PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : THALITA ANINDYA AHNAF
NIS : 2620
KELAS: XI MS 3
1
LEMBAR PENGESAHAN
Menyatakan bahwa karya penelitian ini adalah asli dan bukan plagiasi.
Penulis akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang akan terjadi.
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya
proposal penelitian yang berjudul “Efektivitas Limbah Kayu Melalui
Metode Oil Coating Sebagai Bahan Bakar Pengganti Batu Bara di
Kubang Raya” dapat terselesaikan dengan baik.
3
DAFTAR ISI
COVER……………..…….………………………………………………………1
LEMBAR PENGESAHAN...….…………………………………………………2
KATA PENGANTAR…….………………………………………………………3
DAFTAR ISI………………………………………………………………………4
DAFTAR TABEL…..…….………………………………………………………5
DAFTAR GAMBAR…….……………………………………………………….6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................................7
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Efektivitas Limbah Kayu......................................................................................12
B. Hakikat Metode Oil Coating...............................................................................................13
C. Hakikat Briket Sebagai Pengganti Batu Bara.....................................................................15
D. Kerangka Berpikir..............................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...................................................................................................................20
B. Subjek dan Lokasi Penelitian..............................................................................................20
C. Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................................................21
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................................21
E. Teknik Analisis Data..........................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR.………………………………………………………… 28
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1…………..…….……………………………………………………13
Tabel 1.2...….………………………………………………… ………………23
Tabel 1.3…….…………………………………………………………………24
Tabel 1.4…….…………………………………………………………………27
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1…………..…….…………………………………………………19
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pemanfaatan limbah kayu sebagai briket. Di Kubang
Raya terdapat banyak usaha pengolahan kayu, seperti industri kusen atau
perabot rumah tangga lainnya. Dari usaha pengolahan kayu tersebut dihasilkan
serbuk kayu yang biasanya hanya dibakar begitu saja. Hal ini dapat memicu
terjadinya pencemaran udara. Limbah kayu yang terbuang dapat diolah
kembali menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang dinamakan
briket.
Limbah kayu adalah kayu sisa potongan dalam berbagai bentuk
dan ukuran. Potongan kayu tersebut terpaksa harus dikorbankan dalam
proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk (output) yang
bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat teknologi pengolahan tertentu
yang digunakan . Kayu adalah bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang
terdiri atas sel tersebut memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang
unik. Serbuk gergaji kayu merupakan limbah industri kayu yang ternyata
dapat digunakan sebagai zat penyerap.
Limbah kayu memiliki klasifikasinya sendiri. Limbah kayu dapat
dibedakan menjadi 4 golongan yaitu : 1. Limbah kayu yang berasal dari
daerah pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan antara lain berupa
kayu yang tidak terbakar, akar, tunggak, dahan dan ranting. 2. Limbah kayu
yang berasal dari daerah penebangan pada areal HPH dan IPK antara lain
potongan kayu dengan berbagai bentuk dan ukuran, tunggak, kulit, ranting
pohon yang berdiameter kecil dan tajuk dari pohon yang ditebang. 3. Limbah
hasil dari proses industri kayu lapis dan penggergajian berupa serbuk kayu,
potongan pinggir, serbuk pengamplasan, log end (hati kayu) dan veneer
(lembaran triplek).
7
Hal ini terjadi karena kurangnya kreativitas masyarakat. Dengan semakin
bertambah jumlah limbah kayu, ketatnya penebangan hutan sebagai apresiasi
terhadap global warning, dan pembakaran kayu penyebab polusi udara
menjadikan tertumpuknya limbah kayu sebagai suatu permasalahan yang
pelik.
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Batu bara adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Bahan bakar merupakan suatu komoditas yang sangat penting
dan dibutuhkan pada saat ini. Bahan bakar yang berasal dari penumpukan fosil
hewan dan tumbuhan telah mengalami penurunan kuantitas secara besar-
besaran, hal ini dikarenakan bahan bakar fosil baru dapat terbentuk dalam
kurun waktu miliyaran tahun. Briket dapat menjadi solusi dari menipisnya
jumlah batu bara dengan memanfaatkan limbah serbuk kayu tsebagai
pengganti batu bara.
8
arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau
gas elpiji. Manfaat lainnya bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan
disekitar kita berupa serbuk kayu hasil samping industri kayu.
Alasan peneliti memilih judul yaitu “Efektivitas Limbah Kayu
memalui Metode Karbonisasi Sebagai Briket Pengganti Batu Bara di Kubang
Raya” adalah a) pemanfaatan limbah kayu di masyarakat belum maksimal
sehingga perlu adanya terobosan baru. b) banyaknya polusi udara yang bisa
menjadi sumber penyakit masyarakat. c) limbah kayu yang berserakan dan
membuat kotor lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini yakni: “bagaimanakah evektifitas limbah kayu melalui metode
karbonisasi sebagai briket pengganti batu bara di Kubang Raya?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan proses evektifitas pengolahan limbah kayu
melalui metode karbonisasi sebagai briket pengganti batu bara di Kubang
Raya.
2. Untuk mendeskripsikan hasil evektifitas pengolahan limbah kayu melalui
metode karbonisasi sebagai briket pengganti batu bara di Kubang Raya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti, menemukan terobosan baru untuk menanggulangi
permasalahan limbah kayu.
2. Manfaat bagi masyarakat, a) dapat dijadikan sebagai ide kewirausahaan.
b) dapat membuat lingkungan bebas dari sampah. C) dapat mengurangi
9
polusi udara akibat pembakaran limbah kayu. d) dapat menjaga kesehatan
masyarakat.
3. Manfaat bagi pemerintah, a) dapat meningkatkan devisa negara. b) dapat
menambah lapangan pekerjaan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2. Kayu
10
Kayu menurut Budianto (2000) merupakan hasil hutan yang mudah
diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu
memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pemilihan dan penggunaan kayu untuk salah satu tujuan pemakaian,
memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan
sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih
kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Sedangkan Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan kayu adalah
bahan yang terdiri dari sel-sel. Struktur yang terdiri atas sel tersebut
memberikan kayu banyak sifat-sifat dan ciri-ciri yang unik. Kerapatan
adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap
volumenya.
Menurut Kasmujo (2001) berat jenis kayu adalah perbandingan
berat kayu terhadap volume air yang sama dengan volume kayu
tersebut dengan menggunakan berat kayu kering sebagai dasar. Faktor
tempat tumbuh dan iklim, letak geografis dan spesies dapat
berpengaruh terhadap berat jenis, demikian pula letak bagian kayunya
berpengaruh terhadap berat jenis kayu.
3. Limbah kayu
Menurut DEPTAN (1970) Limbah kayu adalah kayu sisa potongan
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang terpaksa harus dikorbankan
dalam proses produksinya karena tidak dapat menghasilkan produk
(output) yang bernilai tinggi dari segi ekonomi dengan tingkat
teknologi pengolahan tertentu yang digunakan.
Sunarso dan Simarmata, 1980 dalam Iriawan, (1993) menjelaskan
bahwa limbah kayu adalah sisa-sisa kayu atau bagian kayu yang
dianggap tidak bernilai ekonomi lagi dalam proses tertentu, pada
11
waktu tertentu dan tempat tertentu yang mungkin masih dimanfaatkan
pada proses dan waktu yang berbeda.
Simarmata dan Haryono (1986) dalam Iriawan (1993) menyatakan
bahwa limbah serbuk kayu dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :
1. Limbah kayu yang terjadi pada kegiatan eksploitasi hutan berupa
pohon yang ditebang terdiri dari batang sampai bebas cabang, tunggak
dan bagian diatas cabang pertama. 2. Limbah kayu yang berasal dari
industri pengolahan kayu antara lain berupa lembaran veneer rusak,
log end atau kayu penghara yang tidak berkualitas, sisa kupasan,
potongan log, potongan lembaran veneer, serbuk gergajian, serbuk
pengamplasan, sebetan, potongan ujung dari kayu gergajian dan kulit.
Sementara itu Rachman dan Suparman (1978) dalam Iriawan
(1993) menyatakan limbah kayu pada penggergajian terdiri dari:
serbuk gergaji, sebetan (slabs) dan potongan ujung.
12
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu
unit organisasi.
Menurut Mahmudi (2010: 143) efektivitas merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
akhir kebijakan sedangkan menurut Fajar efektivitas retribusi daerah
merupakan perbandingan antara realisasi dan target penerimaan
retribusi daerah, sehingga dapat digunakan sebagai ukuran
keberhasilan dalam melakukan pungutan.
Menurut Rachman dan Malik, (2011) setiap kegiatan pembalakan
maupun penggergajian menghasilkan limbah. Limbah penggergajian
adalah potongan kayu dalam bentuk dan ukuran tertentu yang
seharusnya masih bisa dimanfaatkan tetapi ditinggalkan karena
keterbatasan tingkat teknologi pengolahan kayu yang ada pada waktu
itu. Dengan kata lain limbah penggergajian merupakan produk
sampingan dari suatu proses penggergajian yang dapat di manfaatkan
bila teknologinya telah tersedia.
13
Tabel 1.1 Efektivitas Limbah Kayu Melalui Metode Oil Coating
Tahapan Langkah-langkah Pembuatan
Tahap Awal 1. Bahan
a. Serbuk Kayu
b. Tempurung Kelapa
c. Lem Kanji
d. Minyak
2. Alat
a. Ayakan
b. Cetakan Briket
c. Wadah Pembakaran
3. Pemberdayaan Masyarakat Remaja SMA
14
menyebabkan kadar air yang terkandung pada
briket menjadi rendah sehingga mampu
meningkatkan nilai kalor pada briket.
6. Jika sudah dicetak dapat langsung
dikeringkan dengan menjemurnya di bawah
sinar matahari langsung.
15
Menurut Suganal (2008: 18) briket adalah perubahan bentuk
material yang pada awalnya berupa serbuk atau bubuk seukuran pasir
menjadi material yang lebih besar dan mudah dalam penggunaannya.
Serbuk yang dimaksud akan saling disatukan menggunakan perekat seperti
lem kanji atau bahan lainnya. Serbuk tersebut sebelumnya telah melewati
proses pembakaran menjadi karbon atau arang.
Pembriketan dapat dilakukan dengan metode cetak panas (Saputro
dan Widayat, 2016: 22-23). Pemanasan cetakan bertujuan untuk
mendeformasi lignin dan hemiselullosa pada bahan baku yang berfungsi
sebagai perekat alami. Perekat alami yang terdapat dari biomassa dapat
diaktifkan dengan cara menaikkan temperatur. Alat pencetak biasa
dinamakan cetakan briket, serbuk yang sudah direkatkan akan dicetak
demi mengisi rongga antar serbuk-serbuk arang.
Menurut Naim et al (2013: 9) temperatur yang baik untuk
digunakan dalam pembriketan dengan metode cetak panas adalah 120 ℃,
karena pada suhu ini lignin dapat mengikat partikel briket dengan baik dan
mempunyai kestabilan yang baik. Dalam proses pencetakan dan
pengeringan dibutuhkan waktu sekitar 1 hari menggunakan oven atau
seminggu dengan panas matahari.
Menurut Sumangat dan Broto, (2009: 24) semakin tinggi nilai
kalornya maka semakin tinggi juga kualitas briket yang dihasilkan. Hal ini
juga dipengaruhi kerapatan antar serbuk arang dan kualitas dari serbuknya.
Persentase antar serbuk arang dan bahan perekat juga harus diperhatikan
agar menghasilkan briket dengan nilai kalor tinggi.
Goenadi dkk (2005) berpendapat tingginya nilai kalor briket
disebabkan karena sampel briket ini berupa serbuk kayu yang banyak
mengandung komponen kirnia berupa selulosa, lignin dan semiselulosa
sehingga briket ini memiliki kadar karbon terikat yang tinggi. Banyaknya
kandungan selulosa yang terdapat di briket ini meningkatkan nilai karbon
terikat dan nilai kalorinya. Hal ini bahkan menyebabkan kualitas briket
serbuk kayu lebih baik dari batu bara.
16
2. Batu Bara
Menurut Anggayana, (2002) batubara terbentuk dari sisa tumbuh-
tumbuhan yang mengalami proses humifikasi. Batubara memiliki warna
coklat hingga hitam, setelah itu terjadi proses fisika dan kimia sehingga
mengakibatkan pengayaan kandungan karbonnya dan berlangsung selama
jutaan tahun. Batu bara dapat ditemukan diendapan tumbuh-tumbuhan
yang mati jutaan tahun lalu.
Spackman (1958 ) menyatakan batubara adalah suatu benda padat
karbonan berkomposisi maseral tertentu. Batubara adalah zat karbon yang
ditemukan dalam wujud padat, bukan cair ataupun gas. Batubara
merupakan suatu zat yang terdiri dari atom karbon yang berikatan yang
ditemukan dalam wujud padat.
The lnternational Hand Book of Coal Petrography (1963)
menyimpulkan batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar,
terbentuk dari sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikat
oleh proses kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan pada
kedalaman yang bervariasi, dari dangkal sampai dalam. Batubara adalah
bahan bakar yang dapat dibakar dan menghasilkan energi untuk kegiatan
manusia.
Thiessen (1974) menyebutkan batubara adalah suatu benda padat
yang kompleks, terdiri dari bermacam-macam unsur kimia atau
merupakan benda padat organik yang sangat rumit. Batubara dapat terbagi
dalam berbagai macam jenis tergantung zat penyusunnya. Jenis- jenis
batubara berdasarkan kandungan karbon: Lignit, sub-bituminous,
bituminous, Magnit, dan antrasit.
Achmad Prijono, dkk. (1992) mengatakan batubara adalah bahan
bakar hydro-karbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan dalam
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh temperatur serta tekanan
yang berlangsung sangat lama. Batubara terbentuk dilapisan bumi yang
dalam dimana kandungan oksigen sudah semakin sedikit.
D. Kerangka Berpikir
17
Limbah kayu yang tidak dikelola dengan baik dan hanya dibakar
begitu saja, hal ini dapat menjadi permasalahan yang serius dan perlu
ditangani. Salah satu cara mengatasinya yaitu dengan mengelolanya
menjadi Briket sebagai pengganti batu bara. Metode yang digunakan ialah
Oil Coating dengan melapisi briket menggunakan minyak agar kandungan
air dalam briket lebih sedikit dan memiliki kualitas yang lebih baik.
Tahap-tahap pembuatannya diawali dengan pengumpulan bahan yaitu
berupa limbah serbuk kayu, limbah tempurung kelapa, lem kanji dan
minyak. Setelah itu, proses karbonisasi limbah serbuk kayu dan tempurung
kelapa dengan cara dibakar dalam tong tertutup. Lalu arang serbuk kayu
dicampur menggunakan lem kanji dengan perbandingan arang serbuk kayu
90% serta arang tempurung kelapa 10% dan lem kanji sebanyak 2,5% dari
seluruh campuran arang. Dilanjutkan dengan proses pencetakan
menggunakan cetakan briket atau mengepal dengan tangan, setelah dicetak
briket dilapisi minyak agar kandungan airnya lebih sedikit, lalu briket
dijemur atau dapat dibakar menggunakan oven. Briket menjadi
penyelesaian dari masalah limbah kayu yang belum dikelola secara
maksimal. Tahap uji coba penggunaan briket dibandingkan batu bara
dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni Uji Ultimate, Uji Proximate
dan Kecepatan pembakaran. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai kalor
biomassa serbuk gergaji (6603,4 kal/gr) lebih besar dibandingkan dengan
batubara (6600,2 kal/gr) dan uji laju pembakaran briket diketahui jika
biomassa mempercepat proses pembakaran.
18
Limbah kayu belum dikelola
secara maksimal
Pengelolaan
menjadi
Briket
pengganti
Metode Oil
Coating
19
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
20
pengolahan limbah kayu di masyarakat Kubang Raya, maka yang akan
menjadi subjek untuk menggali sumber informasinya ialah masyarakat
sendiri yang akan menjadi pelaku dari pengolahan tersebut. Peningkatan
tingkat kekreativitas masyarakat dapat diupayakan melalui kegiatan
pemberdayaan masyarakat. Pada penelitian ini penulis menargetkan
masyarakat remaja SMA sebagai produsen dari objek yang diteliti berupa
briket arang serbuk kayu.
Lokasi penelitian berada di lingkungan Kubang Raya, Kampar.
Dimana lokasi ini kondisinya sudah mulai mengkhawatirkan dengan
banyaknya sampah berserakan. Karena belum adanya upaya untuk
mengurangi atau mengelola sampah tersebut, penulis berupaya melakukan
penelitian dengan tujuan mengurangi limbah organik berupa serbuk kayu
yang berada di sana.
2. Metode Dokumen
Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data
dengan cara memanfaatkan data-data berupa buku,
catatan(dokumen). Dokumen adalah catatan tertulis tentang
berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
a) Alat dan bahan pembuatan briket
b) Tahapan pembuatan briket serbuk kayu
c) Metode pembuatan briket
d) Tahap uji coba perbandingan briket serbuk kayu dan batu
bara.
3. Metode kuisioner
Menurut Sugiyono (2017:142) angket atau kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
22
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Kuesioner atau angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner atau
angket tertutup, karena responden hanya tinggal memberikan
tanda pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Adapun
daftar pertanyaan untuk memperoleh data dari penelitian ini
adalah:
No. Pernyataan SS S KS TS
(4) (3) (2) (1)
23
Skala Likert adalah salah satu bentuk skala yang dilakukan untuk
mengumpulkan data demi mengetahui atau mengukur data yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Data tersebut diperoleh untuk mengetahui
pendapat, persepsi, ataupun sikap seseorang terhadap sebuah fenomena
yang terjadi.
Menurut skala Likert maka setiap jawaban dari responden akan
diberikan poin sebagai berikut:
1. Jawaban “sangat setuju/ (SS)” (skor 4)
2. Jawaban “setuju/ (S)” (skor 3)
3. Jawaban “kurang setuju/ (KS)” (skor 2)
4. Jawaban “tidak setuju/ (TS)” (skor 1)
Rumus perhitungannya : T x Pn
T = Total responden
Pn = Pilihan angka skor Likert
Cara menghitung kuesioner penelitian skala likert selanjutnya
harus mendapatkan hasil interpretasi. Penilaiannya dengan rumus berikut
ini:
Y = skor tertinggi likert x jumlah responden, maka 4 x jumlah
responden
X = skor terendah likert x jumlah responden, maka 1 x jumlah
responden
Kemudian diperoleh total skor sebelumnya, maka perhitungan
hasilnya menjadi:
-Rumus Index % = Total Skor/Y x 100
Namun sebelum memasukkan pada rumus, perlu dihitung interval
dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian menggunakan metode
Interval skor persen (I), dengan rumus:
I = 100 / Skor tertinggi
Hasil (I) merupakan interval jarak 0% sampai 100%
Jadi didapatkan kriteria interpretasi skor berdasarkan interval yang
sudah dicari tersebut, yaitu:
0% – 24,99% : Sangat tidak setuju
24
20% – 49,99% : Tidak setuju
60% – 75,99% : Setuju
80% – 100% : Sangat setuju
Penyelesaian akhirnya menjadi Total skor / Y x 100.
Dimana:
rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total (Arikunto, 2005: 72)
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di
atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid, dan sebaliknya.
(2)Uji Reliabilitas
25
Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
k b
2
r11 1
k 1 Vt 2
, (Arikunto, 1999: 193)
Dimana:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b
= jumlah varian butir/item
Vt 2
= varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.
26
(4)Daya Pembeda (DP)
Menentukan daya pembeda (DP) digunakan rumus sebagai berikut.
B A BB
DP PA PB
JA JB
Dimana:
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BA
PA
J A = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB
PB
J B = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Setelah data skor hasil uji coba diperoleh, diurutkan dari yang terbesar sampai
terkecil. Kemudian dari mulai urutan teratas diambil 27% sebagai kelompok
atas dan dari urutan paling bawah diambil 27% sebagai kelompok bawah.
Sehingga banyak siswa kelompok atas = banyaknya siswa kelompok bawah
yaitu na = nb = 5 siswa.
27
DAFTAR
PUSTAKA
Haygreen, J.G., Bowyer, J.L., 1996. Hasil hutan dan ilmu kayu: suatu
pengantar. Terjemahan Sutjipto H.K. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
28