4.0 (TRANSFORMASI DIGITAL) REVOLUSI INDUSTRI Industrialisasi dipandang sebagai langkah tepat dalam menjawab potret sejarah kemiskinan dunia. Industrialisasi mempermudah pekerjaan dilakukan dan pada gilirannya mengurangi kelaparan melalui ketersediaan makanan, memberikan ketersediaan akan kebutuhan pakaian, dan kebutuhan akan tempat tinggal bagi sebagian kalangan tertentu. Lebih jauh, memberikan masyarakatnya harapan hidup yang lebih panjang. Walaupun pada awalnya mengurbankan sebagian masyarakat lainnya sehingga muncul kesenjangan sosial serta menghasilkan kerusakan lingkungan, namun pada akhirnya industrialisasi mendatangkan kekayaan serta kenyamaan hidup karena dikelilingi oleh peralatan-peralatan yang user-friendly technologies. Revolusi Industri I Sebelum Revolusi Industri 1.0 terjadi, manusia memproduksi barang atau jasa hanya mengandalkan tenaga otot, tenaga air, ataupun tenaga angin. Revolusi Industri I dimulai dari ditemukannya Mesin Uap oleh James Watt pada tahun 1764. Sebagai contoh, sebelum mesin uap ditemukan, kapal berlayar dengan tenaga angin dimana memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkeliling dari satu negara ke negara lainnya. Sedangkan dengan adanya mesin uap, dapat menghemat waktu hamper 80%. Revolusi Industri I disebut Era Mekanisasi Revolusi Industri II Revolusi Industri 2.0 tidak seterkenal Revolusi Industri 1.0. Revolusi Industri 2.0 terjadi di awal abad 20. Revolusi 2.0 dimulai dengan menciptakan “Lini Produksi” atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt di tahun 1913. Proses produksi berubah total. Tidak ada lagi satu tukang yang menyelesaikan satu mobil dari awal hingga akhir, para tukang diorganisir untuk menjadi spesialis, cuma mengurus satu bagian saja, seperti misalnya pemasangan ban. Revolusi Industri I disebut Era Elektrik. Revolusi Industri III Revolusi Industri 3.0 adalah penemuan mesin yang bergerak, yang berpikir secara otomatis yaitu: komputer dan robot. Sebagian aktifitas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan manusia seperti menghitung atau menyimpan hal penting seperti dokumen, mulai dapat dilakukan oleh komputer. Revolusi yang terjadi juga bergerak, tidak hanya mengenai Revolusi di bidang industry namun juga di bidang informasi. Revolusi Industri III disebut Era Otomatisasi. Revolusi Industri IV Tahun 2011 lalu di acara Hannover Trade Fair dipaparkan bahwa industri saat ini telah memasuki inovasi baru, dimana proses produksi mulai berubah pesat. Pemerintah Jerman menganggap serius gagasan ini, dan bahkan membentuk kelompok khusus untuk membahas mengenai penerapan Industri 4.0 . Pada 2015, Angella Markel mengenalkan gagasan Revolusi Industri 4.0 di acara World Economic Forum (WEF). Jerman mengucurkan €200 juta untuk menyokong akademisi, pemerintah, dan pebisnis untuk melakukan penelitian lintas akademis mengenai Revolusi Industri 4.0. Amerika Serikat juga menggerakkan Smart Manufacturing Leadership Coalition (SMLC), sebuah organisasi nirlaba yang terdiri dari produsen, pemasok, perusahaan teknologi, lembaga pemerintah, universitas dan laboratorium yang memiliki tujuan untuk memajukan cara berpikir di balik Revolusi Industri 4.0. Revolusi Industri IV - Lanjutan Seperti apa sebenarnya Revolusi Industri 4.0? Revolusi Industri 4.0 menerapkan konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam pengaplikasiannya. Dimana hal tersebut merupakan hal vital yang dibutuhkan oleh para pelaku industri demi efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya. Para ahli meyakini era ini merupakan era dari Revolusi Industri 4.0, dikarenakan terdapat banyak inovasi baru di Industri 4.0, diantaranya Internet of Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artifical Intelligence (AI), kendaraan tanpa pengemudi, rekayasa genetika, robot dan mesin pintar. Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of Things. Big Data Big Data berperan penting dalam Revolusi Industri 4.0. Big data adalah seluruh informasi yang tersimpan di cloud computing. Analitik data besar dan komputasi awan, akan membantu deteksi dini cacat dan kegagalan produksi, sehingga memungkinkan pencegahan atau peningkatan produktivitas dan kualitas suatu produk berdasarkan data yang terekam. Hal ini dapat terjadi karena adanya analisis data besar dengan sistem 6c, yaitu connection, cyber, content/context, community, dan customization. Artificial Intelegent Sejarah Artificial Intelegent Program kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence pertama kali dicetuskan pada tahun 1951. AI sendiri pertama kali digunakan di University of Manchester untuk menjalankan sebuah mesin bernama Ferranti Mark 1. Christopher Strachey melanjutkan konsep kecerdasan buatan untuk menjalankan sebuah permainan catur, dimana bidak catur tersebut dapat berjalan secara otomatis dan mampu bermain melawan manusia sungguhan. Sejarah Artificial Intelegent - Lanjutan Berlanjut pada tahun 1956, kecerdasan buatan tidak hanya dibuat untuk memudahkan bermain catur saja. Melainkan pada saat konferensi pertamanya, John McCharty menamai algoritma teknologi tersebut dengan sebutan “Artificial Intelligence”. Istilah tersebut masih digunakan hingga sekarang oleh para pakar teknologi. Konsep dan teknologi kecerdasan buatan disempurnakan oleh seorang ahli yang namanya masih diingat sampai sekarang sebagai seorang pakar kecerdasan buatan, yaitu Alan Turin. Pada saat itu, Alan Turin meneliti dan menguji coba algoritma AI yang diberi nama dengan “Turing Test”. Hingga seiring berkembangnya waktu, konsep teknologi AI banyak digunakan di berbagai teknologi baik itu multimedia, search engine, dan masih banyak lainnya. Rasanya itulah sekilas mengenai sejarah AI yang diramalkan akan membuat kemajuan teknologi dengan sangat luar biasa. Contoh-Contoh Konsep AI (Artificial Intelligence) 1. Mesin Pencari Google Banyak yang tidak menyadari bahwa dalam mesin pencarinya, Google telah menyematkan algoritma AI atau kecerdasan buatan sehingga apa yang dicari banyak orang bisa tepat sasaran, dalam artian sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Sehingga tidak heran selama ini Google menjadi mesin pencari terbaik di dunia, dan paling banyak digunakan oleh mayoritas masyarakat. Contoh-Contoh Konsep AI (Artificial Intelligence) 2. Siri Siri yang merupakan sebuah program cerdas pada ponsel iPhone berfungsi untuk melayani pemiliknya. Lebih tepatnya Siri bisa dibilang sebagai asisten virtual cerdas yang serba bisa dalam melayani pemiliknya untuk mengoperasikan smartphone. Dari hal sederhana hingga yang cukup sulit, seperti mengirim pesan, menemukan informasi, mencari petunjuk arah, melakukan panggilan suara, membuka aplikasi, dan masih banyak lainnya. 3. Tesla Smart Car mobil ini mampu beroperasi sendiri meskipun tidak ada sopir di belakang kemudi. Bahkan lebih hebatnya lagi mobil tesla memiliki kemampuan prediktif yang luar biasa sehingga potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat kecil sekali Internet of Things Salah satu hal terbesar didalam Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of Things. IoT (Internet of Things) memiliki kemampuan dalam menyambungkan dan memudahkan proses komunikasi antara mesin, perangkat, sensor, dan manusia melalui jaringan internet. Sebagai contoh kecil, apabila sebelumnya di era Revolusi Industri 3.0 kita hanya dapat mentransfer uang melalui ATM atau teller bank, saat ini kita dapat melakukan transfer uang dimana saja dan kapan saja selama kita terhubung dengan jaringan internet. Cukup dengan aplikasi yang ada di dalam gadget kita dan koneksi internet, kita dapat mengontrol aktifitas keuangan kita dimanapun dan kapanpun. Digital Economy Pemanfaatan internet mendorong pertumbuhan sumber-sumber ekonomi baru yang dikenal sebagai ekonomi digital. Terminologi ekonomi digital (digital economic) dikemukan pertama kali oleh Don Tapscott(1995) dalam bukunya berjudul The Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence, yang mendeskripsikan bagaimana internet mengubah cara manusia melakukan bisnis. Menurut Tapscott, internet (net) dan world wide web (web) memunculkan suatu bentuk ekonomi baru berdasarkan pada jaringan kecerdasan manusia (networking of human intelligence). Tapscott mengungkapkan bahwa pada rezim ekonomi lama, informasi berbentuk fisik, sedangkan pada era ekonomi digital, informasi berbentuk digital. Digital Economy-Lanjutan Ekonomi Digital melahirkan inovasi yang bertumpu pada pemanfaatan teknologi, terutama mobile internet, Internet of Thing(IoT), cloud computing dan big data and advance analytic. Beragam model bisnis baru muncul menawarkan servis sesuai dengan kebutuhan (customized services). Customized service yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna serta prinsip sharing yang membuat harga semakin kompetitif menjadi kekuatan model bisnis berbasis teknologi tersebut. Tak heran apabila servis yang dihasilkan diminati oleh konsumen, seperti pada konsep ride hailing. Ride hailing adalah jasa transportasi yang menggunakan platform online, seperti aplikasi di smartphone yang menghubungkan antara penumpang dengan pengemudi. Pengguna ride hailing harus menentukan tujuan dan kemudian memesan kendaraaan beserta dengan pengemudinya sebelum melakukan perjalanan. Selain mengantarkan pengguna ke tujuan, ride hailing juga menyediakan jasa untuk mengantar barang, dari barang yang berukuran besar sampai dengan yang berukuran kecil, seperti makanan, dokumen, dan lain-lain. Layanan transportasi berbasis ride hailing berorientasi kepada pengguna atau customer. Contoh dari transportasi ride hailing adalah ojek atau taksi online ERA DISRUPTIF Inovasi disruptif (disruptif innovation) adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut. Inovasi disruptif mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tak diduga pasar, umumnya dengan menciptakan jenis konsumen berbeda pada pasar yang baru dan menurunkan harga pada pasar yang lama. Salah satu fenomena inovasi disruptif adanya konflik antara ojek pangkalan dengan ojek daring, taksi konvensional dengan taksi daring, dan berbagai marketplace online yang cukup mengubah tren jual beli untuk beberapa produk seperti telepon genggam. Contoh Inovasi Disruptif Netflix adalah layanan yang memungkinkan pengguna menonton tayangan kesukaan di mana pun, kapan pun, dan hampir lewat medium apa pun (smartphone, smartTV, tablet, PC, dan laptop). Saat Netflix memulai bisnisnya, Blockbuster menganggapnya tidak signifikan. Blockbuster merupakan sebuah perusahaan ritel yang bergerak di bidang entertainment dan melakukan bisnis peminjaman film bagi customer. Blockbuster tidak melihat trend masa depan ketika customer ingin menonton film; ketika Netflix mendatangi blockbuster untuk bekerjasama dan Blockbuster menolaknya. Sebenarnya Netflix telah mulai melihat trend masa depan dari pasar Blockbuster tapi Blockbuster tidak menyadarinya. Saat ini, Netflix mendapatkan keuntungan miliaran dan Blockbuster bangkrut. Contoh Inovasi Disruptif Salah satu contoh lain dari Inovasi Disruptif (disruption innovation) adalah platform berita. platform berita merupakan salah satu contoh inovasi disruptif yang merusak pasar media tradisional (cetak). Dalam dunia transportasi. Mobil ketika pertama diciptakan adalah inovasi teknologi yang revolusioner pada masa itu. Mobil tidak bisa disebut sebagai Inovasi Disruptif (disruptif innovation) untuk kendaraan, karena pada saat pertama kali ditemukan belum banyak orang yang punya (belum mengganggu). Singkatnya, pada saat itu tidak mengganggu pasar untuk kendaraan yang ditarik kuda. Akan tetapi, ketika perusahaan mobil Ford membuat Ford Model T, dimana model ini dirakit dipabrik dan menggantikan buatan tangan. Sehingga harga mobil pada saat itu jadi sangat murah. Apa yang dilakukan Ford inilah yang disebut Inovasi Disruptif (disruptif innovation). Menganggu pasar yang sudah ada salah satu ciri dari Inovasi Disruptif. FIRM LIFE CYCLE (Siklus Hidup Perusahaan) Siklus hidup perusahaan dibagi menjadi 4 tahapan dalam siklus hidup perusahaan yaitu start- up, growth, mature dan decline (Weston & Brigham, 1984). Pada tahap start-up, perusahaan memiliki pengeluaran dalam jumlah besar untuk memperkenalkan produknya serta melakukan investasi besar-besaran. Pada tahap ini, investor masih belum bisa melihat bagaimana masa depan perusahaan ke depannya sehingga investor cenderung ragu untuk berinvestasi menjadikan nilai perusahaan pada tahap ini masih rendah. FIRM LIFE CYCLE (Siklus Hidup Perusahaan) Pada tahap growth, volume penjualam meningkat karena perusahaan sudah memiliki pangsa pasar. Investasi masih dilakukan secara besar-besaran. Meskipun pengeluaran masih tinggi namun dapat diimbangi dengan kenaikan penjualan sehingga perusahaan mulai memperoleh laba. Ekspektasi investor terhadap perusahaan yang sedang bertumbuh relative tinggi, karena bila perusahaan mampu memanfaatkan peluang yang ada, perusahaan akan masuk pada tahap mature. Pada tahap mature, pertumbuhan perusahaan stagnan namun karena telah menguasai pangsa pasar maka volume penjualan tetap tinggi. Di tahap ini umumnya perusahaan membagikan dividen yang tinggi. Investor berekspektasi mendapat deviden dalam jumlah yang relatif besar sehingga investor menyukai untuk berinvestasi di perusahaan dalam tahap mature dan nilai perusahaan pun meningkat. FIRM LIFE CYCLE (Siklus Hidup Perusahaan) Pada tahap decline, persaingan semakin tajam dan terjadi kejenuhan akan permintaan sehingga volume penjualan menurun signifikan dan perusahaan mengalami kerugian dan hal ini berakibat buruk terhadap profitabilitas. Investor merespon negatif perusahaan dalam tahapdecline karena jika perusahaan tidak dapat melakukan perbaikan maka perusahaan memiliki potensi bangkrut. Akibatnya investor kurang menyukai untuk berinvestasi di perusahaan dalam tahap decline sehingga nilai perusahaan turun. GENERASI MILENIAL Secara umum, yang termasuk generasi milenial adalah yang kira-kira lahir pada tahun 1981 – 1995. Pada era ini, komputer baru mulai booming, seiring dengan naik daunnya video games, gadget, smartphones, dan internet. Disebut generasi milenial karena satu-satunya generasi yang sempat melewati milenium kedua semenjak teori generasi ini diutarakan pertama kali oleh sosiolog Karl Mannheim pada tahun 1923 melalui esainya yang berjudul “The Problem if Generation.” GENERASI MILENIAL Berdasarkan teori Mannheim, para sosiolog di Amerika Serikat akhirnya membagi manusia ke dalam beberapa generasi, yakni: 1. Generasi Era Depresi 2. Generasi Perang Dunia II 3. Generasi Pasca-PD II 4. Generasi Baby Boomer I 5. Generasi Baby Boomer II 6. Generasi X 7. Generasi Y (milenial) 8. Generasi Z 9. Dan yang terbaru saat ini adalah Generasi Alpha. GENERASI MILENIAL Perbedaan Gen X, Y, dan Z Fakta Generasi Milenial 1. Istilah “Milenial” diciptakan pada tahun 1991. Muncul pada tahun 1991, seorang sejarawan bernama Neil Howe dan William Strauss memutuskan untuk menggunakan kata milenial dalam buku mereka yang berjudul Generations. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa para generasi milenial yang paling tertua akan lulus jenjang pendidikan SMA pada tahun 2000. 2. Generasi Milenial Menghabiskan 85% Waktu dalam Sehari untuk Menggunakan Gadget. Hampir semua orang tahu generasi milenial tidak pernah bisa lepas dari teknologi. Itulah mengapa mereka dijuluki sebagai generasi tech-savvy. Bagaimana tidak, 85% waktu yang mereka miliki dalam sehari rela dihabiskan untuk menggunakan ponsel atau gadget-gadget lainnya. Fakta Generasi Milenial 3. Generasi Milenial adalah Orang-Orang yang Suka Membaca Buku. Fakta menarik yang berkaitan dengan poin ini yaitu, meskipun generasi milenial sangat dekat dengan teknologi, namun mereka jauh lebih suka membaca buku cetak daripada membaca lewat ebook. 4. Dalam Hal Pekerjaan, Generasi Milenial Meraih Pendapatan 20% yang Lebih Sedikit daripada Baby Boomers. Fakta menunjukkan bahwa Baby Boomers atau generasi orang tua dari milenial, ternyata memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada anak-anak mereka. Studi yang dilakukan oleh Young Invincibles menunjukkan bahwa generasi milenial menghasilkan pendapatan 20% yang lebih sedikit daripada orang tua mereka atau Baby Boomers. Fakta Generasi Milenial 5. Sepertiga Generasi Milenial yang Berusia 18-34 Tahun Tinggal di Rumah bersama Orang Tua Mereka. Tingginya biaya rumah atau tempat tinggal membuat milenial lebih memilih untuk tinggal bersama orang tuanya terlebih dahulu, sampai akhirnya nanti mereka memiliki tabungan yang cukup untuk membeli tempat tinggal pribadi. 6. Generasi Milenial sangat Menyukai Pengembangan Diri. Pengembangan diri atau self-improvement adalah salah satu hal yang sangat menarik perhatian gen Y atau generasi milenial ini. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa 94% generasi milenial memiliki resolusi tahun baru untuk melaksanakan pengembangan diri agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Misalnya, menghemat pengeluaran uang, sehingga bisa menabung uang lebih banyak. Fakta Generasi Milenial 7. Generasi Milenial Memiliki Pendidikan yang Lebih Tinggi daripada Generasi sebelumnya. Sekitar 40% generasi milenial memiliki tingkat pendidikan atau gelar sarjana yang lebih tinggi, dibandingkan 30% Gen X di seusia mereka kala itu. 8. Generasi Milenial adalah Orang-orang yang Egois atau Self-Centered. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 telah menunjukkan bahwa generasi milenial adalah orang-orang yang egois, dan mereka menjadikan diri sendiri sebagai perhatian utama. Tak jarang mereka disebut sebagai generasi yang narsis. Fakta Generasi Milenial 9. Generasi Milenial adalah Orang-Orang yang Peduli terhadap Lingkungan. Sebuah penelitian berskala besar yang melibatkan lebih dari 20.000 responden milenial dari 181 Negara, menunjukkan bahwa generasi milenial sangat memberikan keprihatinannya terhadap lingkungan sekitar. Misalnya, perubahan iklim, efek global warming, dan lain sebagainya. 10. Gen Y atau Milenial juga sangat suka Beramal. Menurut sebuah survei yang dilakukan, 84% dari generasi milenial selalu memberikan sumbangan amal tahunan. Bahkan, 70% generasi milenial rela menyumbangkan waktu dan bakat mereka, untuk tujuan-tujuan sosial yang mereka anggap sangat berharga. Misalnya, mengajarkan anak-anak kurang mampu untuk bisa membaca, menulis dan menghitung. Tentunya, sikap generasi milenial ini sangat diapresiasi oleh para generasi sebelumnya. Fakta Generasi Milenial 11. Generasi Milenial sudah Menjadi Generasi Terbesar di Dunia Profesionalisme. Pada tahun 2017 tercatat ada 56 juta generasi milenial yang sudah bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan, hanya 53 juta Gen X dan 41 juta Baby Boomers yang ada di dunia profesionalisme atau dunia kerja. Intinya, generasi milenial sudah mulai mendominasi dunia kerja di negara manapun. 12. Generasi Milenial sangat Memikirkan Pekerjaan Mereka. Sebuah studi yang dilakukan oleh Happify pada tahun 2016 menunjukkan bahwa gen Y atau generasi milenial dengan rentang usia antara 25 sampai 34 tahun sangat memikirkan pekerjaan mereka. Mereka memikirkan inovasi apa yang harus diberikan pada pekerjaan mereka, bagaimana mereka bisa meraih pencapaian kerja yang membanggakan, dan lain sebagainya. Fakta Generasi Milenial 13. Gen Y atau Generasi Milenial Jarang Mengambil Cuti untuk Berlibur. Dalam satu survei yang dilakukan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa 48% karyawan milenial, sangat ingin bos atau pemimpin mereka menganggap dan memandang mereka sebagai “karyawan yang profesional dan berdedikasi tinggi”. Berlanjut dengan studi yang dilakukan oleh LinkedIn pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 16% generasi milenial mengatakan mereka tidak ingin sering-sering meminta cuti kepada bos mereka. Fakta Generasi Milenial 14. Masih Banyak Generasi Milenial yang Menerima Bantuan Finansial dari Orang Tua Mereka. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lynch atau Age Wave tahun 2019 ini, sekitar 7 dari 10 generasi milenial masih mengandalkan orang tua mereka untuk meminta bantuan finansial. 15. Generasi Milenial atau Gen Y sangat Mendambakan Perkembangan Karier yang Melejit dengan Cepat. Sudah banyak makalah generasi milenial dan essay tentang generasi milenial, yang menyatakan bahwa karyawan milenial tidak suka jika karier mereka berkembang dengan sangat lambat. Dalam studi tersebut menunjukkan bahwa 90% generasi milenial menginginkan perkembangan karier yang melejit dengan cepat. Tantangan Generasi Milenial 1. Budaya Organisasi atau Perusahaan yang Buruk. Menurut laporan Robert Walters, 73% karyawan milenial telah meninggalkan pekerjaan karena budaya organisasi atau perusahaan yang buruk. Ini menjadi salah satu tantangan bagi generasi milenial untuk tetap bertahan dan berusaha mengubah budaya perusahaan yang buruk, atau mencari perusahaan lain yang budayanya sesuai dengan harapan mereka. 2. Teknologi. Dikarenakan hubungan milenial dengan teknologi sangat erat, hal ini membuat mereka mudah kesal dengan generasi-generasi lain yang tidak mahir dalam teknologi. Data menunjukkan bahwa 34% pekerja yang lebih tua tidak memahami teknologi sebaik generasi milenial, dan hal ini membuat gen Y menjadi semakin frustasi. Tantangan Generasi Milenial 3. Pengalaman dan Pendidikan yang Tinggi. Generasi milenial memiliki gelar pendidikan yang paling tertinggi dibandingkan generasi- generasi sebelumnya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi gen Y, apakah mereka mau berusaha untuk berbaur dan bekerjasama dengan generasi sebelumnya, atau malah bersikap acuh dengan mereka? Sumber: https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/sejarah-dan-perkembangan-revolusi-industri/ https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/ https://www.indoworx.com https://business-law.binus.ac.id/2019/08/26/internet-dan-ekonomi-digital/ https://www.seva.id/blog/ride-sharing-dan-ride-hailing-apa-bedanya https://www.ruangkerja.id/blog/perhatikan-hal-hal-ini-untuk-bertahan-di-era-disrupsi-disruption-era https://digitalfinger.id/apa-arti-sebenarnya-dari-disruptif-istilah-trend-di-dunia-bisnis-saat-ini/ https://www.quipper.com/id/blog/tips-trick/generasi-milenial-x-dan-z/ https://www.studilmu.com/blogs/details/generasi-milenial-fakta-generasi-milenial-dan-tantangan-generasi-milenial Servin dan Juniarti, Servin: Pengaruh Family Control, Firm Size, Firm Risk, dan Firm Life Cycle terhadap Profitabilitas dan Nilai 13 Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi, BUSINESS ACCOUNTING REVIEW, VOL. 2, NO. 1, 2014