Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TAHAPAN TRAUMA HEALING


( Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Konseling Trauma )

Dosen Pengampu: Bpk. M.Nikman Naser, M.Pd

Disusun oleh ( kelompok 4 )


1. Aulia Hayatul Husna (1911320011)
2. Hania Rahmadani (1911320030)
3. Vira Nur Aziza (19113200)
4. Violina (1911320053)
5. Andryna Nur Rahmadhani (1911320040)
6. Dispan Ferry Seftian (1911320042)
7. Ulfi Frezelia (19113200
8. Destiya Dwy Sahfitri (19113200

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM (DAKWAH)


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) B E N G K U L U
TAHUN 2 0 2 1
KATA PENGANTAR

Bismillahirarahmanirrahim,
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya maka makalah Konseling Trauma dengan judul ”Tahapan Trauma
Healing” dapat diselesaikan pada waktunya. Makalah di buat secara berkelanjutan
dengan maksud, tujuan, arah dan sasaran yang jelas berdasarkan materi yang
dikumpulkan .
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca untuk selanjutnya dapat jadi pedoman dan dilaksanakan
sebaik-baiknya serta penuh tanggung jawab.
Di karenakan keterbatasan pengetahuan maupu kemampuan kami,makalah ini
masih banyak kekurangan di dalam nya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Urgensi Trauma Healing........................................................................3


B. Tahapan-tahapan Trauma Healing.........................................................4
C. Tahapan Trauma Healing Untuk Korban Bencana................................9
D. Tahapan Trauma Healing Untuk Korban Bullying……………………9
E. Tahapan Trauma Healing Untuk Korban Pelecehan……..………..…10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Siapapun di dunia ini tidak pernah memiliki keinginan tertimpa


atau mengalami kemalangan atau kesusahan didalam hidupnya. Segala
sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan atau merusak tatanan yang ada
akan dianggap sebagai bentuk musibah atau bencana.
Bencana dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, ada dua penyebab
terjadinya bencana yakni faktor alam dan ulah manusia. Bencana alam
adalah bencana yang dikarenakan oleh suatu kekuatan alam dan
peristiwanya tidak dapat dikontrol oleh manusia. (Iskandar, 2013:32)
Bencana dapat mengakibatkan kerusakan fisik (korban dan
infrastruktur) dan gangguan psikologis (trauma, stres, depresi, kecemasan,
dan sebagainya). Seringkali setelah terjadinya bencana, yang menjadi titik
pusat perhatian hanya penanganan fisik semata, namun penanganan psikis
korban bencana yang selamat (survivor) terabaikan
Pendapat peneliti di atas didukung oleh Hawari (2011:85-86) yang
mengemukakan bahwa pada umumnya ,asyarakat dan pemerintah dalam
menyikapi korban berbagai macam peristiwa, lebih menitikberatkan pada
aspek yang sifatnya fisik; misalnya bantuan pengobatan, sandang, pangan
dan papan. Aspek kejiwaan/mental/psikologik yang mengarah pada
gangguan stress pasca trauma kurang diperhatikan. Stres pasca trauma itu
sendiri bila tidak ditangani dengan sungguh-sungguh dan professional.

1
A. Rumusan Masalah
1. Apa Urgensi dari Trauma Healing?
2. Bagaimana Tahapan dalam Trauma Healing?
3. Bagaimana Tahapan Trauma Healing untuk korban Bencana alam?
4. Bagaimana Tahapan Trauma Healing untuk korban Bullying?
5. Bagaimana Tahapan Trauma Healing untuk korban Pelecehan?

B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Urgensi dari Trauma Healing.
2. Untuk mengetahui Tahapan dalam Trauma Healing.
3. Untuk mengetahui Tahapan Trauma Healing untuk korban Bencana
alam.
4. Untuk mengetahui Tahapan Trauma Healing untuk korban Bullying.
5. Untuk mengetahui Tahapan Trauma Healing untuk korban Pelecehan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi Trauma Healing

Trauma pada dasarnya menurut kamus Psikologi berarti sakit,


atau shock yang seringkali berupa fisik atau struktural maupun juga
mental dalam bentuk shock emosi yang menghasilkan gangguan lebih
kurang tentang ketahanan fungsi-fungsi mental (Drever, 1988).
Sedangkan healing secara bahasa memiliki arti penyembuhan (Shadily,
1992). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Trauma Healing merupakan
satu proses pemberian bantuan berupa penyembuhan untuk mengatasi
gangguan psikologis seperti kecemasan, panik, dan gangguan lainnya karena
lemahnya ketahanan fungsi-fungsi mental yang dimiliki individu korban
bencana alam tersebut.
Trauma Healing merupakan salah satu kebutuhan utama khususnya
bagi korban bencana, dengan terapi trauma healing korban diharapkan dapat
berangsur pulih dari trauma yang dialami dalam hidupnya. Karena trauma
merupakan sebuah kejadian emosional dan fisik yang dapat dikatakan serius
karena mengakibatkan kerusakan substansial terhadap fisik dan
psikologis seseorang dalam rentangan waktu yang relatif lama (Weaver,
2003). Trauma dapat menyebabkan kondisi emosional yang dapat
berkembang dikarenakan adanya sebuah peristiwa yang kurang berkenan,
menyedihkan, menyakitkan, menakutkan, mencemaskan dan
menjengkelakan. Peristiwa traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai
atau terlibat langsung dalam peristiwa bencana alam dapat merusak rasa
aman, serta membuat anak merasa tidak berdaya dan rentan atau bisa
dikarenakan traumatik atas peristiwa bullying, pelecehan pada masa lalu nya.

3
Trauma healing pada anak cenderung lebih sulit, ketimbang trauma healing
pada orang dewasa. Karena, anak-anak seringkali sulit menceritakan
kecemasannya dibandingkan orang dewasa.1

B. Tahapan-tahapan Trauma Healing

Metode trauma healing yang tepat untuk anak-anak adalah bermain.


Anak-anak akan diajak bernyanyi, bercerita, dan melakukan permainan
tertentu. Trauma healing harus dilakukan secara rutin setiap hari.

Tahapan dalam trauma healing/Pemulihan trauma,

 Fase 1: Keamanan dan Stabilitas

Para ahli yang kita datangi akan memberikan obat-obatan dan


kebutuhan lainnya untuk pemulihan. Penting untuk mengikuti
perintah dokter dan untuk bersabar dengan diri sendiri karena
kesembuhan memiliki waktu.

Seorang ahli kesehatan mental akan membantu menavigasi fase


pertama dalam pemulihan trauma. Kita akan belajar menangani emosi
berlebih, mengatur perasaan, mengelola ketakutan, hingga
menstabilkan diri kita ketika dihadapkan dengan pemicu trauma.

 Fase 2: Mengingat dan Berduka

Setelah memulihkan rasa aman dan stabilitas pasca peristiwa


traumatis, ahli kesehatan mental akan mendorong kita untuk
memproses trauma dan mengakui apa saja yang telah hilang dari diri

1
Koentjoro, Budi Andayani. 2007.
Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan Trauma Healing Melalui Kegiatan
Psikologi dan Rohani. UNISIA No 63/XXX/I/2007

4
kita. Artinya, kita akan menjelajahi peristiwa itu dan
mengintegrasikannya di lingkungan yang aman.

Pemrosesan psikologis ini seringkali seiring dengan


penyembuhan tubuh. Rasa sakit atau kemunduran fisik bisa
memperlambat pemulihan mental dan emosional, bahkan menjadi
sumber pemicu. Ahli kesehatan mental juga akan membantu
menavigasi proses ini.

 Fase 3: Memulihkan Hubungan

Tahapan terakhir dari pemulihan trauma adalah tentang


pemberdayaan. Kita mungkin khawatir diri kita tidak akan sama
seperti sebelum kegiatan traumatis, tapi yang harus diingat adalah
trauma yang dialami tidak perlu mendefinisikan siapa kita. Jika kita
hidup dengan trauma, ingatlah kita tidak sendirian. Bantuan yang tepat
akan memungkinkan trauma healing tersebut.

C. Tahapan Trauma Healing untuk korban Bencana alam

Kebanyakan dari korban trauma pasca kejadian bencana alam adalah


anak-anak yang dimana akan sulit untuk membantu mereka menghilangkan
rasa trauma mereka. Trauma pada anak tak mudah diatasi. Mereka harus
diperhatikan secara khusus agar trauma tak berkelanjutan. Ini dapat
mengganggu perkembangan, yang terbawa sampai ia dewasa. Trauma anak
didapat dalam bentuk fisik dan psikologis. Trauma psikologis menyangkut
pengalaman emosional menyakitkan, mengejutkan, menegangkan, bahkan
terkadang mengancam jiwa si anak. Pengalaman ini bisa terjadi saat bencana
alam, kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan terorisme.

Trauma pada anak-anak bisa memengaruhi perkembangan normal


otak anak. Termasuk ukuran bagian otak yang membantu mengontrol reaksi
anak terhadap bahaya. Pada usia sekolah, trauma bisa menunda kemampuan
anak bereaksi terhadap bahaya, seperti refleks kejut. Perubahan biologis
dalam tubuh akibat trauma bisa memengaruhi cara anak dan remaja

5
menanggapi bahaya dan tekanan masa depan. Termasuk kesehatan jangka
panjang. Tak hanya berdampak secara biologis, tapi emosional karena masa
ini, emosional anak tahap perkembangan.

Menurut psikolog anak dan keluarga, Ratih Zulhaqqi, trauma healing


bertujuan untuk mengantisipasi Post-Traumatic Syndrome Disorder (PTSD).
PTSD adalah gangguan stres pascatrauma. Trauma healing untuk anak,
kata Ratih, cenderung agak sulit sebab anak seringkali sulit bercerita
perihal kecemasannya seperti orang dewasa. Ia berkata, bermain menjadi
metode trauma healing yang tepat buat anak "(Kalau bermain), mereka
enggak merasa sedang diobati, enggak merasakan situasi yang mencekam.
Dan yang mendampingi tidak boleh selalu mengungkit cerita (tentang
gempa)," katanya saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com Gangguan trauma
paska stres atau yang dikenal juga sebagai Post Traumatic Stress Disorder
(PTSD) adalah sebuah kondisi gangguan kesehatan mental akibat peristiwa
yang mengerikan, seperti kecelakaan, perang, ataupun kejadian bencana
alam (gempa bumi, tsunami, longsor dan lainnya). Dampak dari
gangguan trauma itu sendiri tentu bervariasi, dari yang ringan sampai
yang berat. Berikut beberapa diantaranya: Selalu merasa cemas dan sangat
mengganggu, Terbayang-bayang dengan peristiwa bencana, Mimpi buruk
yang menyebabkan kesulitan tidur, Kondisi fisik penderita menjadi siaga
ketika mereka mengingat ataupun memikirkan trauma yang dialami.

i
Gejala psikis seperti demikian tidak bisa dibiarkan berlarut-
larut. Para korban harus dibantu agar pulih kondisi psikologisnya dari
pengalaman traumatis melalui pemulihan trauma (trauma healing).
Gangguan PTSD pada korban bencana muncul setelah 1 bulan, sedangkan
gangguan trauma yang muncul kurang dari 1 bulan disebut Acute Stress
Disorder (ASD). Biasanya korban yang mengalami ASD dapat pulih kembali
dari gangguan trauma sehingga hanya memerlukan dukungan
psikososial. Sedangkan Gangguan PTSD memerlukan penanganan khusus,
seperti terapi psikis dengan intervensi khusus dan jika sangat mengganggu
dapat dipertimbangkan pemberian obat-obatan

6
Proses penyembuhan trauma pasca bencana didasarkan pada dua kondisi
yaitu:

a). Korban trauma memiliki teman dekat untuk dapat saling berbagi
dan saling memberikan semangat. Melalui kondisi ini korban trauma
dengan sendirinya akan menciptakan kondisi yang aman dan nyaman
dengan lingkungan sekitar. Berbeda apabila memilih sikap untuk diam dan
menarik diri.

b) Mereka tidak pernah ingin melupakan kejadian yang menyebabkan trauma.


Pengalaman bencana yang dialami dijadikan sebagai sebuah pengalaman
yang melekat dalam pikiran. Mereka menerima pengalaman yang
menakutkan tersebut sebagai sebuah referensi bagi kehidupan kedepannya.

Anak yang mengalami trauma yang kemudian diberikan trauma healing akan
melewati beberapa tahapan, diantaranya:

1) Terguncang

Pada tahapan terguncang ini, anak mengalami rasa kaget yang


luar biasa. Di mana anak harus mendengar bahkan melihat kejadian
longsor tanpa adanya pemberitahuan dan persiapan, sehingga hati
dan pikiran anak akan terguncang.

2) Menyangkal

Menyangkal adalah peristiwa tidak menerima kenyataan yang


menghampirinya. Pada tahap menyangkal biasanya akan mulai
muncul gejala-gejala trauma.

3) Marah

Setelah menyangkal, maka anak akan marah atau lebih ekstremnya


lagi anak memberontak. Anak belum bisa menerima keadaan yang
terjadi.

4) Tidak berdaya

7
Pada tahap tidak berdaya ini anak mulai luluh dan mengerti
hikmah dari kejadian yang menimpanya. Ada proses pengakuan
dalam diri dan kekuatan untuk dapat menerima situasi yang terjadi.
Seperti kehilangan orangtua, teman, dan saudara.

5) Penerimaan

Tahap terakhir yaitu penerimaan adalah tahapan di mana anak


benar-benar dengan lapang dada menerima, dan dapat melihat
peristiwa yang menimpanya dengan positif. Pada tahap ini
gejala-gejala trauma mulai hilang.2

D. Tahapan Trauma Healing untuk korban Bullying

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai terapi yang bisa dilakukan untuk
anak korban bullying:

Konseling
Konseling merupakan langkah pertama yang bisa diambil orangtua.
Konseling dengan psikolog atau psikiater dapat membantu anak terbuka
tentang pengalamannya mengenai tindakan bullying yang dialami.

Nantinya, terapis akan membantu anak menemukan cara efektif untuk


menghadapi situasi tersebut.

Psikoterapi
2
Esther Giller. Sidran Institute. (2018).
What Is Psychological Trauma? (Oniline),
(https://www.sidran.org/resources/forsurvivors-and-loved-ones/what-
ispsychological-trauma/), diakses pada tanggal 12 Oktober 2020.

8
Psikoterapi merupakan salah satu metode penanganan yang umum dilakukan
untuk menangani berbagai masalah kejiwaan dan mental.

Psikoterapi dirancang untuk membantu anak mengidentifikasi,


mengekspresikan, dan mengelola perasaan yang dialami.

Selain itu, terapi ini juga mengajarkan untuk mengatasi perasaan ketakutan
tersebut.

Anak akan terbantu untuk membangun kembali harga dirinya, serta optimis
dan percaya diri tentang masa depan.

Nantinya, psikolog akan memberikan terapi individu. Mungkin juga


disarankan untuk berpartisipasi dalam sesi kelompok dengan anak-anak lain
yang mengatasi masalah serupa.

CBT
Salah satu terapi paling efektif dalam mengatasi gangguan emosi akibat
bullying adalah CBT.

Tindakan penindasan berhubungan dengan kecemasan, depresi, citra diri


yang buruk, penyalahgunaan zat, dan bunuh diri.

Nah, CBT menjadi metode pengobatan yang paling dipercaya dan didukung
penelitian untuk masalah tersebut.

CBT mengajarkan individu untuk lebih memahami pikiran dan perasaannya


dalam kaitannya dengan situasi yang dihadapi.

Terapis akan membantu anak untuk mengidentifikasi masalah, fokus pada


pencarian solusi, dan mendorong untuk mempraktikkan kebiasaan positif

9
Pengobatan
Bila depresi, kecemasan, atau stres anak akibat bullying tidak cukup
ditangani oleh psikoterapi, mungkin akan disarankan untuk menjalani
pengobatan oleh dokter.

Dokter mungkin akan merekomendasikan obat anti-kecemasan atau


antidepresan dalam rencana perawatan. Obat-obatan ini dapat membantu anak
merasa lebih relaks.3

E. Tahapan Trauma Healing untuk korban pelecehan

Cara Mengatasi trauma Pelecehan Seksual,

Selain pendampingan yang intens, mengatasi trauma akibat pelecehan seksual yang
dialami dapat dilakukan dengan cara:

1. Tidak Menyalahkan Diri Sendiri

Korban pelecehan seksual umumnya sering menyalahkan diri sendiri atas kejadian
yang menimpanya. Sebaliknya, sebaiknya hentikan menyalahkan diri sendiri karena
gangguan ini terjadi bukan kesalahan korban. Tidak ada salahnya setelah korban
menjalani kehidupan yang baru, lakukan hal-hal yang menyenangkan dan perawatan
diri

3
Webster, Noah. 1979. Webster’s New Universal Unabridged Dictionary,
New York: World Publishing Co.

10
2.Siap bercerita

Hal pertama yang bisa dilakukan adalah menentukan diri sudah siap atau belum
untuk bercerita. Mengeluarkan isi hati ke orang yang tepat bisa membantu proses
penyembuhan.

“Sebagai korban, bila merasa sudah siap bercerita, maka berceritalah pada orang
yang dipercaya, dan dapat meminta saran atas rencana yang akan dilakukan,

3.Berkonsultasi ke profesional

Profesional bisa membantu mengarahkan korban untuk memaparkan luka yang


dialami tanpa memperburuk keadaan. Oleh karena itu, jangan ragu untuk
berkonsultasi.

Hal lainnya, korban juga dapat mengakses layanan professional. Misalnya konsultasi
ke psikolog untuk membantu proses pemulihan dari trauma.

4. Melapor kepada pihak yang berwajib

Dengan melakukan pelaporan, diharapkan pihak berwajib segera melakukan proses


hukum terhadap pelaku pelecehan seksual tersebut.

“Harapannya agar pelaku mendapat efek jera dan bertanggungjawab atas apa yang
telah dilakukannya,”

5. Menciptakan suasana yang nyaman

11
Ketika situasi mulai aman dan terkendali setelah melapor ke pihak berwajib, saatnya
untuk membuat hati kembali adem dan nyaman.

“Suasana nyaman diperlukan agar dapat berpikir jernih sehingga proses pemulihan
dapat berlangsung dengan baik,”

6. Jangan terus membicarakan pelecehan tersebut

Semakin peristiwa pahit terus diungkit, hati akan terus merasakan sakit. Setop bahas
kejadian tak menyenangkan tersebut.

“Jangan terus-menerus membicarakan kejadian pelecehan seksual. Karena dengan


terus bertanya atau bercerita tentang kejadian tersebut, korban akan terus mengingat
dan mengulang-ulang gambaran tentang apa yang telah terjadi. Hal ini dapat
mengganggu proses pemulihan yang sedang berlangsung,” jelas psikolog yang
merampungkan studi S2 nya di Universitas Indonesia ini.

7.Memberi egedukasi terhadap keluarga korban tentang apa yang dapat dilakukan
untuk membantu pemulihannya

Terapi hati satu ini sangat dibutuhkan korban pelecehan seksual. Edukasi jelas
bermanfaat untuk melupakan pengalaman buruknya.

“Dibutuhkan lingkungan yang kondusif dan dukungan yang positif pada masa masa
pemulihan. Untuk itu, edukasi diperlukan agar pihak keluarga paham dan tepat dalam
bersikap demi pemulihan korban,

8. Melakukan konseling dengan psikolog

12
Ketika tidak ada lagi pihak keluarga atau teman dekat yang mampu menenangkan
hatinya yang terguncang, ada baiknya untuk berkonsultasi lebih intens dengan
psikolog.4

ii

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma healing adalah tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain
untuk mengurangi bahkan menghilangkan gangguan psikologis yang sedang
dialami yang diakibatkan syok atau trauma. Kegiatan trauma healing bisa

4
Webster, Noah. 1979. Webster’s New Universal Unabridged Dictionary,
New York: World Publishing Co.

13
berupa terapi bermain, tetapi aktivitas kelompok, SELF, terapi memasak, ,
relaksi dan lain-lain

A. Saran

Saran dan kritik yang bersifat membangun dari dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kelengkapan isi dari makalah ini, atas perhatianya kami
mengucapkan terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro, Budi Andayani. 2007.


Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan Trauma Healing Melalui Kegiatan
Psikologi dan Rohani. UNISIA No 63/XXX/I/2007

Esther Giller. Sidran Institute. (2018).

14
What Is Psychological Trauma? (Oniline),
(https://www.sidran.org/resources/forsurvivors-and-loved-ones/what-
ispsychological-trauma/), diakses pada tanggal 12 Oktober 2020.

Webster, Noah. 1979. Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, New


York: World Publishing Co.

Webster, Noah. 1979. Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, New


York: World Publishing Co.

15
i

ii

Anda mungkin juga menyukai