Anda di halaman 1dari 8

Pendidikan Moral Untuk Mewujudkan Akhlaqul Karimah Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah

Ihyaul Islam Banyuanyar Probolinggo

Shafa Azreena Madani Fitry


Universitas Panca Marga
Email : shafaazreena@gmail.com

Abstract

Moral education in class VII Madarasah Tsanawiyah Ihyaul Islam Banyuanyar Probolinggo has low
moral education. The influence of low moral education is caused by several factors, namely internal
factors and external factors. Examples include the lack of formation of values at home, and the
influence of promiscuity. From the problems that occur, the researcher aims to form moral
education to realize students' morals. This research method is a combination of theory and field
research results. . A summary of various theories taken from the thoughts and research of moral
education experts such as Kirschenbaum, Thomas Lickona, Darmiyati Zuchdi and Nurul Zuriah
which were then interpreted and synthesized by the author to obtain a unified idea about the theory
of moral education in schools. The importance of moral education in schools has an important role
in shaping morality. , ethics, and positive values in students. Moral education not only helps in
developing character, but also creates a healthy learning environment, encourages social awareness,
and forms ethical citizens.
Key words: moral education, moral education factors, akhlaqul karimah.

Abstrak

Pendidikan moral di kelas VII Madarasah Tsanawiyah Ihyaul Islam Banyuanyar Probolinggo
memiliki pendidikan moral yang rendah. pengaruh pendidikan moral yang rendah di karenakan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Contohnya seperti kurangnya
pembentukan nilai-nilai di rumah, dan pengaruh pergaulan bebas. Dari permasalahan yang terjadi
maka peneliti memiliki tujuan untuk membentuk pendidikan moral untuk mewujudkan akhlaqul
karimah siswa. Metode penelitian ini merupakan gabungan antara teori dan hasil penelitian
lapangan. . Rangkuman berbagai teori diambil dari hasil pemikiran dan penelitian para pakar
pendidikan moral seperti Kirschenbaum, Thomas Lickona, Darmiyati Zuchdi dan Nurul Zuriah
yang kemudian diinterpretasi dan disintesiskan oleh penulis sehingga diperoleh kesatuan gagasan
tentang teori pendidikan moral di sekolahPentingnya pendidikan moral disekolah memiliki perann
penting dalam membentuk moralitas, etika, dan nilai-nilai positif pada siswa. Pendidikan moral
tidak hanya membantu dalam pengembangan karakter, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar
yang sehat, mendorong kepedulian sosial, dan membentuk waraga Negara yang beretika.

Kata kunci: pendidikan moral, faktor pendidikan moral, akhlaqul karimah.


PENDAHULUAN
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata “paedagogie” dari bahasa Yunani, terdiri dari
kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan
yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang
berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa Inggris pendidikan
diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni:
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa
Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan,
mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.1
Dalam kamuas KBBI bentuk kata kerjanya pendidikan adalah didik. Artinya, memelihara
dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
pendidikan adalah salah satu derivasi kata didik yang bermakna proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam Bahasa Inggris, pendidikan
identik dengan education. Kata kerja educate adalah pemberian intelektual, moral dan isntruksi
social guna melatih atau memberi 8 informasi kepada subyek tertentu. Education sendiri bagian dari
poses edukasi atau menjadi terdidik (being educated).2
Moral adalah ukuran baik buruk seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan
anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang
menanamkan nilai moral peserta didik melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan serta
dapat mengetahui definisi-definisi dari moral, pendidikan moral dan pendidikan moral pada anak.
Metode peneletian yang dipakai adalah menggunaakan metode penelitian kajian pustaka atau studi
kepustakaan yaitu berisi teori teori yang relevan dengan masalah–masalah penelitian. Kesimpulan
dari tulisan ini adalah pembentukan moral peserta didik tidak hanya dari pelajaran-pelajaran lain
saja namun dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga ikut serta berperan dalam
pembentukan moral perserta didik.3
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun” yang berari budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang
menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan
menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri
seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka

1
Dr. Rahmat Hidayat, MA, Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd, Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”, Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), Medan, 2019, hal. 23.
2
Dr. Nana Suryapermana, M.Pd. Imroatun, S.Pd.I, M.Ag, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN, FTK Banten Press Jl.
Jenderal Sudirman No. 30 Serang 42118 Banten, 2017, Hal. 6.
3
Natasya Febriyanti & Dinie Anggraeni Dewi, Pengembangan Nilai Moral Peserta Didik Dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2 Desember 2021, Hal. 476.
disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik
disebut akhlak mahmudah.4
Akhlakul Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma yang
mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta. Akhlak mahmudah
(akhlak terpuji) atau disebut pula dengan akhlak al karimah (akhlak yang mulia). Temasuk akhlak al
karimah antara lain adalah ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada-Nya, beriman kepada
malaikat, kitab Allah, Rasul Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakn amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah (rela terhadap
pemberian Allah), tawakkal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu’ (merendahkan diri), berbakti
kepada kedua orang tua, dan segala perbuatan yang baik menurut pandangan atau ukuran Islam.5
Pendidikan moral memiliki peran penting di suatu sekolah atau madrasah. Pendidikan moral
sangat erat kaitannya dengan ahklak . Dalam pendidikan moral untuk mewujudkan ahklaqul
karimah, perlu dilakukan secara bersungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas.
Meskipun peran utama dalam mendidik moral anak adalah orang tua mereka, guru di sekolah juga
memiliki peran besar untuk mewujudkan moral peserta didik yang seharusnya. Keluarga, sekolah,
dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral
baiksekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Itulah tujuan
utama pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh Aristoteles. Pendidikan moral disekolah harus
dirancang komprehensif mencakup berbagai aspek, yaitu: pendidik, materi,metode, dan evaluasi
sehingga hasilnya diharapkan akan optimal. Sehingga dapat membentuk peserta didik berahklaqul
karimah.
Berdasarkan hasil observasai yang saya lakukan di Madrasah Tsanawiyah Ihyaul Islam
Banyuanyar Probolinggo siswa kelaS VII memiliki pendidikan moral yang rendah. pengaruh
pendidikan moral yang rendah di karenakan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Contohnya seperti kurangnya pembentukan nilai-nilai di rumah, dan pengaruh pergaulan
bebas.
Dari paparan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pendidikan
Moral Untuk Mewujudkan Akhlaqul Karimah Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Ihyaul Islam
Banyuanyar Probolinggo”.

METODE

Tulisan ini merupakan gabungan antara teori dan hasil penelitian lapangan. Rangkuman
berbagai teori diambil dari hasil pemikiran dan penelitian para pakar pendidikan moral seperti
Kirschenbaum, Thomas Lickona, Darmiyati Zuchdi dan Nurul Zuriah yang kemudian diinterpretasi
dan disintesiskan oleh penulis sehingga diperoleh kesatuan gagasan tentang teori pendidikan moral
di sekolah. Data lapangan diperoleh dari hasil penelitian penulis di sebuah sekolah Madrasah

4
Syarifah Habibah, AKHLAK DAN ETIKA DALAM ISLAM, JURNAL PESONA DASAR, Vol. 1 No. 4, Oktober
2015, hal. 73.
5
Rusmanto, Membangun Kultur Ahklakul Karimah di Kalangan, Kota Surakarta Jaawa Tengah, 2021 (Diakses pada 1
januari 2024, pukul 22.39).
Tsanawiyah Ihyaul Islam Banyuanyar Probolinggo yang memfokuskan pada pendidikan moral bagi
siswa-siswanya sebagai tujuan sekolah yang penting di samping pendidikan intelektual.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pentingnya pendidikan moral disekolah memiliki perann penting dalam membentuk moralitas,
etika, dan nilai-nilai positif pada siswa. Pendidikan moral tidak hanya membantu dalam
pengembangan karakter, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang sehat, mendorong
kepedulian sosial, dan membentuk waraga Negara yang beretika.
Pendidikan moral di sekolah memiliki signifikasi yang memdalam, dalam membentuk siswa
menjadi warga Negara yang bertanggung jawab, beretika, dan perduli terhadap lingkungan.
Melalui pembelajaran nilai-nilai moral, siswa dapat mengembangkan karakter positif, memahami
perbedaan antar individu, dan membangun kemampuan berfikir kritis terhadap situasi moral.
Pendidikan moral juga berperan dalam membentuk sikap sosial, mengajarkan tentang bertanggung
jawab pribadi, serta merangsang perkembangan empati dan kepedulian derhadap sesama. Dengan
demikia, pendidikan moral di sekolah bukan haya mengajarkan pengetahuan, tatapi juga
membentuk dasar moral yang kokoh untuk kehidupan sehari-hari dan keberlanjutan masyarakat.
Pendidikan moral untuk mewujudkan akhlaqul karimah, sebagaimana yang kita ketahui sebuah
sekolah atau madrasah yang di bawah naungan lembaga madrasah lebih banyak mempelajari ilmu
agama. Dalam pandangan masyarakat mereka memiliki sudut pandang bahwa anak yang
mengenyam salah satu sekolah dalam naungan madarasah pasti memiliki etika atau akhlak yang
lebih baik. Namun pada realitanya tidak semua etika atau moral, tidak dapat di ukur dari sekolah
atau madrasah tersebut di bawah naungan lembaga madrasah maupun bukan dalam naungan
lembaga madarasah. Sebab akibat minimnya akhlak atau rendahnya pendidikan moral juga terdapat
dari beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Berdasarkan hasil observasi Penyebab rendahnya moral di kelas VII Madrasah Tsanawiyah
Ihyaul Islam Banyuanyar Probolinggo, memiliki beberapa faktor diantaranya faktor internal dan
faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi rendahnya pendidikan moral siswa
kelas VII yaitu, faktor yang berasal dari siswa sendiri seperti kemampuan belajar yang rendah,
kurangnya pembentukan nilai-nilai di rumah, dan kurangnya motivasi siswaSiswa perlu memiliki
motivasi internal untuk mengembangakan kesadaran moral dan menginternalisasi nilai-nilai dalam
kehidupan sehari-hari.Berikut beberapa faktor internal :

1. Reaksi frustasi negatif.


Frustasi adalah rasa kecewa yang berat akibat kegagalan; patah semangat akibat dari tidak
berhasil dalam mencapai suatu cita-cita . Frustasi timbul apabila adanya kesenjangan antara
harapan dan hasil yang diperoleh. Frustasi dapat disebut dengan gangguan fikiran, karena
ketidak sesuaian, mengganggu teman di lingkungannya dan sebagainya. Beberapa reaksi
frustasi negatif yang menyebabkan anak salah ulah misalnya Agresi (penyerangan atau
penyerbuan), Regresi atau sifat infantil (sifat kekanak-kanakan), Fiksasi (pelekatan pada
satu pola yang kaku, stereotipis dan tidak wajar), Narsisme (menganggap diri sendiri
superior), Autisme (kecenderungan menutup diri secara total terhadap dunia luar).
2. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak-anak remaja.
Pengaruh sinetron yang setiap hari disajikan dan disaksikan televisi juga banyak
mempengaruhi pola kehidupan anak-anak remaja terutama dalam hal berbelanja dan
berpakaian, Semua itu dikarenakan anak-anak remaja mengalami pengamatan dan
tanggapan yang apa adanya, tanpa meneliti terlebih dahulu mana yang tidak baik dan mana
yang tidak buruk, sangat disayangkan ketika anak-anak remaja mengikuti mode hanya
karena didasari ikutikutan model, supaya tidak dikatakan ketinggalan zaman atau jadul
(jaman dulu).
3. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja.
Intelegensi yaitu suatu kesanggupan atau kemampuan untuk menyelesaikan suatu perasaan
dengan tepat, cepat, dan mudah tanpa mengalami suatu kesulitan . Gangguan emosional
pada remaja. Perkembangan atau keadaan emosi yang terjadi pada remaja ada dua hal yaitu
situasi yang menimbulkan bentuk emosi tertentu dan cara memberikan respon terhadap
emosi yang dialaminya itu. Perubahan-perubahan yang terjadi dikarenakan pengalaman
yang lebih luas untuk mempelajari reaksi-reaksi lain, maka anak akan berusaha tidak
membererikan reaksi yang tidak disukai orang lain, padahal mereka ingin disukai
masyarakat.

Dalam mengatasi pengaruh pada faktor internal mewujudkan pendidikan moral tersebut
melibatkan komitmen dan partisipasi aktif dari pihak sekolah, guru, dan siswa. Untuk meningkatkan
moral siswa Guru harus berkomitmen untuk memberikan contoh perilaku moral, serta
mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam kurikulum. Siswa perlu memiliki motivasi internal untuk
mengembangakan kesadaran moral dan menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya di siswa kelas VII yaitu faktor
degradasi moral yang merupakan pengaruh dari luar siswa seperti faktor keluarga, lingkungan
sekolah , dan lingkungan masyarakat. Berikut beberapa faktor eksternal :
1. Faktor keluarga
Keluarga adalah unit keluarga sosial yang terkecil, sebagian besar anak dibesarkan oleh
keluarga, disamping itu kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak
mendapatkan pendidikan, pengarahan dan pembinaan yang pertama kali. Keluarga termasuk
lingkungan yang paling dekat dan terkuat di dalam mendidik anak . Kondisi keluarga yang
tidak baik misalnya kondisi keluarga tidak utuh (broken home by death, separation,
divorce), kedua orang tua yang terlalu sibuk dan lain-lain. Selain itu, kondisi keluarga
merupakan sumber stres pada anak remaja, antara lain: hubungan buruk antara ayah dan ibu,
cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau oleh kakek atau nenek, sikap
orang tua yang kasar dan keras terhadap anak, dan lain-lain .
2. Faktor sekolah.
Kondisi sekolah yang kurang baik dapat mengganggu proses belajar mengajar anak yang
dapat memberikan peluang pada anak untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang
tidak baik, antara lain: sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai, kuantitas dan
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, kesejahteraan guru yang tidak memadai,
kurangnya muatan pendidikan agama/budi pekerti, dan lain sebagainya .
3. Faktor Masyarakat (kondisi lingkungan sosial).
Kondisi lingkungan masyarakat dalam berbagai corak dan bentuknya berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung terkait perkembangan anak. Faktor kondisi lingkungan
sosial yan tidak sehat atau rawan, dapat menjadi faktor yang kondusif bagi anak untuk
berperilaku menyimpang.

Untuk mengatasi rendahnya moral disekolah berdasarkan faktor eksternal tersebut, sekolah
perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung nilai-nilai positif. Dukungan dari keluaraga
sangat penting, karena nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah perlu diperkuat di lingkungan
rumah. Keterlibatan masyarakat, seperti melalui program-program moral di komunitas, juga dapat
memperkuat pendidikan moral di sekolah .
Pendidikan moral memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan akhlaqul karimah,
yang mengacu pada akhlak yang mulia atau karakter yang baik dalam islam. Malalui pendidikan
moral siswa diajarkan menginternalisasi nilai-nilai etika dan norma-norma moral dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini melibatkan berikut :
1) Pemahaman nilai-nilai islam
Pendidikan moral membantu siswa memahami ajaran islam yang berkaitan dengan perilaku
dan etika pada siswa, seperti kejujuran, keadilan, dan kasih saying
2) Pengembangan karakter
Dalam pengembanagn karakter focus pada pendidikan moral adalah membentuk karakter
yang baik, termasuk sifat-sifat mulia seperti sabar, toleransi, dan rasa tanggung jawab.
3) Teladan guru
Guru sebagai contoh yang baik memiliki peran penting dalam membentuk akhlaqul karimah.
Merkeka dapat menjadi panutan bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai moral.
4) Lingkungan belajar yang mendukung
Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membentuk karakter, denagan norma-norma
yang menghormati dan mempromosikan keabaikan.
5) Keterliabatan orang tua
Dalam keterliban orang tua, dalam mendukung pendidikan moral di rumah, sehingga nilai-
niali yang diajarkan di sekolah juaga di terapkan dalam kehidupa sehari-hari.

Dengan demikian, pendidikan moral menjadi fondasi untuk mewujudkan akhlakul karimah,
menciptakan siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang
baik sesuai dengan ajaran islam. Selain itu pendidika moral dapat menjadi landasan kuat untuk
mewujudkan akhlaqul karimah dalam kehidupan siswa, tidak hanya sebagai teori, tetapi juga
sebagai praktek yang termanifestasi dalam perilaku sehari-hari.

KESIMPULAN
Pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan
manusiawi. Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang menanamkan nilai moral peserta
didik melalui pembelajaran pendidikan kewarganegaraan serta dapat mengetahui definisi-definisi
dari moral, pendidikan moral dan pendidikan moral pada anak.
Akhlakul Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau norma yang
mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta.
Pendidikan moral untuk mewujudkan akhlaqul karimah siswa melibatkan pengembangan nilai-nilai
etika, pemahaman tentang tanggung jawab, serta melibatkan kerjasama antara sekolah, guru, orang
tua, dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Natasya Febriyanti & Dinie Anggraeni Dewi, Pengembangan Nilai Moral Peserta Didik Dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2 Desember
2021, Hal. 476.
Dr. Rahmat Hidayat, MA, Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd, Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan
Aplikasinya”, Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), Medan, 2019, hal. 23
Dr. Nana Suryapermana, M.Pd. Imroatun, S.Pd.I, M.Ag, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN,
FTK Banten Press Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Serang 42118 Banten, 2017, Hal. 6.
Syarifah Habibah, AKHLAK DAN ETIKA DALAM ISLAM, JURNAL PESONA DASAR, Vol. 1 No. 4, Oktober 2015,
hal. 73.
Rusmanto, Membangun Kultur Ahklakul Karimah di Kalangan, Kota Surakarta Jaawa Tengah, 2021 (Diakses pada 1
januari 2024, pukul 22.39).

Anda mungkin juga menyukai