Salmalaila Shabariyah
ABSTRAK
Penelitian mengenai “Identifikasi Kapang Pada Campuran Batubara dan Feses Sapi
Potong Pada Digester Tipe Batch” dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2016. Peneliatian ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah dan jenis kapang yang terdapat pada campuran batubara
subitumminus dan feses sapi potong sebelum dan sesudah proses pembuatan biogas dengan
digester tipe batch. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah kapang mengalami penurunan yang signifikan
dengan persentase penurunan rata-rata 16%. Hasil identifikasi jenis kapang terdapat 5 jenis
kapang sebelum pembentukan biogas. Setelah pembentukan biogas hanya terdapat 4 jenis
kapang yaitu Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, dan Aspergillus
clavatus.
Kata Kunci : Batubara, Feses sapi potong, Biogas, Jumlah kapang, Jenis kapang
ABSTRACT
Research on “Identification of Yeast in Mixed Coal and Cattle Feces in Batch Digester”
was carried out in the period of May-July 2016. This research aims to understand the number
and species of molds in the mixed subbituminous coal and cattle feces before and after the
process of biogas production in batch digester. This study used descriptive methods. The
research results showed that the yeast number in the mixed coal and cattle feces were
decreased significantly with an average percentage of 16%. The results of identification
species of yeast there are 5 species before biogas production. After biogas production there
are only 4 species of yeast are Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus,
and Aspergillus clavatus.
Keywords: Coal, Beef cattle feces, Biogas, the number of yeast, a species of yeast
Pendahuluan
Kebutuhan manusia akan daging menjadikan prospek usaha peternakan sapi potong
semakin berkembang. Pada tahun 2014 populasi sapi potong di Indonesia mencapai 14,7 juta
ekor (Dirjen Peternakan dan Keswan, 2014), maka dapat diasumsikan feses yang dihasilkan di
Indonesia sebesar 426,3 juta kg per hari. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengolahan
feses sapi potong untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu diantaranya
pengolahan feses dengan fermentasi anaerob. Produk utamanya yaitu biogas yang terdiri atas
gas metana yang dapat dimanfaatkan untuk energi alternatif. Selain pada feses potensi gas
metana juga terdapat pada batubara, yang biasa disebut GMB (Gas Metana Batubara).
Batubara muda memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan kandungan karbon yang rendah,
dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Pemanfaatan batubara jenis subbituminus
pada pembangkit listrik dan industri lainnya hanya 30%, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan organik dalam proses pembuatan biogas (Beyond Petroleum, 2006).
Tahap fermentasi anaerobik dapat digolongkan menjadi tiga tahapan reaksi yaitu tahap
hidlolisis, asidogenesis dan metanogenesis (Sutarno, 2007). Hidrolisis berupa proses
dekomposisi biomassa kompleks menjadi glukosa sederhana. Asidogenesis merupakan proses
perombakan monomer dan oligomer menjadi asam asetat, CO2, asam lemak rantai pendek,
serta alkohol. Asetogenesis menghasilkan asam asetat, CO2, dan H2. Sementara
metanogenesis merupakan perubahan senyawa-senyawa menjadi gas metana yang dilakukan
oleh bakteri metanogenik (Gijzen, 1987). Proses fermentasi ini sangat bergantung pada
mikroorganisme seperti bakteri, jamur, kapang, dan khamir. Pada tahap hidrolisis kapang
sangat berperan karena memiliki kemampuan mendegradasi semua polimer lignoselulosa
secara efektif (Insani, 2013). Proses fermentasi pada pembuatan biogas dilakukan dalam
keadaan anaerob, sedangkan kapang sebagian besar hidup pada kondisi aerob (Fardiaz, 1992).
Populasi kapang akan terpengaruh oleh keadaan anaerob dan ketersediaan nutrisi pada tahap
selanjutnya. Bahan organik yang digunakan pada penelitian ini yaitu campuran batubara jenis
subbituminus dan feses sapi potong, serta menggunakan digester tipe batch yang membuat
kondisi anaerob hingga digester dibongkar, maka dapat diduga jumlah kapang pada campuran
batubara dan feses sapi potong akan mengalami penurunan. Penelitian dengan judul
“Identifikasi Kapang Pada Campuran Batubara dan Feses Sapi Potong Pada Digester Tipe
Batch” bertujuan untuk mengetahui jumlah kapang dan jenis kapang yang terdapat pada
campuran batubara dan feses sapi potong sebelum dan sesudah proses pembuatan biogas pada
digester tipe batch.
Metode
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Peubah
yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah kapang serta jenis kapang pada campuran
batubara dan feses sapi potong sebelum dan sesudah proses pembentukan biogas pada digester
tipe batch. Perhitungan jumlah kapang dilakukan di Laboratorium Penanganan Limbah
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran dengan metode Total Plate Count (TPC).
Data jumlah kapang sebelum dan sesudah proses pembuatan biogas dianalisis menggunakan
uji t. Indentifikasi jenis kapang dilakukan di Balai Besar Penelitian Bogor.
Hasil dan Pembahasan
Jumlah kapang yang terdapat pada campuran feses sapi potong sebelum dan sesudah
proses pembuatan biogas dengan digester tipe batch tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Kapang Sebelum dan Sesudah Proses Pembuatan Biogas pada Digester Tipe
Batch pada Pengenceran 103
Sebelum Sesudah
Sampel Penurunan Uji t
CFU/ml
1 39.000 38.000 2.6 %
2 69.000 38.000 44.9 %
3 45.500 40.500 11.0 %
4 40.500 36.500 9.9 %
5 38.000 34.000 10.5 %
6 62.500 38.500 38.4 %
7 39.500 36.000 8.9 %
8 46.500 45.500 2.2 %
Jumlah 380.500 307.000 128,3 %
Rata-rata (µ) 47.562,5 38.375 16 % a
Keterangan: a. berbeda nyata
b. tidak berbeda nyata
berubah menjadi berwarna hitam. Kepala konidia terlihat dibawah mikroskop berwarna hitam,
berbentuk bulat. Aspergillus niger dapat ditemukan di setiap sampel, Aspergillus niger
berperan pada tahap hidrolisis karena memiliki enzim selulosa yang dapat menguraikan
lignoselulosa. Hal ini selaras dengan Narasimha, dkk (2006), bahwa jenis fungi yang biasa
digunakan dalam produksi selulase adalah Aspergillus niger. Pada beberapa sampel setelah
pembentukan biogas kapang ini masih tetap ada, hal tersebut dikarenakan Aspergillus niger
memiliki kemampuan untuk bertahan pada suhu yang cukup tinggi (Deacon, 2006).
Mucor sp. saat masih muda tumbuh dengan hifa berwarna putih kekuningan, setelah 3-
4 hari Mucor sp. tumbuh dengan cepat berwarna merah dengan hifa relatif pendek. Secara
mikroskopis terlihat miselium Mucor sp. yang tumbuh berwarna merah, konidia terdapat
diantara miselium. Hasil pengamatan menunjukkan miselium yang sangat banyak, karena
sudah berumur 5 hari, seperti yang dikemukakan Noverina dkk (2008) Mucor sp. mudah
tumbuh dan cepat menghasilkan keturunan, kapang ini dapat tumbuh baik pada kelembaban
yang tinggi. Sejalan dengan Dube (1990) yang menyatakan bahwa Mucor sp. sangat mudah
dikenali dengan sejumlah miselium yang tumbuh berwarna pink dan konidia oval yang
terdapat pada rantai di konidiospora yang bercabang.
Kapang yang teridentifikasi selanjutnya adalah Aspergillus clavatus, menurut Samson,
dkk (2004) jenis ini biasa ditemukan pada makanan, bir dan kompos. Koloni Aspergillus
clavatus menyebar dalam media agar, pada umur 2 hari berwarna abu hingga hijau tua sejalan
dengan Kozakiewicz (1990) yang menyatakan bahwa Aspergillus clavatus memiliki warna
hijau dengan miselium berwana putih. Aspergillus clavatus mampu mengoksidasi triptamin
untuk asam asetat, mengasimilasi hidrokarbon dari bahan bakar minyak, memanfaatkan
metafospat dan menghasilkan etilena dan clavatol (Domsch dkk, 2007)
Simpulan
1. Jumlah kapang sebelum dan sesudah proses pembentukan biogas pada digester tipe batch
mengalami penurunan yang signifikan dengan rata-rata persentase penurunan 16 %.
2. Jenis kapang pada sampel sebelum dan sesudah proses pembentukan biogas pada digester
tipe batch diantaranya Mucor sp., Aspergillus clavatus, Aspergillus niger, Aspergillus
fumigatus, dan Aspergillus flavus
Saran
Jenis kapang tertentu yang terdapat pada lumpur sisa pembentukan biogas dapat
dimanfaatkan. Selanjutnya kapang dapat diisolasi sesuai kebutuhan kemudian dibiakan.
Kapang tersebut digunakan sebagai starter untuk mempercepat fermentasi limbah ternak.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Tb. Benito Achmad Kurnani
Dip.Est., dan Deden Zamzam Badruzaman S.Pt., M.Si, selaku dosen pembimbing dan ALG
UNPAD (Academic Leaderships Grant) yang telah membiayai penelitian ini.
Daftar Pustaka
Beyond Petroleum. 2006. Statistic Data of Energy Source Countries Of Indonesia. dari U.S.
Energy Information Administration: http://www.eia.gov. (diakses 4 Maret 2016, jam
20:53 WIB)
Deacon, J. 2006. Fungal Biology (4th ed.). England: Blackwell Publishing Ltd.
Domsch K.H., Gams W., Anderson P. H.. 2007. Compendium of Soil Fungi 2nd Edition.
Eching: IHW Verlag : 1-672
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan. 2009. Populasi Sapi
Potong Menurut Provinsi Tahun 2009-2015. dari Badan Pusat Statistik:
http://www.bps.go.id (diakses 10 Maret 2016, jam 22:04 WIB)
Gandjar, I., Samson, R., Tweel-Vermeulen, K. V., Oetari, A., & Santoso, I. 1999. Pengenalan
Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
______. Sjamsuridzal, W., & Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Narasimha, S., Buddolia Viswanath, Subbosh Chandra M, & Rajashekar Reddy B. 2006.
Nutrien Effects on Production of Cellulolytic Enzymes by Aspergillus niger. African
Journal of Biotechnology, 5(5): 472-476.
Noverina, N., Harlina, T., Yolandasari, D., Septianie, A., Nugraha, K., Dhalika, T., et al.
2008. Evaluasi Nilai Nutrisi Tongkol Jagung Hasil Bioproses Kapang Neurospora
Sitophila dengan Suplementasi Sulfur dan Nitrogen (Nutritive Values Evaluation of
Corn Cob as Bioproses Product of Neurospora sitophila That Suplemented by Sulphur
and Nitrogen). Jurnal Ilmu Ternak, 8(1): 35-42.
Samson, R., Hoekstra, E., & Frisvad, J. (2004). Introduction to food- and airborne fungi (7
ed.). CBS.
Sutarno, F. F. (2007, Januari 2007). Analisis Prestasi Produksi Biogas (CH4) dari
Polyethilene Biodigester Berbahan Baku Limbah Ternak Sapi. LOGIKA, 4(1).
NPM : 200110120288
Judul Artikel : “Identifikasi Kapang Pada Campuran Batubara dan Feses Sapi Potong
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan
hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun.
pernyatan ini.
Pembimbing Anggota