Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


MATA KULIAH FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

1. Muhammad Alwan Fu’ady


2. Prastiwi Dwi Arti
3. Putri Hilal Maulani

PENDIDIKAN PROFESI GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
berjudul “Pendidikan dan Kebudayaan” dapat tersusun, tanpa pertolongan-Nya
tentu penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-nantikan syafa'atnya diakhir nanti.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Filosofi Pendidikan Nasional. Selain itu, pembuatan makalah juga memiliki
tujuan agar menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah
semakin lebih baik. Akhir kata, semoga makalah dapat berguna.

Bandar Lampung, Oktober 2023


Penulis,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 3
1.3 Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan 4
2.2 Makna Pendidikan 5
2.3 Pengertian Kebudayaan 6
2.4 Arti Kebudayaan 6
2.5 Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan 7
2.6 Peran Pendidikan dalam Proses Pewarisan Kebudayaan 14

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Pendidikan dan kebudayaan merupakan bagian dari suatu proses kreatif
yang tak dapat dipisahkan, dalam proses pendidikan mengembangkan
kebudayaan, dan pendidikan adalah proses pembudayaan. Menurut filosofi
Ki Hajar Dewantara (Kemendikbud, 2017), “Pendidikan adalah tempat
persemaian segala jenis kebudayaan yang hidup dalam masyarakat
kebangsaan”. Hal ini dapat dimaknai bahwa pendidikan ialah usaha
kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya
jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkungannya,
mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab. Melalui
proses pendidikan yang baik akan dapat mencapai kepribadian seseorang
atau karakter seseorang. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), menegaskan peranan strategis kebudayaan
dalam pembangunan karakter bangsa menjadi prioritas di saat ini dan yang
akan datang. Peranan kebudayaan sebagai katalisator dalam proses
pendidikan nasional yang dapat membentuk generasi muda Indonesia
menjadi insan yang tak hanya berilmu, namun memiliki karakter positif dan
berbudi pekerti luhur. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan nasional
bersumber dari kekayaan budaya yang dimiliki akan bermuara pada
pembentukan karakter bangsa.

Indonesia memiliki identitas sebagai bangsa yang beragam dengan berbagai


suku bangsa, bahasa, budaya, adat dan kebiasaan, bahkan agama dan
kepercayaan. Selain itu, sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia
dipengaruhi budaya dari berbagai negara sebagai dampak dari hubungan
kerja sama yang dibangun. Akibatnya, keberagaman yang sudah ada, yang
dibawa oleh tiap-tiap suku bangsa di Indonesia menjadi semakin kompleks
dengan masuknya pengaruh global. Pengaruh global sangat rentan, maka
kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara
bijaksana atas keberagaman menjadi keharusan bagi generasi muda.
Kuatnya arus budaya global akan dapat menghilangkan budaya-budaya
yang berakar dari kearifan lokal sebagai identitas bangsa. Kebudayaan yang
dimiliki saat ini merupakan alat untuk penghubung generasi terdahulu,
sekarang, dan masa yang akan datang. Hal ini dapat untuk memahami hak
dan kewajiban sebagai warga negara untuk mendukung perubahan dan
pembangunan Indonesia ke arah yang lebih baik. Karenanya literasi budaya
penting diberikan di tingkat keluarga,sekolah, dan masyarakat.

Karakteristik anak usia SD yang masih dalam tahap berimajinasi, berfantasi,


dan bermain. Gambaran ilustrasi tersebut mengarahkan anak membuat
imajinasi yang sesuai gambar. Guru mengembangkan media pembelajaran
melaluipenggunaan media gambar cerita dengan maksud agar siswa dapat
menginterpretasikan isi cerita sesuai dengan imajinasinya yang akhirnya
siswa dapat mengungkapkan kembali isi cerita, mengungkapkan hasil
pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna.

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri


keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain
kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada
didaerah tersebut. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan (Hermanto, 2011).

Guru dapat mengembangkan materi pelajaran yang disesuaikan dengan


karakteristik ataupun potensi daerah tempat tinggal siswa. Materi pelajaran
yang disesuaikan dengan keadaan sekitar tempat tinggal akan memudahkan

2
siswa dalam memahaminya. Masing-masing daerah tentunya memiliki
identitas atau kekhasan yang menjadi keunggulan. Kekhasan daerah dapat
dijadikan sebagai 3 potensi lokal daerah setempat. Wujud kekhasan daerah
dari potensi lokal yaitu suatu sumber data yang dimiliki masyarakat
setempat yang belum tentu dimiliki daerah lain.

Budaya Lokal adalah budaya yang yang berkembang di daerah-daerah dan


merupakan milik suku-suku bangsa di wilayah nusantara Indonesia.
Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budaya-
budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Perkembangan budaya lokal
di setiap daerah tentu memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan
semangat nasionalisme, karena kesenian budaya lokal tersebut mengandung
nilai-nilai sosial masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendidikan.
2. Untuk mengetahui makna dari pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengertian budaya.
4. Untuk mengetahui arti dari kebudayaan.
5. Untuk mengetahui pendidikan dalam lingkup kebudayaan.
6. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam proses pewarisan kebudayaan.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui identitas manusia.
2. Untuk mengetahui ciri khas dan unik sebagai manusia Indonesia.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai luhur identitas manusia indonesia.
4. Untuk mengetahui manusia Indonesia dalam proses belajar mendidik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia


Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.

Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’
dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti
proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)


menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan
di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang


terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan
sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat


disimpulkan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

2.2 Makna Pendidikan


Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, serta cara mendidik. Menurut
pengertian tersebut, pendidikan dimaknai sebagai upaya yang dilakukan
untuk mencapai tujuan melalui proses pelatihan dan cara mendidik.
Definisi di atas, menunjukkan bahwa pendidikan merupakan usaha
sistematis yang bertujuan agar setiap manusia mencapai satu tahapan
tertentu di dalam kehidupannya, yaitu tercapainya kebahagian lahir dan
batin. Syarat mutlak adanya sebuah bangsa adalah persetujuan bersama
yang mengandung keinginan untuk hidup bersama dan bersedia untuk
berkorban demi mencapai tujuan. Jika warga dari suatu bangsa rela
mengorbankan jiwa raganya demi eksistensi bangsanya, maka bangsa
tersebut akan tetap bersatu.

Dalam segi sosiolois, bangsa adalah persekutuan hidup pada masyarakat


yang awalnya berdiri sendiri namun akhirnya merasa kesatuan ras, bahasa,
keyakinan dan budaya. Dari segi politis, bangsa adalah masyarakat dalam
suatu daerah yang sama dan mereka patuh pada kedaulatan negara, dan
kedaulatan negara itu merupakan kekuasaan tertinggi. Dalam kata lain,
mereka terikat oleh kekuasaan politik.

5
2.3 Pengertian Budaya
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaman Soemardi (1964: 11 3)
kebudayaaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan (material
culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya,
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebudayaan adalah sebagai
pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian
kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada
pola pikir manusia.

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah suatu sistem gagasan dan rasa,


tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Menurut E.B.
Taylor, kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.

2.4 Arti Kebudayaan


Rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan
nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan yang luas. Agama, ideology, kebatinan dan kesenian yang
merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota
masyarakat termasuk di dalamnya. Cipta merupakan kemampuan mental,
kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat yang antara
lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Rasa dan cinta
dinamakan pula kebudayaan rohaniah (spiritual atau immaterial culture).
Semua karya, rasa, dan cipta, dikuasai oleh karsa orang-orang yang
menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar
atau seluruh masyarakat, sedangkan karsa yaitu mengasilkan kaidah

6
kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum (Soerjono Soekanto, 1993:
189-90).

2.5 Pendidikan dalam Lingkup Kebudayaan


Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang
lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia
selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun
non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya
telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada
akhirnya proses tersebut mampu melahirkan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia. Disini kebudayaan dapat disimpulkan sebagai hasil
pembelajaran manusia dengan alam. Alam telah mendidik manusia melalui
situasi tertentu yang memicu akal budi manusia untuk mengelola keadaan
menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat


dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai.
Dalam konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai
agen pengajaran nilai-nilai budaya. Karena pada dasarnya pendidikan yang
berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai
dengan kodrat budaya yang dimiliki. Oleh karena itu kebudayaan
diturunkan kepada generasi penerusnya lewat proses belajar tentang tata
cara bertingkah laku. Sehingga secara wujudnya, substansi kebudayaan itu
telah mendarah daging dalam kepribadian anggota-anggotanya.

Uraian tentang pendidikan dan kebudayaan akan diterangkan dalam urutan


pembahasan dibawah ini:
1. Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
Fungsi pendidikan dalam konteks kebudayaan dapat dilihat dalam
perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia
tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar

7
jumlah kepribadian-kepribadian. Para pakar antropologi, menunjuk
kepada peranan individu bukan hanya sebagai bidak-bidak di dalam
papan catur kebudayaan. Individu adalah creator dan sekaligus
manipulator kebudayaannya. Di dalam hal ini studi kebudayaan
mengemukakan pengertian “sebab-akibat sirkuler” yang berarti
bahwa antara kepribadian dan kebudayaan terdapat suatu interaksi
yang saling menguntungkan.

Di dalam perkembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan


seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian–
kepribadian tersebut. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa
pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayaan secara pasif
tetapi perlu mengembangkan kepribadian yang kreatif. Pranata sosial
yang disebut sekolah harus kondusif untuk dapat mengembangkan
kepribadian yang kreatif tersebut.

Kebudayaan sebenarnya adalah istilah sosiologis untuk tingkah-laku


yang bisa dipelajari. Dengan demikian tingkah laku manusia
bukanlah diturunkan seperti tingkah-laku binatang tetapi yang harus
dipelajari kembali berulang-ulang dari orang dewasa dalam suatu
generasi. Di sini kita lihat betapa pentingnya peranan pendidikan
dalam pembentukan kepribadian manusia. Para pakar yang menaruh
perhatian terhadap pendidikan dalam kebudayaan mula-mulanya
muncul dari kaum behavioris dan psikoanalisis Para ahli psikologi
behaviorisme melihat perilaku manusia sebagai suatu reaksi dari
rangsangan dari sekitarnya. Di sinilah peran pendidikan di dalam
pembentukan perilaku manusia. Begitu pula psikologi aliran
psikoanalis menganggap perilaku manusia ditentukan oleh dorongan-
dorongan yang sadar maupun tidak sadar ini ditentukan antara lain
oleh kebudayaan dimana pribadi itu hidup.

8
John Gillin dalam Tilaar (1999) menyatukan pandangan
behaviorisme dan psikoanalis mengenai perkembangan kepribadian
manusia sebagai berikut.
a) Kebudayaan memberikan kondisi yang disadari dan yang tidak
disadari untuk belajar.
b) Kebudayaan mendorong secara sadar ataupun tidak sadar akan
reaksi-reaksi perilaku tertentu. Jadi selain kebudayaan
meletakkan kondisi, yang terakhir ini kebudayaan merupakan
perangsang-perangsang untuk terbentuknya perilaku-perilaku
tertentu.
c) Kebudayaan mempunyai sistem “reward and punishment”
terhadap perilaku-perilaku tertentu. Setiap kebudayaan akan
mendorong suatu bentuk perilaku yang sesuai dengan system
nilai dalam kebudayaan tersebut dan sebaliknya memberikan
hukuman terhadap perilaku-perilaku yang bertentangan atau
mengusik ketentraman hidup suatu masyarakat budaya tertentu.
d) Kebudayaan cenderung mengulang bentuk-bentuk kelakuan
tertentu melalui proses belajar.

Apabila analisis Gillin di atas kita cermati, tampak betapa peranan


kebudayaan dalam pembentukan kepribadian manusia, maka
pengaruh antropologi terhadap konsep pembentukan kepribadian juga
akan tampak dengan jelas. Terutama bagi para pakar aliran
behaviorisme, melihat adanya suatu rangsangan kebudayaan terhadap
pengembangan kepribadian manusia. Pada dasarnya pengaruh
kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian tersebut sebagaimana
dikutip Tilaar (1999) dapat dilukiskan sebagai berikut:
a. Kepribadian adalah suatu proses. Seperti yang telah kita lihat
kebudayaan juga merupakan suatu proses. Hal ini berarti antara
pribadi dan kebudayaan terdapat suatu dinamika. Tentunya
dinamika tersebut bukanlah suatu dinamika yang otomatis tetapi

9
yang muncul dari aktor dan manipulator dari interaksi tersebut
ialah manusia.

b. Kepribadian mempunyai keterarahan dalam perkembangan untuk


mencapai suatu misi tertentu. Keterarahan perkembangan
tersebut tentunya tidak terjadi di dalam ruang kosong tetapi
dalam suatu masyarakat manusia yang berbudaya.

c. Dalam perkembangan kepribadian salah satu faktor penting ialah


imajinasi. Imajinasi seseorang akan dapat diperolehnya secara
langsung dari lingkungan kebudayaannya. Manusia tanpa
imajinasi tidak mungkin mengembangkan kepribadiannya. Hal
ini berarti apabila seseorang hidup terasing seorang diri dari nol
di dalam perkembangan kepribadiannya. Bayangkan bagaimana
kehidupan kebudayaan manusia apabila setiap kali harus dimulai
dari nol.

d. Kepribadian mengadopsi secara harmonis tujuan hidup dalam


masyarakat agar ia dapat hidup dan berkembang. Tentunya
manusia itu dapat saja menentang tujuan hidup yang ada di dalam
masyarakatnya, namun demikian itu berarti seseorang akan
melawan arus di dalam perkembangan hidupnya. Yang paling
efisien adalah dia secara harmonis mencari keseimbangan antara
tujuan hidupnya dengan tujuan hidup dalam masyarakatnya.

e. Di dalam pencapaian tujuan oleh pribadi yang sedang


berkembang itu dapat dibedakan antara tujuan dalam waktu yang
dekat maupun tujuan dalam waktu yang panjang. Baik waktu
yang dekat maupun tujuan dalam jangka waktu yang panjang,
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai hidup di dalam suatu
masyarakat.

10
f. Berkaitan dengan keberadaan tujuan di dalam pengembangan
kepribadian manusia, dapatlah disimpulkan bahwa proses belajar
adalah proses yang ditujukan untuk mencapai tujuan. Learning is
agoal teaching behavior.

g. Dalam psikoanalisis juga dikemukakan mengenai peranan super-


ego dalam perkembangan kepribadian. Super-ego tersebut tidak
lain adalah dunia masa depan yang ideal. Dan seperti yang telah
diuraikan, dunia masa depan yang ideal merupakan kemampuan
imajinasi yang dikondisikan serta diarahkan oleh nilai-nilai
budaya yang hidup di dalam suatu masyarakat.

h. Kepribadian juga ditentukan oleh bawah sadar manusia.


Bersama-sama dengan ego, beserta ide, keduanya merupakan
energi yang ada di dalam diri pribadi seseorang.

2. Penerusan Kebudayaan
Satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi
kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu
ditransmisikan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Bahkan
banyak ahli pendidikan yang merumuskan proses pendidikan tidak
lebih dari proses transmisi kebudayaan. Mengenai masalah ini
marilah kita cermati lebih jauh oleh karena seperti yang telah
dijelaskan, kepribadian bukanlah semata-mata hasil tempaan dari
kebudayaan.

Manusia atau pribadi adalah aktor dan sekaligus manipulator


kebudayaannya. Dengan demikian, kebudayaan bukanlah sesuatu
entity yang statis tetapi sesuatu yang terus-menerus berubah. Untuk
membuktikan hal tersebut marilah kita lihat variabel-variabel
transmisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Fortes dalam
Koentjoroningrat (1991).

11
Di dalam transmisi tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu,
1) unsur-unsur yang ditransmisi
2) proses transmisi, dan
3) cara transmisi.
Unsur-unsur kebudayaan manakah yang ditransmisi? Pertama-tama
tentunya unsur-unsur tesebut ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat
masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup
lainnya yang ada di dalam masyarakat. Selanjutnya berbagai
kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para
anggota di dalam masyarakat tersebut.

Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Seperti


telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator dalam
kebudayaannya. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus
diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai
dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Nilai-nilai yang
dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan
sekitarnya. Artinya perilaku-perilaku tersebut harus mendapatkan
pengakuan sosial yang berarti bahwa perilaku-perilaku yang dimiliki
tersebut adalah yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai
yang ada di dalam lingkungannya.

Rangkaian transmisi berangkat dari imitasi, identifikasi, dan


sosialisasi, berkaitan dengan bagaimana cara. Pada saatnya proses
transmisi kebudayaan di dalam masyarakat modern akan menghadapi
tantangan-tantangan yang berat. Di sinilah letak peranan pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih
nilai-nilai dari berbagai lingkungan. Dalam hal ini kita berbicara
mengenai keberadaan kebudayaan dunia yang meminta suatu proses
pendidikan yang lain yaitu kepribadian yang kokoh yang tetap
berakar kepada budaya lokal. Hanya dengan kesadaran terhadap nilai-

12
nilai budaya lokal akan dapat memberikan sumbangan bagi
terwujudnya nilai-nilai global.

3. Transmisi Kebudayaan
Kebudayaan ditaransmisikan dari satu generasi ke generasi yang
berikutnya. Manusia atau pribadi adalah actor dan sekaligus
manipulator kebudayaannya. Dengan demikian kebudayaan bukanlah
sesuatu “entity” yang statis tetapi sesuatu yang terus-menerus
berubah. Variabel-variabel transmisi kebudayaan yang dikemukakan
oleh Fortes terdapat 3 unsur utama, yaitu:
a) Unsur-unsur yang ditransmisi.
b) Proses transmisi.
c) Cara transmisi.

Unsur-unsur kebudayaan yang ditransmisi, yaitu:


1. Nilai-nilai budaya, adat istiadat masyarakat, pandangan
mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di
dalam masyarakat.
2. Kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan
para anggota di dalam masyarakat tersebut. Berbagai sikap serta
peranan yang diperlukan dalam dunia pergaulan.
3. Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi, dan
sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar.
Manusia adalah actor dan manipulator dalam kebudayaannya.
Cara mentransmisikannya yaitu dengan 2 bentuk yaitu:
1. Peran-serta
Cara transmisi dengan peran serta antara lain dengan
perbandingan. Demikian pula peran serta dapat berwujud ikut
serta dalam kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan
masyarakat.

13
2. Bimbingan
Bentuk bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi,
rangsangan dan hukuman.Dalam pelaksanaan bimbingan
tersebut melalui pranata-pranata tradisional seperti inisiasi
upacara-upacara yang berkaitan dengan tingkat umur, sekolah
agama, dan sekolah formal yang sekuler.

2.6 Peran Pendidikan dalam Proses Pewarisan Kebudayaan


Pendidikan bertujuan untuk membentuk agar manusia dapat menunjukkan
perilakunya sebagai mahluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi
dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam
upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok,
maupun masyarakat secara keseluruhan. Sekolah atau pendidikan formal
adalah salah satu sarana atau media dari proses pembudayaan media lainnya
(keluarga dan institusi lainnya yang ada dalam masyarakat). Hartoko Dalam
konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk memanusiakan
manusia (Dick).

Fungsi pendidikan budaya adalah:


1. Memperkenalkan, memelihara dan mengembangkan unsur- unsur
budaya;
2. Pengembangan: Pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi
pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya bangsa;
3. Perbaikan: Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang
lebih bermartabat; dan
4. Penyaring: Untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya
bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang bermartabat.
5. Menumbuhkembangkan semangat kebudaya bangsa

14
Tujuan pendidikan budaya adalah:
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa;
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa
yang religius;
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa;
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
6) Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:
a. Agama: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.
Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa
selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara
politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang
berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
b. Pancasila: Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang
disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945
dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik,
hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan
budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara

15
yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai
Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.
c. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar
dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang
demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan
budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
d. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang
harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh
berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan
pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang
harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai


untuk pendidikan budaya bangsa sebagai berikut ini:
1. Nilai Religius yaitu Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Nilai Jujur yaitu Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Nilai Toleransi yaitu Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Nilai Disiplin yaitu Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

16
5. Nilai Kerja yaitu Keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar
dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Nilai Mandiri yaitu Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
7. Nilai Demokratis yaitu Cara berfikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
8. Nilai Rasa Ingin Tahu yaitu Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
9. Nilai Semangat Kebangsaan yaitu Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
10. Nilai Cinta Tanah Air yaitu Cara berfikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
dan politik bangsa.
11. Nilai Menghargai Prestasi yaitu Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
12. Nilai Bersahabat/Komuniktif yaitu Tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain.
13. Nilai Cinta Damai yaitu Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya
14. Nilai Gemar Membaca yaitu Kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya.
15. Nilai Peduli Lingkungan yaitu Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di

17
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
16. Nilai Peduli Sosial yaitu Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
17. Nilai Tanggung-jawab yaitu Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan artinya proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Pendidikan dan Kebudayaan akan diterangkan dalam urutan pembahasan :
1. Kepribadian dalam Proses Kebudayaan
2. Penerusan Kebudayaan
3. Transmisi Kebudayaan
Peran pendidikan adalah sebagai transfer nilai-nilai budaya atau sebagai
cara yang paling efektif dalam mentrasnfer nilai-nilai budaya adalah dengan
cara proses pendidikan, karena keduanya sangat erat hubungannya.
Kebudayaan dengan pendidikan sangat erat sekali keduanya saling
berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan karena saling dan
membutuhkan antara satu sama lainnya.

Sedangkan kebudayaaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta


masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan
kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk
menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan
untuk keperluan masyarakat.

4.2 Saran
Dengan adanya pendidikan dalam lingkup kebudayaan ini diharapkan dapat
membantu dan memotivasi orang untuk terus belajar mengenai kepribadian
dalam proses kebudayaan dan akan berusaha menciptakan penerus-penerus
yang sangat mencintai serta melestarikan kebudayaan yang telah bangsa
kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan. 2009. Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya Pendidikan. [Online].


Tersedia :http://defauzan.wordpress.com. [ 16 Oktober 2023].

Arifin, H. M. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Manan, Imran. 1989. Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: Dirjen


Dikti Depdikbud.

Toha. 2009. Dampak Perubahan Sosial Masyarakat. [Online].


Tersedia : http://tohacenter.blogspot.com/2009/09/dampak-perubahan-sosial-
masyarakat.html. [16 Oktober 2023].

Anda mungkin juga menyukai