Anda di halaman 1dari 2

Kronologi terjadinya kasus pidana korupsi yakni, “Mereka menyelewengkan uang

negara Rp 3 miliar untuk investasi online. Kasus tersebut berawal saat sang istri, Briptu E

bertugas sebagai bendahara penerima di Samsat Blora. Karena alasan anak rewel, ia

meminta suaminya, Bripka F yang bertugas di Humas Polres Blora untuk menyetorkan uang

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2022 sebesar Rp 17 miliar. Namun ternyata

tak semua uang disetorkan. F malah menyetorkan uang Rp 3 miliar ke PayPal dan

diendapkan selama 14 hari dengan tujuan mendapatkan fee.

Awalnya E tak tahu tindakan yang dilakukan suaminya. Namun setelah F

memberitahu, ia menyetujuinya dan terus memberikan uang setoran kepada sang suami.

Selama berinvestasi online melalui PayPal, F sudah beberapa kali mendapatkan

keuntungan salah satunya sebanyak Rp 150 juta. Uang tersebut kemudian digunakan untuk

membeli Honda Freed. Walau sudah mendapatkan keuntungan, uang negara sebesar Rp 3

miliar di PayPal ternyata tak bisa diambil. Kasus tersebut terungkap saat pemeriksaan tutup

buku akhir tahun yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) Perwakilan Jawa Tengah.

Dalam pemeriksaan tersebut, seharusnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Polres Blora pada tahun 2021 sebanyak Rp 17 miliar, tetapi yang disetorkan sekitar Rp 14

miliar, sehingga ada kekurangan sekitar Rp 3 miliar. Karena tidak sanggup menutupi

kekurangan uang yang diselewengkan, kedua oknum polisi tersebut dilaporkan oleh

atasannya dengan dugaan tindak pidana korupsi. Mereka berdua pun ditahan sejak Maret

2022. Sebelum akhirnya dilimpahkan ke kejaksaan, para tersangka tersebut telah mencoba

untuk mengembalikan uang negara yang sudah mereka selewengkan. Namun mereka

hanya bisa mengembalikan Rp 1,4 miiar. "Kerugian yang dialami Polres Blora sekitar Rp 3

miliar, tetapi sudah dikembalikan oleh para tersangka sekitar Rp 1,4 miliar. Jadi kerugian

yang masih dialami oleh Polres Blora sekitar Rp 1,6 miliar," ungkap Kasi Intel Kejaksaan

Negeri Blora Jatmiko saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (11/5/2022).

Dalam putusannya di Pengadilan Negeri Semarang, dinyatakan terdakwa bersalah

melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang telah diubah dan
ditambahkan dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2021 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Dijatuhi hukuman enam tahun penjara dan denda Rp 300 juta.

Melalui persidangan dua anggota Polres Kabupaten Blora Bripka F dan Briptu E terbukti

melakukan tindakan korupsi. "Apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana

kurungan selama 4 bulan," kata Hakim Rochmad yang memimpin persidangan di

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Semarang, Selasa (27/9/2022).

Bripka F juga dijatuhi hukuman tambahan dengan membayar uang pengganti

kerugian negara sebanyak Rp 1,65 miliar. Uang tersebut sebelumnya sudah dipakai oleh

Bripka F. "Jika uang pengganti tersebut tidak dibayar dalam waktu satu bulan maka harta

bendanya akan dilelang," ujarnya. Apabila tidak punya cukup harta, lanjut hakim, maka akan

diganti dengan pidana penjara selama 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai