Anda di halaman 1dari 78

PEMBELAJARAN LITERASI

BUDAYA DAN KEWARGAAN


Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19

Yanuardi Syukur
Andri Mangestiwi

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,


PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN LITERASI
BUDAYA DAN KEWARGAAN
Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19

Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Hak cipta pada Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi
Dilindungi Undang-Undang

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan


Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19

Pengarah : Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen


Penanggung Jawab : Sekretaris Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Tim Peninjau : Katman, Yusuf Rokhmat, Billy Antoro
Penulis : Yanuardi Syukur & Andri Mangestiwi
Tim Riset : Ariful Amir, Fara V. Syahrini, Wahyu Awaludin
Penyunting Ahli : Kisyani Laksono
Penyunting : Faiz Ahsoul
Penata Letak : Sherly
Cetakan I : November 2021

Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Yanuardi Syukur & Andri Mangestiwi
Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa
Pandemi Covid-19/Yanuardi Syukur, Andri Mangestiwi; penyunting ahli: Kisyani
Laksono; penyunting: Faiz Ahsoul. Jakarta: Direktorat Jenderal PAUD Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah, 2021.
iv + 71 hlm; 17,6 x 25 cm

ISBN: 978-623-99133-2-8

I. Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
II. Syukur, Yanuardi III. Mangestiwi, Andri IV. Sherly

Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kompleks Kemendikbud, Gedung E Lantai 14
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Pos-el: literasi.sekolah@kemdikbud.go.id

Buku ini bebas diperbanyak dan diterjemahkan baik sebagian maupun keseluruhannya,
tetapi tidak dapat diperjualbelikan maupun digunakan untuk tujuan komersil.
Literasi telah menjadi program pemerintah yang diyakini dapat

KATA PENGANTAR
meningkatkan kemajuan pendidikan tanah air. Sejumlah regulasi telah
diterbitkan dengan meletakkan literasi sebagai amanat konstitusi,
antara lain Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024,
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) sebagai bagian
dari Asesmen Nasional juga menempatkan pencapaian literasi dan
numerasi sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan pembelajaran di
satuan pendidikan.

Memasuki tahun 2020 hingga kini, dunia diterpa pandemi COVID-19.


Proses pembelajaran berubah drastis. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)
menjadi pilihan satu-satunya. Namun, ternyata, PJJ berkepanjangan
berdampak buruk: terjadi penurunan minat dan kompetensi belajar
(learning loss) dan literasi (literacy loss) pada peserta didik. Literasi
mengalami tantangan untuk membuktikan dirinya sebagai solusi.

Di lapangan, guru-guru menolak menyerah. Dalam kondisi apa


pun, kegiatan pembelajaran harus terus berjalan. Learning loss dan
literacy loss harus dilawan. Mereka menciptakan kreasi dan inovasi
agar siswa menjalani pembelajaran dengan asyik dan menyenangkan.
Buku yang diterbitkan berseri ini berupaya memotret praktik-praktik
baik yang tersebar di berbagai mata pelajaran.

Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi satuan pendidikan dalam


menyelenggarakan kegiatan pembelajaran baik secara tatap muka
maupun virtual. Lebih dari itu, berbagai praktik baik pembelajaran
ini diharapkan dapat membuka wawasan dan imajinasi pendidik dan
peserta didik dalam memahami pelajaran secara holistik. Inspirasi
yang termuat di dalamnya juga dapat mendorong satuan pendidikan
untuk terus bereksplorasi menciptakan kegiatan pembelajaran yang
bermakna bagi peserta didik.

Diharapkan buku ini dapat menjadi sumbangsih dalam rangka


peningkatan mutu pendidikan melalui akselerasi kemampuan literasi
bagi siswa. Selamat membaca dan bereksplorasi. Salam literasi!

Direktur Jenderal PAUD, Dikdas, dan Dikmen

Jumeri, S.TP., M.Si.


NIP 196305101985031019

Kata Pengantar iii


Bab I Pendahuluan 1

DAFTAR ISI
Pengertian 1
Relevansi 2
Tujuan dan Manfaat 2
Prinsip Dasar Literasi Budaya dan Kewargaan 3
Persiapan 5

Bab II Pembelajaran berbasis proyek di SD/MI 6


Proyek I: Indahnya Kebersamaan dalam Keberagaman Budaya
Pada Pembelajaran 6
Proyek II: Melestarikan Permainan Tradisional dalam
Pembelajaran 10
Proyek III: Indonesia Culture 2020 “Wonderful of Indonesia” 16
Proyek IV: Mengenalkan Beragam Makanan Tradisional dalam
Pembelajaran 20

Bab III Pembelajaran Berbasis Proyek di SMP/MTs 23


Proyek I: Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kegiatan
MPLS 23
Proyek II: Praktik Baik Permainan Alat Musik Tradisional dalam
Pembelajaran Pandemi 28
Proyek III: Menumbuhkan Sikap Kerja Sama dalam Kelompok 31

Bab IV Pembelajaran berbasis proyek di SMA/MA 36


Proyek I: Batik Sebagai Budaya Indonesia 36
Proyek II: Praktik Penguatan Karakter di Masa Pandemi 41
Proyek III: Keberagaman Budaya Indonesia 49

Bab V Pembelajaran berbasis proyek di SDLB, SMPLB,


SMALB 53
Proyek I: Literasi Budaya di SLB Bhakti Kencana 53
Proyek II: Kamis Budaya (Kreativitas Menembus Batas) 57

Bab VI Penutup 66

Daftar Pustaka 67

Profil Penyusun 68

Kontributor Tulisan 70

iv Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Bab I
Pendahuluan

Pengertian
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia tidak hanya tersusun oleh jejeran pulau-pulau akan
tetapi tersusun juga dari sekian banyak diversitas suku, bahasa, dan pandangan hidup.
Oleh para pendiri bangsa, diversitas itu dihimpun dalam kalimat “Bhinneka Tunggal Ika”
yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu juga. Artinya, walaupun bangsa Indonesia
memiliki berbagai perbedaan akan tetapi kesadaran akan persatuan sebagai anak
bangsa menjadi yang utama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semuanya bersatu dalam perbedaan yang ada.

Kesadaran anak bangsa akan diversitas kebudayaan dan identitas sebagai warga
bangsa merupakan sesuatu yang harus terus dijaga, dirawat, bahkan dikembangkan
di tengah berbagai tantangan dunia global yang sangat dinamis. Merujuk pada Tylor
(dalam Kottak, 2015: 21-22), secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai
“kompleksitas yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” Kebudayaan, dalam konteks ini
mencakup semua hal yang ditransmisikan dari generasi ke generasi dan membentuk
pola pikir, rasa, dan tindak anggota masyarakat.

Kesadaran akan kebhinekaan Indonesia selanjutnya penting untuk diteruskan


kepada masyarakat di tingkat akar rumput. Menyadari hal itu, maka panduan praktis
pembelajaran literasi budaya dan kewargaan ini disusun sebagai dasar dalam
peningkatan kemampuan memahami keberagaman dan tanggung jawab sebagai warga
negara. Literasi budaya dan kewargaan ini penting perannya untuk disosialisasikan di
tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Literasi budaya dan kewargaan tidak hanya
menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional, tetapi juga membangun
identitas bangsa Indonesia di tengah masyarakat global.

Literasi budaya adalah kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap


kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa, sedangkan literasi kewargaan
adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara
(GLN Kemendikbud, 2017). Dalam literasi budaya, seorang warga diharapkan memiliki
pengetahuan tentang sejarah, kontribusi dan perspektif dari kelompok budaya
yang berbeda sekaligus secara aplikatif dapat memahami dan bersikap positif
terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi
kewargaan terkait dengan pemahaman mengenai bentuk dan fungsi pemerintahan,
kewarganegaraan serta partisipasi sosial dan politik individu serta hak dan kewajiban
sebagai warga negara. Secara singkat, literasi budaya dan kewargaan dapat disebut
sebagai kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan
sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 1
Literasi budaya dan kewargaan merupakan hal penting untuk dikuasai pada abad
ke-21. Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat
dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan
untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman
ini menjadi sesuatu yang mutlak.

Relevansi
Literasi budaya dan kewargaan adalah salah satu dari enam literasi dasar yang dibutuhkan
oleh manusia Indonesia, termasuk siswa di seluruh jenjang sekolah. Perkembangan
zaman yang begitu cepat niscaya membuat manusia Indonesia membutuhkan
berbagai kecakapan dasar agar tetap eksis serta menciptakan kehidupan masyarakat
yang demokratis. Selain literasi budaya dan kewargaan, lima literasi lainnya adalah
literasi baca-tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi finansial, dan literasi digital.
Penguasaan terhadap enam literasi dasar tersebut sangat dibutuhkan oleh bangsa
kita.

Setiap warga negara sangat perlu mengenal lingkungannya baik lingkungan sosial,
budaya, maupun negara. Memahami literasi budaya dan kewargaan, adalah hal mutlak
bagi warga negara. Urgensinya bagi masyarakat kita setidaknya ada tiga hal:
1. Literasi budaya dan kewargaan menjadi salah satu literasi yang penting bagi warga
negara dalam bela negara. Berbagai kasus intoleransi, radikalisme, dan terorisme
adalah sebab minimnya pemahaman literasi budaya dan kewargaan.
2. Masyarakat kita membutuhkan berbagai keterampilan yang dapat membantu agar
siap menghadapi kompetisi di era globalisasi dengan kecakapan abad ke-21.
3. Literasi budaya dan kewargaan yang dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat
sangat penting untuk akselerasi bagi tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
2030.
Pembelajaran literasi budaya dan kewargaan sangat dibutuhkan di sekolah, mengingat
berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Globalisasi telah
mengakibatkan banyak kemajuan di satu sisi akan tetapi juga mengikis semangat
kebangsaan. Pengaruh berbagai dinamika global turut mempengaruhi semangat
kebangsaan. Kasus terorisme yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari kurangnya
pemahaman dan aplikasi literasi budaya dan kewargaan. Untuk itu, maka relevan
sekali pembelajaran literasi budaya dan kewargaan di sekolah-sekolah kita terutama di
tingkat SD, SMP, dan SMA.

Tujuan dan Manfaat


Literasi budaya dan kewargaan bermanfaat untuk siswa Indonesia. Adapun tujuan dari
pembelajaran literasi budaya dan kewargaan bagi sekolah adalah sebagai berikut:

2 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
1. Memahami keberagaman masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai latar
belakang suku bangsa, bahasa, budaya, agama, dan kelompok sosial sesuai dengan
jenjang pendidikannya.
2. Tumbuhnya sikap saling memahami, saling menghargai, dan saling membantu
sebagai warga negara Indonesia yang baik.
3. Lahirnya sosok siswa Indonesia yang berprestasi dan profesional akan tetapi tidak
melupakan budaya bangsa Indonesia sebagai warga negara Indonesia.
Adapun manfaat dari pembelajaran literasi budaya dan kewargaan bagi sekolah adalah
sebagai berikut:
1. Siswa mampu menjadikan keberagaman kebudayaan Indonesia sebagai identitas
dan kebanggaan sekaligus sebagai sarana untuk membela negara.
2. Siswa mampu berpartisipasi secara aktif dalam komunitas dan lingkungan sosial
dan budaya yang lebih besar.
3. Siswa mampu menyaring, beradaptasi, dan ikut berperan dalam perubahan sosial
dan budaya tanpa meninggalkan identitas Indonesia.
4. Siswa dapat membentengi diri dari kemungkinan pengaruh ideologi yang
bertentangan dengan Pancasila.
5. Siswa memiliki kepercayaan diri melalui budaya yang dimiliki serta memahami
keberagaman adalah aset dan modal bangsa.
6. Siswa memahami dan menyadari tanggung jawab dan hak warga.
7. Siswa mencintai Indonesia dan memiliki kebanggaan terhadap budaya Indonesia.

Prinsip Dasar Literasi Budaya dan Kewargaan


Budaya sebagai Alam Pikir melalui Bahasa dan Perilaku
Bahasa daerah dan keragaman pranata sosial menjadi kekayaan budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia yang tersebar di 17.504 pulau se-Indonesia. Budaya sebagai
alam pikir melalui bahasa dan perilaku berarti budaya menjadi jiwa dalam bahasa dan
perilaku yang dihasilkan oleh suatu masyarakat. Sebanyak 718 bahasa ibu di 34 provinsi
(Kompas.com, 22/2/2020) yang hidup dalam 1340 suku bangsa di tanah air (Indonesia.
go.id, 3/12/2017) merupakan kekayaan yang harus dirawat dan dikembangkan.

Ungkapan dalam bahasa Jawa memayu hayuning bawono misalnya, kita mengenal
falsafah hidup bahwa manusia harus mampu menjaga lingkungan hidupnya. Ungkapan
tersebut tidak hanya memiliki arti filosofis, tetapi juga menyiratkan bahwa perilaku
manusianya merupakan bagian dari suatu budaya.

Kesenian sebagai Produk Budaya


Kesenian merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan yang dihasilkan
oleh suatu masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar tentunya
menghasilkan berbagai bentuk kesenian dari berbagai daerah dengan membawa ciri

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 3
khas kebudayaan dari daerahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk kesenian
yang dihasilkan oleh setiap daerah di Indonesia harus dikenalkan kepada masyarakat
terutama generasi muda agar mereka tidak tercerabut dari akar budayanya dan
kehilangan identitas kebangsaannya. Berbagai kesenian tersebut bersifat integratif
sebagai kesenian milik bangsa Indonesia.

Kewargaan Multikultural dan Partisipatif


Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan,
dan lapisan sosial. Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan suatu masyarakat yang
mampu berempati, bertoleransi, dan bekerja sama dalam keberagaman. Semua
warga masyarakat dari berbagai lapisan, golongan, dan latar belakang budaya
memiliki kewajiban dan hak yang sama untuk turut berpartisipasi aktif dalam kehidupan
bernegara.

Tiap warga negara perlu menunjukkan sikap memahami dan berinteraksi antar sesama
warga bangsa yang berasal dari budaya yang berbeda. Dalam interaksi tersebut, tiap
warga berlomba-lomba untuk berkontribusi positif kepada bangsa. Artinya, kontribusi
untuk kepentingan bersama merupakan bagian penting sebagai warga negara yang
baik.

Nasionalisme
Kesadaraan akan kebangsaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap warga
negara. Dengan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya, setiap individu akan
bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku dan menjunjung tinggi martabat bangsa
dan negaranya. Diharapkan, nasionalisme yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia
yang menguatkan bela negara.

Bela negara menjadi hal yang penting bagi bangsa Indonesia dalam rangka
mempertahankan eksistensi negara. Nasionalisme dan bela negara merupakan upaya
mutlak semua warga dalam melakukan berbagai aktivitas yang bertujuan membela
dan mempertahankan negara.

Inklusivitas
Di tengah kondisi masyarakat Indonesia yang beragam, pandangan dan perayaan
inklusivitas sangat berperan untuk membangun kesetaraan warga. Terbangunnya sikap
inklusif akan mendorong setiap anggota masyarakat untuk mencari keuniversalan dari
budaya yang dikenalnya untuk menyempurnakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sikap inklusif sangat membantu untuk mendekatkan antara satu warga dengan warga
lainnya.

Pengalaman Langsung
Untuk membangun kesadaran sebagai warga negara, pengalaman langsung dalam
bermasyarakat adalah sesuatu yang sangat penting untuk membentuk ekosistem
yang saling menghargai dan memahami. Beberapa kegiatan yang eksis di sekolah,
perlu dihadirkan dan dikenalkan kembali kepada generasi penerus. Gelar Budaya

4 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
yang menampilkan kembali kekayaan tradisi/budaya lokal yang melibatkan seluruh
komponen masyarakat. Di beberapa daerah, gelar budaya bahkan dikembangkan
menjadi potensi wisata.

Persiapan
Di masa pandemi, siswa perlu mendapatkan pengetahuan dan praktik inspiratif terkait
literasi budaya dan kewargaan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dari para guru agar
dapat mengajarkan bahkan mentransformasikan literasi budaya dan kewargaan di
sekolah. Pengamalan tersebut adalah bagian dari upaya untuk menguatkan kesadaran
kebangsaan siswa agar memahami dan dapat mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan
dalam keseharian.

Interaksi petugas perpustakaan dan siswa—dalam keadaan normal—serta penanaman


karakter seperti disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, mencintai budaya
sendiri turut menguatkan literasi budaya dan kewargaan di sekolah (Sari dan Supriyadi,
2021). Di masa pandemi, interaksi online menjadi penting untuk menumbuhkan
karakter tersebut. Studi Puja Nur Aziza (2019) menunjukkan bahwa peran guru
sebagai perancang dan implementator literasi budaya dan kewargaan—dalam kasus
SMA di Pontianak, sebagai contoh—sangat penting untuk itu. Studi lainnya, Rusli
Yusuf dkk (2020) menunjukkan bahwa literasi budaya dan kewargaan belum maksimal
karena guru belum memahami substansi, menganggap tidak penting, serta siswa
tidak memiliki kepekaan, toleransi, dan kolaborasi. Untuk itu, maka persiapan harus
diupayakan dengan serius dan baik oleh guru.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 5
Bab II
Pembelajaran Berbasis Proyek di SD/MI

Indonesia merupakan negara dengan beragam adat istiadat, bahasa, suku, kesenian,
makanan dan lainnya. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi dunia pendidikan
utamanya di tingkat Sekolah Dasar agar bisa mengenal, mengetahui, memahami, dan
mampu menentukan bagaimana mereka bersikap sebagai agen pelestari keberagaman
budaya Indonesia. Pengetahuan dasar yang harus diberikan sesuai dengan tahap dan
karakter usia anak Sekolah Dasar, salah satunya melalui pembelajaran konkret: melihat,
mendengar, merasakan, dan mempraktikkan pengalaman langsung dalam proses
pembelajarannya.

Selain dari nilai-nilai dasar budaya, para siswa SD pun harus mulai dikenalkan dengan
hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Mereka harus mampu menjunjung
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Muatan nilai-nilai karakter wajib
diberikan tidak hanya dalam pembelajaran di kelas, namun dalam praktik-praktik
pembelajaran lain seperti di ekstrakurikuler dan kegiatan-kegiatan pembiasaan lainnya.
Berikut beberapa contoh proyek pembelajaran literasi budaya dan kewargaan:

Proyek I:
Indahnya Kebersamaan dalam Keberagaman Budaya Pada
Pembelajaran
Setiap momen kegiatan yang melibatkan siswa merupakan waktu yang tepat bagi siswa
melakukan praktik pembelajaran langsung. Seperti di wilayah kabupaten Kotawaringin
Barat, yaitu perayaan hari jadi Kota Pangkalan Bun. Biasanya salah satu acaranya
adalah pawai akbar yang melibatkan semua unsur dan instansi: Pemda, BUMN, BUMD,
perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat, komunitas adat, juga sekolah-
sekolah dari TK-SMA setempat. Pawai diisi dengan berbagai kegiatan penampilan
unjuk hasil karya dan kerja, maupun unjuk bakat berupa seni dan keterampilan setiap
instansi dan sekolah.

SDIT Al-Manar, salah satu sekolah swasta yang belum lama berdiri dibandingkan
dengan sekolah lain yang ada di Pangkalan Bun, namun mampu mempraktikkan secara
langsung pembelajaran yang ada. Sekolah mampu mengenalkan dan memperlihatkan
betapa beragamnya adat dan budaya yang ada di Indonesia baik berupa pakaian adat,
tarian, musik, dan bentuk ekspresi kebudayaan lainnya.

Siswa bisa memilih kegiatan dan baju adat yang mereka inginkan sesuai dengan hasil
diskusi di kelas dan atas pertimbangan orang tua. Berbagai kesenian yang telah mereka
pelajari di sekolah, semua ditampilkan saat parade hari jadi kota. Sebuah kegiatan
yang membuat seluruh warga sekolah bahkan orang tua terutama siswa kelas tinggi
yang dilibatkan menjadi antusias dengan segala persiapan dan pelaksanaannya.

6 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Karena hari jadi kota dilaksanakan rutin setiap tahun (kecuali saat pandemi kegiatan
parade ditiadakan) maka bisa menjadi referensi guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran yang mengakomodasi kegiatan sehingga para siswa seolah melihat,
mengalami dan merasakan langsung berbagai sumber belajar kehidupan yang ada
di sekitarnya, terutama belajar tentang kebudayaan, keberagaman, dan bagaimana
menyatukan perbedaan sehingga tercipta harmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat
sekaligus menjadi warga negara yang baik.

Sikap tenggang rasa dan saling menjaga satu sama lain, tampak sekali saat barisan
parade berjalan sesuai urutan, mengatur langkah agar tidak tertinggal dan atau
mendahului barisan. Melatih kepekaan sekitar ketika ada teman yang haus atau
mungkin kecapekan. Dan pembelajaran tersebut tampak terakam dalam tayangan
foto-foto kegiatan kakak kelas maupun cerita dari orang tua, saudara, dan antar teman.

Berikut adalah rencana pembelajaran sekaligus praktik pembelajaran yang sudah


berlangsung.

Satuan Pendidikan : SDIT Al Manar


Alamat : JL. H Moestalim RT.16 RW.04
Desa : Madurejo
Kecamatan : Arut Selatan
Kabupaten : Kotawaringin Barat
Provinsi : Kalimatan Tengah
Kelas/Semester : IV (Empat)/1
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia, PPKn
Moda : Daring

KOMPETENSI DASAR
Bahasa Indonesia
1. Menunjukkan gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks
lisan, tulis, atau visual.
2. Menata informasi yang didapat dari teks berdasarkan keterhubungan antar gagasan
ke dalam kerangka tulis.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
1. Memahami berbagai bentuk keberagaman suku, bangsa, sosial, dan budaya di
Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.
2. Bekerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku, bangsa, sosial, dan
budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 7
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah melakukan pengamatan, baik langsung maupun melalui foto kegiatan
sekolah yang memuat berbagai kreasi baju daerah, siswa mampu memberikan
contoh lain tentang beragam macam perbedaan yang terdapat diberbagai suku
yang ada di Indonesia seperti tarian, makanan, bahasa, dan lain sebagainya.
2. Setelah melihat video dan foto kegiatan pawai dalam rangka HUT Kab. Kotawaringin
Barat dan mendengar cerita dari saudara atau kakak kelasnya saat ikut pawai, siswa
mampu membuat tulisan tentang pengalaman mereka, menjelaskan pentingnya
sikap persatuan dan kesatuan dalam keberagaman untuk mewakili sekolah.
3. Setelah berdiskusi, siswa mampu menemukan contoh-contoh sikap persatuan dan
kesatuan dalam keberagaman di lingkungan dengan benar.

Gambar 2.1 Pawai Budaya Nasi Adab.


Sumber: https://images.app.goo.gl/FELyGRdHo9UDoxok6.

Sebagai awalan pembelajaran, guru menggunakan Whatsapp Group kelas: mengirim


beberapa foto dan link video pawai, meminta siswa memperhatikan berbagai slide
foto kegiatan kakak kelasnya saat mengikuti acara tersebut. Dengan bantuan orang
tua, mereka difoto sekaligus membantu berdiskusi tentang keanekaragaman budaya
yang mereka lihat dalam tayangan video.

Dari hasil diskusi dengan orang tua, siswa diajak mengembangkan diskusi di Whatsapp
Group kelas. Betapa banyak ragam baju adat dan kesenian saat kegiatan pawai yang
diikuti kakak kelas mereka, padahal kegiatannya hanya melibatkan satu wilayah
kabupaten yaitu Kotawaringin Barat.

Kemudian mereka diminta membayangkan bagaimana jika kegiatan pawai melibatkan


seluruh wilayah di Indonesia? Mereka tampak mulai antusias, saling menyampaikan
pendapat betapa banyak kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia: dari mulai baju,

8 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
tari, adat, sampai beragam makanan. Mereka juga diminta menyebutkan contoh dan
bentuk-bentuk persatuan yang bisa ditemukan saat membayangkan kegiatan pawai,
misalnya dengan berbagai ragam baju daerah saat membentuk barisan pawai tapi
tetap bisa rapi dan kompak.

Setelah mendengar berbagai pendapat tentang gambar yang mereka lihat, guru
meminta siswa untuk membayangkan seandainya ditunjuk mewakili sekolah untuk
pawai, apa yang perlu disiapkan? Hal pertama adalah mengajak diskusi orangtua dan
saudaranya di rumah, kemudian siswa diminta menuliskan rencana-rencana: baju adat
apa yang cocok mereka pakai, apa yang akan mereka lakukan saat pawai, dan perasaan
mereka ketika menjadi bagian dari barisan pawai. Tugas tersebut disampaikan di
Whatsapp Group kelas, juga dikirim ke Whatsapp Group wali murid, agar orang tua
bisa mendampingi putra putrinya, dilengkapi link YouTube yang menampilkan acara
pawai HUT Kotawaringin Barat.

Setelah tugas menulis difoto, dikumpulkan, dan diupload di Whatsapp Group kelas,
guru memilih beberapa hasil tulisan untuk dikomentari siswa: bagaimana pendapat
mereka tentang hasil karangan temannya, kemudian bersama-sama merangkai
kesimpulan keanekaragaman baju adat yang dimiliki Indonesia. Termasuk apa yang
membuat mereka tetap bangga menggunakan baju adat Pangkalan Bun (Baju Kurung
Kuning) sekaligus bisa melestarikannya.

Namun karena masih pandemi, sekolah belum bisa berpartisipasi secara langsung
seperti tahun sebelumnya. Hanya saja tetap bisa menjadi materi pembelajaran karena
kemajuan teknologi: melalui tayangan video maupun berbagai slide foto. Walaupun
belum maksimal, namun dengan bantuan pendampingan guru dan kerja sama orang
tua siswa, kegiatan pembelajaran tetap bisa berlangsung dengan baik.

Selain dari slide foto dan video, siswa juga mendapat sumber informasi dari orang-
orang terdekat. Bahkan karena kegiatan pawai berlangsung rutin setiap tahun, para
siswa pun banyak yang sudah pernah melihat dan mengikuti sebelumnya, walaupun
hanya sebagai penonton, bukan peserta. Dan ini mampu menambah sumber belajar
lebih bagi siswa.

Gambar 2.2 Siswa melihat dan menyimak video pawai di rumah saat pembelajaran daring.
Sumber: Kiriman dari Whatsapp Group kelas IV, November 2020.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 9
Gambar 2.3 Hasil tugas siswa menulis tentang pawai nasi adab.
Sumber: Kiriman dari Whatsapp Group orang tua, November 2020.

Gambar 2.4 Hasil tugas siswa menulis tentang pawai nasi adab
Sumber: Kiriman dari Whatsapp Group orang tua, November 2020.

Proyek II:
Melestarikan Permainan Tradisional dalam Pembelajaran
Karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) adalah suka bergerak, suka bermain, dan
berkelompok, namun dengan adanya pandemi sekolah sebagai salah satu wadah
kegiatan pembelajaran belum bisa bekerja dengan maksimal, sehingga anak terpaksa

10 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
harus melakukan pembelajaran di rumah masing-masing. Karena siswa harus belajar
di rumah, menjadi tantangan untuk guru merancang pembelajaran yang bisa
mengakomodasi apa yang membuat anak tetap memiliki motivasi dalam belajar.

Materi subtema “Peredaran Darah” merupakan materi yang tidak mudah untuk
disampaikan dan dipahami oleh para siswa dengan karakteristik siswa SD yang masih
dalam tahap berpikir konkret, sementara selama pandemi siswa harus belajar online.
Apalagi wilayah sekitar sekolah adalah wilayah berpenghasilan keluarga menengah ke
bawah, otomatis tidak semua memiliki paket data internet dan WiFi yang cukup. Untuk
itulah diperlukan pembelajaran yang bisa mengakomodasi siswa agar tetap bergerak
aktif, dengan paket data terbatas dan pembelajaran yang menyenangkan, sekaligus
bertujuan mengurangi ketergantungan siswa terhadap gadget (walaupun paket data
terbatas, ada beberapa gadget yang menyediakan game gratis tanpa paket data).

Maka munculah ide untuk mengadopsi permainan ingkling sebagai metode


pembelajaran dalam menyampaikan materi Peredaran Darah Pada Manusia, dimana
dalam materi ini siswa harus mengetahui urutan siklus dari peredaran darah besar
dan kecil yang terjadi di dalam tubuh: mulai dari mengenalkan istilah biologi untuk
jantung dan bagian-bagiannya sampai materi yang lumayan kompleks dan abstrak
untuk siswa SD. Berikut adalah rancangan kegiatan pembelajaran dan hasil praktik
kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh Enik Sugianti, S.Pd:

Satuan Pendidikan : SD Negeri Sumberan Wates


Kelurahan : Triharjo
Kecamatan : Wates
Kabupaten : Kulon Progo
Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
Kelas/Semester : V (Empat) / 1
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia, IPA, dan PPKn
Moda : Daring
Tema 7 : Peredaran Darahku Sehat

Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia dan
cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia.
2. Menyajikan karya tentang peredaran darah manusia melalui permainan tradisional.

Tujuan Pembelajaran
Sambil mempraktikkan permainan tradisional ingkling, siswa dapat menyebutkan urutan
jalannya peredaran darah pada manusia di video yang dibuatnya dan mengerjakan
lembar evaluasi. Setelah mempraktikkan permainan tradisional ingkling, siswa dapat
membuat teks prosedur untuk menjelaskan urutan peredaran darah pada manusia.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 11
Ingkling adalah salah satu permainan anak yang umum dan banyak diketahui dan
dimainkan oleh para siswa saat sebelum pandemi di sekolah maupun di rumah bersama
teman-teman sebaya. Ingkling merupakan permainan tradisional yang mulai tergeser
oleh game online yang ditawarkan smartphone. Dan adanya pandemi, permainan ini
mulai terlihat jarang dimainkan berkelompok di sekitar lingkungan. Padahal dengan
permainan ingkling, siswa bisa melatih saraf motorik halus dan kasar, sekaligu melatih
konsentrasi.

Dengan tujuan antara lain melestarikan permainan tradisional yang mulai ditinggalkan
karena kemajuan teknologi, ingkling juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran
dalam memahami urutan peredaran darah di dalam tubuh manusia. Selain itu, siswa
akan terlatih menulis cerita dalam bentuk narasi tentang permainan ingkling: apa yang
mereka sukai dan manfaat yang didapat setelah bermain, juga siswa mampu belajar
membuat teks prosedural saat menjelaskan urutan peredaran darah pada manusia
menggunakan permainan ingkling. Maka adaptasi permainan ingkling menjadi metode
pembelajaran subtema 1 Peredaran Darah Sehatku di kelas V, agar Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) menjadi lebih menyenangkan dan mengasyikan.

Setelah perencanaan dibuat, guru menyiapkan video singkat simulasi permainan


ingkling yang dimodifikasi untuk digunakan dalam menjelaskan urutan peredaran darah
pada manusia. Selanjutnya membagi link video ke Whatsapp Group paguyuban orang
tua siswa kelas V, agar para orang tua mendampingi anak-anak dalam pembelajaran di
rumah. Tidak lupa menyertakan lampiran materi dan lampiran gambar model, lengkap
dengan nama untuk membuat kotak atau kolom-kolom dalam modifikasi ingklingan
yang menyerupai alur peredaran darah pada tubuh manusia.

1.
PARU-PARU

9. 2.
Arteri Vena
Pulmonalis 7. 3. Pulmonalis
SERAMBI SERAMBI
KANAN KIRI

8. 4.
BILIK BILIK
KANAN KIRI
6. 5.
Vena Cava Aorta

6.
SELURUH
TUBUH

Lampiran 2.1 Gambar skema permainan ingkling pada materi sistem peredaran darah.

12 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Setelah dibagikan, siswa diminta memainkan permainan ingkling dengan saudaranya
di rumah atau dengan didampingi orang tua, sehingga pembelajaran di rumah lebih
mengasyikan karena tidak hanya dilakukan siswa sendiri. Setelah siswa mulai mencoba
membuat nama bagian-bagian jantung dan yang terlibat dalam sistem peredaran
darah, maka di setiap kotak/kolom sesuai urutan yang ada pada gambar, siswa
diminta mengucapkan nama bagian yang harus dituju dengan lantang. Permainan bisa
diulang beberapa kali sampai siswa memahaminya. Kertas-kertas bertuliskan petunjuk
tersebut bisa diambil, lalu siswa membuat video singkat dan mengirimkan hasilnya ke
guru untuk dinilai dan diberi masukan. Tak lupa siswa juga diminta untuk membuat
teks prosedur sederhana tentang peredaran darah besar dan kecil pada manusia dan
mengunggahnya di Whatsapp Group.

Berdasarkan hasil kegiatan, permainan ingkling bisa dijadikan metode untuk


menjelaskan peredaran darah pada manusia. Siswa bahkan orang tua menjadi lebih
antusias untuk saling bekerja sama dalam mengikuti pembelajaran secara partisipatif.
Banyaknya pernyataan dan komentar, juga dari hasil tulisan siswa yang berisi pendapat
orang tua, ternyata pembelajaran daring tidak harus di depan gadget terus menerus,
melainkan bisa dimodifikasi dalam bentuk permainan-permainan.

Dengan permainan ingkling, bahkan siswa yang memiliki adik dan saudara yang
seumuran menjadi aktif ikut bermain, sehingga bisa turut serta mengenalkan dan
melestarikan permainan tradisional. Dan materi peredaran darah yang cukup kompleks,
lebih mudah dipahami siswa karena urutan skema nama-nama peredaran darah dalam
kotak-kotak permainan ingkling.

Gambar 2.5 Siswa praktik Ingkling dan menyebutkan urutan peredaran darah pada tubuh manusia.
Sumber: https://youtu.be/nPyM2n63-Aw.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 13
Gambar 2.6 Video simulasi Ingkling dari guru untuk siswa sambil menyebutkan urutan
peredaran darah pada tubuh manusia.
Sumber: https://youtu.be/30rYeej8JlI

Gambar 2.7 Siswa praktik Ingkling dan menyebutkan urutan peredaran darah pada tubuh
manusia.
Sumber: https://youtu.be/nPyM2n63-Aw

Gambar 2.8 Hasil pekerjaan siswa

14 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Peredaran darah pada manusia terdiri dari :

Vena/ Balik
(meninggalkan
jantung)

Pembuluh
Darah
Sistem
Peredaran Arteri/ Nadi
Darah (menuju
Manusia jantung)
Jantung
(2 serambi, 2
bilik)

Peredaran darah besar:


Jantung (bilik kiri)  melalui aorta 
ke seluruh tubuh  melalui vena cava
 jantung (Serambi kanan)
Peredaran
Darah

Peredaran darah kecil:


Jantung (bilik kanan)  melalui arteri
pulmonalis  ke paru-paru 
melalui vena pulmonalis 
jantung (Serambi kiri)

Lampiran 2.2 Petunjuk Permainan

Petunjuk Permainan Ingkling


1. Buatlah gambar permainan ingkling di halaman rumah sesuai contoh gambar dari
guru
2. Berilah keterangan pada masing–masing kotak/kolom yang sudah digambar sesuai
dengan contoh gambar dari guru
3. Lakukanlah gerakan permainan sesuai dengan contoh didampingi oleh orang tua
4. Lakukanlah berulang kali sampai bisa
5. Hilangkanlah keterangan pada beberapa kotak yang tersedia dengan mengambil
kertas yang sudah dibuat secara acak

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 15
6. Lakukan sampai semua keterangan dihilangkan dan bisa memahami bagian-bagian
jantung, alat peredaran darah, dan peredaran darah besar maupun kecil
7. Apabila sudah bisa maka lakukan kembali dan direkam menjadi sebuah video
8. Kirimkan rekaman video dan jawaban pertanyaan melalui pesan Whatsapp Group
kelas
9. Tuliskan teks prosedural tentang alur permainan ingkling untuk belajar urutan
peredaran darah manusia.
10. Setelah ditulis di kertas, hasil tulisan difoto untuk dikirim di Whatsapp Group kelas.

Proyek III:
Indonesia Culture 2020 “Wonderful of Indonesia”
Indonesia Culture adalah kegiatan rutin tahunan bertujuan untuk mewadahi berbagai
bakat dan minat siswa dengan tema seni dan budaya, yang biasanya berupa
berbagai tampilan di panggung khusus, namun saat pandemi sementara tidak dapat
dilaksanakan. Untuk itu dengan memanfaatkan teknologi dan berbagai media sosial
yang ada, kegiatan dilaksanakan dengan cara virtual yaitu menggunakan panggung
streaming YouTube https://youtu.be/AAAbzvyqn58 di chanel sekolah yang bisa dilihat
dan ditonton oleh seluruh siswa sekolah alam Ar Ridho sebagai bagian dari kegiatan
pembelajaran dalam upaya pembekalan karakter generasi yang peduli budaya.

Kegiatan tahunan ini dikemas dengan kerja sama dari seluruh siswa, guru, wali kelas
dan tentunya para orang tua siswa sebagai pendukung utama. Namun karena kondisi
pandemi, panggung pentas kegiatan siswa diganti dengan panggung virtual untuk
menampilkan berbagai tema budaya dari berbagai suku dan daerah di Indonesia.

Langkah kegiatan pada awalnya setiap jenjang kelas bisa memilih satu budaya khas
daerah yang ada di Indonesia berdasarkan kesepakatan siswa, wali kelas, dan para
orang tua. Setelah satu budaya daerah dipilih maka kelas tersebut bisa menampilkan
berbagai seni, adat, dan kekhasan daerah. Karena kegiatan meminimalkan tatap muka,
otomatis peran orang tua sangat diperlukan ketika putra-putrinya menampilkan bakat
sesuai dengan tema dan pakaian daerah, kemudian di videokan. Selanjutnya potongan
video dari masing-masing siswa di kelas, disatukan menjadi tampilan video utuh. Dari
video-video setiap kelas inilah yang akan ditampilkan di streaming YouTube sesuai
jadwal hari yang disepakati sebagai hari Indonesia Culture of 2020, yang kali ini dengan
tema “Wonderful of Indonesia”.

Jenjang : Sekolah Alam Ar Ridho


Desa/Kelurahan : Meteseh
Kecamatan : Tembalang
Kabupaten : Kota Semarang
Provinsi : Jawa Tengah

16 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Mata Pelajaran : Praktik Baik Kolaborasi antar Mata
Pelajaran

Tujuan PEMBELAJARAN
1. Mengenalkan beragam budaya yang ada di Indonesia
2. Memfasilitasi siswa untuk menunjukkan bakat dan minat mereka tentang berbagai
budaya yang ada di Indonesia
3. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya bangsa Indonesia

Praktik Baik Penerapan Literasi Budaya dan Kewargaan di Sekolah Alam Ar


Ridho

Pihak
Skenario
No Jenis Kegiatan Tujuan Hasil yang
Pelaksanaan Terlibat

* Pentas Budaya • Siswa Siswa • Menentukan • Siswa mampu • Kepala


Virtual Indonesia mengetahui subtema kegiatan berlatih dan Sekolah
Culture 2020, dan mengenal • Menyampaikan percaya diri • Guru
“Wonderful of keberagaman tujuan kegiatan • Siswa
Indonesia” budaya kepada siswa dan
Indonesia yang • Orang
orang tua, sekaligus
dipentaskan Tua
pembagian tema
walaupun masing-masing • Komite
secara virtual kelas daring • Cabang
• Siswa dapat • Wali kelas, orang Dinas
mempraktikkan tua dan siswa • Yayasan
pengetahuan koordinasi mencari
dan bakat sumber literasi
seninya untuk budaya yang
menampilkan akan ditampilkan
budaya yang dan melatih
dipilih mereka siswa, memberi
• Siswa bangga pemahaman
dan lebih tentang bagian
mencintai budaya yang akan
Indonesia ditampilkan melalui
karena komunikasi virtual
keberagaman • Orang tua dan
budayanya anak di rumah
dengan didampingi
guru via daring
menampilkan
bakat anak. Orang
tua merekamnya
dalam bentuk
video kemudian
mengunggah di
grup kelas

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 17
• Wali kelas dibantu
orang tua mengedit
dan menyerahkan
ke sekolah.
Selanjutnya sekolah
mengumpulkan
dan menampilkan
dalam bentuk
streaming YouTube
untuk media
pembelajaran
bersama di
rumah masing-
masing. Tidak
lupa memberikan
pemahaman
tentang
keberagaman
budaya Indonesia
dan mengapa kita
harus bangga

• Guru memberi
apresiasi

Kegiatan praktik sesuai budaya yang dipilih, membuat mereka bisa belajar langsung
tentang kekhasannya dan menampilkannya. Selain itu, setelah mengikuti penayangan
dan menonton video kegiatan, mereka mendapat berbagai pengetahuan dari beragam
budaya lain selain yang mereka tampilkan dari penampilan teman-teman dari kelas
lainnya.

Beberapa contoh kompilasi video yang ditampilkan adalah penampilan anak kelas III
yang menampilkan budaya Aceh, di sini para orang tua berusaha mendandani anak-
anak dengan pakaian adat Aceh, kemudian mereka diminta untuk menyanyikan lagu
khas Aceh Bungong Jeumpa (bunga cempaka). Para siswa yang tinggal di Semarang
kental dengan adat Jawa Tengah akhirnya bisa belajar bagaimana baju adat dan lagu
khas Aceh. Ada pula video kelas IV yang menampilkan baju adat budaya Sulawesi
Selatan: tarian khasnya, lagu daerahnya, juga diawali dengan uraian tentang keunikan
yang dimiliki oleh siswa secara bergantian.

Video tampilan tiap kelas diupayakan memiliki tema budaya dan daerah yang berbeda,
hal ini agar para siswa bisa belajar tentang beraneka ragam budaya yang ada di
Indonesia. Sesuai dengan yang disampaikan Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, bahwa
kegiatan tahunan rutin Indonesia Culture 2020 bertujuan agar para siswa semakin
sadar betapa kaya Indonesia dan bagaimana melestarikan kearifan lokal. Misalnya ada
suatu adat yang mengajarkan jika ada kelahiran, maka harus menanam satu pohon,
semua hal ini akan menjadi bekal untuk menjadikan Indonesia lebih maju. Agar generasi
membangun negerinya dengan mandiri kuat dan kokoh, dengan prinsip lestari untuk
Indonesia.

18 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Sedangkan menurut Ketua Yayasan Alam Ar Ridho, dengan adanya Indonesia
Culture 2020, para siswa dapat belajar membangun cinta tanah air, bahwa Indonesia
memiliki pesona yang luar biasa, membangun rasa syukur dan bangga terhadap
keanekaragaman budaya nusantara, dan sebagai ajang apresiasi terhadap kreativitas
anak untuk pengembangan karakter anak calon generasi penerus Indonesia.

Dari adat dan budaya yang beragam, siswa akan belajar tentang kearifan lokal,
bagaimana suku-suku di Indonesia belajar menjaga kerukunan dengan budaya yang
sudah ada, dan dari berbagai makanan yang ada akan belajar tentang berbagai
rasa. Misalkan nama makanan yang sama: soto, ternyata ada yang ditambah tauco,
ada yang ditambah santan. Dari bermacam lukisan, berbagai alat musik, permainan
tradisional, dan sumber daya alam yang ada, siswa akan semakin bersyukur hidup dan
tinggal di Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa cinta dan rasa ingin melestarikan
keberagaman budaya.

Kegiatan tahunan yang dimasukkan dalam kokurikuler memang bukan kegiatan


biasa yang terjadwal setiap hari, namun kegiatan ini dapat memberikan pengalaman
langsung siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka
dapat selama pembelajaran. Mereka bisa praktik dan mendapatkan pengalaman
belajar dengan langsung mengalaminya, dan di kegiatan ini juga mampu menyisipkan
pendidikan penguatan karakter, utamanya karakter cinta tanah air, kreatif dan tanggung
jawab walaupun melalui daring.

Gambar 2.9 Penampilan siswa dengan berbagai budaya Indonesia.


Sumber: https://youtu.be/AAAbzvyqn58

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 19
Proyek IV:
Mengenalkan Beragam Makanan Tradisional dalam
Pembelajaran
Menurut Jean Piaget, usia siswa sekolah dasar (7-12 tahun) masuk dalam stadium
operasional konkret. Maka dari itu guru harus bisa merancang pembelajaran yang bisa
membangkitkan siswa untuk belajar dengan berbagai upaya. Misalnya waktu pelajaran
yang tidak terlalu panjang, kegiatan belajar yang bervariasi dan menarik bagi siswa.
Hal tersebut penting karena perhatian anak pada usia tersebut masih mudah beralih.
Dengan memperhatikan hal tersebut, saat penyusunan program pembelajaran untuk
subtema Perkembangan Teknologi Produksi Pangan, dipilih sumber belajar yang
terkait dengan berbagai makanan tradisional yang ada di sekitar siswa dan sekolah.

Kelas : III SD Muhammadiyah Pakem


Desa/Kelurahan : Pakem Binangun
Kecamatan : Pakem
Kabupaten : Sleman
Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
Tema 7 : Perkembangan Teknologi
Moda : Luring
Subtema 1 : Perkembangan Teknologi Produksi Pangan
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia, PPKn

Kompetensi Dasar
Mengemukakan isi teks surat tanggapan pribadi tentang perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta permasalahan dan lingkungan sosial
di daerah dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis
yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.

Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melihat gambar, kemudian membawa berbagai makanan tradisional di
sekitar siswa, siswa dapat mengidentifikasi keberagaman makanan dan bagaimana
proses produksinya yang terjadi di sekitar dengan tepat.
2. Setelah melakukan diskusi dan tanya jawab tentang berbagai makanan tradisional
yang dibawa dan siswa mampu menulis sederhana tentang keberagaman makanan
yang ada di daerah sekitar siswa.
3. Dengan mewawancarai teman tentang makanan yang paling disukai, siswa dapat
membuat daftar keberagaman makanan dalam kehidupan sehari-hari dengan
benar.

20 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Pada awal pembelajaran saat guru mulai menanyakan apa saja makanan tradisional
yang siswa sukai, ini menjadikan siswa berebut untuk menjawab, ada yang suka
klepon, arem-arem, jadah, bahkan pizza, toppoki, permen dan lain-lain. Walaupun
masih ada perbedaan konsep tentang makanan tradisional namun siswa sudah berani
menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya guru meminta siswa melihat beberapa slide
berbagai makanan daerah yang diolah dengan teknologi tradisional yang ada, seperti
tape, lemper, ote-ote, cenil, telur asin, bandeng presto, gethuk, dan bingka. Selanjutnya
siswa membentuk beberapa kelompok untuk berdiskusi dan pendapat mereka tentang
beragamnya makanan tradisional yang ada di Indonesia bahkan di sekitar siswa.

Sambil berdiskusi, siswa mengeluarkan berbagai makanan tradisional yang sudah


mereka bawa sesuai tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian
makanan yang mereka bawa diletakkan di atas meja, dan mereka bisa saling bertukar
makanan yang mereka bawa sesuai dengan yang mereka sukai. Kelas menjadi lebih
heboh, walaupun awalnya para siswa hanya saling melihat di meja sekitar temannya
kemudian mulai saling mendekat, berjalan bahkan ada yang mulai berebut dan saling
menyampaikan alasan kenapa harus dia yang boleh memilih makanan tersebut, yang
pada akhirnya harus ditengahi guru.

Setelah mereka saling bertukar makanan sesuai dengan yang mereka sukai, dalam
kelompok mereka mendiskusikan apa yang membuat mereka memilih makanan
tersebut, bagaimana rasanya, warnanya, bentuknya atau alasan lainnya. Selain itu
mereka juga saling berdiskusi dari hasil wawancara dengan orang tua siswa tentang
apa nama makanan yang mereka bawa, bagaimana membuat makanan tradisional
yang mereka bawa, semisal mereka bercerita bahwa ibunya mengatakan jadah itu
dibuat dari beras ketan yang dimasak dengan santan dan kelapa kemudian ditumbuk
lalu dibentuk sehingga rasanya gurih. Ada juga wajik yang juga dari beras ketan namun
diberi gula agar manis, dan sebagainya, sambil makan bersama.

Selanjutnya para siswa dalam kelompok tersebut mulai mengisi tabel Lembar Kerja
yang sudah disiapkan guru berisi: nama makanan, bahan utama, rasa, warna, proses
pembuatan, dan dari daerah mana makanan tersebut berasal. Dari Lembar Kerja, setiap
kelompok membacakan di depan kelas, menyampaikan betapa beragam makanan
tradisional yang ada di meja mereka, dan bagaimana beragamnya cara memasak
(produksi) juga bagaimana setiap siswa memiliki keberagaman dalam selera untuk
memilih makanan yang mereka sukai. Ada yang suka karena rasa, warna, bahan dasar,
bentuk, bahkan ada yang suka karena ibu bapak mereka menyukainya.

Berikutnya teman kelompok lain bisa bertanya dan memberikan saran, diskusi, dan
tanya jawab yang tampak dinamis. Beberapa ada yang kebingungan saat ditanya
bahannya apa, proses pembuatannya bagaimana, karena mereka lupa dan tidak
mencatat apa yang sudah disampaikan oleh orang tua di rumah, namun ada teman
lain yang membantu menjawabnya.

Setelah selesai kegiatan presentasi dan tanya jawab, guru meminta beberapa siswa
untuk membuat kesimpulan tentang keberagaman dan kekayaan yang ada pada
makanan tradisional Indonesia, bagaimana menyikapi perbedaan selera yang ada di

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 21
antara teman mereka, dan bagaimana caranya agar para siswa tetap bisa menyukai
makanan tradisional di tengah banyaknya makanan dan snack instan yang beredar.

Jawaban yang beragam dari siswa menunjukkan mereka kagum dan bangga jika di
sekitar mereka saja ada beragam rasa, warna dan bentuk kue tradisional, apalagi
makanan tradisional seluruh Indonesia. Merasa bersyukur hidup di Sleman, di kaki
gunung Merapi. Mereka juga bisa mendapatkan akses berbagai makanan tradisional
yang ada di beberapa tempat di daerah Indonesia, tidak hanya terbatas di daerah
Yogyakarta. Selanjutnya mereka juga menemukan adanya beragam perbedaan dalam
pembelajaran, bahwa setiap siswa memiliki selera berbeda dalam hal makanan yang
disukai, sehingga mereka belajar untuk menghargai perbedaan tersebut. Dalam
menyikapi teman yang memiliki selera yang sama, sementara jumlah makanan yang
ada terbatas, mereka harus mau berbagi.

Di sini siswa belajar mengenai bagaimana kayanya Indonesia bahkan hanya dalam
hal makanan tradisional. Mereka juga belajar bagaimana menjadi warga negara yang
bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan, mau berbagi dengan sesama.
Selanjutnya mereka mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme.

Setelah kesimpulan didapat dari jawaban dalam diskusi siswa, guru kemudian meminta
siswa untuk kembali ke kursi mereka masing-masing, membuat karangan sederhana
tentang beberapa makanan tradisional yang mereka sukai. Setelah itu dikumpulkan
sebagai salah satu bahan penilaian dari guru. Pembelajaran yang lumayan lama
namun menjadi sangat mengasyikan karena siswa langsung melakukan pengamatan,
mendengarkan, merasakan makanan, memilih dan menyampaikan pendapat mereka.
Selain siswa menggunakan buku-buku teks yang ada di sekolah, para siswa juga bisa
mendapatkan sumber belajar dari informasi para orang tua siswa, juga dari informasi
dari para penjual makanan yang mereka bawa.

Gambar 2.10 Bekal makanan tradisional yang dibawa siswa dari rumah
Sumber: Koleksi Haryono, S.Pd, Guru SD Muhammadiyah Pakem.

22 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Bab III
Pembelajaran Berbasis Proyek di SMP/MTs

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan usia masa peralihan dari usia
anak–anak ke usia remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan menimbulkan
berbagai keadaan karena umumnya siswa masih labil dalam pengendalian emosi.
Keingintahuan pada hal–hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya menimbulkan
perilaku–perilaku yang mulai memunculkan karakter diri.

Dalam penyesuaian perkembangannya, pembelajaran usia anak SMP diupayakan


memberikan banyak bekal karakter sehingga mampu memberi warna dalam
pemunculan karakter diri siswa sebagai fondasi masa depannya. Untuk konteks literasi
budaya dan kewargaan selain dalam pembelajaran di kelas, sekolah juga mengupayakan
kegiatan-kegiatan pembiasaan pendidikan karakter agar tujuan pendidikan dapat
tercapai. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

Proyek I:
Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kegiatan MPLS
Pada awal masuk sekolah, bagi siswa baru selalu dipersiapkan kegiatan Masa
Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), berupa kegiatan mengenalkan sekolah dalam
berbagai aspek sebagai bekal siswa dalam mengikuti pembelajaran selanjutnya. Untuk
SMPN 1 Arut Selatan, kegiatan MPLS tahun pelajaran 2021-2022 mengambil tema
“Meningkatkan Sikap Religius, Nasionalisme dan Kemandirian dalam Menghadapi Era
Global”. Kegiatan yang biasanya dilakukan dalam bentuk kebersamaan dan tatap muka
langsung, karena kondisi zona merah pandemi di wilayah kabupaten Kotawaringin Barat,
MPLS akhirnya dilaksanakan dengan cara daring. Namun demikian, walaupun kegiatan
terpaksa dilaksanakan dengan daring, tetap memiliki tujuan memberikan kesan positif
dan menyenangkan bagi peserta didik baru tentang lingkungan sekolahnya.

Kegiatan MPLS daring, selain mengirim link video yang dibagikan kepada siswa dan
orang tua, ada juga kegiatan pengenalan kepala sekolah, guru, tata usaha, dan karyawan
sekolah lainnya melalui zoom meeting. Adaptasi baru. Kegiatan MPLS diharapkan
bisa membuat peserta didik baru tidak hanya mengetahui hak dan kewajiban sebagai
pelajar maupun anak Indonesia yang berkarakter baik, tapi juga mampu berbagi, peduli
lingkungan dan mampu percaya diri dengan bakat minat yang dimilikinya. Jadi MPLS
merupakan bentuk pembelajaran awal di masa SMP yang diupayakan bisa memupuk
kepercayaan diri dan kesiapan siswa untuk belajar di tahap berikutnya.

Sekolah : SMP Negeri 1 Arut Selatan


Kelurahan : Raja

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 23
Kecamatan : Arut Selatan
Kabupaten : Kotawaringin Barat
Provinsi : Kalimantan Tengah
Moda : Daring
Tema : “Meningkatkan Sikap Religius, Nasionalisme
dan Kemandirian dalam Menghadapi Era
Global”.

Tujuan PEMBELAJARAN
1. Setelah mengikuti kegiatan MPLS baik melalui link video maupun Zoom Meeting,
siswa baru kelas VII dapat mengenal lingkungan sekolah barunya.
2. Setelah mengikuti dan melakukan kegiatan MPLS, siswa baru kelas VII memiliki
pembiasaan-pembiasaan baik untuk menguatkan pendidikan karakter.

Praktik Baik Penerapan Literasi Budaya dan Kewargaan di SMPN 1 Arut


Selatan saat MPLS

Jenis Skenario Pihak yang


No Tujuan Hasil
Kegiatan Pelaksanaan Terlibat

* Praktik baik Siswa mampu • Saat dimulai • Siswa mampu • Kepala


sebagai mengetahui salah MPLS, pada saat melaksanakan Sekolah
bagian dari satu kewajibannya Zoom Meeting, beberapa • Wakil
warga negara sebagai warga kakak kelas dan contoh Kepala
yang bangga negara untuk guru pendamping kegiatan Sekolah
dengan budaya bertanggung memberikan sebagai warga kesiswaan
Indonesia jawab dalam beberapa informasi negara yang
• Guru
(Menjaga menjaga dan pengetahuan tahu dan
Lingkungan lingkungan, tentang menjadi paham akan • Siswa
Sekitar, Jumat berempati dengan warga negara yang kewajiban. • Orang
Berbagi, lingkungan memahami dan • Siswa Tua
Membantu sekitar, termasuk mampu melakukan mampu dan
Orang Tua, dan kepada orang beberapa contoh percaya diri
Unjuk Bakat). tua dan mampu bentuk kewajiban menampilkan
menunjukan sebagai pelajar beragam
rasa bangga yang juga warga budaya yang
dengan bakat negara yang mereka kuasai
yang mereka baik, antara lain saat unjuk
miliki termasuk ikut menjaga bakat.
beragam seni lingkungan
• Siswa mampu
tradisional dan disekitar rumah,
menghasilkan
olahraga. bentuk-bentuk
foto dan video
kepedulian
kegiatan.
dan mampu
menunjukan
kepercayaan dirinya

24 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
dalam berbagai
bakat baik seni
maupun olahraga.
• Siswa mencari
beberapa contoh
dan informasi dari
berbagai bacaan
dan orang tua
tentang macam
kegiatan yang bisa
dilakukan.
• Siswa dibantu
orang tua

Kegiatan MPLS penguatan karakter saat pandemi dilakukan di rumah siswa masing-
masing dengan arahan guru guru dan kakak kelas juga dibantu anggota keluarga siswa
di rumah.

Awal kegiatan setelah siswa diterima resmi di SMPN 1 Arut Selatan, mereka dimasukkan
dalam Whatsapp Group kelas yang telah dibagi sebelumnya. Selanjutnya kakak
kelas didampingi guru-guru pembina memberikan beberapa arahan melalui Zoom
Meeting, tentang jadwal kegiatan, tema dan macam-macam kegiatan yang harus
siswa ikuti sebagai siswa baru. Selain para siswa diberi materi umum tentang seluk
beluk sekolah barunya, mereka juga dibuat kelompok-kelompok kegiatan sesuai tema
dan pembagiannya. Dengan tema-tema kegiatan, siswa baru diupayakan mampu
menguatkan karakter untuk paham akan hak dan kewajiban, tidak hanya sebagai
pelajar, tapai juga sebagai anggota keluarga dan sebagai bagian dari masyarakat yang
mampu berempati kepada sesama. Selain juga ada tema yang menampilkan unjuk
bakat baik di bidang seni maupun olahraga. Beberapa jenis kegiatan pembentukkan
karakter yang dilakukan siswa antara lain:
1. Menjaga Lingkungan Sekitar; dari tema ini para siswa mengirimkan foto kegiatan
yang bisa dilakukan dan ternyata banyak foto kegiatan siswa yang menyiram dan
menata tanaman di rumah mereka juga lingkungan sekitar.
2. Jumat Berbagi; pada tema ini dari foto kegiatan yang diunggah, para siswa belajar
saling peduli kepada saudara-saudara dan sesama seperti berbagi nasi bungkus,
kemudian menjenguk orang sakit dan memberi bingkisan. Satu tema yang mampu
menghasilkan banyak kegiatan positif, harapannya mampu menumbuhkan generasi
Indonesia yang peduli terhadap sesama yang membutuhkan.
3. Membantu Orang Tua; untuk tema ini banyak dan beragam foto kegiatan yang
diupload siswa antara lain menyapu, mengepel, membantu memasak, membersihkan
rumah dan masih banyak lagi. Dan ternyata tema ini banyak mendapat sambutan
dan dukungan positif dari para orang tua, karena selain belajar materi pembelajaran
juga mampu memberikan pemahaman pada siswa bahwa membantu orang tua
juga adalah salah satu kewajiban menjadi siswa yang baik.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 25
4. Unjuk Bakat; pada tema ini siswa menampilkan beberapa bakat seperti kemampuan
pencak silat, menari tradisional khas Kotawaringin Barat, dan ada juga yang bermain
hadroh. Dari video yang diupload siswa, paling tidak kegiatan MPLS mampu
memupuk percaya diri siswa untuk menampilkan bakatnya juga menampilkan rasa
bangga mereka karena mampu melakukan beberapa kesenian daerah yang dimiliki
Kotawaringin Barat.

Dari beberapa kegiatan yang disusun untuk MPLS, sambutan antusias ternyata tidak
hanya dari para siswa yang melakukan kegiatan, namun para orang tua pun tidak kalah
antusias. Mereka tampak semangat membantu putra putrinya mengerjakan tugas-
tugas, ada yang membantu memotret, memvideokan maupun bentuk dukungan
lainnya. MPLS mampu mewadahi siswa dengan kegiatan-kegiatan yang membangun
karakter tidak hanya karakter sebagai pelajar yang baik, tapi juga karakter sebagai
generasi muda yang peduli dan berjiwa sosial, peduli kepada masyarakat sekitar dan
lingkungan serta pelestarian budaya yang ada.

Meskipun MPLS adalah kegiatan rutin yang dilakukan awal tahun, namun merupakan
salah satu bagian penting dari kegiatan pembelajaran yang mampu mengenalkan dan
membekali siswa baru dengan berbagai pengetahuan, utamanya tentang sekolah
baru mereka dan apa saja yang akan mereka dapatkan selama pembelajaran di
sekolah. Sebuah awal kegiatan dalam menguatkan karakter siswa meskipun masa
pandemi dan harus melalui daring, namun justru mampu menguatkan kerja sama
antar anggota keluarga. Siswa mampu belajar dengan berbagai pengalaman dengan
mengintegrasikan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan dan bakat mereka.

Gambar 3.1 Foto-foto Unjuk Bakat Siswa Baru Bidang Olahraga Tradisional dan Seni
Tradisional
Sumber foto: (atas) https://www.facebook.com/100001580951759/videos/171767798274663/
dan https://www.facebook.com/100001580951759/videos/176229927880469/; (bawah)
https://www.facebook.com/100001580951759/videos/494290068304260/

26 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Gambar 3.2 Sosialisai MPLS via zoom
Sumber: https://www.facebook.com/photo/?fbid=4338012786261377&set=p
cb.4338014059594583

Gambar 3.3 Praktik baik peduli lingkungan sekitar


Sumber: https://www.facebook.com/photo/?fbid=4338012786261377&set=p
cb.4338014059594583 dan https://www.facebook.com/photo/?fbid=4343879459008043&se
t=pcb.4343880112341311

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 27
Gambar 3.4 berbagi sesama dan Kegiatan unjuk bakat
Sumber: https://www.facebook.com/photo/?fbid=4346878685374787&set=p
cb.4346878945374761 dan https://www.facebook.com/photo/?fbid=4343879459008043&set
=pcb.4343880112341311

Proyek II:
Praktik Baik Permainan Alat Musik Tradisional di Masa
Pandemi
Sejak pandemi berlangsung, pembelajaran terpaksa dilakukan secara daring. Hal ini
otomatis menggerakan kreativitas guru untuk mencari cara bagaimana bisa memberikan
pembelajaran yang mudah diterima siswa. Kegiatan pembelajaran daring umumnya
memanfaatkan konten video, artikel, atau modul online yang banyak terdapat di
internet, namun kadang membuat siswa tidak antusias karena mudah mengaksesnya.
Untuk itu, dalam pembelajaran seni, guru berusaha membuat konten YouTube sendiri.
Walaupun dengan keterbatasan yang ada, namun karena yang berbicara, menjelaskan,
dan menyampaikan pembelajaran adalah gurunya sendiri, maka siswa lebih bisa
menerima dan bahkan bisa interaktif dalam proses pembelajarannya.

Kelas : VIII SMPN 3 Jabung


Desa : Adi Luhur
Kecamatan : Jabung
Kabupaten : Lampung Timur
Provinsi : Lampung
Tema : Memainkan Alat Musik Tradisional

28 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Mata Pelajaran : Kesenian
Moda : Daring

Kompetensi Dasar
Memahami konsep dasar permainan alat musik sederhana secara perorangan

Tujuan PEMBELAJARAN
1. Mengidentifikasi teknik dan gaya memainkan alat musik tradisional.
2. Mengkomunikasikan keunikan memainkan alat musik tradisional.

Dalam kegiatan pembelajaran awalnya guru menyampaikan beberapa pertanyaan


tentang apakah mereka menyukai musik? Bagaimana musik bisa terdengar indah?
Kemudian diskusi dilakukan menggunakan Whatsapp Group kelas. Selanjutnya
guru membagi video pembelajaran: “Materi Daring Seni Budaya SMP Kelas VIII. Bab
12. Memainkan Alat Musik Tradisional” melalui link YouTube. Setelah semua siswa
menyaksikan dan mengamati video pembelajaran, mereka diminta untuk menuliskan
komentar mengenai tugas yang diberikan di akhir video. Tujuan dari meminta siswa
berkomentar, agar guru bisa memantau siswa yang sudah melihat dan belajar melalui
video tersebut.

Jika masih ada siswa yang belum memahami apa yang disampaikan melalui video,
maka tanya jawab dan diskusi dilanjutkan di Whatsapp Group. Selain itu, para siswa
juga saling membagi pengalaman mereka yang sudah pernah bermain alat musik
seperti gitar, kendang, maupun seruling. Dari cerita sesama teman, ternyata membuat
para siswa lebih antusias dalam berdiskusi. Bahkan beberapa ingin mencoba bermain
alat musik, terutama tradisional.

Ketika mengerjakan tugas mengumpulkan nama-nama alat musik tradisional yang ada
di Indonesia, siswa boleh mencari referensi dari internet. Mereka bisa membaca dan
melihat beberapa gambaran alat musik dan asal daerahnya, kemudian secara online
bisa mencermati bagaimana cara memainkan serta kekhasan bunyi setiap alat musik
tradisional tersebut. Dari sini para siswa belajar membuat kesimpulan bahwa hampir
semua alat musik tradisional mempunyai keunikan masing-masing baik bunyi maupun
cara memainkannya.

Melalui alat musik, wawasan dan pengetahuan siswa menjadi terbuka, ternyata
Indonesia memiliki keragaman budaya dan seni yang bermacam-macam sekaligus
menggambarkan Kebhinekaan yang dimiliki Indonesia.

Kegiatan pembelajaran ini terlihat sederhana, karena guru berusaha membuat bahan
ajar dalam bentuk video yang mudah dipahami siswa. Selain itu setelah siswa melihat
video, bisa termotivasi mencari sumber-sumber belajar lainnya, baik dari internet, dari
buku pelajaran, maupun dari informasi orang tua dan saudara juga tetangga yang ada
di sekitar siswa. Dengan demikian, siswa bisa mendapat tambahan informasi sekaligus
memahami tentang teknik, gaya, dan keunikan setiap alat musik tradisional.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 29
Gambar 3.5 Tangkap layar video YouTube materi memainkan alat musik tradisional.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z3-iSdnXn5o

Gambar 3.6 Tangkap layar video YouTube materi memainkan alat musik tradisional.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z3-iSdnXn5o

Gambar 3.7 Tangkap layar video YouTube materi memainkan alat musik tradisional.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=z3-iSdnXn5o

30 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Proyek III:
Menumbuhkan Sikap Kerja Sama dalam Kelompok
Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai macam karakteristik, setiap manusia
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kelebihannya ia bisa membantu manusia
lain yang memerlukan pertolongan dan dengan kekurangannya bisa menjadi pengingat
bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu manusia
disebut sebagai makhluk sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial sangat memerlukan peran orang lain, sehingga
kapanpun dan dimanapun ia berada senantiasa memerlukan kerja sama dengan orang
lain. Kerja sama dapat membuat pekerjaan yang berat menjadi lebih ringan dan kerja
sama juga bisa mempererat tali persaudaraan. Bahkan jika kita tengok kembali sejarah
kemerdekaan Indonesia, bisa diraih dengan kerja sama dan perjuangan seluruh rakyat
Indonesia.

Maka dari itu untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan sekaligus melatih kerja sama
pada siswa siswi SMP IT AL Manar, kami bekerja sama dengan TNI AU Iskandar
Pangkalan Bun mengadakan agenda outbound yang wajib diikuti oleh seluruh siswa
siswi khususnya kelas VII.

Kelas : VII SMPIT Al Manar


Kelurahan : Madurejo
Kecamatan : Arut Selatan
Kabupaten : Kotawaringin Barat
Provinsi : Kalimantan Tengah
Mata pelajaran : PKN
Moda : Luring

Kompetensi Dasar:
1. Mensyukuri makna kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat.
2. Mendukung bentuk-bentuk kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat.
3. Menganalisis bentuk-bentuk kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan di
masyarakat.
4. Menunjukkan bentuk-bentuk kerja sama di berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Tujuan PEMBELAJARAN
Setelah siswa melakukan outbound bersama TNI, siswa mampu memahami kerja tim,
makna dari kekompakkan, saling berbagi tanggung jawab, bekerja sama demi misi
yang sama.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 31
Kegiatan pembelajaran ini memerlukan langkah persiapan yang cukup, pembina
kesiswaan sejak awal sudah berkoordinasi dengan TNI, selanjutnya menentukan jadwal
dan lokasi kegiatan dan juga berbagai perlengkapan yang akan digunakan. Sebelum
kegiatan, guru membekali siswa dengan pengetahuan dasar tentang outbound dan
juga pembagian kelompok sehingga pada saat pelaksanaan bisa berjalan dengan
tertib sekaligus sesuai jadwal.

Beberapa tahapan dalam pelaksanaan kegiatan


Prolog
Seluruh siswa dan siswi SMP IT AL Manar sudah hadir di lapangan Lanud Iskandar
Pangkalan Bun pukul 07.00 WIB. Semua berbaris rapi dan siap untuk mengikuti agenda
outbound. Agenda dimulai dengan apel pagi sekaligus pengarahan dan pembagian
kelompok. Kelompok dibagi secara heterogen, hal ini dilakukan agar semua bisa
berbaur dan saling mengenal sehingga tidak ada geng-gengan atau kelompok-
kelompok pertemanan khusus. Setelah kelompok terbentuk, masing-masing diminta
untuk menunjuk leader atau pimpinan kelompok yang bertanggung jawab atas
kelompok dan anggotanya.

Sebelum masing-masing kelompok menjalankan misinya, seluruh siswa siswi melakukan


pemanasan terlebih dulu dipimpin langsung oleh beberapa perwakilan dari TNI-AU.
Setelah pemanasan berjalan lancar, para siswa tampak sangat bersemangat untuk
menjalankan misinya, mereka siap beraksi. Tapi sebelum menjalankan tugas, tak lupa
mereka berdoa untuk kelancaran kegiatan dan keberkahan.

Gambar 3.8 Kegiatan pemanasan sebelum outbound.


Sumber: Koleksi Ustadzah Winda Kurnia Wati, S.Pd.

Bersama Kita Bisa


Siswa Siswi yang sudah tergabung dalam kelompok mendapatkan misi yang harus
diselesaikan. Setiap misi menjunjung tinggi kebersamaan, kekompakkan dan
pembagian kerja yang adil, serta kerja sama antar anggota kelompok. Ada beberapa
pos yang mereka lalui di antaranya adalah pos trust fall.

32 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Pos trust fall adalah pos di mana peserta secara bergantian akan menjatuhkan diri ke
belakang dari sebuah platform yang tersedia dan rekan-rekan yang lain menangkapnya
di bawah. Untuk melalui pos ini masing-masih peserta harus saling percaya kepada
rekannya. Beberapa kelompok bisa melalui tanpa hambatan tapi ada juga kelompok
yang tertahan lama di pos karena ada anggotanya yang ragu-ragu, tapi syukurlah
dukungan dari teman-teman timnya membuat ia berani dan akhirnya mereka bisa
melaluinya.

Pos selanjutnya yaitu estafet tepung, pada pos ini anggota tim diminta untuk berbaris
kemanusiaan misinya adalah mereka memindahkan tepung dari baskom yang ada di
depan orang pada barisan pertama ke baskom yang ada di belakang orang di barisan
terakhir dengan menggunakan kedua tangannya. Dan yang terjadi adalah tepung
berhamburan kemana-mana mengotori rambut mereka meskipun begitu mereka
terlihat happy. Pernah dengar istilah berani kotor itu baik? Kotor untuk melakukan
sesuatu yang bisa memberikan manfaat.

Ada juga pos spider web, di mana setiap anggota kelompok harus melewati jaring-
jaring yang tersedia secara bergiliran. Kemudian ada pos mencari harta karun, di
pos ini ada yang bertugas memberikan petunjuk dan ada yang mencari harta karun
dengan mata tertutup sambil mengikuti komando si pemberi arah. Wah ini seru sekali,
meskipun muter-muter dan nyasar sana-sini tapi semua kelompok bisa melaluinya.

Pos yang tidak kalah seru adalah pos aeromodelling. Aeromodelling adalah suatu
kegiatan yang mempergunakan sarana miniatur/model pesawat terbang untuk tujuan
rekreasi, edukasi dan olahraga. Anak-anak secara berkelompok mendapat tantangan
untuk menerbangkan aeromodelling yang ada, didampingi oleh bapak dari TNI-
AU anak-anak bekerja sama untuk bisa menerbangkannya. Ketika pesawat berhasil
terbang tinggi, semua merasa takjub karena ini adalah pengalaman pertama mereka.

Dan tak lupa pos favorit adalah pos flying fox untuk latihan menguji mental. Takut tapi
menyenangkan, begitulah kata mereka. Kegiatan yang melatih kekuatan, keberanian,
kekompakkan juga kerja sama yang kuat, agar misi mereka bisa berjalan dengan lancar.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 33
Gambar 3.9 Kegiatan outbond.
Sumber: Koleksi Ustadzah Winda Kurnia Wati, S.Pd

Epilog
Pos demi pos berhasil ditaklukkan oleh setiap kelompok siswa siswi SMP IT Al Manar.
Siswa tampak sangat antusias, bahkan ekspresi kekagumannya atas setiap contoh
dan penjelasan yang dilakukan oleh bapak-bapak TNI terlihat nyata. Mereka melihat
para TNI muda yang menemani mereka sangat bersemangat, kuat dan tangguh. Dari
yang awalnya terlihat garang, namun saat memberikan instruksi satu persatu dengan
contoh, bapak-bapak TNI tampak begitu sabar membimbing. Menyaksikan itu, bahkan
ada siswa yang langsung menyeletuk kedepannya mau menjadi tentara. Praktik
langsung pembelajaran yang cukup lama dari pagi pukul 07.00-12.00 siang, namun
terasa sangat cepat bagi para siswa. Mereka merasa waktunya kurang dan ingin lagi.

Agenda selanjutnya yaitu evaluasi kelompok, setiap kelompok diminta untuk


menyampaikan pendapatnya, kemudian kendala-kendala yang dihadapi dan cara
penyelesaiannya.

Setelah agenda evaluasi berakhir, dilanjutkan dengan pengumuman kelompok


terkompak. Pemberian reward ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan juga
penguatan terkait pentingnya kerja sama kelompok agar bisa mencapai tujuan
bersama.

Tak terasa sudah hampir di penghujung kegiatan. Sebagai pembelajaran bagi siswa
untuk yang bertanggung jawab, sebelum meninggalkan lokasi jangan sampai ada jejak
merugikan yang tertinggal, apalagi kalau bukan sampah. Oleh karena itu seluruh siswa
dikerahkan untuk melakukan operasi semut, membersihkan seluruh lingkungan yang
ada sehingga bebas sampah.

Terakhir setelah semuanya bersih, sebagai penutup kegiatan adalah foto bersama
Bapak-Bapak TNI-AU sekaligus ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja
sama dan silaturahmi secara langsung di lokasi Lanud Iskandar Pangkalan Bun. Setelah
itu, tugas berikutnya adalah Pekerjaan Rumah (PR) bagi siswa untuk membuat laporan
hasil kegiatan dalam bentuk tulisan cerita deskripsi yang akan dikumpulkan di sekolah
saat pembelajaran hari selanjutnya.

Kunjungan dan kegiatan yang banyak membelajarkan siswa tentang bagaimana


sebuah tim harus kompak, bekerja sama, saling berbagi tanggung jawab demi sebuah
misi. Kegiatan ini juga sekaligus merupakan gambaran bagi siswa bahwa setiap warga

34 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
negara memiliki tugas dan misi yang sama, yaitu menjadikan Indonesia negara yang
kuat dan besar. Dan untuk itu diperlukan kekompakkan, kerja sama dan saling sinergi,
walaupun dengan bermacam profesi dan tanggung jawab, agar persatuan Indonesia
tetap terwujud. Sebuah kegiatan sederhana namun bisa memberikan gambaran
bagaimana sebagai warga negara Indonesia, harus memiliki fisik yang sehat dan kuat,
sehingga mampu melaksanakan kewajiban dan turut serta bersatu padu membangun
Indonesia maju.

Gambar 3.10 selesai kegiatan outbound.


Sumber: Koleksi Ustadzah Winda Kurnia Wati, S.Pd

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 35
Bab IV
Pembelajaran Berbasis Proyek di SMA/MA

Beberapa karakteristik dari siswa SMA menurut panduan umum pelayanan BK Berbasis
Kompetensi (Pusat Kurikulum, 2002) adalah masa berpikir dan masa pubertas yang
sudah mulai mencari jati diri. Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan
mempengaruhi perilaku yang sebagian besar tergantung pada kemampuan dan
kemauan anak remaja untuk mengungkapkan keprihatinan serta kecemasannya
kepada orang lain, sehingga ia dapat memperoleh pandangan baru yang lebih baik.
http://pendyrafadigital.blogspot.com/2016/10/karakteristik-peserta-didik-anak-sma.
html

Memperhatikan hal tersebut, kegiatan pembelajaran di SMA terutama dalam


mengaplikasikan literasi budaya dan kewargaan diupayakan untuk memberikan
pengalaman langsung sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Selain
dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran, juga memberikan pembelajaran dalam
bentuk pembiasaan untuk penguatan karakter siswa. Dengan melakukan pembiasaan-
pembiasaan tersebut, para siswa dapat mengalami pembelajaran dengan merasakan
dan melakukannya melalui kegiatan mereka sebagai pelajar baik di sekolah, lingkungan
masyarakat, maupun saat di rumah. Beberapa proyek kegiatan literasi budaya dan
kewargaan yang sudah berlangsung di beberapa SMA adalah sebagai berikut:

Proyek I:
Batik sebagai Budaya Indonesia
Pangkalan Bun adalah salah satu kota kabupaten di Kalimantan Tengah, letaknya
yang dekat dengan pelabuhan dan bandara, dan bisa ditempuh kurang lebih 1 jam
penerbangan dari Semarang, Surabaya dan Jakarta, menyebabkan banyaknya
jumlah populasi penduduk pendatang. Dan ini pula yang menyebabkan siswa SMAN
1 Pangkalan Bun, hampir 70% lebih adalah generasi dari orang tua pendatang dari
berbagai daerah, utamanya Jawa, bahkan untuk dewan gurunya. Hal tersebut menjadi
tantangan tersendiri bagi guru-guru untuk bisa mengenalkan berbagai budaya khas
daerah asli Kalimantan Tengah, utamanya Pangkalan Bun. Sementara bahan bacaan
tentang budaya Kalimantan Tengah, relatif masih sangat terbatas jumlahnya.

Khusus untuk mata pelajaran PKWU dengan berbagai aspek yang ada yaitu:
Budidaya, Pengolahan, Rekayasa dan Kerajinan, setiap Kompetensi Dasar yang ada
pada beberapa aspek selalu berdasarkan kearifan lokal. Hal ini menjadikan guru harus
membuat perencanaan pembelajaran yang matang, menyenangkan, bermakna dan
melibatkan keaktifan siswa, melalui berbagai sumber informasi yang terkait kearifan
lokal secara langsung karena keterbatasan bahan bacaan yang ada.

36 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Kelas : X SMA Negeri 1 Pangkalan Bun
Kelurahan : Raja
Kecamatan : Arut Selatan
Kabupaten : Kotawaringin Barat
Provinsi : Kalimantan Tengah
Tema : Tas dari Kain Limbah Motif Kalimantan
Tengah
Moda : Daring

Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi desain produk dan pengemasan karya kerajinan tekstil berdasarkan
konsep berkarya dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.

Mendesain produk dan pengemasan karya kerajinan berdasarkan konsep berkarya


dengan pendekatan budaya setempat dan lainnya.

Tujuan pembelajaran:
1. Siswa mengetahui berbagai ragam motif hias pada kerajinan tekstil yang ada di
Kalimantan Tengah setelah membaca berbagai buku tentang motif batik dan hasil
dari wawancara berbagai narasumber yang ada di sekitar siswa.
2. Siswa mengetahui berbagai makna dan arti dari berbagai ragam motif hias pada
kerajinan tekstil yang ada di Kalimantan Tengah setelah membaca berbagai buku
tentang motif batik dan hasil dari wawancara berbagai narasumber yang ada di
sekitar siswa.
3. Siswa mampu mendesain produk kerajinan berupa tas dari kain dengan berbagai
motif Kalimantan Tengah dengan memperhatikan unsur estetika sekaligus membuat
produk kreatif tas dari kain bermotif batik.

Dari 4 aspek yang ada, setelah diskusi dengan semua siswa di kelas, mereka tampak
memperhatikan dan berminat. Dari kegiatan dan segi manfaat yang didapat, maka
aspek kerajinan dipilih dengan tema: “Tas dari Kain Limbah Motif Kalimantan Tengah”,
untuk materi kelas X semester 1.

Tujuan dipilihnya batik, agar para siswa yang berasal dari penduduk asli Kalimantan
maupun pendatang yang jumlahnya lebih banyak, bisa mengenal Indonesia dengan
berbagai ragam budayanya, termasuk batik yang memiliki motif dan makna filosofi
yang beragam di tiap daerah utamanya di Kalimantan Tengah. Siswa juga mampu
berkreasi dan berinovasi dengan memanfaatkan limbah kain batik yang ada.

Setelah tema dipilih, para siswa mulai mencari berbagai referensi yang ada di
perpustakaan dengan mengirim perwakilan siswa, agar tidak terjadi kerumunan.
Selain dari perpustakaan, juga sumber dari media online tentang berbagai motif batik
khususnya yang ada di Kalimantan Tengah. Kemudian hasil karya kerajinan apa yang
bisa dibuat.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 37
Selanjutnya para siswa melakukan diskusi melalui Whatsapp Group dan Video Call
dalam kelompok-kelompok kecil. Satu kelas dibagi 5 kelompok kerja. Setelah itu mereka
melanjutkan diskusi tentang konsep karya yang ingin dibuat dengan menggunakan kain
limbah batik. Diskusi berjalan dinamis dengan banyaknya pertimbangan bagaimana
model tas yang akan dibuat, makna motif dan warna yang ingin dipilih dalam berkarya,
dan bagaimana tekniknya karena kemampuan menjahit mereka masih terbatas.

Setelah menemukan konsep dasar dari karya yang akan dibuat, para siswa mulai
mencari lebih banyak informasi tentang makna motif, warna khas batik Kalimantan
Tengah, dan teknik pembuatannya. Hal yang cukup menarik ketika mengumpulkan
informasi tentang batik, para siswa dari penduduk asli bertanya kepada kakek, nenek,
orang tua, juga saudara tentang berbagai rahasia dan makna dari simbol lukisan dan
warna yang ada pada batik Kalimatan Tengah.

Dengan keterbatasan referensi baik dari perpustakaan sekolah, internet, dan beberapa
sumber langsung dari sekitar penjahit, penjual kain batik dan wawancara orang
tua, para siswa tetap bertekad melanjutkan prakarya. Sebuah kegiatan yang cukup
membuat siswa tidak bosan karena mereka membagi tugas untuk berburu informasi
dan membuat laporan-laporan singkatnya. Selanjutnya mereka menyusun proposal
proyek dan mengunggahnya di GCR kelas sebagai bahan diskusi dengan guru maupun
kelompoknya.

Dari informasi yang didapat, para siswa merasa semakin penasaran dengan makna-
makna simbolis dari motif dan warna pada batik Kalimantan Tengah yang sarat nilai
filosofinya. Beberapa sumber mengatakan, motif batik Kalimantan Tengah yang sering
digunakan adalah lukisan pohon dengan sulur-sulurnya yang menggambarkan hutan
Kalimantan, juga barang-barang yang sering digunakan di Istana. Simbol pohon yang
dikenal dengan Batang Garing adalah motif paling banyak digunakan karena simbol
hubungan vertikal manusia dengan sang Penguasa dan hubungan horizontal dengan
makhluk-makhluk di bumi.

Suku Dayak Ngaju memahami dunianya (Kosmologi) melalui pemaknaan terhadap


Pohon Batang Garing (Pohon Kehidupan). Pohon ini diyakini diturunkan langsung oleh
Tuhan Dayak Ngaju yang bernama Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa).
Dalam Tetek Tatum (Ratap Tangis Sejati) diceritakan bahwa Ranying Hatalla Langit
menciptakan dua pohon yang diberi nama Batang Garing Tingang (Pohon Kehidupan)
dan Bungking Sangalang.

Pohon Batang Garing berbentuk tombak menunjuk ke atas melambangkan Ranying


Mahatala Langit. Bagian bawah pohon terdapat guci berisi air suci dan dahan
berlekuk, yang melambangkan Jata atau dunia bawah. Sedangkan daun-daunnya
melambangkan ekor burung Enggang. Masing-masing dahan memiliki buah yang
berjumlah tiga, menghadap ke atas dan ke bawah, melambangkan tiga kelompok
besar manusia sebagai keturunan Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen, dan Maharaja
Bunu atau Buno.

Secara umum orang Dayak Ngaju memahami Batang Garing sebagai simbol tingkatan
alam, yang terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu: 1) Alam atas, 2) Pantai danum

38 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
kalunen (Bumi), dan 3) Alam bawah (Air). Alam atas adalah tempat tinggal Ranying
Hatalla Langit, bumi adalah tempat tinggal manusia, dan alam bawah adalah tempat
tinggal Jata atau Lilih atau Raden Tamanggung Sali Padadusan Dalam atau Tiung
Layang Raja Memegang Jalan Harusan Bulau, Ije Punan Raja Jagan Pukung Sahewan.

Pengetahuan Suku Dayak Ngaju tentang alam, memberikan gambaran bahwa antara
alam atas, bumi dan alam bawah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dari implikasi sosial yang ada, orang Dayak Ngaju begitu menghormati dan menghargai
lingkungan alam tempat tinggal mereka. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
bpnbkalbar/wp content/uploads/sites/22/2017/10/BENANG-BINTIK-KALTENG.pdf

Filosofi inilah yang dalam pembelajaran diharapkan bisa diperoleh para siswa SMAN
1 Pangkalan Bun, yang kebanyakan dari warga pendatang namun mereka bisa
memahami kearifan lokal daerah tempat tinggalnya sekarang, bisa saling menghormati,
menghargai dan peduli dengan alam sekitar mereka.

Selain Batang Garing, ada motif Kelakai (Tumbuhan), Mandau (Senjata Dayak) burung
Tingang khas Kalimantan (Enggang), Huma Betang Naga, ukiran Dayak hingga
Balanga. Itulah motif yang sering digunakan untuk lukisan motif batik Kalimantan
Tengah dengan berbagai makna yang tersimbolis di baliknya.

Gambar 4.1
sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/27/benang-bintik-lukisan-
kehidupan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-tengah

Warna terang adalah warna pilihan khas Kalimatan Tengah antara lain Bahenda
(Kuning) melambangkan kekayaan atau keagungan, Bahandang (Merah) bermakna
abadi, Bahijau (Hijau) berarti kesuburan, Baputih (Putih) bermakna kesucian dan
Babilem (Hitam) yang merupakan penangkal kejahatan.

Simbol dan makna yang berbeda dari batik-batik utamanya yang berasal dari Jawa dan
daerah lain yang membuat para siswa merasa betapa kayanya ragam motif, makna,
simbol, dan filosofi di balik setiap batik yang ada di tiap daerah. http://sangkaicity.
blogspot.com/2016/05/warna-dan-artinya-dalam-suku-dayak-ngaju.html

Dari berbagai hasil laporan, siswa tampak lebih bersemangat mencari motif yang
menggambarkan makna sesuai dengan harapan mereka saat mendesain tas. Ada
yang berharap dengan memilih motif warna merah, persahabatan mereka akan abadi.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 39
Sementara untuk keberhasilan dalam hal cita-cita, mereka mencari motif balanga
dengan memilih warna kuning, dan lain sebagainya. Mereka mengerjakan proyek
dengan antusias.

Mereka belajar melakukan pembagian kerja; ada yang menggali informasi, ada yang
mengumpulkan limbah kain dan memilih motif sesuai kesepakatan berdasarkan
makna, dan ada juga yang membuat desain tas setelah menyatukan berbagai ide dari
kelompoknya. Kemudian mereka mencari penjahit untuk konsultasi.

Baik komunikasi, kordinasi, maupun simulasi, hampir semuanya dilakukan melalui


Whatsapp dan video tutorial di YouTube. Termasuk ketika membuat laporan untuk
presentasi. Mereka mengerjakan dengan antusias bahkan sampai pemaparan. Dan
ketika karya atau produk tasnya sudah jadi, mereka pakai untuk difoto. Hasil foto karya,
dikirim ke Whatsapp Group guru dan wali murid, juga mereka upload ke sosial media
seperti Instagram dan Facebook.

Kendala ditemukan pada beberapa siswa, namun karena dalam tim sudah dibentuk
pembagian tugas dan kesepakatan saling membantu, akhirnya kendala bisa tuntas oleh
semangat kebersamaan dan partisipasif antar siswa. Jadi meskipun proses belajarnya
menggunakan moda daring, siswa tetap bisa memperoleh pengalaman belajar yang
bermakna dan menyenangkan.

Pembelajaran yang awalnya minim sumber bacaan dan literatur buku, setelah siswa
diberi kesempatan mencari sumber-sumber lain seperti wawancara langsung keluarga
kerajaan Kutawaringin dan informasi tambahan baik dari media cetak maupun online,
pengetahuan siswa terhadap batik khas Kalimantan Tengah menjadi luas. Dan mereka
bangga menggunakan produk buatan mereka sendiri, bangga dengan keberagaman
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dengan makna-makna filosofi penuh nilai
kehidupan di balik motif gambarnya.

Gambar 4.2 Memakai tas limbah batik khas Kalimantan Tengah saat di sekolah.
Sumber: https://www.facebook.com/andri.mangestiwi/
posts/10205703474425390?__cft__[0]=AZV2vp_ddOG-GJgna0KKDqcDxxD2uZgsK
vyE4WtzRfNP6jjXpfr7uaeqIzvcnhmNXJER2ElM4ApwvaQqzhXhYuqok129C8ilILt2KHz
XLJH5uKyZ7uNkn47KwEBKkXSz1rA&__tn__=%2CO%2CP-R.

40 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Foto di atas adalah foto kegiatan sebelum pandemi (2016). Namun ketika pandemi,
dengan berbagai keterbatasan pihak sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, proses
pembelajaran dan diskusi tetap dilaksanakan meskipun praktik kerajinannya dilakukan
dengan sederhana dan hanya menggunakan jahit manual (tangan).

HASIL PEMBELAJARAN ERA PANDEMI

Gambar 4.3 Hasil karya tas limbah batik khas Kalimantan Tengah.
Sumber: https://www.instagram.com/p/CSlcmsynyUBvWR8vit8xdNgxoMLPoHtx45Kblc0/?u
tm_medium=copy_link dan Foto dari Whatsapp Group.

Gambar 4.4 Proposal proyek siswa


Sumber: https://classroom.google.com/u/0/h

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 41
Proyek II:
Praktik Penguatan Karakter di Masa Pandemi
Kebijakan pemerintah pembelajaran menggunakan moda daring bagi daerah
terdampak pandemi, merupakan salah satu solusi dalam mengatasi kegiatan
pembelajaran agar sekolah tidak berhenti. Namun pembelajaran daring dengan segala
macam permasalahannya baik teknis, terkait peralatan, jaringan, paket data yang
tersedia dan dimiliki, SDM baik guru maupun siswa dan orang tua, tapi memang harus
tetap dilaksanakan meskipun kurang maksimal. Pembelajaran dengan berbagai mata
pelajaran, Kompetensi Dasar (KD), dan indikator tujuan pembelajaran di era daring
harus bisa menyesuaikan diri dengan segala macam adaptasinya. Materi dibuat efektif
dan efisien sekaligus harus mampu merangkum semua kondisi siswa: akses internet
terbatas, paket data, maupun letak wilayah yang belum semua terjangkau jaringan
internet.

Namun dengan berjalannya waktu dan berbagai macam evaluasi, pembelajaran daring
ternyata membatasi transfer karakter kepada siswa, karena guru dan siswa hanya bisa
bertemu dalam room-room meeting virtual. Beberapa tata tertib yang sudah lama ada
di SMAN 1 Pangkalan Bun seperti kesepakatan antar siswa, orang tua, guru, dan komite
sekolah terkait hak dan kewajiban siswa tidak berjalan dengan maksimal. Sehingga
dirasakan dampaknya baik oleh guru, orang tua bahkan siswa itu sendiri.

Beberapa program kegiatan dan pembiasaan dalam upaya pembentukan karakter


siswa yang berbudaya, beretika, peduli sesama dan lingkungan, dan berjiwa pancasila
yang dilaksanakan secara rutin sebelum pandemi seperti:
1. Upacara bendera setiap hari Senin
2. Jumat bersih, Jumat berkah
3. Baju adat setiap hari Selasa minggu ke-4 dalam setiap bulan
4. Lomba-lomba
5. Dll

Akhirnya tidak terlaksana diawal pandemi, semua warga sekolah mengalami


penyesuain-penyesuaian, pembelajaran daring, dan adaptasi baru. Perubahan sikap
dan perilaku siswa yang dirasakan oleh guru, orang tua, dan antar siswa, menjadi
perhatian khusus. Untuk itu, koordinasi dan kerja sama agar nilai-nilai karakter tetap
bisa menjadi fokus penting dalam pembelajaran. Selanjutnya sekolah berusaha untuk
membuat beberapa program kegiatan yang mampu memberikan penguatan karakter
kepada para siswanya, yaitu:

Sekolah : SMAN 1 Pangkalan Bun


Kelurahan : Raja
Kecamatan : Arut Selatan
Kabupaten : Kotawaringin Barat
Provinsi : Kalimantan Tengah
Moda : Daring

42 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Tujuan PEMBELAJARAN
Membiasakan siswa memiliki karakter dan berbudaya, beretika, peduli sesama,
lingkungan dan berjiwa Pancasila

Praktik Baik Penerapan Literasi Budaya dan Kewargaan di SMAN 1 Pangkalan


Bun

Jenis Skenario Pihak yang


No Tujuan Hasil
Kegiatan Pelaksanaan Terlibat

1. Kampanye Siswa mampu Berdiskusi dan • Siswa mampu • Kepala


Pencegahan mengetahui berkolaborasi melaksanakan Sekolah
Covid-19 salah satu antarguru mata beberapa • Wakil Kepala
kewajibannya pelajaran dan contoh kegiatan Sekolah
sebagai warga menentukan tema sebagai warga Kesiswaan
Negara untuk kampanye di hari negara yang
• Guru
bertanggung Pendidikan Nasional tahu dan
jawab dalam paham akan • Siswa
menjaga kewajibannya • Orang tua
lingkungan, • Siswa mampu
berempati dan percaya diri
dengan menampilkan
lingkungan beragam karya
sekitar terutama berupa gambar
dalam peduli himbauan dan
Covid-19 ajakan peduli
Covid-19
• Siswa mampu
menghasilkan
lukisan atau
gambar
himbauan,
kemudian
membuat
dokumentasi,
menyatukan
dengan foto
teman satu
kelas dan
mengunggah
di medsos
sebagai bagian
dari kampanye
peduli Covid-19

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 43
2. Upacara Siswa mampu • Ada jadwal • Siswa disiplin • Kepala
hari Senin memiliki kegiatan, dan dan tertib Sekolah
dan upacara semangat pembagian petugas mengikuti • Semua guru
hari besar persatuan upacara dan kegiatan
• Tenaga
nasional dan semangat pembagian kelas upacara
kependidikan
kebangsaan • Setiap sebelum • Siswa belajar
juga cinta tanah • Siswa
dimulai, ada memimpin,
air walaupun absen kehadiran kekompakan • Orang tua
masa pandemi dan pemeriksaan dan kerja sama
baju dan kerapian saat menjadi
rambut untuk siswa petugas
• Pelaksanaan di
zoom meeting,
dengan bergantian
petugas upacara
perwakilan kelas,
pembacaan
Pancasila, Sabta
Prasetya Pelajar,
menyanyikan Lagu
Indonesia Raya
• Guru memberi
apresiasi

3. Pembuatan Siswa mampu • Rapat kepala Siswa disiplin • Kepala


tata tertib disiplin dan sekolah, dewan dan tertib dalam Sekolah
selama tertib dalam guru, perwakilan pembelajaran • Semua guru
belajar daring melaksanakan orang tua, komite walaupun saat di
• Tenaga
termasuk kegiatan daring dan siswa tentang rumah dengan
kependidikan
pengaturan walaupun tanpa penentuan aturan memiliki etika
beretika diawasi guru saat belajar daring dan sopan santun • Komite
dalam dan tetap bisa • Sosialisasi di kelas dalam bahasa • Siswa
komunikasi mempraktikkan baik oleh guru mereka di media • Orang tua
daring dan praktik maupun perwakilan internet
pengaturan baik dalam OSIS
penggunaan pembelajaran di
• Pemantauan
baju daerah rumah
kegiatan
• Evaluasi kegiatan

4. Perlombaan Siswa mampu • Kesiswaan dan Siswa mampu • Kepala


kekompakkan memiliki OSIS menentukan memaknai kegiatan Sekolah
dan kerja karakter mampu lomba untuk perlombaan • Semua guru
sama bekerja sama, melatih kerja sama sebagai ajang
• Tenaga
kompak dalam dan kekompakkan bekerja sama,
kependidikan
menyelesaikan saat momen hari bersatu dalam
suatu misi nasional kekompakkan • Siswa
bersama • Mengumumkan untuk berkompetisi • Orang tua
ketentuan dan dalam
syarat lomba di memenangkan misi
Whatshapp Group bersama
sekolah dan kelas

44 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
• Pelaksanaan
kegiatan
perlombaan
• Penentuan juara
dan apresiasi dari
sekolah

Di awal pandemi, dengan adanya kepanikan dan ketakutan dari masyarakat, antarguru
berkolaborasi dalam beberapa mata pelajaran untuk memberikan peran kepada siswa
dengan proyek hasil karyanya agar bisa ikut berkontribusi dalam meminimalkan
penyebaran Covid-19 dengan berbagai kampanyenya: gambar kampanye dan ajakan,
proyek pembuatan sabun antiseptic dan video yang diupload di medsos. Harapan dari
tugas ini, mampu menggugah jiwa kemanusian siswa sekaligus mengedukasi mereka
dengan cara mereka untuk mereka dan untuk orang sekitarnya agar peduli dalam
upaya pencegahan Covid-19. Pembentukan karakter kemanusian, peduli dan berempati
sebagai bagian dari warga Indonesia ditumbuhkan saat para siswa mengerjakan
proyek.

Gambar 4.7 Kampanye peduli covid dan kampaye pencegahan covid


Sumber: https://www.instagram.com/p/B_mDsN-AtLG/?utm_medium=copy_link dan
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10212832346282731&set=pb.1811055320.-
2207520000..&type=3.

Kegiatan penanaman karakter melalui daring juga dilakukan dengan melaksanakan


upacara bendera setiap hari Senin secara virtual, walaupun tidak ada kegiatan
pengibaran bendera secara langsung. Dalam upacara virtual guru sebagai pembina
akan memberikan penguatan karakter saat menyampaikan amanat upacara, peserta
upacara pun wajib menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars SMANSA secara
bersama dengan menghidupkan mic-nya. Selanjutnya peserta upacara juga wajib

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 45
menirukan pembacaan Pancasila yang dibacakan oleh pembina upacara. Seiring waktu
dan melihat perkembangan selanjutnya upacara bisa dilakukan dengan pengibaran
bendera, walaupun dengan peserta dan petugas sangat terbatas. Tapi upacara tetap
wajib diikuti oleh seluruh warga sekolah melalui zoom. Proses upacara ini memerlukan
waktu dan teknis yang cukup komplek utamanya saat persiapan dan pengambilan
shootnya. Kegiatan upacara selain hari Senin, hanya dilakukan di hari-hari khusus.

Gambar 4.8 Upacara 17 Agustus 2021, virtual dan luring


Sumber: Screenshot saat zoom, upacara 17 Agustus 2021

Berikutnya untuk memupuk kesadaran siswa sebagai seorang manusia yang taat
terhadap Tuhannya, dan memberikan motivasi-motivasi dalam membentuk karakter
yang dilakukan setiap Jumat oleh pembina agama dan BP/BK yang sebelumnya tidak
dilakukan, saat ini sekolah sudah bisa mengakomodirnya dengan memberikan jadwal
khusus PPK di setiap Jumat pagi, sebelum kegiatan pembelajaran. Melalui aplikasi
zoom, guru BP/BK dan pembina keagamaan bisa berdiskusi bagaimana menjadi siswa
yang tetap bertanggung jawab, disiplin, dan taat tata tertib. Siswa yang rambutnya
tidak sesuai kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya, kemudian bisa berdiskusi
dengan siswa bahkan bekerja sama dengan orang tua untuk mengingatkan tentang
kesepakatan mereka dalam taat tata tertib sekolah.

Ketika beberapa orang tua mengeluh jika anak-anak mereka saat belajar daring
zoomnya dimatikan dan kadang siswa malah tertidur, atau disambil main game,
akhirnya sekolah mencoba membuat penyesuaian program dalam bentuk tata tertib
selama kegiatan daring. Perlunya pembatasan waktu presensi siswa, pemberian
nama ID akun belajar yang wajib sesuai nama identitas, bukan hanya panggilan dan
foto siswa dalam ID saja. Belajarnya juga diberlakukan agar guru dan siswa dalam
berkomunikasi bisa saling tahu wajah. Kemudian pengaturan seragam saat belajar
dari rumah, sehingga siswa tetap memiliki suasana belajar. Selama daring dari rumah,
siswa wajib menggunakan seragam sesuai hari yang sudah ditetapkan, kegiatan ini
bisa dipantau oleh wali kelas saat pagi mereka melakukan zoom untuk kehadirannya.
Siswa pun akhirnya bisa belajar untuk disiplin dan taat terhadap tata tertib yang ada.

46 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Gambar 4.9 Tata tertib daring
Sumber: TATIB DARING draft (1).pdf

Dalam rangka siswa ikut menjaga warisan budaya daerah, di hari Selasa minggu ke-4,
setiap bulannya siswa dan guru menggunakan baju adat khas Pangkalan Bun yaitu
baju Kuning saat daring. Siswa yang kebanyakan berasal dari orang tua pendatang
sangat diperlukan pengenalan kearifan lokal daerah tempat tinggalnya sekarang,
makna kuning yang artinya adalah keluhuran dan kemuliaan sesuai juga dengan nama
istana kerajaannya yaitu Istana Kuning. Harapan di balik simbol kuning dari baju adat,
menurut beberapa sumber dari pengurus istana Kuning adalah mengharap warga
Pangkalan Bun menjadi warga yang memiliki keluhuran budi pekerti dan kemuliaan
dalam hidup. Simbol yang jika siswa memahaminya dapat menumbuhkan rasa cinta
daerah yang nantinya akan lebih bangga dengan keragaman yang ada di Indonesia,
apalagi bagi para siswa pendatang.

Gambar 4.10 Pembelajaran daring setiap Selasa minggu terakhir dengan baju adat.
Sumber: Screenshot saat zoom.

Untuk tetap menumbuhkan iklim perjuangan, biasanya dalam setiap moment tertentu,
seperti peringatan hari besar, peringatan HUT SMAN 1 Pangkalan Bun, banyak diadakan
perlombaan mandiri oleh sekolah dan instansi terkait. Tujuan perlombaan utamanya
melatih siswa untuk memiliki keberanian, kerja sama, dan pantang menyerah sehingga
siswa memiliki jiwa kompetensi yang baik. Namun adanya pandemi mengubah berbagai
praktik lomba yang diadakan, seperti saat peringatan 76 tahun Indonesia Merdeka.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 47
Berdasarkan kesepakatan OSIS sebagai panitia lomba dengan Pembina Kesiswaannya,
hasil evaluasi saat HUT RI ke-75 terkait lomba pembuatan desain dan logo masker,
dimana kegiatan lomba dinilai cukup bagus namun dirasakan kurang meriah.

Untuk menjaga kemeriahan dan ekspresi semangat lomba tetap nampak, tahun ini
akhirnya disepakati bentuk-bentuk lomba seperti saat sebelum pandemi yaitu, lomba
makan kerupuk, memasukkan benang ke dalam botol dan meniup balon. Hanya saja
semua kegiatan lomba dilaksanakan di rumah siswa masing-masing dengan aturan
dan perlengkapan standar yang ditetapkan panitia. Pesertanya sangat antusias, dan
penontonnya juga banyak saat zoom berlangsung. Lomba sederhana namun karena
dilaksanakan dengan daring, dengan komunikasi terbatas, meminimalkan pertemuan,
kemudian peserta lomba dibatasi untuk tiap perwakilan kelas.

Dengan bentuk perwakilan kelas, maka pembelajaran bagaimana melakukan kerja


sama, kekompakan, saling menghargai satu dengan yang lain, terutama bagi panitia
OSIS sebagai pelaksana, tampak jelas dan nyata. Mereka wajib belajar bertanggung
jawab, percaya diri saat harus mewakili dan membawa nama kelasnya, juga pantang
menyerah untuk memenangkan pertandingan demi kelasnya.

Perlombaan ini menjadi bahan perbincangan di kalangan orang tua, karena mereka
ternyata tak kalah antusias dengan para putra putrinya, bahkan berharap ada lomba
yang mengikutsertakan orang tua saat anak mereka menjadi peserta lomba.

Gambar 4.11 Perlombaan daring melalui aplikasi zoom.


Sumber: Screenshot zoom.

48 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Walaupun kegiatan dilakukan menggunakan moda daring, harapannya tetap bermakna
bagi siswa, tetap bisa menumbuhkan karakter dan nilai-nilai Pancasila, tangguh, pantang
menyerah, mampu berkompetisi, taat pada perintah Tuhannya, saling peduli, mampu
bekerja sama dan berempati dengan lingkungan sekitar juga mampu menghargai dan
melestarikan kearifan budaya yang ada.

Beberapa kegiatan ini merupakan proyek pembelajaran yang tidak termasuk dalam
mata pelajaran, namun dari praktik-praktiknya, karakter baik sebagai salah satu hasil
dalam pembelajaran bisa tersisipkan. Siswa mampu melatih diri mengaplikasikan
berbagai pengetahuan, keterampilan dan olah rasa mereka. Belajar tidak hanya
menggunakan sumber guru dan buku, namun juga dari pengalaman-pengalaman yang
langsung mereka terima dan kerjakan.

Proyek III:
KEBERAGAMAN BUDAYA INDONESIA
Kawasan Temanggung yang berada di lereng pegunungan vulkan menjadikannya
wilayah subur dan memiliki keanekaragaman hayati tinggi sekaligus menjadi pusat
produksi bahan pangan. Sebagian penduduk yang bermata pencaharian sebagai
petani mengandalkan kehidupan dari sektor pertanian, baik dalam budidaya tanaman
pangan maupun tanaman budidaya non pangan. Budaya masyarakat khas petani Jawa
pegunungan yang berjalan beriringan dengan segala aktivitas masyarakat sehari-hari
menjadi kekayaan khas wilayah Temanggung yang harus dilestarikan.

Untuk itu SMA Negeri 2 Temanggung berupaya melakukan enkulturasi budaya


melalui pembelajaran di sekolah. Dalam beberapa mata pelajaran, diupayakan
untuk mengintegrasikan materi potensi lokal Temanggung, dengan harapan dapat
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan mengelola pelestarian budaya
daerah maupun nasional. Pembelajaran potensi lokal dilakukan dalam beberapa
mata pelajaran, salah satunya Geografi. Dalam aspek pengembangan pembelajaran
Geografi, berupaya mengembangkan literasi budaya kewargaan agar peserta didik
memiliki rasa bangga akan kekayaan budaya bangsanya, yang dimulai dari mencintai
budaya daerah hingga akhirnya dapat memaknai kebhinekaan sebagai sebuah “taman
bunga yang indah”.

Pembelajara literasi ini dilakukan oleh guru melalui beberapa cara, antara lain
pengayaan atau penugasan baik dalam mapel yang berdiri sendiri maupun secara
kolaborasi lintas mata pelajaran. Praktik baik literasi budaya kewargaan yang dilakukan
dalam mata pelajaran Geografi dilakukan secara terintegrasi dalam mata pelajaran,
khususnya dalam Kompetensi Dasar Menganalisis Keragaman dan Persebaran Budaya
di Indonesia, dengan memilih tema berbeda setiap tahunnya.

Nama Sekolah : SMA NEGERI 2 Temanggung


Desa : Giyanti

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 49
Kecamatan : Temanggung
Kabupaten : Temanggung
Provinsi : Jawa Tengah
Mata Pelajaran : Geografi
Moda : Luring dan Daring
Kelas : XI

Kompetensi Dasar
1. Menganalisis keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional berdasarkan
keunikan dan sebaran.
2. Membuat peta persebaran budaya daerah sebagai bagian dari budaya nasional.

Tujuan Pembelajaran
1. Mengidentifikasi keragaman budaya bangsa sebagai identitas nasional berdasarkan
keunikan dan sebaran.
2. Membuat kampanye keragaman budaya Indonesia melalui proyek “Stan Multikultural
Kolaborasi”.

Untuk tema Keragaman Budaya Bangsa, di awal pembelajaran siswa diminta untuk
bisa mengamati budaya yang ada di lingkungan sekitar yang biasa mereka temui
sehari-hari; baik adat istiadat, bahasa yang digunakan, pakaian tradisional yang sering
digunakan, makanan tradisional yang sering ditemui, kemudian siswa bisa menuliskan
hasil pengamatan sederhananya. Selanjutnya saat pembelajaran di awal guru membagi
siswa dalam 6 kelompok, dengan sub tema pembahasan yang berbeda pada tiap
kelompok yaitu:
1. Faktor geografis keragaman budaya di Indonesia
2. Persebaran keragaman budaya di Indonesia
3. Pembentukkan kebudayaan Indonesia
4. Proses persebaran budaya di Indonesia
5. Daerah keragaman budaya di Indonesia
6. Pengaruh budaya pada ekonomi kreatif dan pariwisata

Kemudian kelompok tersebut mencari referensi cetak yang ada di perpustakaan


sekolah sekaligus referensi yang ada di internet, sesuai topik yang menjadi bagiannya.
Membuat laporan dari hasil dipresentasikan di kelas, selanjutnya kelompok lain
ditugaskan untuk menganalisis informasi dari kelompok yang presentasi dan bisa
mengajukan pertanyaan, maupun saran jika menemukan konsep yang berbeda.
Dari sini mereka mulai lebih mengetahui bahwa di setiap daerah memiliki keunikan
dan kekhasan dalam ciri budayanya, mereka juga mampu membuat peta sederhana
tentang persebaran budaya berdasar letak geografisnya, dan bagaimana budaya
setiap wilayah saling mempengaruhi.

50 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Setelah membuat kesimpulan untuk setiap sub tema dalam tiap kelompok selanjutnya
para siswa dalam kelompoknya mulai membuat rancangan proyek “Stan Multikultural
Kolaborasi” untuk keragaman budaya yang ada di lingkungan wilayah setempat atau
nusantara berdasarkan hasil diskusi, dengan memasukkan berbagai macam referensi
yang didapat baik dari buku cetak, internet, hasil diskusi, wawancara dan pengamatan
yang ada di lingkungan sekitar siswa. Diskusi dan konsultasi proyek juga dilakukan
kepada beberapa guru sehingga proyek geografi ini tidak hanya mempresentasikan
satu macam mata pelajaran namun beberapa mata pelajaran antara lain, PKN, Bahasa
Indonesia, Seni Budaya dan Bahasa Inggris.

Stand dirancang dengan tema yang dipilih oleh setiap kelompok untuk mempresentasikan
daerah dan budaya khas yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, ada Jawa Timur,
Sulawesi, Sumatera dan lainnya. Di setiap stand siswa membagi tugasnya untuk
membuat karya seni (budaya) yang bisa ditampilkan, kemudian siswa lain bertugas
untuk mempresentasikan karyanya jika pengunjung datang, baik presentasi dalam
bahasa Indonesia maupun Inggris, kemudian juga menulis narasi tentang hasil yang
didapat selama persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yang dilakukan.

Nilai-nilai karakter apa saja yang mereka dapat saat mereka harus bekerja sama dalam
membuat proyek pameran, bagaimana menyikapi beragamnya budaya yang ada di
Indonesia, dan juga menuliskan bagaimana kiprah mereka sebagai generasi muda untuk
melestarikan budaya beragam yang ada tetap dikenal untuk generasi masa depan.
Kegiatan pembelajaran yang mulai ditunggu setiap tahunnya saat siswa kelas XI karena
mereka bisa menunjukkan hasil kerja bersama mereka dengan berbagai persiapannya,
namun setelah pandemi kegiatan yang mereka bisa gunakan untuk unjuk eksistensi diri
mereka belum bisa dilaksanakan lagi secara offline namun tergantikan dengan stand online,
adanya pembatasan tatap muka juga menyebabkan penugasan kelompok tergantikan
dengan stand individu yang memang mengurangi kegregetan kegiatan ini.

Namun walaupun kegiatan dalam bentuk stand online, siswa tetap bisa mendapat
berbagai pengetahuan tentang beragamnya budaya Indonesia, mereka dapat meng­
ekspresikan diri mereka dengan menggunakan adat atau budaya yang mereka ingin
wakili, mereka bisa searching dari berbagai link dan diskusi melalui Whatsapp Group,
juga bersama teman dan gurunya, walaupun tidak semaksimal saat bisa tatap muka.

Stan Multikultural Kolaborasi

Gambar 4.12 Hasil Praktik Baik


Sumber: https://www.facebook.com/100000144405526/posts/2348686121812845/?app=fbl

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 51
“Stan Multikultural Kolaborasi” ONLINE

Gambar 4.13 Foto stand virtual beragam budaya


Sumber: https://www.instagram.com/p/CR1gqD7tOco/?utm_medium=copy_link dan https://
www.facebook.com/100000144405526/posts/4736070636407703/

52 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Bab V
Pembelajaran Berbasis Proyek di SDLB, SMPLB,
SMALB

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang dirancang khusus untuk anak-
anak disabilitas atau anak berkebutuhan khusus dimana dalam satu unit SLB biasanya
terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, hingga lanjutan. SLB memiliki
beberapa kategori menurut kebutuhan khususnya yaitu:
1. SLB bagian A untuk anak Tunanetra
2. SLB bagian B untuk anak Tunarungu
3. SLB bagian C untuk anak Tunagrahita
4. SLB bagian D untuk anak Tunadaksa
5. SLB bagian E untuk anak Tunalaras
6. dan SLB bagian F untuk anak Tunaganda

Dengan berbagai kategori tersebut, maka pembelajarannya tentu memiliki


karakteristik yang khusus dibanding dengan sekolah umum. SLB cenderung
memberikan pembelajaran yang bersifat individu dan bimbingan-bimbingan khusus,
namun secara umum bertujuan untuk menyiapkan peserta didik hidup dengan
mengarahkan siswa tidak hanya untuk mengetahui tetapi juga pada penerapan dalam
kehidupan nyata, untuk mengembangkan jati diri dan membentuk sikap hidup dalam
kebersamaan. Pembelajaran dilakukan secara bertahap, berpusat pada potensi,
perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, siswa sebagai sentral untuk
mengembangkan potensinya (Sunardi, 2010).

Sehingga dalam kegiatan literasi budaya dan kewargaan, SLB tentu memiliki berbagai
proyek kegiatan yang berpusat dan khusus untuk setiap siswanya sesuai dengan
kekhususan yang dimiliki. Kegiatan bisa berupa kegiatan pembelajaran dalam
mata pelajaran maupun dalam kegiatan-kegiatan praktik pembiasaan yang mampu
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan unik sesuai dengan karakter
masing-masing siswanya. Beberapa praktik pembelajaran dan pembiasaan tersebut
antara lain adalah:

Proyek I:
Literasi Budaya di SLB Bhakti Kencana
Penyebaran Coronavirus Disease 19 membawa konsekuensi pada semua sektor
tak terkecuali pada sektor pendidikan. Semua pemangku kebijakan dan pelaksana
lapangan di bidang pendidikan harus mampu menyikapi perubahan yang ada, dengan
menomorsatukan pertimbangan kesehatan dan keselamatan. Hal ini secara terperinci
dituliskan dalam SE Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 53
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa Darurat Penyebaran Coronavirus
Disease (COVID-19), antara lain: keselamatan dan kesehatan peserta didik serta
pendidik; memberikan kegiatan belajar bermakna berfokus pada kecakapan hidup;
bersifat inklusif sesuai dengan usia, jenjang pendidikan, konteks budaya, karakter dan
kekhususan tiap peserta didik.

Hal di atas sejalan dengan proses pendidikan yang dilaksanakan di SLB Bhakti Kencana
yang menekankan pada penerapan life skill dan cinta budaya dengan mengacu
pada minat dan bakat siswa. Potensi siswa yang dikembangkan antara lain melalui
keterampilan, olahraga, dan kesenian. Pengembangan kesenian yang diakomodasi
antara lain seni tari, seni teater, seni lukis, kriya batik, dan kriya kayu. Pembelajaran di
SLB Bhakti Kencana dikelompokkan dalam berbagai rombel (rombongan belajar) yang
di dalamnya kemungkinan berisi siswa dengan perbedaan jenjang kelas dan ketunaan.
Pelaksanaan pembelajaran kali ini dilakukan pada siswa jenjang SMPLB Tunarungu dan
Tunagrahita dengan peminatan seni tari, seni lukis, dan seni teater.

Satuan Pendidikan : SMP-LB Tunagrahita dan Tunarungu Bhakti


Kencana
Desa : Tegaltirto
Kecamatan : Berbah
Kabupaten : Sleman
Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta
Kelas/Semester : VIII-IX
Muatan Pelajaran : Seni Budaya
Fokus Pembelajaran : Seni Tari, Seni Teater, Seni Rupa
Moda : Luring dan Daring

Kompetensi Dasar
Seni Tari
1. Mengenal dinamika gerak ari nusantara
2. Mempraktikkan gerak Tari Candik Ayu menggunakan musik
Seni Teater
1. Mengenal unsur gerak dalam seni pantomim
2. Mempraktikkan gerak pantomim menjadi sebuah cerita “Bermain Layang-Layang”
Seni Rupa
1. Mengenal karya seni 2 dimensi
2. Membuat karya seni 2 dimensi

Berdasarkan pertimbangan kesehatan, keamanan dan keefektifan pembelajaran


maka dipilihlah metode blended learning yang merupakan gabungan antara belajar

54 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
daring (tatap mata) dan luring (tatap muka). Pembelajaran daring dilakukan melalui
aplikasi Whatsapp dalam bentuk chat, voice call maupun video call untuk diskusi dan
pemberian tugas mandiri. Setiap pagi guru menyapa peserta didik melalui Whatsapp
Group ataupun video call untuk memberi motivasi pagi dan rencana kegiatan.

Program Life skill dan Activity Daily Living ditetapkan berdasarkan asesmen awal masuk
tahun pelajaran dan bisa disisipkan pada setiap pembelajaran. Rasa percaya diri sangat
perlu dikembangkan bagi anak berkebutuhan khusus sebagai bentuk aktualisasi diri.
Pembelajaran yang mengharuskan praktik, sekolah memfasilitasi dengan media yang
diperlukan. Adapun langkah-langkah pembelajaran merupakan gabungan dua moda
yaitu secara daring dan luring,adalah sebagai berikut:

Daring (Tatap Maya) Luring (Tatap Muka)

• biasanya guru menyapa melalui grup wa kelas, • Siswa mampu berlatih dan percaya diri
menanyakan kabar dan memberi semangat Kegiatan tatap muka dilakukan saat
melalui pesan tertulis maupun voice mail. membutuhkan lebih banyak praktik dengan
• Menggiatkan life skill melalui Activity Daily standar prokes dan jumlah siswa yang terbatas,
Living dengan pendampingan orang tua dengan izin dan sering kali didampingi orang
dirumah, guru dibantu orang tua menyampaikan tuanya. Siswa diatur jadwal dan ruangannya
tujuan kegiatan pembelajaran sehingga guru sehingga tidak perlu berkumpul dengan teman
bersama orang tua dan siswa bisa saling lainnya. Selanjutnya siswa dibagi sesuai bidang
diskusi untuk menentukan kegiatan yang akan yang diminati dan diarahkan ke ruang yang
dilakukan dalam pembelajarannya sudah ditentukan dibantu oleh para guru yang
menguasai bidangnya.
• whatsapp (video call, chat maupun voice note)
• Seni tari: dilakukan saat belajar menggunakan
• Siswa dibantu orang tua memPraktikan hasil
make up, mengenakan kostum dan praktik Tari
kegiatan tatap muka terbatas yang diterimanya
Candik Ayu
di sekolah kemudian dengan dibantu orang tua
membuat video rekaman yang berisi tentang: • Seni teater: dilakukan saat belajar
οο Urutan gerak tari/pantomim (seni tari dan menggunakan make up dan praktik gerakan
seni teater) sesuai alur cerita “Bermain Layang-Layang”

οο Teknik menggunakan cat akrilik pada kanvas • Seni Lukis: dilakukan saat Praktik melukis di
(seni lukis) kanvas menggunakan cat akrilik dengan judul
“Penari Bali”
• Dari kegiatan yang dilakukan guru membuat
laporan kemajuan belajar pekanan untuk
disampaikan kepada siswa sekaligus orang
tuanya

Tak dipungkiri terdapat kendala dan hambatan selama melakukan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) atau Belajar dari Rumah (BDR). Masalah klasik seperti sinyal yang buruk,
ketersediaan fasilitas yang kurang maupun kemampuan dalam mengoperasikan
handphon. Disamping itu mengkondisikan mood belajar anak atau siswa setiap hari,
butuh perjuangan tersendiri, terutama bagi orangtua. Penyelesaian tugas sesuai target
pun kadang belum terpenuhi karena ada distorsi jarak antara guru dan peserta didik
yang menyebabkan konsistensi semangat belajar tidak terjaga dari pagi hingga siang.
Oleh karena itu motivasi pagi yang dilakukan sangatlah penting untuk mendongkrak
semangat belajar peserta didik setiap hari.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 55
Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap pekan dengan melakukan komunikasi
bersama orangtua. Masukan-masukan tersebut digunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan kegiatan BDR pada pekan berikutnya. Termasuk ketika tugas yang
diberikan pekan sebelumnya belum tuntas, maka dapat dituntaskan pada pekan
selanjutnya.

Nilai positif BDR yang sangat relevan adalah bonding antara orang tua dan anak serta
komunikasi dua arah yang intens antara guru dan orang tua dalam rangka melayani
kebutuhan belajar peserta didik. Walaupun pastinya kegiatan pembelajaran ini tidak
maksimal, namun dengan adanya metode blended learning dan dengan dukungan orang
tua siswa harapannya kegiatan pembelajaran bisa tetap mengakomodasi kepentingan
siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
Blended learning sebagai metode pembelajaran untuk siswa dengan keadaan khusus
bisa memberikan pengalaman belajar yang lebih, mereka tetap bisa mendapatkan
pembelajaran langsung utamanya sesuai dengan tema yaitu mengaktualisasi diri
mereka dengan pengalaman mengenal berbagai ragam budaya secara langsung dan
dengan beberapa materi yang disampaikan melalui daring, walaupun daring pastinya
memperhatikan berbagai kondisi kekhususan siswa.

Dokumentasi Kegiatan Literasi Budaya selama Pandemi

Gambar 5.1 Seni tari: Tari Candik Ayu oleh Nurul Kholifatus Zaroh
Sumber: Koleksi foto hp dari Ibu Ristanti, S.Pd

56 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Gambar 5.2 Seni Teater: Pantomim Bermain Layang-Layang oleh Ikhsan Fauzi
Sumber: Koleksi foto hp dari Ibu Ristanti, S.Pd

Gambar 5.3 Seni Lukis: Penari Bali oleh Fajar Akbar Al-Ma’arif
Sumber: Koleksi foto hp dari Ibu Ristanti, S.Pd

Proyek II:
Kamis Budaya (Kreativitas Menembus Batas)
SLB Mutiara Bangsa adalah satu-satunya sekolah SLB Swasta yang ada di kecamatan
Sukorejo yang memiliki 42 siswa dengan berbagai kekhususannya. Dengan misi untuk
“memandirikan”, sekolah ini berusaha membekali para siswa untuk bisa bertanggung
jawab dan berdiri dengan percaya diri dalam kesehariannya. Kegiatan pembelajaran
tentunya diberikan dengan kurikulum khusus sesuai dengan karakteristik siswa yang
ada, tentunya dengan kekhususan ini SLB Mutiara Bangsa berusaha tidak hanya
membekali siswa dengan pengetahuan, namun juga berbagai keterampilan dan
penguatan karakter. Salah satu kegiatan andalannya adalah kegiatan pembiasaan
dalam rangka membentuk karakter yang disebut dengan Kamis Budaya.

Satuan Pendidikan : SLB Mutiara Bangsa


Kecamatan : Sukorejo

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 57
Kabupaten : Kendal
Provinsi : Jawa Tengah
Moda : Luring dan Daring
Kegiatan : Pembiasaan dalam Pembentukan Karakter

Tujuan Pembelajaran
Setiap Kamis membiasakan anak untuk mengenal berbagai bentuk seni tradisi daerah.
Menghargai dan melestarikan berbagai seni tradisional.

Praktik Baik Penerapan Literasi Budaya dan Kewargaan di SLB Mutiara


Bangsa
Pihak
Skenario
No Jenis Kegiatan Tujuan Hasil yang
Pelaksanaan Terlibat

* Kamis Budaya • Siswa dengan • Membuat rencana • Siswa mampu • Kepala


kebutuhan kegiatan budaya mandiri Sekolah
khususnya setiap kamis melaksana­ • Guru
mampu beserta jadwal kan kegiatan
• Siswa
mempraktik kegiatan yang bertema
pembuatan dimulai dari budaya dan • Orang
motif batik, menari daerah memaknainya Tua
bermain (mendengarkan • Siswa mampu
permainan musik lagu dan percaya
tradisional daerah), membatik, diri dengan
dan makanan permainan karya yang
tradisional tradisional dan dihasilkan
Indonesia makan makanan
• Siswa mampu
• Siswa merasa tradisional
menghasilkan
bangga • Menginformasikan karya dan
dengan kepada siswa dan diikutkan
beragam orang tua mengenai pameran
budaya kegiatan yang ada
yang dimiliki dan pengaturan
Indonesia jadwal kehadiran
siswa (prokes).
• Siswa
melaksanakan
kegiatan di
samping guru,
sekaligus memberi
pemahaman
tentang makna
yang dapat mereka
dapatkan saat
kegiatan.

58 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
• Guru memajang
karya siswa di
sosmed
• Guru memberi
apresiasi

Literasi budaya di SLB Mutiara Bangsa diselenggarakan setiap hari Kamis. Berawal dari
peraturan pemakaian pakaian adat daerah oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo, bahwa setiap hari Kamis setiap instansi pemerintah dan sekolah termasuk
SLB mengenakan pakaian daerah. SLB Mutiara Bangsa mengawali pelaksanaan dari
guru dan karyawan. Melihat kebiasaan baru ini, anak-anak terlihat senang, terpancar
dari binar mata setiap kali melihat guru-guru memakai kebaya dan beskap. Dari sini
muncul ide kenapa tidak sekalian saja, anak-anak juga memakai pakaian daerah, dan
sekaligus diisi dengan kegiatan pengenalan berbagai budaya Indonesia, sehingga
disebut dengan Kamis Budaya.

Berbagai kegiatan bertema budaya dirancang dengan menyesuaikan bakat, minat


dan berbagai keterbatasan yang dimiliki para siswa sekaligus untuk melatih skill,
kemampuan motorik dan penanaman karakter untuk lebih mengenal, dan mencintai
budaya beragam yang dimiliki Indonesia. Setiap hari kamis disusun berbagai praktik,
dari menari Tarian Buto Buto Galak untuk memberikan semangat pagi, kemudian
membatik untuk melatih motorik halus siswa. Kemudian jam berikutnya siswa bisa
mencoba berbagai permainan tradisional dari bakiak, bekel, dakon, egrang dan lainnya.
Selanjutnya di siang hari mereka diajak untuk makan bersama jajanan tradisional yang
biasanya disajikan adalah umbi-umbian rebus dan jagung rebus.

Pada saat awal pandemi, kegiatan tidak bisa terlaksana dengan maksimal. Namun
seiring dengan waktu dan berbagai penyesuaian, akhirnya kegiatan bisa dilaksanakan
dengan moda campuran daring dan luring, tentunya tetap dengan prokes ketat dan
seizin para orang tua siswa. Sebenarnya luring dilakukan karena juga permohonan
orang tua karena mendampingi anak dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus
tentunya sangat berbeda dengan anak yang kondisi biasa.

Sebelum kegiatan Kamis Budaya, guru sebelumnya sudah memberikan informasi


melalui Whatshapp Group kelas (sekaligus orang tua) tentang jadwal dan siswa siapa
saja yang masuk di hari Kamis setiap minggunya, kemudian siapa guru pendamping
setiap siswa dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan serta ruang yang akan
digunakan para siswa.

Pada hari Kamis pagi setelah siswa yang sesuai dengan jadwal kehadirannya
tiba, mereka diajak ke halaman untuk berjajar dengan tetap jaga jarak, kemudian
diperdengarkan tarian Buto Buto Galak dengan musik yang bersemangat. Mereka
diajak menari sesuai gerakan guru yang ada di depannya. Para siswa yang tunanetra
bisa mendengarkan dan bergerak dengan didampingi guru di sebelahnya. Hanya saja,
saat pandemi kegiatan ini sulit dilakukan sehingga kadang diisi dengan mendengarkan
musiknya saja.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 59
Selesai tarian, para siswa diarahkan untuk membatik, tentunya dengan memperhatikan
kekhususan yang dimiliki siswa. Untuk siswa tunanetra diberikan pengenalan dasar
tentang alat dan bahan membatik, ada wajan, canting, kompor, kain, dan malam
sebagai pembatas motif serta berbagai bahan pewarna alam. Siswa tunanetra bisa
meraba dan mencium bau untuk mengenalinya, bahkan dari salah satu tunanetra
dengan pengalamannya mampu menciptakan puisi yang bercerita tentang mengenal
batik dan pewarna alam. Inilah Puisi Iko:

Menghirup Alam
Hidungku kembang kuncup
Bersentuhan dengan ruapan ragam aroma
Jiwaku menari dalam riak gelap nan teduh
Bau begitu manis mengalun lembut
Pada harumnya buah joho aku terhanyut
Hanya sesaat
Datang bau lain yang mengacak-acak perut
Indigofera, aromamu seperti dedaunan yang membusuk ribuan tahun
Ku berlari menghindarimu
Setelah lelah nafas menyisakan ruang bagi aroma lain
Tinggi, kulit kayu pohon mangrove
Baumu begitu basah
Membawaku mengembara di pantai
Dengan kaki telanjang, lepas, bebas, berdebur dengan ombak
Hidungku menjelajah riang
Bongkahan malam mulai mencair seperti lilin disentuh api
Lelehan malam ku torehkan dengan canting
Kulitku meronta
Cairan panas meneteskan rasa sengsara
Entah kenapa
Sesuatu dalam diri, menahanku untuk tetap setia
Bertahan pada panas yang berubah menjadi rasa nikmat bergelora
Aku bercinta dengan semua aroma dan rasa
Dalam lembaran kain dan lelehan malam
Aku terpesona dan tenang

Bagi anak-anak yang sudah memiliki kemampuan membatik, mereka mulai


menggunakan cantingnya untuk mengisi warna pada berbagai pola yang telah
digambar di kain putih. Untuk siswa dengan kemampuan terbatas, mereka bisa
membatik dengan teknik menciprat bebas sehingga menciptakan pola titik titik yang

60 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
berbeda beda, sementara bagi siswa Cerebral Palsy dengan kekakuan jari, mereka
boleh mengoleskan malam dengan kuas yang digenggam selanjutnya dicoretkan di
kain, tentunya dengan pendampingan guru. Kegiatan ini pun dengan bantuan orang
tua bisa dilakukan di rumah. Pada saat anak praktik, guru pendamping dan orang
tua bisa memberi informasi tentang makna batik yang sedang mereka kerjakan dan
makna di balik motif-motif batik yang ada.

Batik berasal dari kata Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik
sendiri merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh “malam” (wax) yang
diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye).

Batik cipratan sendiri, berawal dari kegiatan membatik bagi anak-anak spesial dengan
kategori down syndrome, tunagrahita sedang, dan autis sedang, sampai berat. Anak-
anak dengan kategori tersebut kebanyakan memiliki kemampuan yang terbatas, baik
dalam bidang akademik juga bidang motorik dan sosial. Motif cipratan dibuat dengan
cara yang sederhana, tanpa pola dan tanpa gambar sebagaimana biasanya dilakukan
dalam tahapan membatik tulis. Sehingga dalam proses pembuatan batik cipratan
sangat mungkin dilakukan oleh anak-anak yang mengalami hambatan tertentu.

Mutiara Bangsa, mengenal batik cipratan dari SLBN Semarang. Saat ada pelatihan
bagi guru SLB, kami mengirimkan satu siswa autis, Ahmad Priyadi dan satu guru untuk
belajar bagaimana membuat batik ciprat. Pulang dari kegiatan pelatihan, kami melihat
ternyata Ahmad bisa menguasai kegiatan membatik, bahkan punya kemampuan lebih.

Untuk keamanan dan kesehatan siswa, pewarna batik digunakan pewarna alam.
Indigofera untuk warna biru, mahoni untuk merah kecoklatan, secang untuk warna
oranye dan pink, joho untuk hitam dan hijau, mangrove untuk merah kecoklatan.

SLB Mutiara Bangsa melayani anak-anak dengan berbagai hambatan, mulai dari
tunanetra, tunarungu wicara, tunagrahita, tunadaksa, autis dan ADHD. Pada saat
kegiatan membatik, siswa bisa belajar tentang betapa beragam dan indahnya motif
batik yang beragam. Percikan malam dari setiap anak, akan menghasilkan pola yang
berbeda. Untuk anak tunagrahita dan tunadaksa karena motorik mereka terhambat,
maka cipratannya menjadi pola yang besar-besar. Berbeda dengan cipratan yang
dihasilkan oleh anak-anak tunarungu, cipratannya kecil-kecil dan teratur.

Karya batik SLB Mutiara Bangsa, semakin berkembang, tidak hanya sebagai kegiatan
di hari Kamis saja, tetapi sudah menjadi salah satu kegiatan unggulan di SLB Mutiara
Bangsa dan sudah banyak dikenal di berbagai kalangan, bahkan sampai di beberapa
Negara, seperti Jepang, Belanda, Australia, Amerika. Siapa menyangka, batik buatan
anak-anak spesial ini bisa tampil di beberapa pameran tingkat nasional.

Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, Mutiara Bangsa
melaksanakan gelar karya batik secara periodik, dengan melibatkan pegiat batik
daerah serta SMK yang ada di wilayah Kabupaten Kendal. Pakaian seragam guru dan
siswa SLB Mutiara Bangsa juga menggunakan batik sendiri, membuat sekolah sangat
bangga. Keterbatasan yang ada pada anak-anak di Mutiara Bangsa bukan menjadi
hambatan untuk bisa melakukan suatu karya yang indah. Semua anak memiliki

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 61
kemampuan yang berbeda, dalam keberbedaan inilah muncul karya-karya yang
memiliki nilai tinggi, termasuk karya batik yang akhirnya kami beri label BEA (Batik
Ekspresi Alam) Mutiara Bangsa.

Gambar 5.4
Sumber: https://sigijateng.id/2019/batik-karya-anak-anak-slb-mutiara-bangsa-patean-
tembus-luar-negeri/

Selesai para siswa belajar tentang batik, mereka kemudian bisa bermain (dolanan)
dengan berbagai permainan tradisional yang ada, tentunya tetap dengan menyesuaikan
kebutuhan khusus siswa, dengan pendampingan para gurunya. Untuk anak tunanetra
bisa mencoba bakiak bersama guru pendampingnya untuk belajar kekompakkan
dan kerja sama, belajar mendengar aba-aba dan keseimbangan. Namun pandemi
juga menyebabkan permainan ini belum bisa dimainkan, hanya saja siswa tetap bisa
mencoba permainan individu seperti bekel, egrang dan dakon.

Kamis Budaya yang saat sebelum pandemi diakhiri dengan menikmati makanan
tradisional berupa rebusan umbi-umbian, sambil makan anak bisa bercerita tentang
pengalaman mereka mengikuti kegiatan mereka. Selama wabah Covid-19 berlangsung,
kegiatan ini tidak bisa berlangsung, namun guru sudah berkoordinasi dengan para
orang tua siswa untuk menyiapkan makanan tradisional di rumahnya.

Literasi budaya mengajarkan siswa arti menghargai budaya bangsa dengan kedalaman
makna. Dolanan bareng, membatik, merupakan budaya yang diperkenalkan untuk
memahami kearifan lokal yang mengajarkan arti kebersamaan dan kesatuan serta
kekuatan yang dibangun dengan cara yang sederhana. Secara perlahan namun pasti,
semangat dan keinginan untuk berkarya tanpa batas, bekerja tanpa lelah, muncul
dengan begitu kuat meruntuhkan semua keterbatasan, karena sesungguhnya yang
menjadi penghalang untuk melangkah bukan kondisi dari tubuh, melainkan pikiran
sendiri.

Dengan memanfaatkan kebijakan Kamis berbaju adat, SLB Mutiara Bangsa mampu
membuat kebijakan menjadi praktik pembelajaran yang beragam namun dengan tema
yang sama yaitu budaya, sehingga para siswa dengan kondisi khusus mereka pun
bisa memiliki pengalaman belajar langsung walaupun dengan keterbatasan pandemi.
Mereka bisa mengaktualisasikan diri sesuai bakat dan ketertarikan dengan budaya
tradisional, otomatis siswa mampu membekali diri untuk memiliki rasa cinta kepada
budaya Indonesia dan lebih mengenal keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

62 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Gambar 5.5 Ahmad Priyadi, Autis dan Dian Gambar 5.6 Ambar, down syndrome,
Tunagrahita sedang mencanting. menciprat.
Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Gambar 5.7 Abkar, Cerebral Palsy, Mencoret Gambar 5.8 Ciprat…ciprat...


“malam” dengan kuas.
Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Gambar 5.9 Proses Gambar 5.10 Batik Ekspresi Gambar 5.11 Tanaman
mengeringkan Batik Ekspresi Alam Mutiara Bangsa motif indigofera, salah satu bahan
Alam Mutiara Bangsa motif kopi dengan pewarna alam pewarna alam.
bunga cengkeh dengan dari mahoni.
pewarna alam indigofera.
Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 63
Gambar 5.12 Gelar Karya Batik Ekspresi Alam Mutiara Bangsa, 2 Oktober 2019.
Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Gambar 5.13 Ready to wear Batik Ekspresi Alam Mutiara Bangsa.


Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Gambar 5.14 Gelar Karya Batik Ekspresi Alam Mutiara Bangsa


Sumber: koleksi foto di hp Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd

64 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Gambar 5.15 Siswa dan tenaga pendidik SLB Mutiara Bangsa dengan Batik Ekspresi Alam.
Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Gambar 5.16 Dolanan bakiak.


Sumber: Koleksi foto Ibu Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 65
Bab VI
Penutup

Literasi budaya dan kewargaan yang ada dalam buku ini diambil dari praktik baik
dan inspirasi dari beberapa sekolah yang ada di Indonesia. Tentu saja setiap daerah
dapat membuat praktik baik berdasarkan lokalitas yang ada. Sejauh ini, pandemi
dapat menjadi inspirasi agar para guru mengeksplorasi pengalaman dan lingkungan
sekitarnya untuk melahirkan praktik baik yang relevan dengan konteks sekolahnya.

Besar harapan agar praktik baik literasi budaya dan kewargaan yang dikaitkan dengan
berbagai tema pelajaran dalam buku ini bermanfaat untuk menumbuhkan identitas
siswa Indonesia. Artinya, siswa Indonesia tidak hanya harus mengenal dirinya, kapasitas
dan potensinya, akan tetapi juga menyadari bahwa ia merupakan anggota masyarakat
Indonesia yang mengenal kekayaan budaya bangsa. Pengenalan terhadap Indonesia
yang beragam ini akan menumbuhkan semangat cinta tanah air dan semangat untuk
membela bangsa.

66 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Daftar Pustaka

Aziza, Puja Nur. Peran Guru dalam Implementasi Literasi Budaya dan Kewargaan di
SMA Kemala Bhayangkari. Pontianak: Prodi Sosiologi Universitas Tanjungpura,
2019.
GLN Kemendikbud. Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan, Jakarta:
Kemendikbud, 2017.
Kottak, C.P. Cultural Anthropology: Appreciating Cultural Diversity, New York:
McGraw Hill, 2015
Sari, Dwi Arum dan Supriyadi. Penguatan literasi budaya dan kewargaan berbasis
sekolah di sekolah menengah pertama. Jurnal Citizenship, Vol. 4 No.1, 2021.
Syukur, Yanuardi. Literasi Budaya dan Kewargaan: Konsep, Pengembangan dan Praktik
di Masyarakat. Jakarta: Kemendikbud, 2018.
Yusuf, Rusli, et all. Tinjauan Literasi Budaya dan Kewargaan Siswa SMA se-Kota Banda
Aceh. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2, Mei 2020.

Media Internet:
GLN Kemendikbud. “Materi Pendukung Literasi Budaya dan Kewargaan”, https://
gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-budaya-dan-kewargaan/. Jakarta:
Kemendikbud, 2017.
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/upload/filemanager/2021/06/6%20Modul%20
Literasi%20Budaya%20dan%20Kewargaan.pdf
http://e-journal.uajy.ac.id/10799/3/2TA14310.pdf
http://pendyrafadigital.blogspot.com/2016/10/karakteristik-peserta-didik-anak-sma.html
http://sangkaicity.blogspot.com/2016/05/warna-dan-artinya-dalam-suku-dayak-ngaju.html
https://edukasi.kompas.com/read/2020/02/22/21315601/indonesia-punya-718-
bahasa-ibu-jangan-sampai-punah?page=all
https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa/kebudayaan/suku-bangsa
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkalbar/wp content/uploads/
sites/22/2017/10/BENANG-BINTIK-KALTENG.pdf
https://www.facebook.com/100000144405526/posts/2348686121812845/?app=fbl
https://www.facebook.com/100000144405526/posts/4736070636407703/
https://www.facebook.com/100001580951759/videos/171767798274663/
https://www.facebook.com/100001580951759/videos/176229927880469/
https://www.facebook.com/100001580951759/videos/494290068304260/
https://www.facebook.com/andri.mangestiwi/posts/10205703474425390?__cft__
[0]=AZV2vp_ddOG-GJgna0KKDqcDxxD2uZgsKvyE4WtzRfNP6jjXpfr7uaeqIzv
cnhmNXJER2ElM4ApwvaQqzhXhYuqok129C8ilILt2KHzXLJH5uKyZ7uNkn47Kw
EBKkXSz1rA&__tn__=%2CO%2CP-R
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/27/benang-bintik-lukisan-
kehidupan-suku-dayak-ngaju-kalimantan-tengah
https://www.instagram.com/p/CF4MdwjgjlT/?utm_medium=share_sheet
https://www.instagram.com/p/CR1gqD7tOco/?utm_medium=copy_link
Indonesia.go.id, 3/12/2017
Kompas.com, 22/2/2020

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 67
Profil Penyusun

Penulis
Yanuardi Syukur, S.Sos, M.Si, adalah pengajar Antropologi
Universitas Khairun, Ternate yang merupakan Kandidat Doktor
Antropologi FISIP UI. Sejak 2004-2021, telah menulis lebih dari 80
judul buku dalam topik agama, sosial, politik, dan literasi budaya
dan kewargaan. Pada tahun 2008, lulusan Pondok Pesantren
Darunnajah Jakarta (1999), Departemen Antropologi FISIP Unhas
(2006) dan Kajian Timur Tengah dan Islam UI (2010) ini mengikuti
Program Esai Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA). Pada
tahun 2011, aktif sebagai Sekretaris Eksekutif Jimly School of Law
& Government (JSLG), staf pada Institut Peradaban dan Sekretaris
Rektor Universitas Khairun selama tiga tahun.

Sepulang dari Muslim Exchange Program (MEP) ke Melbourne, Canberra, dan Sydney, ia
menjadi inisiator dan editor buku Hidup Damai di Negeri Multikultur: Pengalaman Peserta
Pertukaran Tokoh Muda Muslim Australia-Indonesia (Gramedia, 2017) dan dipercaya
sebagai Ketua Forum Alumni MEP Australia-Indonesia. Yanuardi pernah diundang
sebagai pembicara pada seminar Departemen Kajian Asia Tenggara Universiti Malaya
di Kuala Lumpur (2015) dan Asia-Pasific Think-Tank Forum yang diselenggarakan oleh
World Learning, The Future Initiative Thailand, dan US Department of State’s Office
of Citizen Exchanges, di Bangkok (2017). Ia merupakan Presiden Perkumpulan Rumah
Produktif Indonesia.

Andri Mangestiwi, S.Pd, merupakan sarjana pendidikan Biologi


lulusan Universitas Negeri Yogyakarta yang mulai menjadi guru
sejak sebelum lulus kuliah, pada tahun 2000 di SD Muhammadiyah
Mrisi Bantul. Selanjutnya menjadi guru bantu di SPP Muhammadiyah
Pangkalan Bun, dan di tahun 2007 menjadi guru PNS di SMA Negeri
1 Pangkalan Bun, mengajar Biologi dan Prakarya dan Kewirausahaan
(PKWU). Ia merintis organisasi Konservasi di sekolah sehingga
tahun 2008 menjadi Ekstrakurikuler THE NAVA yang ia bina hingga
sekarang. Ia juga sebagai pembina ekstrakurikuler Seni Kriya di
sekolah sejak tahun 2015.

Selain aktif dalam konservasi, juga aktif dalam tim Pembina Adiwiyata Kabupaten
Kotawaringin Barat 2013. Beberapa artikel terkait pendidikan lingkungan di sekolah
dimuat dalam kumpulan artikel Sekolah Sobat Bumi (2013). Selain itu ia juga menjadi
salah satu penulis dalam buku Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Bunga Rampai
GLS Praktek Baik Pembelajaran dan Penumbuhan Budaya Literasi (2018), dan menjadi
salah satu kontributor di buku Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Habituasi
Ramah Lingkungan.

68 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Penyunting Ahli
Prof. Kisyani-Laksono, menempuh pendidikan S-1 Bahasa
Indonesia, UNS; S-2 Linguistik, UGM; Pra S-3 Frankfrurt University;
S-3 Ilmu Budaya: Linguistik, UGM.

Dosen IKIP/Unesa sejak 1985, Ka PSW Unesa, 2003-2004 Kepala


UPBJJ Surabaya, 2004-2010; Guru Besar Linguistik Unesa per April
2007; Pembantu Rektor 1 Unesa, 2010-2014; Satgas Gerakan Literasi
Sekolah, 2015-sekarang; Tim penyusun dan pelaksana pelatihan Dit
PSMP (mulai 2001) dan Dikti (mulai 2003), berbagai tim di Dikti
(mulai 2003-), penyusun modul Dit SD (2008), penyusun soal
dan modul UT, konsultan Balai Bahasa Jatim (2005-2008), Peneliti
Ahli/Dewan Pemetaan Bahasa Daerah Pusat Bahasa/Badan Bahasa (mulai 2008);
Academic Visitor di Nottingham University, UK (2016), Ketua Devisi Pengelola Uji,
Panitia Nasional UKMPPG (mulai 2017-sekarang); Kepala Pusat Studi Literasi, LPPM,
Unesa (mulai 2017-sekarang)

Penyunting
Faiz Ahsoul, penulis dan editor sekaligus fasilitator pegiat literasi
dan penggerak pendidikan komunitas. Sejak tahun 2000, sudah
terlibat kerja-kerja riset partisipatif dan kajian seni-budaya dan
gerakan sosial transformatif Akademi Kebudayaan Yogyakarta-
INSIST (2000-2005), Komunitas Tanda Baca (2006-2008),
Yayasan Umar Kayam (2008-2009), Indonesia Buku/IBOEKOE
(2010-Sekarang), dan Perkumpulan Literasi Indonesia.

Penata Letak
Sherly, mempelajari dunia desain komunikasi visual di salah satu
universitas di Bandung. Dengan harapan, jika lulus nanti dia bisa
kerja disebuah advertaising terkemuka. Namun, ketika dia memasuki
dunia kerja, dia lebih tertarik dengan buku. Setelah tiga tahun (2005
– 2008) bekerja di tiga penerbitan, sekarang dia bekerja sebagai
tenaga layouter lepas dan sesekali dia menikmati kota kelahirannya
dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
masa lalu kotanya.

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 69
Kontributor Tulisan
Enik Sugiyanti, S.Pd, menempuh pendidikan S1, UNY Jurusan
Pendidikan Biologi, lulus tahun 2002. Mulai tahun 2005 menjadi
guru, sebelumnya bekerja di sebuah bimbingan belajar. Tahun
2012 mendapatkan SK Mutasi Alih Fungsi ke SD Negeri Sumberan
Kulon Progo. Januari 2021 sampai sekarang mengabdi di SD
Negeri 1 Kulwaru Wates Kulon Progo dan salah satu guru yang
masuk dalam Program Guru Penggerak Angkatan 1. Menjadi
guru menuntutnya harus bisa berinovasi dan menciptakan media
pembelajaran maupun sumber belajar yang bervariasi. Kesadaran
akan karaktetistik peserta didik yang beragam membuatnya
mampu menggali potensi baik dari wali murid maupun masyarakat sekitar sebagai
sumber belajar yang bervariasi agar proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Winda Kurnia Wati, S.Pd, lahir di kota Pangkalan Bun 11 Oktober


1993. Sarjana Pendidikan Matematika lulusa Institut Agama Islam
Negeri Antasari Banjarmasin/Universitas Islam Negeri Antasari
Banjarmasin. Sebelum kuliah sempat menjadi guru bantu di SDN
4 Baru Pangkalan Bun, kemudian membulatkan tekad melanjutkan
pendidikan di bangku kuliah agar bisa menjadi guru profesional.
Saat ini sebagai pengajar di SMP IT Al Manar Pangkalan Bun, sebuah
sekolah swasta di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Indonesia (JSIT Indonesia). Karya tulisnya masuk dalam buku Guru
Jalan Juangku, sebuah buku hasil proyek kolaborasi menulis guru-
guru SMP IT Al Manar. Karya tulis lainnya juga masuk dalam buku
Don’t be Sad Allah Loves You (penerbit Genpro).

Isrowikah, lahir di Temanggung, 10 Mei 1981. Sarjana Pendidikan


Geografi lulusan Universitas Negeri Semarang, 2003. Bercita-cita
menjadi guru sejak kecil. Mulai mengabdi di SMP dan SMA “Institut
Indonesia” Semarang pada 2004. Pada 2005, kembali ke tanah
kelahiran dan mengabdi di SMA Negeri 2 Temanggung hingga
sekarang.

Selain menulis artikel, juga sering memenangi kejuaraan dan


penghargaan di bidang pendidikan dari tingkat Kabupaten,
Provinsi, hingga Nasional, salah satunya tahun 2020 mendapatkan
penghargaan Terbaik 1 Guru Inspiratif SMA dari Kemendikbud. Akhir
2020, ditugaskan sebagai Agen Penguatan Karakter di Pusat Penguatan Karakter
(Puspeka) Kemendikbudristek bersama 108 guru dan sekolah dari seluruh Indonesia.
Dan 15 September 2021, berhasil lulus sebagai Guru Penggerak Angkatan 1. Aktif
dalam kegiatan peduli lingkungan melalui Gerakan Aksi Untuk Lingkungan (GAUL),

70 Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19
Bank Sampah Sekolah “Peduli Bumi”, Oxygen Invest, dan kerajinan ramah alam melalui
ecoprint dengan brand ecocraft_sman2temanggung.

Ristanti, S. Pd, lahir di Sleman 10 Agustus 1979. Alumnus S1


Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta, pada tahun
2002. Mengabdi sebagai guru di SLB Bhakti Kencana, Kecamatan
Berbah, Kabupaten Sleman Yogyakarta dari tahun 2005 hingga
sekarang. Pernah meraih Juara III Lomba Guru Berdedikasi untuk
guru Sekolah Luar Biasa Tingkat Kabupaten Sleman, tahun 2019.
Kegiatan di luar aktivitas mengajar di sekolah antara lain mendirikan
Kelompok Belajar Little Sunshine bagi anak-anak Cerebral Palsy
yang tidak terlayani di sekolah formal.

Nina Dewi Nurchipayana, S.Pd, menjadi seorang pendidik di


Sekolah Luar Biasa secara total sejak tahun 2009 sebagai guru
honorer di SLBN Kendal. Tahun 2012, mulai merintis dan mendirikan
SLB Mutiara Bangsa dan Yayasan Mutiara Bagi Bangsaku. Selain
sebagai pengajar, juga penggiat di berbagai organisasi yang
berhubungan dengan kepentingan anak-anak berkemampuan
khusus, salah satunya sebagai pengurus Ikatan Guru Pendidikan
Khusus Indonesia (IGPKHI). Menjadi kepala sekolah berprestasi
di tingkat Provinsi Jawa Tengah (2017-2018). Aktif menulis artikel
tentang pendidikan luar biasa di media cetak dan telah menerbitkan
dua buku: Gerbang Tertutupp di Bulan Juli (2017), dan antologi Kepemimpinan Bagi
Generasi Emas (2018). Selain juga sebagai salah satu penulis buku bunga rampai GLS,
Praktek Baik Pembelajaran dan Penumbuhan Budaya Literasi (2018).

Pembelajaran Literasi Budaya dan Kewargaan Berbasis Proyek di Masa Pandemi Covid-19 71
ISBN:978-623-99133-2-8
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Kompleks Kemendikbud Gedung E Lantai 14
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
Pos-el: literasi.sekolah@kemdikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai