Skripsi Dukungankeluarga
Skripsi Dukungankeluarga
Oleh :
ROSYIDAH KURNIARIFIN
NIM : 201302045
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
ii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir Skripsi dan dinyatakan
telah memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar S.Kep
Dewan Penguji
Mengesahkan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
iii
PERSETUJUAN
SKRIPSI
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
PENERIMAAN DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT
HEMODIALISA RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
iv
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
PENERIMAAN DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
DI UNIT HEMODIALISA RSUD dr. SAYIDIMAN
MAGETAN
ABSTRAK
Pada saat pasien divonis gagal ginjal kronik, pasien mengalami fase
kehilangan yang nyata yaitu kehilangan kesehatan dan perubahan kebiasaan hidup.
Buruknya hubungan interpersonal dan kurangnya dukungan dari pihak keluarga
akan mempengaruhi penerimaan diri pada pasien. Dukungan keluarga dapat
membantu individu untuk beradaptasi dengan segala situasi dan peristiwa yang
berkaitan dengan kondisi fisik maupun psikologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat penerimaan diri pasien GGK di unit Hemodialisa RSUD
dr. Sayidiman Magetan. Jenis penelitian ini yaitu korelasional dengan desain cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 65 pasien dan jumlah sampel
yang didapatkan menggunakan rumus Lemeshow yaitu sebanyak 56 orang. Teknik
sampling yang digunakan adalah Acidental Sampling. Data dianalisis menggunakan
uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebesar 50% dalam
kategori baik dan sebesar 35,7% dalam kategori cukup, sedangkan tingkat
penerimaan diri pasien sebesar 67,9% dalam kategori menerima. Dari hasil uji
statistik diketahui ada hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat tingkat
penerimaan diri pasien GGK di unit Hemodialisa RSUD dr. Sayidiman Magetan
dengan p value 0,000 (α = 0,05) dengan keeratan hubungan tergolong sedang.
Simpulanya, semakin baik dukungan keluarga yang diberikan, maka tingkat
penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik di unit HD RSUD dr. Sayidiman
Magetan semakin baik pula (dalam tahap menerima). Saran kepada keluarga untuk
memberikan dukungan penuh kepada pasien agar dapat membantu pasien gagal
ginjal kronik dalam menerima kondisinya.
v
THE RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORTS WITH SELFACCEPTANCE
LEVEL ON CHRONIC KIDNEY FAILURE PATIENT IN HEMODIALYSIS
UNIT AT dr. SAYIDIMAN MAGETAN DISTRICT GENERAL HOSPITAL
ABSTRACT
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Rosyidah Kurniarifin
201302045
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 8
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................. 9
ix
2.4.5 Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik ......................................41
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan ..............................................................................................82
6.2 Saran .........................................................................................................83
x
DAFTAR TABEL
xi
ginjal kronik di RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan
Juni 2017............................................................................... 68
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi tingkat penerimaan diri pada pasien
gagal ginjal kronik di unit hemodisalisa RSUD dr.
Sayidiman Magetan pada bulan Juni 2017........................... 69
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
Acceptance : Penerimaan
Acidental Sampling : teknik pengumpulan berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/incidental bertemu dengan
peneliti dan dianggap cocok sebagai
sumber data dapat digunakan sebagai
sampel
Alpha Cronbach : Alat untuk menguji keandalan suatu alat
dalam penelitian
Angry Marah
Anonimity : Tanpa nama
Bargainning : Menawar
Chi Square Salah satu jenis uji komparatif non
parametris yang dilakukan pada dua
variabel, di mana skala data kedua
variabel adalah nominal. (Apabila dari 2
variabel, ada 1 variabel dengan skala
nominal maka dilakukan uji chi square
dengan merujuk bahwa harus digunakan
uji pada derajat yang terendah).
Chronic Kidney Failure Gagal Ginjal Kronik
Coding : Pengkodean
Communicable disease : Penyakit menular
: Penyakit kronik tidak menular
Correlation Berhubungan
Cronic non communicable : Penyakit kronis tidak menular
disease
Cross sectional study : Potong lintang
Data Entry : Proses memasukan data atau informai ke
xv
komputer melalui perangkat.
Denial : Menolak
Dependent Bebas
Depression Depresi (tertekan)
Disseminator : Penyebar informasi
Editing : Penyuntingan data
Extended family : Keluarga Besar
Glomerulonefritis : Radang Glomerulus
Grief : Berduka
Gout : Asam Urat
Hyperparatiroidisme : Kelebihan Hormon Paratiroid
Independent : Terikat
Inform Consent : Lembar Persetujuan
instrumental material support Dukungan material (Dukungan nyata)
Irreversible : Tidak Bisa dikembalikan (ke wujud
semula)
Loss : Kehilangan
Loss actual : Kehilangan Kenyataan
Non probability sampling Suatu Teknik sampling dimana populasi
tidak memiliki kesempatan yang sama
untuk dijadikan sample (Pengambilan
sample berdasarkan Kriteria)
Nuclear family : Keluarga Inti
Progresif : Berlanjut
Scoring : Pemberian skor
Shock : Terkejut
Single parent : Orangtua tunggal
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi yang
Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD dr. Sayidiman Magetan” dengan
baik. Tersusunya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan
moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
3. Seluruh staf rumah sakit dr. Sayidiman Magetan, Khususnya perawat di unit
penelitian
4. Kedua Orang tua saya yang telah memberi dorongan dan semangat tanpa
henti
xviii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan tugas skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
WassalamualaikumWr.Wb
Penulis
xix
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini di negara maju ataupun negara berkembang penyakit kronik tidak
progresif dan irreversible yang mengarah pada penyakit tahap akhir dan
divonis menderita gagal ginjal maka prosedur pengobatan yang dapat digunakan
untuk memperbaiki keadaan pasien yaitu melalui terapi hemodialisis (cuci darah)
transplantasi ginjal dan susahnya mencari donor ginjal maka cara yang paling
pasien harus melakukan hemodialisis minimal dua kali dalam seminggu sepanjang
1
1
Menurut Kidney International Organization (2009), Gagal ginjal kronik
merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan mengenai 5-10% populasi
penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun
sebelumnya.
Renal Data System (USRDS) mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2013
sekitar 650.000 kasus, dan pada tahun 2014 sekitar 651.000 kasus. Sedangkan di
Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronik menurut Indonesian Renal Registry
(IRR) meningkat dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 sebanyak 14.833
orang, pada tahun 2011 sebanyak 22.304 orang, dan meningkat pada tahun 2012
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3%
RSUD dr. Sayidiman Magetan penderita gagal ginjal kronis di Unit Hemodialisa
pada bulan Mei 2014 – Mei 2015 terdapat sebanyak 34 pasien tetap yang
menjalani hemodialisa, pada bulan Juni – April 2016 sebanyak ± 50 pasien tetap
dan bulan Mei – Maret 2017 sebanyak 65 pasien tetap. Setiap tahun di Unit
2
Hemodialisa terdapat sekitar 4000 – 6.500 kali kunjungan pasien (Rekam Medik
penderita dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri secara terus menerus
yang hilang, depresi akibat sakit yang kronis, perasaan kecewa dan putus asa, dan
yaitu depresi pada pasien gagal ginjal kronik (Alfiyanti et al, 2014).
Pada saat pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik, pasien mengalami
fase kehilangan yang nyata ( loss actual ) yaitu Kehilangan kesehatan, dan
dicapai. Namun kebanyakan orang tidak siap menghadapi duka, karena seringkali,
tragedi terjadi begitu cepat, dan tanpa peringatan. Pasien harus bekerja keras
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh promovendus dr.
Sagiran, Sp.B, M.Kes sebanyak 81 persen pasien yang divonis gagal ginjal
bereaksi dengan emosi negatif, dan baru bisa menerima kenyataan menjelang
3
setahun sejak divonis penyakit ini. Umumnya pasien shock dan marah pada saat
Perasaan kehilangan yang terjadi pada diri pasien tidak boleh diabaikan
karena setiap aspek dari kehidupan normal yang pernah dimiliki pasien terganggu.
Rasa kehilangan yang terjadi dapat menyebabkan rasa frustasi, marah, serta upaya
untuk bunuh diri. Jika rasa marah tersebut tidak diungkapkan, mungkin perasaan
ini akan diproyeksikan ke dalam diri sendiri dan menimbulkan depresi, rasa putus
asa serta upaya bunuh diri. Jika rasa marah tersebut diproyeksikan kepada orang
lain, hal ini dapat menghancurkan hubungan keluarga (Smeltzer & Bare, 2002
Dari hasil wawancara sekilas dengan seorang pasien gagal ginjal kronik
penyakit gagal ginjal tersebut pasien mengaku menjadi lebih sering menangis,
murung dan merasa tidak berguna lagi. Pasien juga mengaku kadang merasa malu
jika bertemu dengan teman lama ataupun tetangganya karena adanya perubahan
pada keadaan fisiknya saat ini seperti kaki dan tangannya yang seringkali
membengkak dan warna kulit serta wajah yang menjadi menghitam. Pasien
merasa sangat menyesal dengan keadaan yang dialaminya saat ini dan merasa
masa lalu. Pasien mengaku tidak jarang memiliki pikiran untuk berhenti
kepada pasien.
4
Hasil wawancara kedua yang dilakukan kepada seorang penderita gagal
ginjal berinisal MR, laki-laki berusia 28 tahun diketahui bahwa setelah menderita
penyakit gagal ginjal, pasien mengaku menjadi mudah sedih, marah, kecewa, dan
merasa putus asa. Pasien juga mengatakan gara-gara penyakitnya pasien menjadi
tidak bisa bekerja berat lagi sehingga mengalami gangguan dalam pekerjaannya.
Pasien seringkali ingin berhenti melakukan terapi karena merasa lelah dan tidak
penyakit gagal ginjal yang diderita oleh individu ini menimbulkan dampak
psikologis yang cukup berat khususnya pada penderita gagal ginjal yang
masalah psikologis yang dialami ini dapat memberikan dampak yang merugikan
penderita, menurunkan kualitas hidup penderita gagal ginjal dan yang paling
membahayakan dapat berujung pada munculnya ide atau upaya melakukan bunuh
diri.
dari 51 sampel pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis, 45%
bunuh diri , akan tetapi tidak ada pasien yang beresiko tinggi untuk melakukan
bunuh diri.
5
Dukungan sosial dapat membantu individu untuk beradaptasi dengan segala
situasi dan peristiwa yang berkaitan dengan kondisi fisik maupun kondisi
Taylor (2006) mengatakan dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang
diperoleh dari keluarga seperti orang tua, pasangan (suami atau istri) anak, dan
menjadikan pasien GGK lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dari stresor
pasien, meningkatkan semangat hidup dan komitmen pasien untuk tetap menjalani
oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang,
6
keluarga) berkontribusi sebesar 5.9% dari penerimaan diri seorang individu, yang
artinya bahwa sebesar 5.9% penerimaan diri mungkin dipengaruhi oleh dukungan
sosial. Hal ini mungkin karena apabila seorang individu mendapatkan dukungan
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Diri pada Pasien Gagal Ginjal
Penerimaan Diri pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD dr.
Sayidiman Magetan”
7
3. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
penerimaan diri pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. Sayidiman
Magetan.
1. Bagi Peneliti
materi perkuliahan.
8
1.5 Keaslian Penelitian
9
depresi
3. Anxiety,Depression Ansietas, Kualitatif Hasilnya
and Suicidal Ideation depresi dan menunjukkan dari
in Lebanese patient pemikiran 51 sampel pasien
undergoing bunuh diri yang menjalani
Hemodialysis Hemodialisis, 45%
(Gabrielle mengalami
Macaron,dkk 2013) Ansietas, 50%
mengalami depresi,
dan 37%
mengalami
pemikiran bunuh
diri , akan tetapi
tidak ada pasien
yang beresiko
tinggi untuk
melakukan bunuh
diri.
4. Hubungan Dukungan Dukungan Kuantitatif Menunjukkan
Keluarga dengan Keluarga , bahwa pasien
Tingkat Depresi tingkat dengan dukungan
Pasien Gagal Ginjal Depresi keluarga yang baik
Kronik dengan (83%) memiliki
Hemodialisa di RS tingkat depresi
PKU 50%, dimana uji
Muhammadiyah korelasi dari dua
Yogyakarta ( Desi variabel tersebut
Agustini,2014) menunjukkan nilai
ʈ = -0,596 dan
p=0,000
5. Hubungan dukungan Dukungan Deskriptif Menunjukkan
keluarga dengan Keluarga korelatif adanya hubungan
motivasi penderita dan Motivasi yang signifikan
gagal ginjal kronik antara dukungan
diruang hemodialisa keluarga dengan
RSUD Dr.Soediran motivasi pasien
Mangunsumarso gagal ginjal dengan
Wonogiri (Dewi nilai p = 0,011
Nawangsih,2016) dengan keeratan
hubungan
tergolong sedang.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
2010).
Menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah
tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta
Setiawati, 2008) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua individu atau lebih
yang berada dalam suatu hubungan dimana saling berinteraksi satu sama lain dan
11
11
2.1.2 Tipe Keluarga
keluarga tradisional. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam Achjar (2010).
1. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,istri dan
2. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
dan bibi.
3. Keluarga dyad yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orangtua dengan anak
5. Keluarga usia lanjut yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut.
lingkungan sosial.
12
3. Fungsi Reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu
keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
13
keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
3. Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu
keluarga.
positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai fasilitas
kesehatan akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit.
pertolongan dan bantuan jika diperelukan. Dalam hal ini penerimaan dukungan
14
keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorng akan tahu
bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohan
Dukungan keluarga internal antara lain adalah dukungan dari suami atau istri,
praktisi kesehatan.
dari:
1. Dukungan Emosional
Pada dukungan emosional keluarga sebagai sebuah tempat yang aman, nyaman
dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain,
15
dukungan ini berupa dukungan simpatik dan semangat, perhatian, empati,
masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya,
penderitanya. Hal ini disebabkan karena gagal ginjal kronik tidak dapat
mendorong pasien untuk dapat mengendalikan emosi dan waspada terhadap hal
2. Dukungan Instrumental
16
uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan
transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang
dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata
keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada pasien gagal ginjal
3. Dukungan Informasional
memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang
menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan
spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi ini
17
informasi yang dibutuhkan dapat berupa pemberian informasi tentang
hemodialisa.
4. Dukungan Penghargaan
kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini
bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang.
mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang
berfokus pada aspek-aspek yang positif. Pada dukungan penghargaan ini pasien
gagal ginjal kronik mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang
18
status psikososial, semangat, motivasi sehingga diharapkan dapat membentuk
1. Tahap Perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
berbeda-beda.
penyakit yang diderita pasien beserta pengobatan atau terapi yang harus
dijalani.
19
3. Faktor emosi
4. Spiritual
dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam
hidup.
5. Praktik di Keluarga
kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
20
6. Faktor sosial ekonomi
hidup, dan lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan
biasanya ia akan lebih cepatn tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.
Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
penerimaan diri merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri
21
sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan
sendiri.
individu untuk dapat memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa dirinya
yang sebenar-benarnya, dan hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya,
segala hal yang ada pada diri sendiri baik kekurangan maupun kelebihan yang
individu tersebut akan mampu berpikir logis tentang baik buruknya masalah yang
atas segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya serta mampu
kepribadian dan fisik yang sehat. Penerimaan diri pada penderita gagal ginjal
adalah penerimaan terhadap fisik dan menerima peran sosial secara baik sehingga
ia merasa bahagia, gembira dan puas sehingga dapat memberikan rasa percaya diri
yang besar, terbebas dari rasa kehilangan dan berduka yang berlarut.
22
daripada hanya menyerah pada pengunduran diri atau tidak ada harapan. Menurut
Kubler Ross (dalam teori Kehilangan / Berduka), sebelum mencapai pada tahap
dimulai dari rasa tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu
terjadi, dengan mengatakan “tidak saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, “itu
tidak mungkin”. Saat menerima diagnosa dari seorang ahli, perasaan penderita
gagal ginjal selanjutnya akan diliputi kebingungan. Bingung atas arti diagnosa,
bingung akan apa yang harus dilakukan, sekaligus bingung mengapa hal ini
bagi penderita gagal ginjal untuk dapat menerima apa yang sebenarnya terjadi.
Kadangkala, terselip rasa malu untuk mengakui bahwa hal tersebut dapat
terjadi pada dirinya. Keadaan ini bisa menjadi bertambah buruk, jika penderita
dalam hati muncul pernyataan ”tidak mungkin hal ini terjadi pada saya” atau
”tidak pernah terjadi keadaan seperti ini di kehidupan saya”. Reaksi fisik yang
terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu harus
berbuat apa.
23
2. Fase Marah ( Angry)
atau ditunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan perilaku
agresif, kasar dalam berbicara, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan
perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara
lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal. Pada
pasien dengan gagal ginjal, reaksi marah ini bisa dilampiaskan kepada
beberapa pihak sekaligus. Bisa kepada dokter yang memberi diagnosa. Bisa
kepada diri sendiri atau kepada pasangan hidup. Pernyataan yang sering
muncul dalam hati (sebagai reaksi atas rasa marah) muncul dalam bentuk
”Tidak adil rasanya...”, ” Mengapa saya yang mengalami ini?” atau ”Apa salah
saya?”.
kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja
kejadian ini bisa ditunda maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses
berduka ini dialami oleh keluarga maaka pernyataan sebagai berikut sering
dijumpai, “kalau saja yang sakit bukan anak saya”. Pada tahap ini, penderita
24
“Mungkin kalau saya menunggu lebih lama lagi, keadaan akan membaik
dengan sendirinya”.
apakah keadaan dirinya akibat dari kelalaian penderita sendiri, atau akibat dosa
di masa lalu. Putus asa, sebagai bagian dari depresi, akan muncul saat penderita
Harapan atas masa depan dirinya menjadi keruh, dan muncul dalam bentuk
lain?”. Pada tahap depresi, penderita gagal cenderung murung, menghindar dari
lingkungan sosial terdekat, lelah sepanjang waktu dan kehilangan gairah hidup.
Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur,
selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau
gambaran tentang objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara
bertahap perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima ini biasanya
dinyatakan dengan kata “ Apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh”. Pada tahap ini, penderita gagal ginjal sudah menerima kenyataan
25
mereka mengubah persepsi dan harapan atas dirinya. Penderit gagal ginjal pada
tahap ini cenderung mengharapkan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya.
Patut dicatat bahwa, kelima tahap tersebut di atas tidak harus terjadi secara
berurutan. Bisa saja ada satu tahap atau lebih yang terlompati, atau kembali
muncul jika ada hal-hal yang mengingatkan ketidak ”sempurnaan” dirinya (bila
dibandingkan dengan orang normal semestinya). Demikian pula pada tahap awal.
Ada juga penderita gagal ginjal yang telah begitu lama mencari diagnosa dan
didalam dirinya dengan apa adanya dan secara realistik tanpa menyalahkan diri
sendiri dan rasa penyesalan yang tidak rasional. Sedangkan penerimaan diri pada
penderita gagal ginjal adalah penerimaan terhadap fisik dan menerima peran
sosial secara baik sehingga ia merasa bahagia, gembira dan puas yang pada
gilirannya memberikan rasa percaya diri yang besar. Apabila individu dapat
memulai fase-fase tersebut dan masuk pada fase damai atau fase penerimaan,
maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilangannya secara tuntas. tapi apabila individu tetap berada pada salah satu
fase dan tidak sampai pada fase penerimaan, jika mengalami kehilangan lagi sulit
26
2.3.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi Penerimaan diri
Pemahaman diri adalah persepsi tentang dirinya sendiri yang dibuat secara
jujur, tidak berpura-pura dan bersifat realistis. Persepsi atas diri yang
tetapi jujur, dan tidak menyimpang. Pemahaman diri bukan hanya terpaku
fakta-fakta .
dirinya, bukan harapan yang ditentukan oleh orang lain. Hal tersebut
Obstacle)
27
memberikan kesempatan atau bahkan malah menghambat individu untuk
individu.
individu mengikuti tradisi suatu kelompok sosial. Individu yang memiliki hal
Ketiadaan gangguan stress yang berat akan membuat individu dapat bekerja
sebaik mungkin, merasa bahagia, rileks, dan tidak bersikap negatif terhadap
kegagalan. Dia kemudian akan menjadi lebih mudah dalam menerima dirinya
28
7. Identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
penyesuaian diri yang baik, maka hal itu dapat membantu individu untuk
dengan baik. Dimana hal ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Usia
diarahkan oleh masa kecilnya. Konsep diri mulai terbentuk sejak masa kanak-
walaupun usia individu terus bertambah. Dengan demikian, pola asuh juga
penerimaan diri.
29
10. Konsep Diri yang Stabil (Stable Self-concept)
Individu dianggap memiliki konsep diri yang stabil, jika dalam setiap waktu
ia mampu melihat kondisinya dalam keadaan yang sama. Jika seseorang ingin
1. Pendidikan
tingkat kesadaran yang lebih baik akan keadaan yang dia miliki dan
2. Dukungan Sosial
Penerimaan diri akan semakin baik apabila ada dukungan sosial yang
kemarahannya.
30
4. Dapat mengatur keadaan emosi mereka (seperti depresi, kemarahan, rasa
Selain ciri – ciri di atas, Sheere (dalam Wrastari, 2003. Hal. 21)
kehidupannya.
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau
objek) yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang
31
dapat kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang
milik pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan.
Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai sebuah
dikenal, kehilangan orang terdekat, kehilangan aspek diri, dan kehilangan hidup.
usang, berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Bagi seorang
anak benda tersebut mungkin berupa boneka atau selimut, bagi seorang dewasa
yang dirasakan seseorang tehadap benda yang hilang tergantung pada nilai
yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang dimilikinya, dan kegunaan
Kehilangan melalui perpisahan dari lingkungan yang telah di kenal dan dapat
32
terjadi melalui situasi maturasional, misalnya ketika seorang lansia pindah ke
guru, pendeta, teman, tetangga, dan rekan kerja.Kehilangan dapat terjadi akibat
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, mobilitas, kekuatan, atau fungsi
humor, harga diri, percaya diri, kekuatan, respek atau cinta. Kehilangan aspek
diri ini dapat terjadi akibat penyakit, cedera, atau perubahan perkembangan
Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi juga
dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan Hidup
kematian. Perhatian utama sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
mengenai nyeri dan kehilangan kontrol. Meskipun sebagian besar orang takut
33
tentang kematian dan gelisah mengenai kematian, masalah yang sama tidak
akan pentingnya bagi setiap orang. Setiap orang berespon secara berbeda-beda
terhadap kematian. orang yang telah hidup sendiri dan menderita penyakit
kematian yang akan mempersatukannya dengan orang yang kita cintai di surga.
1. Genetik
2. Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung
3. Kesehatan jiwa/mental
yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh
masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
34
4. Pengalaman kehilangan di masa lalu
masa dewasa.
berduka, dalam hal ini dukacita adalah proses kompleks yang normal yang
mencakup respon dan perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika
(NANDA, 2015).
suatu reaksi psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang dimiliki yang
seseorang. Berduka sendiri merupakan respon yang normal yang dihadapi setiap
menimbulkan respon berduka pada diri seseorang (Carpenito, 2006). Situasi yang
35
1. Patofisiologis
2. Terkait pengobatan
4. Maturasional
pekerjaan, fungsi, dan rumah dan berhubungan dengan kehilangan harapan dan
impian. Rasa berduka yang muncul pada setiap individu dipengaruhi oleh
keyakinan religius yang kuat, kesehatan mental yang baik, dan banyaknya
sumber yang tersedia terkait disfungsi fisik atau psikososial yang dialami.
36
2.3.3.3 Tanda dan Gejala Berduka
Tanda dan gejala berduka juga dikemukan oleh Videbeck (2008), yang
perilaku, dan fisiologis yang akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Tanda dan Gejala Berduka Berdasarkan Respon yang Muncul
37
Respon Fisiologis 1. Sakit kepala, insomnia;
2. Gangguan nafsu makan;
3. Tidak bertenaga;
4. Gangguan pencernaan;
5. Perubahan sistem imun dan endokrin.
berbeda. Tanpa melihat tingkat keparahannya, tidak ada respon yang bisa
Gagal ginjal kronik adalah sindrom klinis yang umum pada stadium lanjut
dari semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh uremia. Gagal ginjal kronik
elektrolit menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
38
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif
2013).
2.4.2 Etiologi
7. Nefropati toksik
2.4.2 Patofisiologi
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
39
meningkat disertai reabsopsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya
saring. Metode adaftif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsopsi berakibat dieresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya, oleh karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak, oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini, fungsi renal yang
demikian, nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah
(Haryono, 2013).
Pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, oleh karena itu pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
kondisi lain yang mendasari adalah usia pasien. Berikut merupakan tanda dan
2. Sistem pulmoner antara lain, nafas dangkal, krekel, kusmaul, sputum kental
dan liat.
40
4. Sistem muskuloskletal antara lain, kram otot, kehilangan kekuatan otot dan
fraktur tulang.
5. Sistem integumen antara lain, warna kulit abu-abu mengkilat, pruritus, kulit
kering bersisik, ekimosis, kuku tipis rapuh, rambut tipis dan kasar.
2.4.5 Penatalaksanaan
4. Penanggulangan asidosis,
7. Pengobatan neuropati,
8. Dialisis
9. Transplantasi
41
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
Mengalami Kehilangan
Aspek Diri
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penerimaan diri Mengalami Tahapan
menurut Sari (2002) adalah : Penerimaan Diri akibat
1. Pendidikan Kehilanagan
2. Dukungan Sosial
42 42
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Di teliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
sebagai berikut :
Magetan.
43
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian yang
dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010). Pada
penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu dukungan keluarga sebagai variabel
bebas (Independent) dan tingkat penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik
independen dan dependen dilakukakan dalam satu kali pada satu saat. Dalam
penelitian ini cara pengambilan data dari dua variabel yaitu dukungan keluarga
dan tingkat penerimaan diri pasien GGK dilakukan sekaligus dalam waktu yang
bersamaan.
44 44
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah seluruh pasien Gagal ginjal kronik yang berada di Unit
Hemodialisa RSUD dr. Sayidiman Magetan sebanyak 65 orang dalam satu bulan
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang
penelitian ini yang menjadi sampel adalah pasien gagal ginjal kronik yang berada
sampling. Besar dan banyaknya sampel pada penelitian ini dihitung dengan
Keterangan :
n = Besar sampel
Z = Score Z, berdasarkan nilai α yang diinginkan
α = Derajat kepercayaan
N = Populasi
45
d = Toleransi kesalahan
P = Porposi kasus yang diteliti, jika P tidak diketahui maka gunakan P
terbesar yaitu P = 0,5 (peneliti menggunakan P sebesar 0,5 berdasarkan
proporsi kasus yang pernah diteliti yaitu 50% (0,5) kejadian depresi pada
pasien gagal ginjal kronik)
1-P = q, yaitu proporsi untuk terjadinya suatu kejadian, jika penelitian ini
menggunakan P 0,5 maka q= 1-P = 1-0.5
A 1–α – α/2 –α
1% 99% 2,58 2,33
5% 95% 1,96 1,64
10% 90% 1,64 1,28
Sesuai dengan rumjus cross sectional dimana – α/2 , maka besaran score
Z yang akan diambil adalah sesuai dengan kolom kedua. Pada penelitian ini,
derajat kepercayaan yang digunakan adalah 5%, maka – α/2 = 1,96 , Jadi sudah
46
3,84 . 0,5 . 32.5
n=
0,16 + 3,84 . 0,25
3,84 . 0,5 . 32.5
n=
0,16 + 0,96
62,4
n=
1,12
n = 55,714285714
n = 56
inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu populasi target yang
terjamgkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
4. Kooperatif
3. Tinggal sendiri
47
4.3 Teknik Sampling
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
mempunyai kriteria inklusi dan ekslusi terhadap sampel yang akan dipilih. Lebih
data dapat digunakan sebagai sampel. Teknik ini digunakan dengan pertimbangan
sampel yang akan diambil dapat sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh
peneliti
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa saja yang akan diteliti (subyek
penelitian), variabel yang aka diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam
48
Populasi
Semua pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD
dr.Sayidiman Magetan
Sampel
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 56
responden
Sampling
teknik non probability sampling dengan jenis
accidental sampling
Desain Penelitian
Corelation dengan pendekatan waktu cross sectional
Pengumpulan Data
Menggunakan Kuesioner
Variabel terikat:
Variabel bebas : Tingkat Penerimaan diri
Dukungan Keluarga
Pengolahan Data
editing, coding, scoring, tabulating
Analisis
Chi Square dengan nilai α = 0,05
Pelaporan
49
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
Dukungan Keluarga.
Variabel dependent adalah variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan
ada tidaknya atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat Penerimaan Diri Pasien GGK.
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau
50
Tabel 4.2 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Penerimaa Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik
52
prasarana yang
dibutuhkan untuk
5. menolong individu
tersebut)
Variabel penerimaan diri 1. Memiliki gambaran Kuesioner Nominal Ya =1 tidak = 0
Dependen : merupakan kemampuan positif tentang dirinya. dengan option Skor disimpulkan berdasarkan
Tingkat menerima segala hal 2. Dapat mengatur keadaan jawaban ya jawaban yang dipilih pada
Penerimaan yang ada pada diri emosi mereka (seperti dan tidak tahap penerimaan diri (Denial,
Diri sendiri baik kekurangan depresi, kemarahan, rasa angry, bargainning, depresi,
maupun kelebihan yang bersalah, dan lain - lain). dan acceptance) kemudian dari
dimiliki. Sikap 3. Mempunyai keyakinan hasil jawaban di kategorikan
penerimaan akan kemampuannya dalam :
(acceptance) terjadi bila untuk menghadapi 1. Tidak menerima ( apabila
seseorang mampu kehidupannya. jawaban pasien mengarah
menghadapi kenyataan 4. Menganggap dirinya pada salah satu tahap ini :
daripada hanya berharga sebagai seorang denial, angry, bargainning,
menyerah pada manusia yang sederajat dan acceptance)
pengunduran diri atau dengan orang lain. 2. Menerima (apabila jawaban
tidak ada harapan. 5. Tidak menyalahkan pasien mengarah pada tahap
dirinya akan Acceptance
keterbatasan yang
dimilikinya ataupun
mengingkari
kelebihannya.
53
4.6 Instrumen Penelitian
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Instrumen pada penelitian ini
penerimaan diri yang dibuat berdasarkan teori yang telah dipelajari oleh peneliti.
11-15, dukungan emosional 16-20 dan untuk kuesioner tingkat penerimaan diri
berisi 25 pernyataan yang terdiri dari pernyataan penolakan (denial) terdapat pada
4.6.1 Validitas
apa yang kita inginkan, dan apabila dapat mengungkap data dari variabel yang
kuesioner yang disusun berdasarkan teori yang telah dipelajari. Uji validitas
dilakukan pada setiap butir pertanyaan dimana hasil r hitung kita bandingkan
dengan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka valid
(Sujarweni, 2014).
54
Untuk hasil uji kuesioner dukungan keluarga dengan 20 item soal diperoleh
r hitung 0,935. Item pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari
r tabel (0,576) pada taraf signifikan 5 % atau α = 0,05 yaitu r hitung > r tabel. Dan
untuk hasil uji validitas kuesioner tingkat penerimaan diri dengan 25 item soal
diperoleh r hitung 0,991 dan dinyatakan valid karena r hitung lebih besar dari r
tabel.
4.6.2 Realibilitas
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu
masuk pada uji reabilitas kuesioner, dengan cara yang sama dengan
hasil adalah alpha. Jika r alpha > r tabel pernyataan tersebut reliable, begitu
juga sebaliknya. Suatu instrumen dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha
0,935 dan kuesioner tingkat penerimaan diri diperoleh sebesar 0,991. Dalam
penelitian ini Alpha Cronbach lebih besar dari r tabel (0,60) berarti item tersebut
sangat reliabel.
55
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
dr.Sayidiman Magetan.
sebagai berikut :
56
6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
2. Coding
yang terdiri atas beberapa kategori. Coding atau mengkode data bertujuan
2007).
3. Skoring
Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item pertanyaan dan tentukan
57
a. Untuk mengukur dukungan keluarga bila responden menjawab
x ≤ (μ – σ)
(μ – σ) ≤ x ≤ (μ + σ)
x ≥ (μ + σ)
Keterangan :
μ : Mean Teoritis
x : nilai scoring
(Azwar, 2012)
x ≤ (μ – σ)
x ≤ (50 – 10 )
x ≤ 40
(μ – σ) ≤ x ≤ (μ + σ)
40 ≤ x ≤ 60
x ≥ (μ + σ)
58
x ≥ (50 + 10)
x ≥ 60
1) Tahap menolak
2) Tahap marah
3) Tahap menawar
4) Tahap depresi
5) Tahap menerima
Acceptance
4. Tabulating
1. Analisa Univariat
59
macam data yang dimiliki tersebut, dalam penelitian ini dipakai perhitungan
keluarga, dan tingkat penerimaan diri pasien GGK dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
berikut :
P=
Keterangan :
P = Angka Presentase
f = Frekuensi
n = Banyaknya Responden
2. Analisa Bivariat
dengan tingkat penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik. Pengolahan analisa
data bivariat ini dengan menggunakan bantuan komputerisasi yaitu SPSS 16.
Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square tabel 3x2 dengan α = 0,05.
Dasar digunakannya uji statistik chi square, jika data dari salah satu variabel
yang akan diolah mengandung unsur skala nominal. Selain itu juga untuk
melihat kemaknaan perhitungan jika nilai p-value < 0,05 berarti terdapat
60
hubungan yang bermakana (signifikan) atau H0 ditolak dan H1 diterima,
diri pasien gagal ginjal kronik. Jika nilai p-value > 0,05 atau H0 diterima H1
ditolak, artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
a. Prinsip manfaat
dieksploitasi.
c. Prinsip keadilan
61
2. Masalah Etika Penelitian
a. Inform consent
inform consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan
b. Prinsim Anonimity
c. Prinsip confidentially
62
BAB 5
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian tentang
diuraikan secara deskriptif sesuai dengan tujuan umum dan khusus pada
penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017 dengan responden
jenis kelamin, umur pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan lama sakit.
Tingkat Penerimaan Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa dr.
Sayidiman Magetan, yang didapat dari lembar kuesioner yang diberikan peneliti
kepada pasien Gagal Ginjal yang bersedia menjadi responden. Data ini akan
Magetan, Jalan Pahlawan No.2, Tambran Magetan. Penelitian ini berada di Unit
berjumlah 7 orang yang dibagi menjadi 2 shift yaitu pagi dan siang. Shift pagi
dimulai pada pukul 06.00 – 10.00 WIB dan shift siang dimulai pada pukul 10.00 -
63
63
14.00 WIB. Kapasitas pasien diruangan ini sebanyak 13 bed. Di ruangan ini
perawatan yang diberikan berupa terapi cuci darah (Hemodialisis), dimana setiap
pasien melakukan terapi 2 kali dalam seminggu, dengan jumlah pasien tetap
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status kawin, lama sakit, dan
tingkat penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik, dan hubungan dukungan
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien gagal ginjal kronik
di RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan Juni 2017
No Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
1 Laki – laki 42 75,0
2 Perempuan 14 25,0
Total 56 100.0
Sumber : Data umum responden penelitian di Unit Hemodialisa
dr.Sayidiman Magetan 2017.
64
2. Karaketistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
65
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden
Tabel 5.4 Tendensi sentral usia pada pasien gagal ginjal kronik di
RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan Juni 2017
Usia Mean Median Modus Min-Max SD CI-95%
48,92 49,5 54,00 26,00-76.00 10,82 46,02 –
56,82
Sumber : Data umum responden penelitian di Unit Hemodialisa
dr.Sayidiman Magetan 2017.
bahwa usia minimal 26 tahun dan usia maksimal 76 tahun. Dengan rata-
66
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Sakit
Tabel 5.6 Disribusi frekuensi Lama Sakit pada pasien gagal ginjal
kronik di RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan Juni
2017
No Lama Sakit Frekuensi Persen (%)
1 < 1 tahun 13 23,2
2 1-2 tahun 23 41,1
3 > 2 tahun 20 35,7
Total 56 100.0
Sumber : Data umum responden penelitian di Unit Hemodialisa
dr.Sayidiman Magetan 2017.
sebanyak 23 pasien (41,1%) lama sakit antara 1-2 tahun, dan sebagian
kecil responden yaitu sebanyak 13 pasien (23,2%) lama sakit < 1 tahun.
tingkat penerimaan diri pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD dr. Sayidiman
Magetan.
1. Dukungan Keluarga
67
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa secara umum dukungan
keluarga yang diperoleh pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. Sayidiman
responden (50,0%).
68
3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Penerimaan Diri Pasien
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi tingkat penerimaan diri pada pasien gagal ginjal
kronik di unit hemodisalisa RSUD dr. Sayidiman Magetan pada bulan
Juni 2017
Tingkat Penerimaan diri
Dukungan Tidak Menerima Total Ρ CI
Keluarga Menerima Value (95%)
n % n % Jumlah %
Kurang 7 87,5% 1 12,5% 8 100 % 2, 147
Cukup 8 40% 12 60% 20 100 % –
0,000
Baik 3 10,7% 25 89,3% 28 100 % 19,46
9
Total 56
α= 0,05 Χ= 17,701 CC=0,555
Sumber : Data dari hasil pengolahan kuesioner penelitian di Unit
Hemodialisa dr.Sayidiman Magetan 2017.
yang cukup sebagian besar masuk dalam kategori tingkat penerimaan diri
69
penerimaan diri pasien gagal ginjal kronis di unit hemodialisa RSUD dr.
5.3 Pembahasan
pada bulan Juni 2017 dan setelah diolah, maka penulis akan membahas mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat penerimaan diri pasien gagal ginjal
diterima oleh pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RSUD dr.Sayidiman
dan hanya keluarga yang memperhatikan individu secara total dan memperhatikan
mengatakan sumber dukungan paling sering diberikan oleh pasangan hidup atau
anggota keluarga, teman dekat, dan seseorang yang memiliki hubungan yang
70
Perkawinan, seperti yang diungkapkan oleh Rodin dan Solovey dalam Iis
lain. Sehingga keluarga memegang peranan yang penting dalam pengobatan dan
terapi pasien karena keluarga memperhatikan kebutuhan individu secara utuh dan
pengobatan dapat tercapai dan pasien dapat mencapai kondisi yang lebih baik
bahkan sembuh dari sakit yang diderita. Seseorang yang belum menikah atau yang
penguatan mental dan emosional pada pasien Gagal ginjal kronik. Responden
yang mendapat dukungan keluarga yang baik dapat diartikan bahwa keluarga
sakit. Keluarga memberikan dukungan moril maupun materil yang dapat berupa
mengatakan bahwa individu yang mendapat dukungan sosial akan merasa bahwa
dirinya diperhatikan, dicintai, dan dihargai sehingga dapat menjadi kekuatan bagi
individu yang dapat menolong secara psikologis dan fisik, khususnya membantu
menerima reaksi emosional yang terjadi pada pasien agar siap menerima keadaan
dirinya dan mengahadapi kenyataan saat ini sehingga dapat mengurangi atau
71
Dalam Penelitian ini masih terdapat dukungan keluarga yang tidak baik
yaitu dukungan keluarga dalam kategori cukup sebanyak (35,7%) dan kategori
kurang sebanyak (14,3%). Sebagian besar dukungan keluarga yang tidak baik
berada pada aspek dukungan instrumental dan informasional, dimana dalam aspek
pasien saat sakit atau menjalani hemodialisa. Sedangkan untuk dukungan keluarga
mengatasi problem psikis yang dialami selama sakit. Selain itu kondisi yang
berdampak pada individu dan keluarga besar, gangguan pada aktifitas dan
rehabilitas. Saat pasien divonis gagal ginjal kronik, pasien akan mengalami rasa
kehilangan yang nyata, dan apabila dukungan keluarga yang di terimanya kurang,
hal inilah yang akan mempersulit penerimaan diri pada pasien. Dukungan
kecewa, putus asa, cemas bahkan sampai depresi. Apabila gejala-gejala tersebut
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gabrielle
Macaron (2013) yang menyatakan bahwa pasien gagal ginjal kronik, 45%
72
mengalami ansietas, 50% mengalami depresi, dan 37% mengalami pemikiran
pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD dr. Sayidiman
kekurangan yang ada didalam dirinya dengan apa adanya dan secara realistik
tanpa menyalahkan diri sendiri dan rasa penyesalan yang tidak rasional.
terhadap fisik dan menerima peran sosial secara baik sehingga ia merasa bahagia,
gembira dan puas yang pada gilirannya memberikan rasa percaya diri yang besar.
terapi hemodialisis secara rutin seumur hidup sebanyak satu sampai tiga kali
kecemasan, depresi atau bahkan psikotik. Umumnya gejala yang lebih sering
Pitoyo, 2003), karena di satu sisi harus bergantung seumur hidup pada mesin
dialisis dan di sisi lain ia harus tetap menjalankan peran dan aktivitas dalam
bahwa dirinya hanya merepotkan orang lain, selain itu penderita juga merasa
73
bahwa dirinya tidak memiliki hal yang dapat dibanggakan. Jika kondisi ini
berlangsung dalam jangka waktu yang panjang tanpa ada intervensi pada sisi
psikologis mereka, maka bisa menjadikan mereka sulit untuk menerima dirinya,
tidak menyenangi dirinya, mencemooh diri sendiri, merasa orang lain menjauhi
dan menghina dirinya, tidak percaya pada perasaan dan sikapnya sendiri. Gejala-
Pada penelitian ini sebagian besar pasien yang tidak menerima berada pada
fase bargainning yaitu sebesar 77,7% sedangkan 22,2% lainnya berada pada fase
depresi. Pada fase bargainning terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-
terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya untuk
Depresi muncul dalam bentuk rasa putus asa, tertekan dan kehilangan harapan.
lain usia, latar belakang pendidikan, pola asuh orang tua dan dukungan sosial.
tidak menerima sebanyak 18 pasien (32,1%), berada di rentang usia 26-55 tahun
dimana usia tersebut termasuk dalam kategori usia produktif (15-65 tahun). Usia
produktif adalah usia dimana seseorang aktif dalam bekerja maupun beraktivitas
hidupnya. Responden yang menderita gagal ginjal kronik tidak dapat bekerja
layaknya orang sehat akibat komplikasi yang bisa timbul seperti sesak nafas dan
74
kelemahan, hal inilah yang semakin memperberat tingkat penerimaan diri pasien
gagal ginjal kronik dimana usia yang seharusnya dapat digunakan untuk bekerja
dan SMP (12,5%). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sari (2002)
yang memiliki status pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki tingkat
kesadaran yang lebih baik akan keadaan yang dia miliki dan segera mencari upaya
Notoatmodjo (2010), yakni semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin
mudah seseorang menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan diri.
semakin tinggi pula tingkat penerimaan diri individu tersebut, dimulai dari
kesadaran akan keadaan yang di alaminya dan upaya untuk mencari solusi terbaik
rendah dapat mempersulit individu dalam menerima informasi dan terbatas dalam
tidak menerima 9 (16,1%) diantaranya telah sakit gagal ginjal selama < 1 tahun
dan 8 (14,3%) diantaranya 1-2 tahun. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh promovendus dr. Sagiran, Sp.B, M.Kes sebanyak 81 persen pasien
75
yang divonis gagal ginjal bereaksi dengan emosi negatif, dan baru bisa menerima
Lama sakit yang diderita pasien berpengaruh pada penerimaan diri pasien.
Pasien sudah lama menderita gagal ginjal kronik dan menjalani terapi hemodialisa
akan menjadi lebih adaptif terhadap kondisinya, kemungkinan sudah dalam fase
penerimaan dalam kriteria Kubbler Ross, dimana untuk mencapai pada tahap
menerima pasien harus melaui 5 fase penerimaan diri yaitu denial, angry,
waktu yang tidak pasti, Sehingga hal inilah yang menyebabkan tingkat
penerimaan dirinya lebih baik dibandingkan dengan pasien yang baru divonis
Hasil analisa data dari tabel 5.9 diketahui bahwa dukungan keluarga yang
baik pada pasien gagal ginjal kronik sebagian besar menghasilkan tingkat
keluarga yang cukup sebagian besar menghasilkan tingkat penerimaan diri yaitu
kurang sebagian besar menghasilkan tingkat penerimaan diri yaitu tidak menerima
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat penerimaan diri pasien gagal ginjal
76
kronis di unit hemodialisa RSUD dr. Sayidiman Magetan. Sedangkan nilai
sedang
Dari hasil analisa data diperoleh dukungan keluarga baik dengan tingkat
penerimaan diri yaitu menerima. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan
oleh Sari (2002) bahwa tingkat penerimaan diri seseorang dipengaruhi oleh
dukungan keluarga dan pendidikan, dimana penerimaan diri akan semakin baik
apabila ada dukungan sosial yang muncul dari lingkungan di sekitar individu
tersebut. Dukungan keluarga merupakan bagian dari klien yang paling dekat dan
tidak dapat dipisahkan. Klien akan merasa nyaman dan tentram apabila mendapat
yang salah satunya adalah fungsi afektif. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
perasaan saling memiliki antara satu sama lain sehingga tercipta hubungan yang
Dari hasil analisa data diperoleh dukungan keluarga kurang dengan tingkat
77
memberikan aksi sugesti yang umum pada responden tanpa memberikan umpan
dari orang lain baik berasal dari hubungan sosial struktural yang meliputi
orang yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan ketika sedang “down”,
berdiskusi dan bertukar pikiran maka orang tersebut akan merasa lebih nyaman,
merasa diperhatikan, serta merasa memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah
yang dialami sehingga beban psikologis yang terasa berat, jika harus ditanggung
sendirian, bisa lebih ringan. Demikian halnya jika dukungan sosial ini tidak ia
peroleh, maka beban yang dialami orang tersebut akan terasa lebih berat sehingga
bahwa tahapan-tahapan tersebut akan lewat dengan sendirinya dan pada akhirnya
78
siap menghadapi duka, karena seringkali, tragedi terjadi begitu cepat, dan tanpa
peringatan. Pasien harus bekerja keras melalui proses tersebut hingga akhirnya
keluarga sangat penting terhadap kondisi pasien GGK karena pada umumnya
problem psikis yang dialami selama sakit. Selain itu kondisi yang menyertai klien
pada individu dan keluarga besar, gangguan pada aktivitas dan pekerjaan, dan
yang kurang akan menimbulkan masalah psikologis tersendiri pada pasien, yang
merasa takut, kecewa putus asa, cemas bahkan sampai ke tingkat depresi.
Disinilah peran keluarga sangat penting untuk tetap memberikan semangat dan
dukungan penuh pada pasien sehingga pasien ada kecenderungan untuk menjadi
(2015) yang menyatakan bahwa responden gagal ginjal kronik yang mendapatkan
dukungan keluarga yang baik (83,1%) mengalami depresi (20,4%) dan tidak
depresi (79,6%).
79
Pada penderita gagal ginjal, dukungan emosional yang berupa kasih sayang,
perhatian dan empati merupakan hal akan dapat membantu individu untuk
merasa dipahami dan diterima sehingga membawa kekuatan baru yang berguna
untuk membentengi diri dari keadaan yang terus menekan yang dapat
yang dihadapi misalnya seperti masalah biaya terapi sehingga akan mengurangi
penyakit yang sedang dialami individu, tempat terapi, dan lain sebagainya yang
hal ini dapat menimbulkan adanya bias informasi, dan responden yang
yang diberikan.
80
BAB VI
PENUTUP
keluarga dengan tingkat penerimaan diri pasien gagal ginjal kronik di unit
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
(67,9%)
6.2 Saran
1) Bagi Pasien
Meningkatkan rasa percaya diri, tidak mudah putus asa dan selalu bersemangat
2) Bagi Keluarga/Masyarakat
82 82
2
tubuhnya, memberikan nasehat dan pengarahan untuk selalu mematuhi diet
konseling kepada pasien untuk tetap percaya diri dalam menerima kondisinya
dan menghadapi serta mengelola penyakitnya dengan lebih baik, dan untuk
dilakukan saat sebelum atau sesudah pasien menjalani terapi cuci darah,
b. Pada penelitian ini sample yang di gunakan adalah pasien tetap yang telah
pasien rawat inap yang belum lama divonis gagal ginjal kronik untuk
83
Daftar Pustaka
Black & Hawks. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Mnagement for
Positive Outcomes elseveir Saunders.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Vol.2. Jakarta:
EGC.
Friedman, M.M. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Novvida, Kartika. 2007. Penerimaan Diri dan Stress pada Penderita Diabetes
Mellitus. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
84
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sadock Kaplan. 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Tangerang : Binarupa Aksara
Rekam Medik RSUD dr.Sayidiman. 2017. Jumlah Pasien Gagal Ginjal Kronik
TAHUN 2015-2017.
Roesli, R., (2008). Hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal di Indonesia. Dalam:
Lubis, H.R., et al (eds).. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-
108.
Padila (2012) Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Nuha Medika
Potter & Perry. (2010). Funda Mental of Nursing Edisi 7. Salemba Medica:
Jakarta.
Price, SA, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit , Edisi
6. EGC, Jakarta.
85
Price & Wilson. 2005. Patofisisologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Jilid
2 Ed 4. Jakarta: EGC.
Taylor, S. E. 2006. Health Psychology. (6th. Ed). Singapore: Mc. Graw Hill Book
Company.
USRDS. 2013. Chronic Kidney Disease in The General Population, Vol 1. USA,
diakses tanggal 07 April 2017.
Wijaya A. 2005. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa dan Mengalami Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
86
Lampiran 1
87
Lampiran 2
Dengan hormat,
Nim : 201302045
dengan Tingkat Penerimaan Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa
RSUD dr. Sayidiman Magetan”. Sehubungan dengan ini, saya mohon kesedian
saudara untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan saya
lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi
Madiun, April
2017
Peneliti
Rosyidah Kurniarifin
201302045
88
Lampiran 3
Nama :
Umur :
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
dengan Tingkat Penerimaan Diri Pasien Gagal Ginjal Kronik di Unit Hemodialisa
Rsud dr. Sayidiman Magetan” saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya
89
Lampiran 4
KUESIONER
DUKUNGAN KELUARGA DAN TINGKAT PENERIMAAN DIRI
Tanggal wawancara :
Nama pewawancara :
No responden :
A. Identitas Responden
Jawablah beberapa pertanyaan ini sebagai identitas diri anda, yaitu sebagai
berikut:
1. Inisial nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
laki-laki Perempuan
4. Pendidikan :
Tidak sekolah SD SMP SMA Diploma/Sarjana
5. Pekerjaan :
Tidak bekerja Pedagang Petani Pegawai Negeri
Wiraswasta TNI/POLRI Lain-lain
6. Status Pernikahan :
Lajang Menikah Cerai Hidup Cerai mati
7. Lama Sakit :
< 1 tahun 1-2 tahun > 2 tahun
8. Tempat Tinggal
sendiri bersama keluarga
90
B. Petunjuk Pengisian Angket
1. Isilah angket dengan jujur sesuai dengan apa yang paling anda rasakan saat ini.
Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya.
2. Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang menurut anda cocok atau anda
setuju dengan pernyataan tersebut.
3. Untuk kerjasama dan perhatiannya peneliti ucapkan terimakasih.
Kadang- Tidak
No. Pernyataan Selalu Sering
kadang Pernah
1. Keluarga membantu saya dalam
mengatasi masalah
perekonomian dengan
memberikan bantuan dana untuk
menjalani terapi hemodialisa
2. Keluarga memperhatikan
minuman dan makanan yang
saya konsumsi selama sakit
3. Keluarga dekat dan teman-
teman saya mengunjungi saya
sewaktu sakit atau selama
menjalani hemodialisa
4. Keluarga mendampingi saya
selama menjalani hemodialisa
5. Keluarga membantu saya
melakukan aktivitas yang tidak
bisa saya lakukan selama sakit
atau selama menjalani
hemodialisa
6. Keluarga memberikan nasehat
kepada saya ketika merasa putus
asa
7. Saya dan anggota keluarga
lainnya berdiskusi untuk
mengatasi masalah yang timbul
karena penyakit saya selama
menjalani hemodialisa
8. Keluarga mencari informasi
tentang pengobatan alternatif
untuk membantu saya dalam
penyembuhan penyakit
91
Kadang- Tidak
No. Pernyataan Selalu Sering
kadang Pernah
9. Keluarga mencari informasi
dalam mengatasi komplikasi
akibat terapi hemodialisa
10. Keluarga mengingatkan jadwal
saya untuk terapi hemodialisa
11. Keluarga memberikan kekuatan
dan semangat untuk mengatasi
rasa takut dalam menghadapi
penyakit yang saya alami
12. Keluarga memberikan
lingkungan yang nyaman untuk
saya dirumah
13. Keluarga menyarankan saya
untuk tetap menjalin hubungan
dengan lingkungan selama saya
sakit
14. Keluarga menghibur saya disaat
saya sedih
15. Keluarga memberikan banyak
perhatian dan kasih sayang
selama saya sakit
16. Keluarga membandingkan
kondisi saya dengan orang lain
yang menderita penyakit lebih
parah selama saya sakit
17. Keluarga mendukung tindakan
saya dalam melakukan kegiatan
18. Keluarga meminta pendapat
saya terkait terapi hemodialisa
yang saya jalani
19. Keluarga memberikan semangat
kepada saya untuk melakukan
aktivitas sehari-hari selama sakit
20. Keluarga memberikan pujian
atas perkembangan kondisi dari
terapi hemodialisis yang saya
lakukan.
92
KUESIONER TINGKAT PENERIMAAN DIRI
Jawablah pernyataan dibawah ini dengan mencentang (√) pada jawaban yang
paling sesuai dengan perasaan anda.
Bagaimana perasaan yang anda saat ini terkait penyakit gagal ginjal kronik yang
anda alami?
A. Fase Denial
1. Saya belum bisa menerima penyakit gagal ginjal kronik yang saya alami
Tidak Ya
2. Saya masih tidak percaya bahwa saya mengalami penyakit gagal ginjal
kronik
Tidak Ya
B. Fase Angry
Tidak Ya
2. Gara-gara penyakit gagal ginjal kronik ini saya tidak bisa hidup normal
seperti orang lain
Tidak Ya
93
3. Gara-gara penyakit gagal ginjal kronik ini saya banyak mengalami
kehilangan
Tidak Ya
4. Apa salah saya sampai harus sakit seperti ini
Tidak Ya
5. Mengapa harus saya yang mengalami ini
Tidak Ya
C. Fase Bargainning
1. Kalau saja saya menjaga pola hidup yang sehat mungkin saya tidak akan
mengalami sakit seperti ini
Tidak Ya
2. Kalau saja kejadian ini bisa ditunda mungkin saya akan lebih berhati-hati
dalam menjaga kesehatan
Tidak Ya
3. Seandainya saja saat ini saya tidak sakit gagal ginjal kronik
Tidak Ya
4. Mungkin kalau saya menunggu lebih lama lagi kondisi saya akan membaik
Tidak Ya
D. Fase Depresi
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
94
5. Saya tidak memiliki semangat untuk hidup
Tidak Ya
E. Acceptance
1. Saya harus bisa menghadapi kondisi penyakit gagal ginjal kronik yang
saya alami
Tidak Ya
Tidak Ya
3. Saya harus melakukan terapi cuci darah dengan rutin dan patuh dalam
menjalani diit sesuai anjuran dokter
Tidak Ya
4. Saya merasa penyakit saya saat ini adalah ujian dari tuhan
Tidak Ya
Tidak Ya
95
Lampiran 5
96
97
Lampiran 6
98
Lampiran 7
99
Lampiran 8
100
100
101
101
Lampiran 9
Median 49,5000
Variance 117,231
Minimum 26,00
Maximum 76,00
Range 50,00
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
102
d. Output Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
S_KAWIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
LAMA_SAKIT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
103
Lampiran 10
DUKUNGAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
TNGKT_PENERIMAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lampiran 11
104
Lampiran 11
TNGKT_PENERIMAAN
cukup Count 8 12 20
% within
44,4% 31,6% 35,7%
TNGKT_PENERIMAAN
baik Count 3 25 28
% within
100,0% 100,0% 100,0%
TNGKT_PENERIMAAN
105
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 17,701 2 ,000
Likelihood Ratio 18,313 2 ,000
Linear-by-Linear Association 16,970 1 ,000
N of Valid Cases 56
Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate
a b
Value Error Approximate T Significance
c
Interval by Interval Pearson's R ,555 ,104 4,909 ,000
c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,536 ,107 4,665 ,000
N of Valid Cases 56
106
Lampiran 12
J_KELAMIN
cukup Count 13 7 20
baik Count 22 6 28
PENDIDIKAN
TIDAK DIPLOMA/
SEKOLAH SD SMP SMA SARJANA Total
Cukup Count 2 6 10 1 1 20
baik Count 0 4 6 12 6 28
107
c. Output Dukungan Keluarga *Pekerjaan
PEKERJAAN
cukup Count 3 4 5 0 7 1 20
baik Count 2 7 3 6 10 0 28
S_KAWIN
cukup Count 1 16 0 3 20
108
e. Output Dukungan Keluarga *Lama Sakit
LAMA_SAKIT
Cukup Count 5 9 6 20
Baik Count 5 11 12 28
J_KELAMIN
Menerima Count 30 8 38
109
g. Output Tingkat Penerimaan Diri * Pendidikan
PENDIDIKAN
TIDAK DIPLOMA/
SEKOLAH SD SMP SMA SARJANA Total
Menerima Count 2 7 11 11 7 38
PEKERJAAN
Menerima Count 4 7 7 6 13 1 38
% of
7,1% 12,5% 12,5% 10,7% 23,2% 1,8% 67,9%
Total
Total Count 5 13 9 7 21 1 56
% of 100,0
8,9% 23,2% 16,1% 12,5% 37,5% 1,8%
Total %
110
i. Output Tingkat Penerimaan Diri * Status Pernikahan
S_KAWIN
Menerima Count 0 32 0 6 38
% of
0,0% 57,1% 0,0% 10,7% 67,9%
Total
Total Count 1 47 2 6 56
% of
1,8% 83,9% 3,6% 10,7% 100,0%
Total
LAMA_SAKIT
Menerima Count 4 15 19 38
111
Lampiran 13
DISTRIBUSI FREKUENSI
Skor_
Dukungan Tngkt_Penerimaan Usia Jenis_Kelamin Pendidikan Pekerjaan Status_Pernikahan Lama_Sakit Tempat_Tinggal Jenis_Penerimaan
Dukungan
BERSAMA
61 baik Menerima 54 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
70 baik Menerima 49 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
50 cukup Menerima 50 LAKI-LAKI SD WIRASWASTA MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
74 baik Menerima 58 LAKI-LAKI MENIKAH < 1 TAHUN Acceptance
SARJANA NEGERI KELUARGA
BERSAMA
72 baik Tidak Menerima 35 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH < 1 TAHUN Bargainning
KELUARGA
TIDAK BERSAMA
37 kurang Tidak Menerima 42 LAKI-LAKI PEDAGANG MENIKAH < 1 TAHUN Bargainning
SEKOLAH KELUARGA
BERSAMA
57 cukup Menerima 56 LAKI-LAKI SMP PETANI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
68 baik Menerima 57 LAKI-LAKI MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
SARJANA NEGERI KELUARGA
39 kurang Tidak Menerima 33 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA CERAI HIDUP 1-2 TAHUN SENDIRI Depresi
BERSAMA
68 baik Menerima 62 LAKI-LAKI SD PEDAGANG CERAI MATI > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
52 cukup Tidak Menerima 38 LAKI-LAKI SD WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
BERSAMA
66 baik Tidak Menerima 31 LAKI-LAKI SMA PEDAGANG CERAI HIDUP < 1 TAHUN Bargainning
KELUARGA
BERSAMA
58 cukup Tidak Menerima 46 PEREMPUAN SMP PEDAGANG MENIKAH < 1 TAHUN Bargainning
KELUARGA
BERSAMA
42 cukup Menerima 52 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
73 baik Menerima 42 PEREMPUAN SMA PEDAGANG MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
67 baik Menerima 33 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
50 cukup Tidak Menerima 26 PEREMPUAN SMP WIRASWASTA LAJANG < 1 TAHUN SENDIRI Depresi
112
BERSAMA
56 cukup Tidak Menerima 40 PEREMPUAN SD PETANI MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
112
TIDAK BERSAMA
59 cukup Tidak Menerima 36 PEREMPUAN SMP MENIKAH < 1 TAHUN Bargainning
BEKERJA KELUARGA
BERSAMA
50 cukup Menerima 54 PEREMPUAN SMP PEDAGANG MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
75 baik Menerima 52 LAKI-LAKI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
SARJANA NEGERI KELUARGA
BERSAMA
67 baik Menerima 56 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
71 baik Menerima 60 PEREMPUAN SMA PEDAGANG CERAI MATI > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
67 baik Menerima 52 LAKI-LAKI SMA PEDAGANG MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
58 cukup Tidak Menerima 40 PEREMPUAN SD PEDAGANG MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
BERSAMA
65 baik Menerima 55 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
62 baik Menerima 44 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
61 baik Menerima 58 LAKI-LAKI SMP PETANI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
70 baik Menerima 41 PEREMPUAN SMP PEDAGANG MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
TIDAK TIDAK BERSAMA
49 cukup Menerima 74 LAKI-LAKI CERAI MATI > 2 TAHUN Acceptance
SEKOLAH BEKERJA KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
69 baik Tidak Menerima 40 LAKI-LAKI MENIKAH < 1 TAHUN Bargainning
SARJANA NEGERI KELUARGA
TIDAK BERSAMA
63 baik Menerima 76 LAKI-LAKI SD CERAI MATI > 2 TAHUN Acceptance
BEKERJA KELUARGA
BERSAMA
49 cukup Menerima 50 LAKI-LAKI SD PETANI MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
50 cukup Tidak Menerima 42 LAKI-LAKI SMP PEDAGANG MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
37 kurang Menerima 47 LAKI-LAKI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
SARJANA NEGERI KELUARGA
BERSAMA
37 kurang Tidak Menerima 37 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH < 1 TAHUN Depresi
KELUARGA
BERSAMA
39 kurang Tidak Menerima 55 LAKI-LAKI SD WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
BERSAMA
35 kurang Tidak Menerima 39 LAKI-LAKI SD WIRASWASTA MENIKAH > 2 TAHUN Bargainning
113
KELUARGA
113
BERSAMA
64 baik Menerima 61 LAKI-LAKI SD PETANI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
55 cukup Menerima 41 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH < 1 TAHUN Acceptance
KELUARGA
TIDAK BERSAMA
66 baik Menerima 60 PEREMPUAN SD MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
BEKERJA KELUARGA
BERSAMA
52 cukup Tidak Menerima 48 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
TIDAK BERSAMA
53 cukup Menerima 68 PEREMPUAN SD CERAI MATI > 2 TAHUN Acceptance
BEKERJA KELUARGA
BERSAMA
68 baik Menerima 48 PEREMPUAN SMA WIRASWASTA MENIKAH < 1 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
66 baik Menerima 56 PEREMPUAN SMP PETANI MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
63 baik Menerima 57 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
66 baik Menerima 54 LAKI-LAKI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
SARJANA NEGERI KELUARGA
BERSAMA
45 cukup Menerima 42 LAKI-LAKI SMA WIRASWASTA MENIKAH < 1 TAHUN Acceptance
KELUARGA
TIDAK BERSAMA
48 cukup Menerima 68 LAKI-LAKI PETANI CERAI MATI 1-2 TAHUN Acceptance
SEKOLAH KELUARGA
BERSAMA
61 baik Menerima 48 LAKI-LAKI SMA PEDAGANG MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
DIPLOMA/ BERSAMA
46 cukup Menerima 48 LAKI-LAKI TNI/POLRI MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
SARJANA KELUARGA
DIPLOMA/ PEGAWAI BERSAMA
62 baik Menerima 54 LAKI-LAKI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
SARJANA NEGERI KELUARGA
BERSAMA
43 cukup Menerima 54 LAKI-LAKI SMP PETANI MENIKAH > 2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
62 baik Menerima 50 LAKI-LAKI SMP WIRASWASTA MENIKAH 1-2 TAHUN Acceptance
KELUARGA
BERSAMA
36 kurang Tidak Menerima 29 LAKI-LAKI SD PEDAGANG MENIKAH < 1 TAHUN Depresi
KELUARGA
BERSAMA
38 kurang Tidak Menerima 42 PEREMPUAN SD PETANI MENIKAH 1-2 TAHUN Bargainning
KELUARGA
114
114
Lampiran 14
115
116
117
118
119
120
Lampiran 15
soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal soal
Inisial Total Predikat Kode_Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
N 4 2 3 3 3 1 2 2 3 4 3 3 4 3 3 2 4 4 4 4 61 BAIK 3
SG 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 70 BAIK 3
MS 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 1 3 2 3 2 50 CUKUP 2
HR 1 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 74 BAIK 3
MR 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 4 72 BAIK 3
JK 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 37 KURANG 3
ST 4 3 2 4 2 1 3 2 4 4 1 2 3 4 3 2 4 3 2 4 57 CUKUP 2
SH 4 4 3 4 4 4 2 2 1 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 68 BAIK 3
SGT 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 39 KURANG 3
SR 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 2 2 3 3 3 68 BAIK 3
SM 1 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52 CUKUP 3
SP 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 2 4 4 4 1 2 2 4 3 66 BAIK 3
TN 2 3 3 4 4 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 58 CUKUP 2
SRN 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 42 CUKUP 2
PR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 3 3 4 4 73 BAIK 3
HRT 4 4 3 4 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 67 BAIK 3
NR 3 3 2 4 2 2 2 2 1 3 3 3 3 2 4 3 2 2 1 3 50 CUKUP 3
SPT 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 56 CUKUP 2
SRT 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 2 3 59 CUKUP 3
STN_A 3 3 2 3 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 4 4 2 2 2 2 50 CUKUP 2
STR 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 75 BAIK 3
DM 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 2 4 4 67 BAIK 3
NL 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 71 BAIK 3
SY 4 4 3 4 4 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 67 BAIK 3
SW 4 3 2 4 4 2 2 3 1 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 3 58 CUKUP 2
YS 4 4 2 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 65 BAIK 3
KS 4 4 2 4 4 3 3 3 1 4 3 3 4 4 1 3 2 3 4 3 62 BAIK 3
HR 4 3 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 4 1 3 3 4 61 BAIK 3
121
STN_B 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 70 BAIK 3
NH 2 2 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 49 CUKUP 2
121
ED 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 69 BAIK 3
ST 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 63 BAIK 3
GM 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 49 CUKUP 2
SGT 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 50 CUKUP 3
STR_B 1 2 2 3 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 37 KURANG 1
SNO 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 37 KURANG 1
WRT 2 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 39 KURANG 1
TKN 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 35 KURANG 1
SLMN 4 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 64 BAIK 3
SYN_B 3 3 2 3 3 2 4 3 2 4 3 3 3 2 3 2 2 2 4 2 55 CUKUP 2
SN 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 66 BAIK 3
SPN 2 3 1 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 52 CUKUP 2
BRH 2 3 1 2 2 3 2 2 1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 53 CUKUP 2
JM 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 65 BAIK 3
RKY 4 3 1 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 66 BAIK 3
SPT 4 3 1 3 2 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 1 4 4 4 4 63 BAIK 3
SLMN 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 66 BAIK 3
SJT 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 45 CUKUP 2
KTM 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 1 3 3 4 2 48 CUKUP 2
EDG 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 2 4 3 3 4 61 BAIK 3
ARF 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 3 2 3 4 2 3 1 3 3 46 CUKUP 2
AD 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 62 BAIK 3
KRL 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 43 CUKUP 2
SJN 3 3 4 4 1 3 2 3 1 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 62 BAIK 3
MRN 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 1 2 1 3 1 2 2 2 1 1 36 KURANG 1
SFN 3 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 38 KURANG 1
122
122