Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIVITAS LIMBAH KAYU MELALUI METODE OIL

COATING SEBAGAI BRIKET PENGGANTI BATU BARA DI


KUBANG RAYA

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : THALITA ANINDYA AHNAF
NIS : 2620
KELAS: XI MS 3

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI RIAU


SMA NEGERI PLUS PROVINSI RIAU
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul: Efektivitas limbah kayu melalui metode oil coating sebagai


briket pengganti batu bara di Kubang Raya

Nama: Thalita Anindya Ahnaf


Kelas : XI MS 3
Nis : 2620

Menyatakan bahwa karya penelitian ini adalah asli dan bukan plagiasi.
Penulis akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang akan terjadi.

Pekanbaru, 1 Maret 2023

Pebimbing Penelitian Peneliti

Rusnani, M.Pd. Thalita Anindya


Ahnaf
NIP 197505012006042042

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya
proposal penelitian yang berjudul “Efektivitas Limbah Kayu Melalui
Metode Oil Coating Sebagai Bahan Bakar Pengganti Batu Bara di
Kubang Raya” dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan dari terbentuknya makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia dari guru pembimbing
mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ibu Rusnani M.Pd. Selain itu,
terbentuknya makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita
secara lebih mendalam mengenai efektifitas limbah kayu melalui metode
oil coating sebagai bahan bakar pengganti batu bara di Kubang Raya
Tidak lupa juga penulis menyertakan beberapa sumber terpecaya sebagai
bahan penelitian, berupa website, jurnal, ensiklopedia, ataupun buku.

Sebelumnya, saya mengucapkan maaf karena makalah ini masih jauh


dari kata sempurna. Maka dari itu, saya tidak membatasi siapa saja
memberikan masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Pekanbaru, 1 maret 2023

Thalita Anindya Ahnaf

3
DAFTAR ISI

COVER……………..…….………………………………………………………1
LEMBAR PENGESAHAN...….…………………………………………………2
KATA PENGANTAR…….………………………………………………………3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………4
DAFTAR TABEL…..…….………………………………………………………5
DAFTAR GAMBAR…….……………………………………………………….6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................7
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Efektivitas Limbah Kayu......................................................................................12
B. Hakikat Metode Oil Coating...............................................................................................13
C. Hakikat Briket Sebagai Pengganti Batu Bara.....................................................................15
D. Kerangka Berpikir..............................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...................................................................................................................20
B. Subjek dan Lokasi Penelitian..............................................................................................20
C. Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................................................21
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................................21
E. Teknik Analisis Data..........................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR.………………………………………………………… 28

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1…………..…….……………………………………………………13
Tabel 1.2...….………………………………………………… ………………23
Tabel 1.3…….…………………………………………………………………24
Tabel 1.4…….…………………………………………………………………27

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1…………..…….…………………………………………………19

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya pemanfaatan limbah kayu sebagai briket. Di Kubang
Raya terdapat banyak usaha pengolahan kayu, seperti industri kusen atau
perabot rumah tangga lainnya. Dari usaha pengolahan kayu tersebut dihasilkan
serbuk kayu yang biasanya hanya dibakar begitu saja. Hal ini dapat memicu
terjadinya pencemaran udara. Limbah kayu yang terbuang dapat diolah
kembali menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang dinamakan
briket.
Limbah kayu adalah kayu sisa potongan dalam berbagai bentuk
dan ukuran. Potongan kayu tersebut terpaksa harus dikorbankan dalam
proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk (output) yang
bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat teknologi pengolahan tertentu
yang digunakan . Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang
terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang
unik. Serbuk gergaji kayu merupakan limbah industri kayu yang ternyata
dapat digunakan sebagai zat penyerap.
Limbah kayu memiliki klasifikasinya sendiri. Limbah kayu dapat
dibedakan menjadi 4 golongan yaitu : 1. Limbah kayu yang berasal dari
daerah pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan antara lain berupa
kayu yang tidak terbakar, akar, tunggak, dahan dan ranting. 2. Limbah kayu
yang berasal dari daerah penebangan pada areal HPH dan IPK antara lain
potongan kayu dengan berbagai bentuk dan ukuran, tunggak, kulit, ranting
pohon yang berdiameter kecil dan tajuk dari pohon yang ditebang. 3. Limbah
hasil dari proses industri kayu lapis dan penggergajian berupa serbuk kayu,
potongan pinggir, serbuk pengamplasan, log end (hati kayu) dan veneer
(lembaran triplek).

Pengolahan limbah kayu di masyarakat yang belum optimal


mengakibatkan tertumpuknya limbah tersebut secara percuma. Limbah
kayu saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, hanya sebagai kayu bakar.

7
Hal ini terjadi karena kurangnya kreativitas masyarakat. Dengan semakin
bertambah jumlah limbah kayu, ketatnya penebangan hutan sebagai apresiasi
terhadap global warning, dan pembakaran kayu penyebab polusi udara
menjadikan tertumpuknya limbah kayu sebagai suatu permasalahan yang
pelik.

Briket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat.


Briket berasal dari sisa-sisa bahan organtik yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket mampu menyuplai energi
dalam jangka Panjang. Briket dapat menggantikan penggunaan batu bara yang
mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak lingkungan sekitar.
Selain itu, harga briket relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat, terutama
yang berdomisili di daerah terpencil. Pengusaha briket pun dapat menyerap
tenaga kerja serta memungkinkan untuk menghemat devisa dengan tidak
mengimpor minyak bumi sebagai bahan bakar.

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Batu bara adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Bahan bakar merupakan suatu komoditas yang sangat penting
dan dibutuhkan pada saat ini. Bahan bakar yang berasal dari penumpukan fosil
hewan dan tumbuhan telah mengalami penurunan kuantitas secara besar-
besaran, hal ini dikarenakan bahan bakar fosil baru dapat terbentuk dalam
kurun waktu miliyaran tahun. Briket dapat menjadi solusi dari menipisnya
jumlah batu bara dengan memanfaatkan limbah serbuk kayu tsebagai
pengganti batu bara.

Pemanfaatan briket sebagai energi alternatif merupakan langkah


yang tepat. Limbah serbuk kayu hasil industri dapat dimanfaatkan sebagai
briket pengganti batu bara. Dengan memanfaatkan limbah industri kayu
sebagai bahan pembuatan briket maka akan meningkatkan pemanfaatan
limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini
serbuk kayu yang ada hanya dibakar begitu saja. Selain itu penggunaan briket

8
arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau
gas elpiji. Manfaat lainnya bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan
disekitar kita berupa serbuk kayu hasil samping industri kayu.
Alasan peneliti memilih judul yaitu “Efektivitas Limbah Kayu
memalui Metode Karbonisasi Sebagai Briket Pengganti Batu Bara di Kubang
Raya” adalah a) pemanfaatan limbah kayu di masyarakat belum maksimal
sehingga perlu adanya terobosan baru. b) banyaknya polusi udara yang bisa
menjadi sumber penyakit masyarakat. c) limbah kayu yang berserakan dan
membuat kotor lingkungan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini yakni: “bagaimanakah evektifitas limbah kayu melalui metode
karbonisasi sebagai briket pengganti batu bara di Kubang Raya?”.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan proses evektifitas pengolahan limbah kayu
melalui metode karbonisasi sebagai briket pengganti batu bara di Kubang
Raya.
2. Untuk mendeskripsikan hasil evektifitas pengolahan limbah kayu melalui
metode karbonisasi sebagai briket pengganti batu bara di Kubang Raya.

D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti, menemukan terobosan baru untuk menanggulangi
permasalahan limbah kayu.
2. Manfaat bagi masyarakat, a) dapat dijadikan sebagai ide kewirausahaan.
b) dapat membuat lingkungan bebas dari sampah. C) dapat mengurangi

9
polusi udara akibat pembakaran limbah kayu. d) dapat menjaga kesehatan
masyarakat.
3. Manfaat bagi pemerintah, a) dapat meningkatkan devisa negara. b) dapat
menambah lapangan pekerjaan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Efektivitas Limbah Kayu


1. Limbah
Susilowarno (2007) menyebutkan limbah dapat diartikan sebagai
sisa atau hasil sampingan dari kegiatan programsi manusia dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembungan limbah yang tidak
diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke dalam lingkungan akan
menyebabkan polusi.
Menurut Waluyo (2010) Limbah adalah sisa dari suatu usaha
maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Karmana (2007) mendefiniskan limbah merupakan sisa atau
sampah suatu proses programsi yang dapat menjadi bahan pencemaran
atau polutan disuatu lingkungan. Banyak kegiatan manusia yang
menghasilkan limbah antara lain kegiatan industri, transportasi, rumah
tangga dan kegiatan lainnya.
Mahida (1984) menyatakan bahan yang sering ditemukan dalam
limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi,
senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit
terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan tersuspensi,
nutrien, mikrobia pathogen, dan parasite.

2. Kayu

10
Kayu menurut Budianto (2000) merupakan hasil hutan yang mudah
diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu
memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk salah satu tujuan pemakaian,
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan
sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih
kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Sedangkan Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan kayu adalah
bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel tersebut
memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan
adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap
volumenya.
Menurut Kasmujo (2001) berat jenis kayu adalah perbandingan
berat kayu terhadap volume air yang sama dengan volume kayu
tersebut dengan menggunakan berat kayu kering sebagai dasar. Faktor
tempat tumbuh dan iklim, letak geografis dan spesies dapat
berpengaruh terhadap berat jenis, demikian pula letak bagian kayunya
berpengaruh terhadap berat jenis kayu.

3. Limbah kayu
Menurut DEPTAN (1970) Limbah kayu adalah kayu sisa potongan
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang terpaksa harus dikorbankan
dalam proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk
(output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat
teknologi pengolahan tertentu yang digunakan.
Sunarso dan Simarmata, 1980 dalam Iriawan, (1993) menjelaskan
bahwa limbah kayu adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang
dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada

11
waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan
pada proses dan waktu yang berbeda.
Simarmata dan Haryono (1986) dalam Iriawan (1993) menyatakan
bahwa limbah serbuk kayu dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa
pohon yang ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak
dan bagian diatas cabang pertama. 2. Limbah kayu yang berasal dari
industri pengolahan kayu antara lain berupa lembaran veneer rusak,
log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa kupasan,
potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk
pengamplasan, sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit.
Sementara itu Rachman dan Suparman (1978) dalam Iriawan
(1993) menyatakan limbah kayu pada penggergajian terdiri dari:
serbuk gergaji, sebetan (slabs) dan potongan ujung.

4. Efektivitas limbah kayu


Menurut Beni (2016: 69) Efektivitas adalah hubungan antara
output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran
seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi.
Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu
operasi pada sektor public sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif
jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap
kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan
sasaran yang telah ditentukan.
Menurut Mardiasmo (2017: 134) Efektivitas adalah ukuran
berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi
tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas
menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari
keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin
besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan

12
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu
unit organisasi.
Menurut Mahmudi (2010: 143) efektivitas merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan sedangkan menurut Fajar efektivitas retribusi daerah
merupakan perbandingan antara realisasi dan target penerimaan
retribusi daerah, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran
keberhasilan dalam melakukan pungutan.
Menurut Rachman dan Malik, (2011) setiap kegiatan pembalakan
maupun penggergajian menghasilkan limbah. Limbah penggergajian
adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu yang
seharusnya masih bisa dimanfaatkan tetapi ditinggalkan karena
keterbatasan tingkat teknologi pengolahan kayu yang ada pada waktu
itu. Dengan kata lain limbah penggergajian merupakan produk
sampingan dari suatu proses penggergajian yang dapat di manfaatkan
bila teknologinya telah tersedia.

B. Hakikat Metode Oil Coating


Berdasarkan hasil penelitian Septhiani dan Septiani, (2015: 95) Oil
coating merupakan metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas dan efisiensi briket. Metode ini dilakukan dengan cara melapisi
minyak pada permukaan briket. Minyak yang dilapisi pada briket memiliki
sifat hidrofobik sehingga pori-pori pada permukaan briket akan tersumbat
untuk menghambat jalan masuknya air. Hal tersebut menyebabkan kadar
air yang terkandung pada briket menjadi rendah sehingga mampu
meningkatkan nilai kalor pada briket. Semakin tinggi nilai kalor yang
terkandung dalam suatu briket, maka kualitas briket akan semakin baik.
(Chandra, 2018: 5).

13
Tabel 1.1 Efektivitas Limbah Kayu Melalui Metode Oil Coating
Tahapan Langkah-langkah Pembuatan
Tahap Awal 1. Bahan
a. Serbuk Kayu
b. Tempurung Kelapa
c. Lem Kanji
d. Minyak
2. Alat
a. Ayakan
b. Cetakan Briket
c. Wadah Pembakaran
3. Pemberdayaan Masyarakat Remaja SMA

Tahap Peningkatan kualitas SDM dapat diupayakan melalui


Pembuatan kegiatan sosialisasi kewirausahaan, hal ini juga dapat
menjadi pemicu membuka lapangan pekerjaan yang
lebih banyak. Pengolahan limbah kayu sebagai bahan
bakar alternatif contohnya. Remaja SMA merupakan
bibit dari SDM Indonesia yang harus diberi edukasi
agar memiliki kualitas yang baik dan dapat bersaing
di dunia internasional dalam bidang ekonomi kreatif.

Langkah-langkah pembuatan bahan bakar (briket)


dari limbah kayu:
1. Pengarangan / karbonisasi, adalah proses
mengolah serbuk kayu dan tempurung kelapa
menjadi arang dengan cara manual. Yaitu
dibakar di dalam tong tertutup.
2. Pengayakan, yaitu proses penyaringan serbuk
hasil pembakaran agar menghasilkan butiran-
butiran halus sebagai tepung arang.
3. Pencampuran, merupakan proses
pencampuran tepung arang dan lem kanji
dengan perbandingan arang serbuk kayu 90%
serta arang tempurung kelapa 10% dan lem
kanji sebanyak 2,5% dari seluruh campuran
arang.
4. Pencetakan briket, adalah proses mencetak
adonan briket pada cetakan briket atau bisa
mengepal menggunakan tangan.
5. Melapisi minyak pada permukaan briket.
Minyak yang dilapisi pada briket memiliki
sifat hidrofobik sehingga pori-pori pada
permukaan briket akan tersumbat untuk
menghambat jalan masuknya air. Hal tersebut

14
menyebabkan kadar air yang terkandung pada
briket menjadi rendah sehingga mampu
meningkatkan nilai kalor pada briket.
6. Jika sudah dicetak dapat langsung
dikeringkan dengan menjemurnya di bawah
sinar matahari langsung.

Dalam pembuatan bahan bakar ini tentulah


dibutuhkan adanya uji coba agar mengetahui
kelebihan serta kelemahan dari objek yang telah
dibuat serta dikembangkan. Berikut ini merupakan
uji coba penggunaan briket berbahan dasar limbah
kayu dibandingkan dengan batu bara:

Metodologi yang dilakukan dengan beberapa


tahapan, yakni proses pirolisis bahan batubara dan
serbuk gergaji pada suhu 4000C, dilakukan
penggilingan dan pengayakan arang dengan ukuran
partikel +50-120 mesh. Kemudian dilakukan
pencetakan briket dan terakhir adalah tahap
pengujian (Uji Ultimate, Uji Proximate dan
Kecepatan pembakaran). Berdasarkan hasil uji
diperoleh nilai kalor biomassa serbuk gergaji (6603,4
kal/gr) lebih besar dibandingkan dengan batubara
(6600,2 kal/gr) dan uji laju pembakaran briket
diketahui jika biomassa mempercepat proses
pembakaran.

Maka dari itu dapat disimpulkan, briket limbah kayu


memiliki kualitas yang lebih baik dibanding batu
bara, baik kecepatan dalam proses pembakaran
maupun karena sedikitnya polusi udara yang
dihasilkan. Selain itu, dengan memanfaatkan limbah
kayu sebagai bahan bakar pengganti batu bara dapat
menjadi sumber energi alternatif bagi kehidupan
manusia sekaligus meningkatkan nilai ekonomi
kreatif bangsa.

C. Hakikat Briket sebagai pengganti batu bara


1. Briket

15
Menurut Suganal (2008: 18) briket adalah perubahan bentuk
material yang pada awalnya berupa serbuk atau bubuk seukuran pasir
menjadi material yang lebih besar dan mudah dalam penggunaannya.
Serbuk yang dimaksud akan saling disatukan menggunakan perekat seperti
lem kanji atau bahan lainnya. Serbuk tersebut sebelumnya telah melewati
proses pembakaran menjadi karbon atau arang.
Pembriketan dapat dilakukan dengan metode cetak panas (Saputro
dan Widayat, 2016: 22-23). Pemanasan cetakan bertujuan untuk
mendeformasi lignin dan hemiselullosa pada bahan baku yang berfungsi
sebagai perekat alami. Perekat alami yang terdapat dari biomassa dapat
diaktifkan dengan cara menaikkan temperatur. Alat pencetak biasa
dinamakan cetakan briket, serbuk yang sudah direkatkan akan dicetak
demi mengisi rongga antar serbuk-serbuk arang.
Menurut Naim et al (2013: 9) temperatur yang baik untuk
digunakan dalam pembriketan dengan metode cetak panas adalah 120 ℃,
karena pada suhu ini lignin dapat mengikat partikel briket dengan baik dan
mempunyai kestabilan yang baik. Dalam proses pencetakan dan
pengeringan dibutuhkan waktu sekitar 1 hari menggunakan oven atau
seminggu dengan panas matahari.
Menurut Sumangat dan Broto, (2009: 24) semakin tinggi nilai
kalornya maka semakin tinggi juga kualitas briket yang dihasilkan. Hal ini
juga dipengaruhi kerapatan antar serbuk arang dan kualitas dari serbuknya.
Persentase antar serbuk arang dan bahan perekat juga harus diperhatikan
agar menghasilkan briket dengan nilai kalor tinggi.
Goenadi dkk (2005) berpendapat tingginya nilai kalor briket
disebabkan karena sampel briket ini berupa serbuk kayu yang banyak
mengandung komponen kirnia berupa selulosa, lignin dan semiselulosa
sehingga briket ini memiliki kadar karbon terikat yang tinggi. Banyaknya
kandungan selulosa yang terdapat di briket ini meningkatkan nilai karbon
terikat dan nilai kalorinya. Hal ini bahkan menyebabkan kualitas briket
serbuk kayu lebih baik dari batu bara.

16
2. Batu Bara
Menurut Anggayana, (2002) batubara terbentuk dari sisa tumbuh-
tumbuhan yang mengalami proses humifikasi. Batubara memiliki warna
coklat hingga hitam, setelah itu terjadi proses fisika dan kimia sehingga
mengakibatkan pengayaan kandungan karbonnya dan berlangsung selama
jutaan tahun. Batu bara dapat ditemukan diendapan tumbuh-tumbuhan
yang mati jutaan tahun lalu.
Spackman (1958 ) menyatakan batubara adalah suatu benda padat
karbonan berkomposisi maseral tertentu. Batubara adalah zat karbon yang
ditemukan dalam wujud padat, bukan cair ataupun gas. Batubara
merupakan suatu zat yang terdiri dari atom karbon yang berikatan yang
ditemukan dalam wujud padat.
The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963)
menyimpulkan batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar,
terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat
oleh proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada
kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam. Batubara adalah
bahan bakar yang dapat dibakar dan menghasilkan energi untuk kegiatan
manusia.
Thiessen (1974) menyebutkan batubara adalah suatu benda padat
yang kompleks, terdiri dari bermacam-macam unsur kimia atau
merupakan benda padat organik yang sangat rumit. Batubara dapat terbagi
dalam berbagai macam jenis tergantung zat penyusunnya. Jenis- jenis
batubara berdasarkan kandungan karbon: Lignit, sub-bituminous,
bituminous, Magnit, dan antrasit.
Achmad Prijono, dkk. (1992) mengatakan batubara adalah bahan
bakar hydro-karbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan
yang berlangsung sangat lama. Batubara terbentuk dilapisan bumi yang
dalam dimana kandungan oksigen sudah semakin sedikit.

D. Kerangka Berpikir
17
Limbah kayu yang tidak dikelola dengan baik dan hanya dibakar
begitu saja, hal ini dapat menjadi permasalahan yang serius dan perlu
ditangani. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengan mengelolanya
menjadi Briket sebagai pengganti batu bara. Metode yang digunakan ialah
Oil Coating dengan melapisi briket menggunakan minyak agar kandungan
air dalam briket lebih sedikit dan memiliki kualitas yang lebih baik.
Tahap-tahap pembuatannya diawali dengan pengumpulan bahan yaitu
berupa limbah serbuk kayu, limbah tempurung kelapa, lem kanji dan
minyak. Setelah itu, proses karbonisasi limbah serbuk kayu dan tempurung
kelapa dengan cara dibakar dalam tong tertutup. Lalu arang serbuk kayu
dicampur menggunakan lem kanji dengan perbandingan arang serbuk kayu
90% serta arang tempurung kelapa 10% dan lem kanji sebanyak 2,5% dari
seluruh campuran arang. Dilanjutkan dengan proses pencetakan
menggunakan cetakan briket atau mengepal dengan tangan, setelah dicetak
briket dilapisi minyak agar kandungan airnya lebih sedikit, lalu briket
dijemur atau dapat dibakar menggunakan oven. Briket menjadi
penyelesaian dari masalah limbah kayu yang belum dikelola secara
maksimal. Tahap uji coba penggunaan briket dibandingkan batu bara
dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni Uji Ultimate, Uji Proximate
dan Kecepatan pembakaran. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai kalor
biomassa serbuk gergaji (6603,4 kal/gr) lebih besar dibandingkan dengan
batubara (6600,2 kal/gr) dan uji laju pembakaran briket diketahui jika
biomassa mempercepat proses pembakaran.

18
Limbah kayu belum dikelola
secara maksimal

Pengelolaan
menjadi
Briket
pengganti

Metode Oil
Coating

Proses Pencampuran Pelapisan


Pengumpulan karbonisasi arang serbuk Pencetakan minyak pada Tahap uji
bahan limbah serbuk kayu dan lem briket briket (oil coba
kayu kanji coating)

Limbah kayu sudah dikelola


secara maksimal

Gambar 1.1 Tahapan pembuatan briket limbah serbuk kayu

19
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.


Penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan
dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu social, termasuk
juga ilmu pendidikan. Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati
orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya,
mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang yang berhubungan
dengan focus penelitian dengan tujuan mencoba memahami, menggali
pandangan dan pengalaman mereka untuk mendapat informasi atau data
yang diperlukan.

Penelitian ini mendeskripsikan tentang efektivitas limbah kayu


sebagai briket pengganti batu bara, dimana sejatinya batu bara merupakan
bahan bakar fosil yang akan tiba masa dimana kuantitasnya akan menurun
atau habis total. Penggunakan briket lebih efektif digunakan, selain karena
dapat mengurangi jumlah limbah kayu dan polusi udara akibat
pembakaran batu bara, briket juga berasal dari limbah bahan organik
berupa kayu yang dapat diperbaharui jumlahnya.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian


Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran yang
sangat strategis, karena akan menjadi data tentang variabel yang diamati
oleh peneliti. Karena penelitian ini memuat informasi mengenai

20
pengolahan limbah kayu di masyarakat Kubang Raya, maka yang akan
menjadi subjek untuk menggali sumber informasinya ialah masyarakat
sendiri yang akan menjadi pelaku dari pengolahan tersebut. Peningkatan
tingkat kekreativitas masyarakat dapat diupayakan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Pada penelitian ini penulis menargetkan
masyarakat remaja SMA sebagai produsen dari objek yang diteliti berupa
briket arang serbuk kayu.
Lokasi penelitian berada di lingkungan Kubang Raya, Kampar.
Dimana lokasi ini kondisinya sudah mulai mengkhawatirkan dengan
banyaknya sampah berserakan. Karena belum adanya upaya untuk
mengurangi atau mengelola sampah tersebut, penulis berupaya melakukan
penelitian dengan tujuan mengurangi limbah organik berupa serbuk kayu
yang berada di sana.

C. Populasi dan Sampel


Pada penelitian ini, penulis menjadikan limbah organik sebagai
bahan utama pembahasan. Limbah organik adalah bahan-bahan yang
berasal dari makhluk hidup seperti sisa aktivitas manusia, hewan ataupun
tumbuhan. Limbah organik jenisnya banyak dan sangat beragam. Namun
lebih spesifiknya, untuk kalangan rumah tangga, limbah organik ini terdiri
dari sisa-sisa makanan, sayur-sayuran, daging, tulang, dan buah-buahan.
Di kalangan industri, limbah organik terdiri dari sisa serbuk kayu,
potongan kertas, dan ampas tahu. Limbah organik kalangan pemenuhan
kebutuhan rumah tangga, seperti limbah sisa makanan dan bahan masakan.
Dikarenakan cakupan dari limbah organik yang bergitu luas,
peneliti memilih limbah kayu sebagai sampel penelitian. Limbah kayu
adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang dianggap tidak bernilai
ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada waktu tertentu dan tempat
tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan pada proses dan waktu yang
berbeda.

D. Teknik Pengumpulan Data


21
Penelitian ini menggunakan metode triangualasi, triangulasi data
merupakan teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan
berbagai data dan sumber yang telah ada. Menurut Wijaya (2018:120-
121), triangulasi data merupakan teknik pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan melalui sesuatu pengamatan, dengan
disertai pencatatan-pencatata terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran. Adapun data yang diperoleh dari
observasi pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
a) Situasi dan kondisi jalan Kubang Raya, Kampar
b) Jumlah sampah dan dampaknya bagi lingkungan
c) Aktivitas masyarakat yang terganggu akibat banyaknya
sampah
d) Teknik pemanfaatan limbah kayu

2. Metode Dokumen
Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data
dengan cara memanfaatkan data-data berupa buku,
catatan(dokumen). Dokumen adalah catatan tertulis tentang
berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
a) Alat dan bahan pembuatan briket
b) Tahapan pembuatan briket serbuk kayu
c) Metode pembuatan briket
d) Tahap uji coba perbandingan briket serbuk kayu dan batu
bara.

3. Metode kuisioner
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
22
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Kuesioner atau angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau
angket tertutup, karena responden hanya tinggal memberikan
tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Adapun
daftar pertanyaan untuk memperoleh data dari penelitian ini
adalah:

Tabel 1.2 Kuisioner pertanyaan

No. Pernyataan SS S KS TS
(4) (3) (2) (1)

1. Penggunaan briket serbuk kayu lebih efektif


dibandingkan batu bara

2. Penggunaan briket serbuk kayu lebih ramah


lingkungan

3. Penggunaan briket serbuk kayu dapat


meningkatkan jiwa kewirausaan dibidang ekonomi
kreatif masyarakat

E. Teknik Analisis Data


Untuk menentukan validitas data penulis menggunakan skala
Likert. Skala Likert merupakan skala untuk mengukur persepsi, sikap atau
pendapat seseorang/kelompok terhadap suatu peristiwa/fenomena sosial,
sesuai dengan definisi operasional yang telah ditentukan oleh peneliti.
Dalam skala likert responden diminta untuk melengkapi kuesioner
yang mengharuskan mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya
terhadap serangkaian pertanyaan. Pertanyaan atau pernyataan yang
digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel
penelitian.

23
Skala Likert adalah salah satu bentuk skala yang dilakukan untuk
mengumpulkan data demi mengetahui atau mengukur data yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh untuk mengetahui
pendapat, persepsi, ataupun sikap seseorang terhadap sebuah fenomena
yang terjadi.
Menurut skala Likert maka setiap jawaban dari responden akan
diberikan poin sebagai berikut:
1. Jawaban “sangat setuju/ (SS)” (skor 4)
2. Jawaban “setuju/ (S)” (skor 3)
3. Jawaban “kurang setuju/ (KS)” (skor 2)
4. Jawaban “tidak setuju/ (TS)” (skor 1)
Rumus perhitungannya : T x Pn
 T = Total responden
 Pn = Pilihan angka skor Likert
Cara menghitung kuesioner penelitian skala likert selanjutnya
harus mendapatkan hasil interpretasi. Penilaiannya dengan rumus berikut
ini:
Y = skor tertinggi likert x jumlah responden, maka 4 x jumlah
responden
X = skor terendah likert x jumlah responden, maka 1 x jumlah
responden
Kemudian diperoleh total skor sebelumnya, maka perhitungan
hasilnya menjadi:
-Rumus Index % = Total Skor/Y x 100
Namun sebelum memasukkan pada rumus, perlu dihitung interval
dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian menggunakan metode
Interval skor persen (I), dengan rumus:
I = 100 / Skor tertinggi
Hasil (I) merupakan interval jarak 0% sampai 100%
Jadi didapatkan kriteria interpretasi skor berdasarkan interval yang
sudah dicari tersebut, yaitu:
 0% – 24,99% : Sangat tidak setuju
24
 20% – 49,99% : Tidak setuju
 60% – 75,99% : Setuju
 80% – 100% : Sangat setuju
Penyelesaian akhirnya menjadi Total skor / Y x 100.

(1)Uji Validitas Instrumen


Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk
(Construct Validity). Menurut Jack R. Fraenkel (dalam Siregar 2010:163)
validitas konstruk merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan
validitas lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validitas isi
dan validitas kriteria. Uji Validitas digunakan rumus korelasi Product
Moment sebagai berikut.
n( XY )  ( X )(  Y )
rxy 
n( X 2
)  (  X ) 2 n(  Y 2 )  (  Y ) 2 

Dimana:
rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total (Arikunto, 2005: 72)
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di
atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.

(2)Uji Reliabilitas

25
Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

 k    b 
2

r11   1  
 k  1  Vt 2 
, (Arikunto, 1999: 193)
Dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

 2
b
= jumlah varian butir/item
Vt 2
= varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.

(3)Taraf Kesukaran (TK)


Menentukan taraf kesukaran (TK) digunakan rumus sebagai berikut:
B
P
JS (Arikunto, 2005: 208)
Dimana:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya remaja yang menjawab pernyataan ‘sangat setuju’
JS = Jumlah seluruh s peserta tes

Dengan Interprestasi Tingkat Kesukaran sebagaimana terdapat dalam Tabel


berikut:

Tabel 1.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran


Tingkat Kesukaran Interprestasi atau Penafsiran
(TK) TK
TK < 0,30 Sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
TK > 0,70 Mudah

26
(4)Daya Pembeda (DP)
Menentukan daya pembeda (DP) digunakan rumus sebagai berikut.
B A BB
DP    PA  PB
JA JB
Dimana:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BA
PA 
J A = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB
PB 
J B = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel 3.3 berikut:

Tabel 1.4 Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP)


Interprestasi atau penafsiran
Daya Pembeda (DP)
DP
DP ≥ 0,70 Baik sekali (digunakan)
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik (digunakan)
0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup
DP < 0,20 Jelek

Setelah data skor hasil uji coba diperoleh, diurutkan dari yang terbesar sampai
terkecil. Kemudian dari mulai urutan teratas diambil 27% sebagai kelompok
atas dan dari urutan paling bawah diambil 27% sebagai kelompok bawah.
Sehingga banyak siswa kelompok atas = banyaknya siswa kelompok bawah
yaitu na = nb = 5 siswa.
27
DAFTAR
PUSTAKA

Susilowarno, Gunawan. Et.al. 2007. Biologi untuk SMA/MA kelas X.


Jakarta: Grasindo

L, Waluyo, 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi, Malang:


UMM Press.

Haygreen, J.G., Bowyer, J.L., 1996. Hasil hutan dan ilmu kayu: suatu
pengantar. Terjemahan Sutjipto H.K. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Kasmujo (2001), Identifikasi Kayu dan Sifat-sifat Kayu, Fakultas


Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, PT


Alfabet, Bandung

28

Anda mungkin juga menyukai