi
kasus
Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan
bimbingan dan konseling dan upaya tindak lanjutnya.
4. Wali Kelas
Bertanggung jawab membantu Guru BK/Konselor dalam kegiatan bimbingan konseling di
kelasnya masing-masing.
Tugas poko dan fungsi:
Membantu mengelola kelas asuhannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
Berperan:
Mengumpulkan data tentang siswa
Menyelenggarakan bimbingan kelompok
Menyelenggarakan penyuluhan
Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa
Pengaturan dan penempatan siswa
Mengidentifikasi siswa sehari-hari
Kunjungan rumah/konsultasi dengan orang tua/wali
Membantu guru mata pelajaran melaksanakan perannya dalam pelayanan bimbingan
dan konseling khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas
yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling.
27
5. Siswa
Peserta didik yang berhak menerima pelayanan pembelajaran, pelatihan dan pelayanan
bimbingan dan konseling.
6. Komite Sekolah
Adalah badan yang secara khusus dibentuk untuk menjadi mitra sekolah dalam pembinaan
dan pengembangan sekolah sekaligus wakil dari orang tua/wali siswa, dan pihak terkait
yang berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
7. Pengawas Sekolah
Merupakan unsur Kantor Dinas Pendidikan, adalah personil yang bertugas melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggraan, pelayanan bimbingan dan konseling
sekolah.
GURU PIKET
29
pingggang, senjata tajam atau mungkin senjata api). Kasus berat ini bisa dilakukan referral
(alih tangan kasus), kepada psikolog, psikiater, dokter, polisi, atau ahli hukum yang
saebelumnya terlebih dahulu dilakukan konferensi kasus.
Di setiap sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan
maenunjukan berbagai gejala penyimpagan perilaku yang rentangnya dari kategori masalah
ringan sampai masalah yang berat. Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah,
khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin dan tata tertib sekolah dapat dilakukan
melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan disiplin dan (2) pendekatan bimbingan
konseling. Penanganan siswa yang bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada
ketentuan aturan dan tata tertib yang berlaku yang disebut dengan kode etik siswa MA YPPA
Cipulus. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan dan tata tertib siswa beserta
sanksinya perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai
penyimpangan perilaku siswa. Namun demikian, MA YPPA Cipulus bukan merupakan
lembaga pengobatan atau rehabilitasi sehingga penanganan siswa yang mengalami gangguan
psikologis yang termasuk siswa abnormal. Siswa yang membutuhkan perawatan khusus
dalam hal kesehatan atau siswa dengan kecenderungan mengarah pada kriminalitas dialih
kasuskan kepada pihak yang secara khusus menangani masalah tersebut. Perlu diingat, bahwa
pengalihan kasus bukan berarti pihak sekolah berkeinginan untuk memindahkan tanggung
jawab. Namun harus dilihat bahwa MA YPPA Cipulus merupakan sekolah negeri yang tidak
mengkhususkan diri dalam penanganan kasus-kasus yang demikian.
Oleh karena itu, untuk membentuk siswa MA YPPA Cipulus agar sesuai dengan visi
dan misi sekolah, selain menggunakan pendekatan pertama juga dengan menggunakan
pendekatan bimbingan dan konseling. berbeda dengan pendekatan disiplin yang
memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa
bermasalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan
bentuk sanksi apapun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan
interpersonal yang saling percaya diantaraa guru pembimbing/konselor dengan siswa yang
bermasalah. sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima
diri dan lingkungannya serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang
lebih baik.
Secara visual, kedua pendekatan dalam menangani siswa bermasalah dapat dilihat
dalam bagan berikut ini:
30
Dengan melihat gambar bagan di atas, kita dapat memahami bahwa diantara kedua
pendekatan penanganan siswa bermasalah tersebut meski memiliki cara yang berbeda tetapi
jika dilihat dari segi tujuannya pada dasarnya sama, yaitu tercapainya penyesuaian diri atau
perkembangan yang optimal pada siswa yang bermasalah. Oleh karena itu kedua pendekatan
tersebut seyogyanya dapat berjalan sinergis dan saling melengkapi
31
4) Perlengkapan teknis lainya, seperti: blangko surat, agenda surat, buku tamu, alat-alat
tulis, himpunan data, format-format layanan, dan sebagainya.
5) Perlengkapan elektronik
- Komputer untuk mengolah data hasil aplikasi instrumen
- Program khusus pengolahan hasil instrumen melalui komputer
- Program khusus BK melalui komputer/internet. Seperti; bimbingan belajar,
informasi lanjutan studi, informasi lowongan kerja dan sebagainya.
b. Prasarana penunjang layanan bimbingan, antara lain:
1) Ruangan kerja konselor dengan ukuran : 5 x 8 meter
2) Ruang konseling ukuran 5 x 3 meter
3) Satu stel kursi tamu
4) Satu buah lemari
5) Satu buah rak loker-data
6) Tiga buah meja kursi guru
7) Enam buah kursi siswa
8) Papan data, Program dan Papan Pengumuman, whiteboard
9) Jam dinding, Kipas Angin dan Timbangan badan
10) Satu set komputer
11) Perlengkapan lain yang tidak disebutkan satu persatu.
c. Pembiayaan
Untuk dapat terselenggara kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan khususnya
kegiatan yang memerlukan biaya/dana, seperti mendatangkan nara sumber tokoh berkarier,
transportasi untuk pelatihan/seminar guru-guru BK, penelusuran tamatan, kunjungan/studi
banding, home visit dan lain-lain.
Kebutuhan biaya yang diperlukan untuk melengkapi dan melaksanakan pelayanan bimbingan
dan konseling di SMA Negeri Pandeglang tidak mendapat kesulitan, dan anggaran biaya
tidak diberikan pertahun melainkan dapat diambil sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan,
termasuk biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan Home Visit (kunjungan rumah), ATK,
dan kegiatan MGBK/seminar, workshop atau lokakarya Bimbingan dan Konseling.
Keseluruhan dana tersebut dibebankan kepada sekolah yang jumlahnya disesuaikan
dengan keperluan yang dibutuhkan. Adapun biaya aplikasi instrumen psikotes diselenggrakan
oleh sekolah.
32
BAB III
EVALUASI, PELAPORAN DAN TINDAK LANJUT
A. Evaluasi
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling penilaian atau evaluasi
diperlukan untuk memperoleh umpan baik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang
telah dilaksanakan. Dengan informasi dapat diketahui sampai sejauh mana derajat
keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan informasi dapat
ditetapkan langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program
selanjutnya.
Ada tiga macam kegiatan penilaian program bimbingan konseling yaitu:
1. Penilaian Program
Setelah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dievaluasi, ternyata hasilnya tidak sesuai
dengan yang diharapkan dalam program, maka dianalisa atau dicari penyebab
ketidakberhasilan layanan atau kegiatan Bimbingan dan Konseling tersebut, dengan
melihat hasil penilaian program, apakah terdapat ketidaksesuaian dengan yang dibutuhkan
atau apakah prosesnya atau pelaksanaannya tidak sesuai dengan waktu, suasana, tempat
dan lingkungan.
2. Penilaian Proses
Yang dimaksud dengan penilaian proses adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
keefektifan layanan bimbingan konseling dilihat dari prosesnya.
Layanan bimbingan dan konseling perlu dinilai untuk mengetahui efektifitas layanan dan
dampak positif yang diperoleh siswa. Penilaian proses juga perlu dilaksanakan yang
hasilnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas proses layanan tersebut.
3. Penilaian Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan layanan konseling
dilihat dari hasilnya. Penilaian hasil layanan meliputi tiga jenis, yaitu penilaian segera,
penilaian jangka pendek, dan penilaian jangka panjang yang masing-masing dapat
dilaksanakan melalui format lisan dan tertulis. Misalnya fokus penilaian segera hasil
layanan adalah diperolehnya pemahaman baru, berkembangnya perasaan positif dan
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pasca layanan demi terentasnya masalah.
Adapun aspek-aspek yang dievaluasi adalah sebagai berikut:
1. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
33
2. Keterlaksanaan program
3. Hambatan-hambatan yang dijumpai
4. Dampak bimbingan konseling terhadap kegiatan belajar mengajar
5. Respon siswa, personil sekolah, orang tua dan masyarakat terhadap layanan bimbingan
konseling.
6. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan konseling,
pencapaian tugas-tugas perkembangan dan hasil belajar.
7. Keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan maupun pada
kehidupan di masyarakat.
Sumber informasi untuk evaluasi dapat kita peroleh dari : siswa, orangtua, Kepala
Sekolah, Wali kelas, Guru Mata Pelajaran, para Pengawas atau pejabat Dinas Pendidikan
kota, Organisasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN dan MGBK), perguruan tinggi, dan lain-
lain.
Di tingkat sekolah, evaluai dilakukan oleh Kepala Sekolah dibantu Guru senior.
Penilai di Tingkat kota dilakukan oleh: Pengawas BK atau pejabat yang berwenang yang
ditunjuk Dinas pendidikan.
Penilaian dilakukan melalui teknik: wawancara, observasi, studi dokumenter, angket,
tes analisa hasil kerja siswa (melalui pemantauan dan/atau pengamatan).
Penilaian perlu diprogramkan secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian baik
mengenai proses maupun hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak
lanjut untuk perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan konseling.
34
5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan
mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di MA
YPPA Cipulus tahun berikutnya.
6. Hasil penilaian dituangkan dalam form Laporan Hasil Evaluasi Program Kerja Pelayanan
BK.
7. Hasil kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dalam satu
semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif sebagai bukti fisik kegiatan
pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling.
8. Pelaporan secara berkala dilaksanakan melalui koodinator Bk kepada Kepala Sekolah
dengan tidak menutup kemungkinan untuk melaporkan secara lisan periha-perihal yang
harus diketahui oleh Kepala Sekolah, Wali Kelas dan guru mata pelajaran pada saat rapat
rutin bulanan. Dan hasil analisa ini dituangkan dalam form Laporan Analisis Hasil
Evaluasi.
C. Tindak Lanjut
Bila hasil evaluasi dari layanan Bimbingan dan Konseling tidak memberikan
peningkatan, maka sesuai dengan analisis akan diadakan perbaikan program dan perbaikan
proses untuk program di masa mendatang, yaitu program yang tidak perlu dicoret dengan
menggantinya dengan yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan siswa. Dan mengenai
pelaksanaannya akan sangat memperhatikan waktu, suasana, tempat dan lingkungan dan
kegiatan ini dituangkan dalam Tindak Lanjut Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling.
Dari hasil evaluasi Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling tahun yang lalu
kiranya sebagai tindak lanjut kami mengembangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Guru BK/konselor bagi siswa diatur secara berkelanjutan dari mulai masuk hingga yang
bersangkutan menamatkan sekolah di MA YPPA Cipulus.
2. Pelayanan Bimbingan dan konseling secara klasikal diselenggarakan secara terjadwal
sekurang-kurangnya 1 jam setiap minggu setiap kelasnya sesuai dengan pegangannya
kelas masing-masing guru BK/konselor
3. Guru BK/Konselor bertanggung jawab terhadap siswa bimbingannya perihal administrasi
layanan BK yang bersangkutan.
4. Pengembangan Diri siswa diselenggarakan melalui kerja sama guru BK/konselor dengan
Wakil Kepala Sekolah terutama bidang kurikulum dan kesiswaan yang programnya
disesuaikan dengan bakat, minat siswa yang diidentifikasi melalui angket peminatan
35
siswa dalam meilih arah peminatan studi, pendalaman mata pelajaran, dan peminatan
kegiatan pengembangan diri ekstrakurikuler (nonakademik).
5. Dalam rangka meningkatkan wawasan karir sekolah menjalin hubungan dengan dunia
industri dan dunia usaha dan wawasan lanjutan studi kami menjalin hubungan dengan
Lembaga Perguruan Tinggi Negeri dan swasta dengan harapan para siswa lebih
mendapatkan informasi yang aktual sekaligus dapat memotivasi dalam mencapai cita-cita
dan pilihan karirnya.
6. Penyelenggaraan psikotes dilakukan dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada
orang tua dengan penjelasan oleh Kepala sekolah tentang pentingnya data psikotes dalam
pemilihan dan penetapan arah peminatan akademik melalui rapat pertemuan orang tua
siswa baru kelas X dan pembiayaan psikotes dibebankan sepenuhnya kepada orang tua
siswa.
36
BAB IV
PENUTUP
Layanan bimbingan dan konseling yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik
tanpa adanya kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, baik di dalam maupun di luar
sekolah.
Untuk menjamin terlaksananya layanan bimbingan dan konseling secara tepat
diperlukan pengawasan baik secara teknis maupun administratif. Pengawasan dilakukan oleh
pengawas khusus yang profesional, artinya mengerti dan memahami profesi bimbingan dan
konseling secara keseluruhan.
Demikian program ini kami susun dan kami menyadari bahwa program ini masih
belum sempurna, namun tahap demi tahap kami bertekad untuk mengadakan evaluasi demi
tercapainya visi, misi, dan tujuan yang diharapkan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah yang telah memberikan pengarahan demi perbaikan dan keberhasilan
layanan bimbingan dan konseling di MA YPPA Cipulus ini.
Semoga program kerja bimbingan dan konseling ini bermanfaat bagi semua yang
berkepentingan.
Amiin Yaa Allah Robbal Alamiin.
37