PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat
bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik dari
perusahaan yang dipimpinnya: karena baik buruknya performa perusahaan
akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan di pasar dan juga
mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya dari
sebuah perusahaan. Akhirnya, hal ini mempengaruhi ketersediaan dan
besarnya dana yang bisa dimanfaatkan perusahaan beserta tinggi rendahnya
Cour Of Capital (COC) yang harus ditanggungnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Perataan laba dalam laporan keuangan merupakan hal yang biasa dan
dianggap masuk akal (Buntov, 1993). Praktik perataan labu didorong oleh
berbagai faktor. Faktor- faktor pendorong perataan laba dapat dibedakan atas
faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba. Faktor-
faktor konsekuensi dari pilihan akuntansi merupakan kondisi yang dipengaruhi
oleh angka-angka akuntansi, sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi
angka-angka akuntansi akan mempengaruhi kondisi itu. Sedangkan faktor-faktor
laba adalah pengaruh dari angka-angka laba periodik yang dengan sendirinya juga
mendorong perilaku perataan laba. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang
diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya (Prasetio, dkk..
2002).
a) Kompensasi bonus
Pada penelitiannya, Healy menemukan bukti bahwa manajer yang
tidak dapat memenuhi target laba yang ditentukan akan memanipulasi
laba agar dapat mentransfer laba masa kini menjadi laba masa depan.
Selain itu, menurut Harahap(2005), pentingnya laporan keuangan
mengundang manajemen untuk meratakan laba demi mendapatkan
bonus yang tinggi.
b) Kontrak Utang
Defond dan Jimbalvo (1994) dengan menggunakan model Jones,
mengevaluasi tingkat akraal perusahaan yang tidak dapat memenuhi
target laba. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang melanggar
perjanjian utang telah merekayasa labanya, satu periode sebelum
perjanjian utang itu dibuat.
c) Faktor Politik
d) Jones (1991) meneliti perusahaan yang sedang diinvestigasi oleh
International Trade Commision (ITC), la menemukan bukti bahwa
produsen domestic cenderung menurunkan laba dengan teknik
discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan regulasi impor.
Naim dan Hartono (1996) meneliti perusahaan yang diduga melakukan
monopoli dan menemukan bahwa manajer perusahaan melakukan
perataan laba untuk menghindari UU Anti-Trust.
e) Pengurangan Pajak
Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak
yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Arens, Elder, Beasley,
2002)
f) Perubahan CEO
Pouciao (1993) menemukan bukti bahwa perekayasaan labu dilakukan
dengan meningkatkan unexpected accruals pada periode satu tahun
sebelum penggantian eksekutif tak rutin.
1. Profitabilitas
2. Tingkat hutang
3. Tingkat pembayaran dividen
4. Ukuran perusahaan
DAFTAR PUSTAKA