Anda di halaman 1dari 2

Materi psi

Mengapa pembelajaran sastra Indonesia umumnya memiliki kendala untuk tercapaianya apresiasi
sastra?

1. Pengajaran sastra di sekolah tidak berdiri sendiri (otonom) melainkan

hanya menjadi bagian dari mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

2.Proses pembelajaran sastra di sekolah dinilai belum optimal; berlangsung

seadanya, kaku, dan membosankan, sehingga tidak mampu

membangkitkan minat dan gairah siswa untuk belajar sastra secara total

dan intens.

3. Buku-buku sastra yang disiapkan di perpustakaan sekolah dibiarkan tidak

tersentuh. Kurang membaca buku sastra akan berdampak pada kepekaan

moral dan nurani yang rendah menipis.

4. Guru sastra sering dituding sebagai penyebab hampanya atmosfir

pengajaran sastra. Tidak dapat diingkari, ada guru yang tidak berpotensi

(tidak berminat pada sastra).

5. Penyempitan makna pembelajaran sastra. Masalah-masalah sekitar

pembelajaran sastra berawal dari kekurangpahaman bahkan

ketidakpahaman akan makna penting mengajarkan sastra sehingga lahirlah

sikap meremehkan dan mengabaikan pentingnya pengajaran sastra.

6. Bahan pengajaran seorang guru bahasa Indonesia menjadi semakin

membentuk ingkaran setan karena tuntutan pengajaran sastra.

7. Pilihan materi pengajaran dihadapkan pada kenyataan yang menantang

kebijakan pendidikan yang telah digariskan.

8.Sistem kurikum yang tidak berpihak pada pembelajaran sastra

Apa upaya yang sebaiknya dilakukan?

1.Jadikan Sekolah sebagai Lahan Sastra

2. Dibutuhkan Pembelajaran yang Inovatif

3. Membelajarkan Sastra dengan Pendekatan Pragmatik Sastra

4. Bergerak dari Praktik Bersastra ke Teori Bersastra

Proses pembelajaran sastra di sekolah dirasa belum optimal karena bersifat sukarela, ketat,
membosankan dan tidak mampu membangkitkan minat dan gairah siswa untuk belajar sastra secara
keseluruhan. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap sastra tidak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.

Buku-buku sastra yang disimpan di perpustakaan sekolah tetap tidak tersentuh. Kurangnya
membaca karya sastra mempengaruhi kepekaan moral.

Tak heran jika Danart pernah mengatakan bahwa salah satu penyebab perselisihan mahasiswa
adalah mahasiswa yang tidak mengambil mata kuliah sastra dengan baik dan mengenal berbagai
buku sastra.

kurangnya pemahaman akan pentingnya pendidikan sastra, sehingga menimbulkan sikap


meremehkan dan mengabaikan pentingnya pendidikan sastra.

kurangnya pendidik mempunyai pengalaman belajar teori sastra. Selain itu, guru-guru sastra di
Indonesia khususnya tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas juga masih sangat minim
terhadap minat baca sehingga pengetahuan mengapresiasikan karya sastra belum maksimal. Faktor
lain dari guru adalah guru tidak mempunyai metode yang bervariasi dalam mengajar sastra di
sekolah sehingga siswa kurang bersemangat dalam belajar sastra

siswa juga menjadi faktor problematika pembelajaran sastra di sekolah. Faktor dari siswa ini
disebabkan rendahnya minat baca karya sastra sehingga siswa sulit untuk mengapresiasikan karya
sastra

Minimnya jumlah buku karya sastra di sekolah menyebabkan timbulnya karya sastra yang tidak
berbobot, seperti karya sastra yang bergenre romantisme, menyebabkan siswa lebih mengetahui
karya sastra bergenre romantisme daripada karya sastra yang lahir dari sastrawan-sastrawan
Indonesia

di dukung sarana yang sangat lengkap, akan membuat peserta didik lebih mudah memahami karya
sastra. Motivasi dan metode pembelajaran sastra yang bervariasi akan meningkatkan antusiasme
siswa yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai