Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DEMOKRASI DI ERA DIGITAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan dibimbing
oleh
Diah Pudjiastuti,S.H.,M.H

Disusun Oleh:

Qaulan Syadiida Zahra

10090223008

PROGRAM STUDY EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Tiada henti penulis haturkan rasa syukur kepada Allah Subhanahuata’ala atas rahmat, karunia
dan kesempatan yang tidak terkira namun sangat terasa, sehingga sudah sepatutnya penulis
merefleksikan hal-hal yang diridhoi-Nya agar menjadi manfaat untuk sekitar. Atas kesempatan
tersebut, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tema “Demokrasi pada era digital” sebagai
salah satu syarat penilaian pada mata Kewarganegaraan.

Makalah ini telah disusun oleh penulis dengan maksimal dan tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak demi kelancaran penyusunan makalah ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak yang turut berpartisipasi dalam penyelesaian penulisan makalah.
Penulis menyadari bahwa kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang terbatas membuat
tulisan yang tertuang di dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun penulis yakin
makalah ini akan menjadi pemacu semangat penulis serta menjadi ilmu dan menambah wawasan bagi
pembaca terhadap topik yang diangkat.

Segala saran dan kritik pembaca sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah-
makalah berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………
BAB 1 Pendahuluan …………………………………………………………………………
1.1 Latar belakang………………………………………………………………………..
1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………………….....
1.3 Tujuan penulisan ………………………………………………………………………
BAB 3 pembahasan ……………………………………………………………………………
2.1 perkembangan teknologi informasi dan media social memengaruhi partisipan politik
dalam konteks demokrasi digital ………………………………………………………
2.2 transparansi pemerintah di era demokrasi ………………………………………….....
2.3 keamanan data dan privasi dalam demokrasi di era digital yang berkelanjutan ………
2.4 pengaruh algoritma dan filter bubble dalam media social……………………………..
2.5 pengaruh demokrasi di era digital dalam reperensasi dan keterwakilan politik dalam
lingkungan digital………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Penelitian

Pada era digital dewasa ini, demokrasi di Indonesia semakin disorot khususnya dalam praktik
pelibatan politik warga negara muda. Hart, S. (2009, hal.641–642) menyatakan bahwa kita sedang
mengalami krisis kewarganegaraan yang diarahkan pada kaum muda. Fenomena nyata saat ini kita
masih berhadapan dengan sikap oportunis, apatis dan pesimis pada warga negara muda terhadap
politik. Dalam hal ini, Bincof, M., & Student (2018, hal. 64) berpendapat jika diberbagai negara,
pemahaman, dan persepsi kaum muda dalam partisipasi politik tetap mengecewakan. Oleh sebab itu,
orientasi praktik pelibatan politik warga negara muda yang masih berada pada masa transisi perlu di
akomodasi agar tetap berada pada situasi yang kondusif pada lajur pelibatan politik.

Artikulasi pelibatan politik warga negara muda berada pada kondisi yang terus bergejolak.
dalam sejarah Indonesia, Jurdi, S. (2012, hal. 30) menjelaskan bahwa peran pemuda dalam politik di
Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosio kultural yang merupakan manifestasi
dari keinginan untuk terbebas dari kolonialisme. Namun, bagaimanapun asumsinya, peran warga
negara muda dalam politik tetap menjadi penting sesuai dengan pendapat Marchi, R., & Clark, L. S
(2017, hal. 55) yang menyatakan jika ketertarikan pada partisipasi dalam protes pada pemuda, telah
berkembang menjadi bidang penelitian substansial sendiri dalam kehidupan sehari-hari anak muda
yang kemudian dapat ditransformasikan menjadi keterlibatan sipil. Berdasar pada hal tersebut, dapat
dipahami bahwa peta pelibatan politik warga negara muda menjadi pembasisan politik yang selalu
menarik untuk dibicarakan karena mereka memiliki posisi yang strategis dalam konstruksi
pembangunan baik secara mikro maupun makro.
Tentang warga negara muda, Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia mempunyai
penegasan terhadap pentingnya kaum muda dalam perubahan yaitu “Beri Aku 100 Orang Tua Niscaya
Akan Kucabut Semeru dari Akarnya, Beri Aku 10 Pemuda Maka Akan Kuguncangkan Dunia”.
Demikian ungkapan Pak Soekarno yang mengisyaratkan bahwa pemuda menjadi objek dalam
perubahan karena pemuda memiliki integritas yang tinggi pada perkembangan zaman. Berkaitan
dengan hal ini, Thomas, E., Jennifer, E., & Maher Thomas V. (2017, hal. 279–278) menyatakan jika
pemuda berada pada saat yang kritis dalam pengembangan identitas mereka. Oleh karena itu, sangat
penting untuk melibatkan pemuda dalam politik sesuai dengan cara-cara yang menghormati identitas
mereka sebagai warga negara muda.

Memasuki era revolusi industri tuduhan terhadap warga negara muda yang kurang tertari
dalam
dalam kontes politik ramai dalam kajian perkembangan politik dunia. Di Bangladesh, inisiatif
pemerintah untuk melibatkan kaum muda dalam politik adalah melalui pelatihan kepemimpinan
(Tamanna, 2018, hal. 85). Sementara di Nigeria, pemerintah setempat mencoba berbagai cara untuk
membuat pemuda tertarik pada politik salah satu caranya adalah dengan pendirian National
Orientation Agency (NOA) yang menyediakan platform e- polling yang menarik bagi remaja
(Ekwenchi, O., & Udenze, S., 2014, hal. 1–8). Survei tentang sikap anak muda terhadap kehidupan
demokratis di Inggris, Prancis, Spanyol, Austria, Finlandia, dan Hungaria menunjukkan bahwa kaum
muda bersedia untuk terlibat secara politik tetapi partisipasi mereka terkalahkan oleh praktik politik
arus utama yang ada. Banyak di antara anak muda Eropa berpartisipasi dalam kehidupan demokrasi,
tetapi keinginan tersebut tidak dipenuhi oleh lembaga dan wacana demokrasi yang ada (Cammaerts,
B., Bruter, M., Banaji, S., Harrison, S., & Anstead, N., 2013. hal. 645-664). Berdasarkan pada realitas
tersebut menjadi perhatian bersama bahwa gerak pemuda dalam politik membutuhkan pengelolaan
potensi sehingga dapat meminimalisasi krisis pelibatan politik yang dituduhkan pada warga negara
muda.

Masalah pelibatan pemuda dalam politik masih menjadi tantangan bagi kehidupan demokrasi
perilaku mereka sering kali menimbulkan tanda tanya terhadap perannya sebagai warga negara.
Namun demikian Wells, S. D., & Dudash, E. A. (2007, hal. 1280) menegaskan bahwa upaya dalam
menginvestigasi politik pada warga negara muda dapat membantu menerangi sikap dan perilaku
warga negara muda dalam konteks politik. Berhubungan dengan situasi ini, menjadi evaluasi
kemudian terhadap pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia yang telah terjadi selama
ini. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Staeheli, L. A., & Hammett, D. (2010, hal. 667)
bahwa Pendidikan kewarganegaraan digunakan dalam upaya untuk menciptakan masyarakat jenis dan
dapat berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara. Adanya kejenuhan dengan tontonan
lakon drama politik menjadikan kegamangan bagi warga negara muda akan perannya dalam bingkai
politik. Sementara di sisi lain, pola pikir warga negara muda di Indonesia tidak terlepas dari pusaran
revolusi industri yang telah menjadikan warga negara muda di Indonesia berbeda dalam hal pola
komunikasi, berpikir, dan pola memandang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Partisipasi politik warga negara merupakan suatu konsekuensi logis dari diberlakukannya
sistem demokrasi pada suatu negara. Verba, S. (1967, hal.53– 78) menegaskan bahwa partisipasi
dalam masyarakat demokrasi adalah suatu “nilai” yang berharga bagi pembuat keputusan. Selaras
dengan hal tersebut, hasil penelitian Webb, M. O., Karabayeva, A. G., & Kuntuova, I. M. (2015, hal.
747- 772) mengenai konsepsi warga negara tentang demokrasi yang dapat mempengaruhi mereka
terlibat dengan sistem politik terutama telah memprediksi bahwa ke tidak puasan memotivasi
keterlibatan politik warga negara. Oleh karena itu, mengenai pelaksanaan demokrasi untuk
mendukung perkembangan generasi muda kita sebagai warga negara yang berempati maka diperlukan
arahan yang sistematis, terkonsep dan terencana dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi pembahasan pada topik makalah adalah:
1. Bagaimana perkembangan teknologi informasi dan media sosial memengaruhi
partisipasi politik dalam konteks demokrasi digital?
2. Apakah transparansi pemerintahan di era digital telah memperkuat atau melemahkan
prinsip demokrasi?
3. Bagaimana keamanan data dan privasi pengguna menjadi isu utama dalam mendorong
demokrasi digital yang berkelanjutan?
4. Apakah adanya pengaruh algoritma dan filter bubble dalam media sosial mengancam
pluralisme dalam wacana politik dalam masyarakat digital?
5. Bagaimana demokrasi di era digital memengaruhi representasi dan keterwakilan
politik dalam lingkungan digital?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah dengan topik “ Demokrasi Pada Era Digital ” diantaranya:
1. Menjelaskan bagaimana perkembangan teknologi informasi dan media sosial
memengaruhi partisipan dalam konteks demokrasi digital.
2. Menjelaskan transparansi pemerintahan di era digital telah memperkuat atau
melemahkan prinsip demokrasi.
3. Menjelaskan keamanan data dan privasi pengguna menjadi isu utama dalam
mendorong demokrasi digital yang berkelanjutan.
4. Menjelaskan bagaimana pengaruh algoritma dan filter bubble dalam media sosial
mengancam pluralisme dalam wacana politik dalam masyarakat digital.
5. Menjelaskan bagaimana demokrasi di era digital memengaruhi representasi dan
keterwakilan politik dalam lingkungan digital.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengaruh Perkembangan Teknologi Informasi Dan Media Sosial Terhadap


Partisipasi Politik Dalam Konteks Demokrasi Digital

Demokrasi pada era digital adalah transformasi dari proses politik tradisional ke dalam
lingkungan yang didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi. Ini mencakup partisipasi
publik yang diperluas melalui media sosial, akses yang lebih cepat terhadap informasi politik, serta
perubahan dalam cara pemilih memperoleh, berbagi, dan memproses informasi yang memengaruhi
keputusan politik. Sementara demokrasi pada era digital memberikan peluang baru untuk partisipasi
dan keterlibatan, juga menimbulkan tantanga seperti privasi, keamanan data, dan tantangan terkait
dengan manipulasi informasi

Perkembangan teknologi informasi dan media sosial telah mengubah cara orang berpartisipasi
dalam politik secara signifikan. Dalam konteks demokrasi digital, teknologi telah memungkinkan
akses yang lebih luas terhadap informasi politik, meningkatkan interaksi antara warga dengan
pemimpin politik, serta memfasilitasi gerakan sosial dan aktivisme politik di tingkat yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Hal ini juga telah mempengaruhi cara kampanye politik dilaksanakan dan
memperluas ruang bagi partisipasi publik dalam pengambilan keputusan politik. Namun, hal ini juga
memunculkan isu-isu baru seperti penyebaran informasi palsu, polarisasi politik, dan keamanan data
yang perlu ditangani dalam konteks demokrasi digital.

Perkembangan teknologi informasi dan media sosial telah membawa sejumlah mamfaat besar
dalam partisipasi politik dalam konteks demokrasi digital:
1. Informasi yang Luas
Media sosial memungkinkan penyebaran informasi politik dengan cepat dan luas, memberikan akses
yang lebih besar kepada warga untuk memperoleh berita dan pandangan politik dari berbagai sumber.

2. Partisipasi Publik yang Meningkat


Teknologi memfasilitasi partisipasi langsung dalam proses politik melalui petisi online, polling, dan
diskusi daring, memungkinkan warga untuk berkontribusi pada isu-isu politik.

3. Keterlibatan Lebih Aktif:


Media sosial memberikan platform untuk memobilisasi dukungan bagi kandidat atau isu tertentu,
menggalang kampanye crowdfunding, serta mengorganisir aksi politik atau demonstrasi.

4. Transparansi dan Akuntabilitas


Teknologi juga memungkinkan pemerintahan yang lebih terbuka dengan menyediakan data dan
informasi secara transparan kepada publik, memungkinkan pengawasan yang lebih baik terhadap
keputusan politik.

5. Demokratisasi Komunikasi
Teknologi memungkinkan interaksi dua arah antara pemimpin dan warga, membuka saluran
komunikasi yang lebih langsung dan terbuka antara pemerintah dan masyarakat.

6. Pola Pikir Kolaboratif


Dengan memungkinkan kolaborasi online, teknologi telah memfasilitasi penyusunan kebijakan yang
lebih inklusif dan berbasis konsensus.

Namun, sementara manfaat ini signifikan, juga terdapat tantangan seperti penyebaran
Informasi palsu, polarisasi, dan kontrol atas data pribadi yang perlu diatasi untuk memastikan
demokrasi digital yang sehat dan berkelanjutan.

Peran masyarakat sangat penting dalam perkembangan teknologi informasi dan media sosial
serta pengaruhnya terhadap partisipasi politik dalam demokrasi digital. Beberapa peran yang
dimainkan oleh masyarakat termasuk:

1. Kreativitas Pengguna
Masyarakat menciptakan konten, memulai gerakan politik, dan menggunakan platform media sosial
untuk menyuarakan pandangan politik mereka.

2. Kontrol Konsumen
Respons dan interaksi pengguna dengan teknologi informasi dan media sosial mempengaruhi
perkembangan dan arah yang diambil oleh platform-platform tersebut.

3. Pendidikan dan Kesadaran


Masyarakat yang teredukasi tentang media sosial dan teknologi informasi memiliki kemampuan yang
lebih baik untuk berpartisipasi secara aktif dalam diskusi politik online dan memahami implikasi dari
informasi yang mereka konsumsi.

4. Kritik dan Tuntutan Perubahan


Masyarakat juga memiliki peran dalam memberikan kritik terhadap kebijakan atau praktik media
sosial yang mungkin membatasi partisipasi politik yang sehat dan beragam.

5. Pengaturan Diri
Kesadaran akan dampak filter bubble dan algoritma serta upaya untuk menyaring informasi secara
bijaksana dapat menjadi peran yang dimainkan oleh masyarakat dalam menciptakan lingkungan
politik yang lebih inklusif.

Dengan demikian, partisipasi aktif dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan teknologi
informasi dan media sosial sangat berpengaruh dalam bentuk demokrasi digital yang berkembang.

2.2 Transparansi Pemerintahan Di Era Digital Demokrasi

Transparansi pemerintahan dalam era digital dapat dianggap sebagai faktor yang memiliki
dampak ganda terhadap prinsip demokrasi.
Dalam satu sisi, transparansi yang disediakan oleh teknologi memperkuat prinsip demokrasi
dengan:
1. Akuntabilitas yang Lebih Baik
Memungkinkan pengawasan yang lebih efektif oleh masyarakat terhadap tindakan pemerintah. Ini
menciptakan tekanan untuk bertanggung jawab atas keputusan politik.

2. Partisipasi Publik yang Meningkat


Dengan memberikan akses lebih besar terhadap informasi, transparansi memungkinkan partisipasi
publik yang lebih aktif dalam proses pembuatan keputusan.
Namun, di sisi lain, terdapat argumen bahwa transparansi pemerintahan dalam era digital juga
Bisa melemahkan prinsip Demokrasi krena ;
1. Kebingungan Informasi
Terlalu banyak informasi yang tersedia bisa menyebabkan kebingungan atau disinformasi di kalangan
masyarakat, menghalangi pemahaman yang jelas tentang isu-isu politik.

2. Keamanan Data dan Privasi


Transparansi yang berlebihan bisa mengorbankan keamanan data dan privasi individu, mengancam
kebebasan individu dalam menyampaikan pendapat atau berpartisipasi dalam proses politik.
Jadi, meskipun transparansi pemerintahan dalam era digital memiliki potensi untuk
memperkukuatdemokrasi dengan memungkinkan kontrol yang lebih besar dan partisipasi masyarakat
yang lebih luas, juga ada tantangan yang perlu ditangani agar prinsip demokrasi tetap terjaga seiring
dengan penggunaan teknologi informasi yang terus berkembang

2.3 Keamanan Data Dan Privasi Pengguna Dalam Mendorong Demokrasi Digital Yang
Berkelanjutan

Keamanan data dan privasi pengguna menjadi isu krusial dalam demokrasi digital yang
berkelanjutan karena melibatkan akses yang adil, perlindungan terhadap informasi pribadi, dan
kepercayaan dalam proses politik yang transparan. Tanpa keamanan data yang kuat dan privasi yang
terjaga, ada risiko manipulasi informasi, pengawasan yang tidak sah, dan pelanggaran terhadap hak-
hak individu, yang semuanya dapat mengancam integritas demokrasi digital. Membangun fondasi
yang kokoh dalam perlindungan data dan privasi akan mendukung sistem yang inklusif dan transparan
bagi masyarakat dalam partisipasi politik dan keputusan bersama.
Sistem keamanan data dan privasi dalam demokrasi era digital melibatkan sejumlah langkah
kunci:
1. Regulasi yang Kuat
Pembentukan dan penerapan hukum yang memastikan perlindungan data pengguna serta memberikan
sanksi yang tegas terhadap pelanggaran privasi.

2. Teknologi Enkripsi
Menggunakan teknologi enkripsi yang kuat untuk melindungi data pribadi saat transit dan
penyimpanan, sehingga hanya dapat diakses oleh pihak yang sah.
3. Kesadaran Pengguna
Edukasi dan kesadaran pengguna tentang pentingnya privasi data dan praktik yang aman dalam
berbagi informasi secara online.

4. Transparansi dan Pertanggungjawaban


Pemerintah dan perusahaan teknologi harus bertanggung jawab dalam mengelola data pengguna dan
memberikan transparansi tentang bagaimana data digunakan.

5. Kerja Sama Internasional


Kerjasama lintas negara dalam membentuk standar keamanan data global dan menjalankan proses
hukum terkait pelanggaran keamanan data.

Dalam konteks demokrasi digital, keamanan data dan privasi pengguna adalah fondasi penting
untuk memastikan kepercayaan dan keterlibatan yang adil dalam proses politik serta memberikan
perlindungan terhadap hak-hak individu.

2.4 Pengaruh Algoritma Dan filter Bubble Dalam Media Sosial

Pengaruh algoritma dan filter bubble dalam media sosial dapat mengancam pluralisme dalam
wacana politik karena cenderung membatasi paparan informasi yang beragam, mengarahkan individu
pada konten yang mendukung pandangan yang sudah ada, dan mempersempit sudut pandang yang
mereka terima. Hal ini bisa menghambat pertukaran pendapat yang sehat dan beragam dalam
masyarakat digital

Beberapa faktor yang mempengaruhi ancaman algoritma dan filter bubble dalam wacana politik
di masyarakat antara lain:
1. Algoritma Media Sosial
Algoritma yang diprogram untuk menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna bisa
membatasi paparan informasi yang beragam.

2. Polarisasi Politik
Kondisi polarisasi politik di masyarakat juga dapat memperkuat filter bubble, di mana individu
cenderung mencari informasi yang memperkuat pandangan yang sudah ada.
3. Kekuatan Berbagi Informasi
Informasi yang viral atau populer sering kali lebih mudah tersebar, bahkan jika tidak memiliki
keakuratan atau validitas yang cukup.

4. Pilihan Konsumen Pengguna


sering kali memilih untuk mengonsumsi konten yang sesuai dengan keyakinan atau pandangan politik
yang sudah ada.

Semua faktor ini dapat bekerja bersama-sama untuk memperkuat filter bubble dan mengurangi
keberagaman pendapat dalam wacana politik di media sosial. Beberapa cara untuk menangani
ancaman algoritma dan filter bubble dalam wacana politik di masyarakat antara lain:

1. Pendidikan dan Kesadaran


Edukasi mengenai pentingnya mendapatkan informasi dari berbagai sumber dapat membantu
individu memahami keberagaman pendapat.

2. Pengembangan Literasi Digital


Memberikan keterampilan kepada masyarakat untuk menganalisis informasi, menilai keakuratan, dan
memahami berbagai sudut pandang dalam politik.

3. Peningkatan Transparansi Algoritma


Memperjuangkan keterbukaan dari platform media sosial mengenai cara kerja algoritma mereka untuk
memunculkan konten, sehingga pengguna lebih memahami bagaimana informasi dipresentasikan.

4. Promosi Keberagaman Pendapat


Mendorong diskusi yang inklusif dan memperluas jaringan informasi agar lebih mencakup sudut
pandang yang beragam dalam wacana politik.

5. Kolaborasi Antar-platform
Upaya bersama antara platform media sosial, akademisi, pemerintah, dan masyarakat untuk
menciptakan solusi yang mempromosikan keberagaman informasi.

Kombinasi dari upaya tersebut dapat membantu mengurangi efek negatif dari algoritma dan filter
bubble dalam wacana politik di masyarakat digital.
Meskipun ada banyak kritik terhadap algoritma dan filter bubble dalam wacana politik, ada
beberapa dampak positif yang juga bisa dicatat:

1. Personalisasi Konten
Algoritma bisa membantu menyajikan konten yang lebih relevan dan menarik bagi pengguna,
sehingga meningkatkan keterlibatan mereka dalam isu politik yang mereka pedulikan.

2. Efisiensi Informasi
Filter bubble kadang-kadang memungkinkan pengguna untuk dengan cepat mengakses informasi
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan politik mereka tanpa harus menelusuri banyak sumber.

3. Pola Pemikiran yang Konsisten


Bagi beberapa individu, filter bubble dapat mempertahankan konsistensi pemikiran dan keyakinan
politik mereka, yang bisa dianggap sebagai kestabilan mental dan emosional dalam masyarakat yang
seringkali polarisasi.

4. Dukungan Komunitas
Filter bubble juga dapat memperkuat komunitas online dengan pemikiran serupa, memberikan
dukungan emosional dan mental dalam pandangan politik yang mereka yakini.

Namun, sementara ada dampak positif, penting untuk diingat bahwa keberagaman pendapat
dan eksposur pada berbagai sudut pandang juga sangat penting dalam wacana politik yang sehat dan
demokratis.

2.5 Pengaruh Demokrasi Di Era Digital Dalam Reperensasi Dan Keterwakilan Politik Dalam
Limgkungan Digital

Pengaruh demokrasi di era digital terhadap representasi dan keterwakilan politik dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang:

1. Peningkatan Akses Informasi


Era digital memungkinkan akses yang lebih cepat dan luas terhadap informasi politik,
memungkinkan warga untuk lebih terinformasi tentang kebijakan, calon, dan isu-isu politik.
2. Keterlibatan Aktif
Media sosial memberi platform bagi partisipasi aktif warga dalam diskusi politik, memungkinkan
mereka untuk menyuarakan pendapat, mendiskusikan isu-isu, dan mengorganisir aksi politik.

3. Diversifikasi Keterwakilan
Lebih banyak kelompok yang sebelumnya kurang terwakili (misalnya minoritas, kelompok
masyarakat tertentu) dapat menggunakan media sosial untuk menyuarakan kepentingan mereka dan
memperjuangkan representasi politik yang lebih baik.

4. Responsivitas Pemimpin
Pemimpin politik dapat lebih responsif terhadap aspirasi dan kebutuhan masyarakat karena mereka
dapat memantau sentimen publik melalui platform digital.

5. Pembentukan Opini Publik


Media sosial dapat membentuk opini publik dengan cepat, mempengaruhi pandangan politik, dan
memobilisasi dukungan untuk isu tertentu atau kandidat politik.

Era digital telah mengubah cara demokrasi beroperasi dalam hal representasi dan
keterwakilan politik di lingkungan digital dengan cara sebagai berikut:

1. Akses dan Partisipasi yang Lebih Luas


eknologi memungkinkan akses yang lebih mudah terhadap informasi politik dan platform partisipasi
bagi individu yang sebelumnya mungkin sulit terlibat dalam proses politik.

2. Peningkatan Keterwakilan Diversitas


Media sosial memberi suara pada kelompok-kelompok yang sebelumnya mungkin tidak terwakili
dengan baik dalam lingkup politik konvensional, seperti minoritas atau kelompok masyarakat tertentu.

3. Responsivitas Politik yang Cepat


Dengan cepatnya penyebaran informasi di media sosial, politisi dapat merespons isu-isu yang sedang
viral atau mendapatkan perhatian publik dengan lebih cepat.

4. *Pengaruh Pengguna Aktif


Partisipasi aktif pengguna dalam diskusi politik online dapat mempengaruhi opini dan kebijakan
politik, memberi tekanan pada pemimpin untuk bertindak sesuai dengan kehendak publik.
5. *Peningkatan Dialog dan Interaksi:* Media sosial memungkinkan dialog antara warga dan
pemimpin, menciptakan kesempatan untuk diskusi yang lebih terbuka dan transparan.

Anda mungkin juga menyukai