Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi sangat penting dalam aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di
rumah tangga, tempat pekerjaan, di pasar, di perusahaan, dalam masyarakat atau di mana
saja manusia berada. Komunikasi bagimanusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga bagi
organisasi pemerintah. Dengan komunikasi yang baik bagi suatu organisasi dapat berjalan
lancar dan berhasil, begitu juga sebaliknya. Komunikasi merupakan proses menciptakan
interaksi saling ketergantungan, melalui jaringan hubungan kerja, komunikasi organisasi
sangatlah penting dalam proses perjalanan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Komunikasi organisasi menurut Goldhaber dalam Muhammad (2011:67) adalah


“proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungannya yang tidak pasti atau yang
selalu berubah-ubah”. Proses komunikasi organisasi akan menumbuhkan ritme yang
selaras didukung dengan daya mampu personal secara individu atau kelompok melalui
keterampilan dan keahlian yang optimal dan aturan yang berlaku, sehingga kinerja
berupa pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan harapan.
Pengertian komunikasi seperti yang dikemukakan Goldhaber dalam Muhammad
(2011:67) di atas digunakan untuk memahami komunikasi organisasi.Maka sesuai
dengan pendekatan perilaku organisasi, batasan komunikasi organisasi adalah pengiriman
dan penerimaan informasi yang kompleks di dalam organisasi yang melibatkan
komunikasi dari atasan kepada bawahan, bawahan kepada atasan, dan antar sesama
pegawai.dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Pentingnya komunikasi
organiisasi yang baik dibangun dalam rangka meningkatkan interaksi positif diantara
sesama pegawai dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada publik, yang pada akhirnya
akan memacu meningkatkan kinerja pegawai.

Komunikasi bertujuan untuk memberi dan menerima informasi,


untuk mempengaruhi orang lain, membantu orang lain (misalnya masyarakat pengguna
jasa), menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan mengevaluasi perilaku
secara efektif. Kinerja pegawai merupakan perwujudan dan moral kerja yang
tinggi,bahkan ada yang mengidentifikasikan atau menterjemahkan secara bebas bahwa
kualitas moral kerja yang tinggi adalah kinerja pegawai.

Kinerja menurut Ilyas (1993) adalah “Penampilan hasil kerja pegawai baik secara
kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun
kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi
kinerja sejumlah individu dalam organisasi. Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi (determinan) kinerja individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori
kinerja. Secara umum factor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi. Berbagai kondisi
lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi karyawan dalam bekerja. Selain itu,
kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non
fisik”. Setiap pegawai diharapkan dapat meningkatkan kinerja. Dengan meningkatnya
kinerja pegawai, pekerjaan lebih baik, kerusakan akan dapat dikurangi dan sebagainya.
Kinerja yang dimaksud adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu pegawai
terhadap lingkungan kerjanya itu sendiri. Kinerja pegawai yang baik dan optimal menjadi
harapan setiap instansi.

PT OSS merupakan perusahaan asal China yang bergerak di bidang smelter nikel
yang terletak di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi tenggara. Dalam
proses kerja tentunya memerlukan komunikasi dalam menunjang keberhasilan dalam
suatu pekerjaan. Titik fokus penelitian ini adalah bagaimana komunikasi organisasi dalam
suatu perusahaan. Sehingga berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk
mengangkat sebuah judul “AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM
PENGELOLAAN TAMBANG DI PT.OSS MOROSI KABUPATEN KONAWE”
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Aktivitas Komuniaksi Organisasi

2.1.1.1. Aktivitas Komunikasi

Segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik


fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas adalah suatu
kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang mengandung
maksud tertentu yang memang dia melakukanya sesuai kehendak yang
diinginkan. Pendapat Rosalia (2005) yang dikutip oleh Pamungkas (2013)
mengatakan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik
secara jasmani atau rohani.

Sedangkan arti komunikasi sendiri yaitu pesan yang disampaikan


kepada komunikan dari komunikator secara langsung maupun tidak langsung
yang memberikan dampak pada komunikan. Aktivitas komunikasi tidak dapat
dilepaskan di kehidupan manusia, karena komunikasi merupakan bagian
integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat.
Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan
semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh
informasi. Heath dan Bryant (2000) dalam Poentarie (2009) membagi dua cara
manusia berkomunikasi yaitu komunikasi langsung (direct communication)
dan komunikasi yang termediasi (mediated communication/indirect
communication).

Aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau kelompok massa


akan menentukan efektifitas komunikasi. Efek komunikasi massa dalam
pembentukan realitas sosial dibentuk ketika informasi memberikan status yang
sama sebagai pengamatan langsung dari realitas fisik. Perubahan yang terjadi
pada diri khalayak komunikasi massa-penerima informasi, perubahan perasaan
atau sikap dan perubahan perilaku yang terdiri dari perubahan kognitif, afektif
dan behavioral. Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Efek ini berhubungan
dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek
afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau
dibenci khalayak. Efek ini ada hubungan dengan emosi, sikap, atau nilai.
Sedangkan efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati
yang meliputi pola-pola tindakan atau kebiasaan berprilaku.

Menurut Ahmadi (1999), aktivitas komunikasi dipengaruhi faktor


intern dan ekstern. Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang
berpusat pada personal, berupa sikap, instink, kepribadian, Faktor intern dibagi
ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosio psikologis.
Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia dan berpadu dengan
faktor sosio psikologis (Rakhmat, 2000). Faktor biologis sangat
mempengaruhi berlangsungnya komunikasi, misalnya kesiapan untuk melihat-
membaca yang berhubungan dengan indera penglihatan, kesiapan untuk
mendengarkan suara yang berhubungan dengan indera pendengaran.
Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor yang berhubungan dengan
aspek emosional, dan konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan
kemauan bertindak (Rakhmat, 2000). Menurut Rogers (1976), faktor intern
merupakan faktor kemauan, pengetahuan dan pengertian seseorang untuk
melakukan sesuatu. Faktor ini akan mempengaruhi berlangsungnya aktivitas
komunikasi yang pada akhirnya akan menentukan berhasil tidaknya (efektif)
suatu komunikasi. Faktor situasional atau faktor eksternal juga mempengaruhi
aktivitas komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang.
Faktor situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang
berpengaruh terhadap perilaku. Samson dalam Rakhmat (2000) membagi
faktor situasional ke dalam tiga kelompok, yaitu :1) aspek objektif dari
lingkungan seperti geografis, iklim, sosial, temporal, suasana perilaku; 2)
lingkungan psikososial seperti iklim organisasi/kelompok; 3) stimuli yang
mendorong dan memperteguh perilaku seperti orang lain.

Sebagai suatu jaringan tempat mengalirnya informasi, maka isi


komunikasi dalam struktur organisasi akan terdiri atas: (1) Informasi yang
berisi instruksi, perintah untuk dikerjakan atau tidak dikerjakan selalu
dikomunikasikan ke bawah melalui rantai komando dari seseorang kepada
orang lain yang berada di bawah hierarkinya langsung, (2) Informasi yang
berisi laporan, pertanyaan, permohonan, selalu dikomunikasikan ke atas
melalui rantai komando dari seseorang kepada atasannya langsung.
Selanjutnya, semakin besar dan semakin kompleks suatu organisasi maka akan
semakin kompleks juga komunikasinya. Menurut Conrad yang disarikan oleh
Sumardjo (2007), setidaknya ada tiga fungsi komunikasi dalam organisasi,
yaitu (1) fungsi perintah, yang hasilnya berupa koordinasi di antara sejumlah
anggota yang saling bergantung dalam organisasi tersebut, (2) fungsi
relasional, yang dengan komunikasi memungkinkan anggota organisasi
menciptakan dan mempertahankan usaha produktif dan hubungan personal
dengan anggota dari organisasi lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja
pekerjaan dalam berbagai cara, dan (3) fungsi manajemenambigue,misalnya
mengatasi adanya motivasi berganda yang timbul dari kepentingan antar-unit
dalam organisasi dan antar-kepentingan organisasi dengan kepentingan
individu.

2.1.1.2. Komunikasi Organisasi

Organisasi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang telah


ditetapkan. Suatu organisasi terbentuk apabila suatu usaha lebih dari satu
orang untuk menyelesaikannya. Kondisi ini timbul disebabkan karena tugas itu
terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu orang. Oleh karena itu,
suatu organisasi dapat kecil seperti usaha dua orang individu atau dapat sangat
besar yang melibatkan banyak orang dalam interaksi kerjasama.

Pengertian organisasi menurut Redding dan Snborn yang dikutip oleh


Arni Muhammad dalam bukunya “Komunikasi Organisasi” adalah sebagai
berikut:

“Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi


dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah
komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola,
komunikasi downward (atasan kepada bawahan), komunikasi upward
(bawahan kepada atasan), komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-
orang yang sama level atau tingkatnya dalam organisasi, keterampilan
berkomunikasi dan berbicara, mendengar, menulis dan komunikasi evaluasi
program”.
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Komunikasi sebagai proses penciptaan makna atas interaksi dalam
organisasi, dimana komunikasi adalah organisasi itu sendiri (perilaku
pengorganisasian). Organisasi dipahami sebagai orang-orang yang berinteraksi
dan member makna kepada interaksi tersebut. Sehingga komunikasi sebagai
bentuk organisasi.ss

Tujuan komunikasi organisasi adalah untuk memudahkan,


melaksanakan, dan melancarkan jalannya organisasi. Menurut Koontz
komunikasi organisasi adalah untuk mengadakan perubahan untuk
memengaruhi tindakan kearah kesejahteraan perusahaan. Sementara itu,
Liliweri mengemukakan bahwa ada empat tujuan komunikasi organisasi,
yakni:

a. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat.


b. Membagi informasi.
c. Menyatakan perasaan dan emosi.
d. Melakukan koordinasi.
Ada dua fungsi komunikasi organisasi yaitu yang bersifat umum dan
khusus. Fungsi komunikasi yang bersifat umum, diantaranya adalah sebagai
berikut:

a. Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan atau memberikan


informasi kepada individu atau kelompok tentang bagaimana
melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan kompetensinya.
b. Komunikasi berfungsi untuk menjual gagasan dan ide, pendapat dan
fakta. Termasuk juga menjual sikap organisasi dan sikap tentang
sesuatu yang merupakan subjek layanan.
c. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para
karyawan, agar mereka bisa belajar dari orang lain (internal), belajar
tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain
tentang apa yang “dijual” atau yang diceritakan orang tentang
organisasi.
d. Komuikasi berfungsi untuk menentukan apa dan bagaimana organisasi
membagi pekerjaan atau siapa yang menjadi atasan dan siapa yang
menjadi bawahan, dan besaran kekuasaan dan kewenangan, serta
menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana
memanfaatkan sumber daya manusia, dan mengalokasikan manusia,
mesin, metode dan teknik dalam operasi.

Sementara, fungsi komunikasi yang bersifat khusus, diantaranya


adalah sebagai berikut:

a. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam isu-isu organisasi


lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah
komando atau perintah.
b. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani relasi antar
sesama bagi peningkatan produk organisasi.
c. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani dan
mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang ambigu dan
tidak pasti.

2.1.2. Pengelolaan Tambang

Pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang diberi awalan “pe” dan akhiran
“an” yang merupakan kata kerja atau dapat juga diartikan sebagai mengerjakan
sesuatu kegiatan atau dapat juga diidentikkan dengan istilah mengatur.

Poerwadarminta (1983: 27) mengemukakan pengertian pengelolaan yakni


kelola atau mengelola adalah mengurus perusahaan pemerintah dan sebagainya,
melakukan suatu pekerjaan, menyelenggarakan pekerjaan. Sedangkan pengelolaan
adalah mengurus atau menyelenggarakan suatu pekerjaan tertentu.

Siagian (1985:6) memberikan pengertian pengelolaan sebagai ketatalaksanaan


atau merupakan bagian dari fungsi managemen yang dilaksanakan. Pengelolaan
berhubungan erat dengan managemen. Pengelolaan di sini mengandung pengertian
tentang adanya suatu proses atau tahapantahapan kegiatan yang akan atau sedang
dilaksanakan dalam suatu organisasi baik itu organisasi publik maupun organisasi
pemerintah dalam rangka mencapai tujuan yang akan ditetapkan dengan
menggunakan atau memakai orang lain, baik itu yang berasal dari organisasi itu
sendiri maupun dari luar organisasi.
Kegiatan pertambangan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan
penyelidikan bahan galian sampai dengan pemasaran bahan galian. Secara umum
tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi),
Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran. Sedangkan
penambangan secara umum adalah kegiatan penggalian terhadap bahan tambang
untuk kemudian dilakukan pengolahan dan pemasaran. Pada tahap ini kegiatannya
terdiri dari pembongkaran/penggalian, pemuatan ke dalam alat angkut, dan
pengangkutan ke fasilitas pengolahan maupun langsung dipasarkan apabila tidak
dilakukan pengolahan terlebih dahulu.

Penambangan bahan galian dibagi alas tiga bagian yaitu tambang terbuka,
tambang bawah tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokkan atas
quarry strip mine, open cut, tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah
tanah dikelompokkan atas room and pillar, longwall, caving, open stope, supported
stope, dan shrinkage. Sistem penambangan dengan menggunakan kapal keruk dapat
dikelompokkan menjadi tambang bawah air, walaupun relatif dangkal.

a. Metode tambang terbuka

Pengertian tambang terbuka secara umum adalah kegiatan penambangan


bahan galian yang berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat tahapan
umum dalam kegiatan penambangan terbuka yaitu pembersihan lahan,
pengupasan tanah pucuk dan menyimpannya di tempat tertentu, pembongkaran
dan penggalian tanah penutup (overburden) dengan menggunakan bahan peledak
atau pun tanpa bahan peledak dan memindahkannya ke disposal area, penggalian
bahan galian atau eksploitasi, dan membawanya ke stockpile untuk diolah dan
dipasarkan serta melakukan reklamasi lahan bekas penambangan.

b. Tambang Bawah Tanah

Pengertian tambang bawah tanah secara umum adalah tambang yang tidak
berhubungan langsung dengan udara luar. Terdapat beberapa tahapan dalam
tambang bawah tanah yaitu, pembuatan jalan utama (main road), pemasangan
penyangga (supported), pembuatan lubang maju untuk produksi, ventilasi,
drainase, dan fasilitas tambang bawah tanah lainnya. Setelah itu melakukan
operasional penambangan bawah tanah dengan atau tanpa bahan peledak dan
kemudian membawa bahan galian ke stockpile untuk diolah dan dipasarkan.

c. Tambang bawah air

Pengertian tambang bawah air adalah metode penambangan di bawah air yang
dilakukan untuk endapan bahan galian alluvial, marine dangkal dan marine dalam.
Peralatan utama penambangan bawah air ini ialah kapal keruk.

Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih
dahulu di tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor
bersama bahan galian, perlunya spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak
diolah maka harga jualnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah
diolah. Selain itu, bahan galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos
angkut, men ingkatkan nilai tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa kimia
yang tidak dikehendaki pabrik peleburan.

Cara Pengolahan bahan galian secara garis besar dapat dibagi alas pengolahan secara
fisika, secara fisika dan kimia tanpa ekstraksi metal, dan pengolahan secara fisika dan
kimia dengan ekstraksi metal. Pengolahan bahan galian secara fisika ialah pengolahan
bahan galian dengan cara memberikan perlakuan fisika seperti peremukan, penggerusan,
pencucian, pengeringan, dan pembakaran dengan suhu rendah. Contoh yang tergolong
pengolahan ini seperti pencucian batu bara. Pengolahan secara fisika dan kimia tanpa
ekstraksi metal, yaitu pengolahan dengan cara fisika dan kimia tanpa adanya proses
konsentrasi dan ekstraksi metal. Contohnya, pengolahan batu bara skala rendah
menggunakan reagen kimia. Pengolahan bahan galian secara fisika dan kimia dengan
ekstraksi metal, yaitu pengolahan logam mulia dan logam dasar.

2.2. Penelitian Terdahulu

Dalam pembuatan karya ilmiah, sebelumnya penulis melakukan pengamatan dan


tinjauan pustaka terhadap jurnal penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan
penelitian yang akan dilakukan, dengan tujuan agar terhindar dari kesamaan-kesamaan
penelitian. Jurnal yang memiliki kemiripan tersebut, terutama pada obyek kajian
komunikasi organisasi diantaranya ialah :
Pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Herman dan Muhlis Madani, tentang
“Komunikasi Pemerintah Dalam Pengelolaan Tambang Di Kabupaten Gowa”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi pemerintah dalam mengelola
tambang galian golongan C di Kecamatan Pallangga. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: komunikasi pemerintah dalam pengelolaan tambang galian
golongan C dianggap masih kurang, hal ini tercermin dari: komunikasi informatif atau
komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain tentang
pengelolaan tambang galian golongan C masih kurang; Komunikasi persuasif atau
komunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain
tentang pengelolaan tambang galian golongan C masih kurang. Faktor-faktor yang
menghambat komunikasi pemerintahan dalam pengelolaan tambang galian golongan C
terdiri dari; koordinasi, ketegasan pemerintah, pengawasan, sikap masyarakat dan
kesadaran pemilik tambang. Sedangkan faktor pendukung adalah komunikasi
pemerintahan dan keterbukaan masyarakat

Kedua, Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitriani tentang ”Strategi
Komunikasi Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkalis Dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai”. Persoalan yang melatar belakangi penelitian ini
adalah rendahnya kinerja pegawai di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten
Bengkalis. Diantaranya faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai tersebut adalah
rendahnya kemampuan komunikasi organisasi di Sekretariat Daerah Kabupaten
Bengkalis. Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada bagaimana strategi komunikasi
organisasi sekretariat daerah kabupaten bengkalis dalam meningkatkan kinerja pegawai?
Untuk menjawab pertanyaan penelitian itu, maka peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan analisis deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi.
Setelah dilakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Pertama, bahwa selama ini
Sekretariat Daerah Kabupaten Bengkalis melalui pimpinannya telah melakukan strategi
peningkatan kinerja pegawai, melalui penentuan tujuan dengan melaksanakan visi dan
misi yang harus dicapai dan diterapkan. Kedua, Upaya yang sudah dilakukan oleh
pimpinan unit kerja di jajaran Sekretariat Daerah sudah mulai meningkatkan kinerja para
pegawai dari sebelumnya. Hasil dari penelitiian ini juga menunjukkan bahwa Strategi
Komunikasi Organisasi dalam Meningkatkan kinerja Pegawai di Kantor Sekda
Kabupaten Bengkalis dalam bentuk vertikal secara keseluruhan sudah berjalan baik.

2.3. Kerangka Berpikir

Hovland sebagaimana yang dikutip oleh Alice T.R. menjelaskan bahwa komunikasi
adalah proses bila mana seseorang individu atau komunikator menyampaikan stimulan
berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku individu lainnya atau
komunikan. Komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh komunikator kepada komunikan.

Sejalan dengan hal tersebut, Robbins juga mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses penyampaian informasi, gagasan, fakta, pikiran dan perasaan dari satu orang ke
orang lain.61 Dalam kehidupan organisasi, komunikasi menjadi sesuatu yang sangat
penting karena komunikasi dapat meningkatkan saling pengertian antara atasan dan
bawahan dalam hal ini pegawai dan pimpinan, dan meningkatkan koordinasi dari
berbagai macam kegiatan/tugas yang berbeda. Pendapat ini ditegaskan oleh Golddhaber
bahwa komunikasi merupakan proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu
jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan
yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

Dengan demikian, dalam komunikasi tersebut terkandung konsep- konsep proses,


pesan, jaringan, keadaan saling bergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidak pastian.
Dari uraian di atas jelas bahwa komunikasi sangat esensial sekali bagi kehidupan
organisasi khususnya untuk pengelolaan tambang.

Oleh karena itu, strategi komunikasi organisasi yang baik, akan memberikan dampak
yang efektif bagi peningkatan kinerja pekerja/karyawan tambang. Dalam penelitian ini,
tolak ukur atau indikator-indikator strategi yang dapat digunakan dalam mempermudah
proses penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi vertikal yaitu komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dan


komunikasi bawahan dengan atasan, dengan indikator adalah:
a. Komunikasi pimpinan organisasi dengan anggota yang sifatnya timbal balik.
b. Komunikasi kebawah antara lain penyampaian informasi, pengarahan, intruksi
kerja, saran, penilaian atau pujian dan teguran.
c. Komunikasi keatas, terjadi akibat adanya respon atau umpan balik terhadap
pesan yang telah disampaikan pimpinan organisasi kepada anggotanya antara
lain penyampaian informasi tentang pekerjaan, saran dan keluhan.
2. Komunikasi yang terjadi antara rekan-rekan sejawat (sesama anggota) dalam unit
kerja yang sama, dengan indikator sebagai berikut:
a. Komunikasi anggota dengan anggota dengan lainnya yang sifatnya timbal
balik yakni mengkoordinasikan penugasan kerja berupa berbagi informasi
mengenai rencana dan kegiatan.
b. Terjadinya pertukaran informasi pada proses komunikasi sesama anggota
yakni untuk memecahkan masalah dan mempermudah pemahaman bersama.

Anda mungkin juga menyukai