Anda di halaman 1dari 2

Apa yang Terbesit di Balik Keinginan Berangkat Haji? haji.

haji. Karena itu, tak heran bila haji adalah rukun yang paling jarang dipenuhi
dibanding empat rukun lainnya, entah karena sengaja atau karena ada uzur
Khutbah I syar’i.

‫الَحْم ُد ِللِه اَّلِذ ْي َخ َلَق الّز َم اَن َو َفَّض َل َبْع َض ُه َعَلى َبْع ٍض َفَخ َّص َبْعُض الُّش ُه ْو ِر‬ Keramaian tentang ibadah haji biasanya sudah mulai kita dengar pada bulan
Syawal dan Dzulqa’dah berlanjut kemudian Dzulhijjah yang memang menjadi
‫ِل‬
‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه‬. ‫َو اَألَّياِم َو اَللَيا ي ِبَم َز اَيا َو َفَض اِئِل ُيَعَّظُم ِفْيَه ا اَألْج ُر والَح َس َناُت‬
momentum utama pelaksanaan haji. Dzulhijjah secara bahasa berarti bulan
haji. Memasuki bulan ke-10 atau ke-11 orang-orang sudah disibukkan dengan
tradisi walimatus safar atau syukuran menjelang keberangkatan haji. Media-
‫ُلُه الَّد اِع ى ِبَق ِلِه‬
‫ْو‬ ‫ِإَّال اُهلل َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َلُه َو َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد نا ُمَح َّم ًد ا َعْبُد ُه َو َرُسْو‬ media pun telah ramai memberitakan berbagai persiapan dan aktivitas di
Tanah Suci. Mari kita doakan kepada saudara-saudara kita yang sedang
‫ الّلُه َّم َص ِّل َو َس ِّلْم عَلى َعْبِد َك َو َرُسْو ِلَك ُمَحّم ٍد َو َعَلى آِله‬. ‫َو ِفْع ِلِه ِإَلى الَّر َش اِد‬ menempuh perjalanan mulia ini, semoga senantiasa mendapat bimbingan dari
Allah dan menghasilkan haji yang mabrur!
‫ فَيا َأُّيَه ا الَّناُس اَّتُقوا اَهلل َتَعاَلى‬، ‫ أَّما بْع ُد‬. ‫وأْص َح اِبِه ُه َد اِة اَألَناِم في َأْنَح اِء الِبَالِد‬ Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
‫ِبِف ْع ِل الَّطاَعاِت‬ Di tengah hiruk pikuk orang berangkat haji itulah, orang-orang yang belum
mendapat anugerah berangkat haji terpacu lagi gairahnya untuk bisa

‫َفَق ْد َقاَل اُهلل َتَعال ِفي ِكَتاِبِه اْلَك ِر ْيِم‬:


menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Semangat mereka seolah dipompa
‫َى‬ kembali, angan-angan agar bisa mengenakan pakaian ihram dan mengitari
Ka’bah hidup kembali. Sebuah mimpi dan kehendak yang amat wajar.
‫ِإَّن ِع َّد َة الُّش ُه وِر ِع ْنَد الَّلِه اْثَنا َعَش َش ْه ا ِفي ِكَتاِب الَّلِه َخ َلَق الَّس ا اِت‬
‫َم َو‬ ‫َيْو َم‬ ‫َر ًر‬ Kewajiban haji salah satunya tertuang dalam ayat:
‫ ِإَّن َأَّو َل َبْيٍت ُو ِض َع ِللَّناِس َلَّلِذ ي ِبَبَّك َة‬:‫ وقال أيًض ا‬.‫َو اَأْلْر َض ِم ْنَه ا َأْر َبَعٌة ُح ُر ٌم‬
‫َو ِللِه َعَلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْس َتَطاَع ِإَلْيِه َس ِبياًل‬
‫ ِفيِه آَياٌت َبِّيَناٌت َمَق اُم ِإْبَر اِه يَم َو َمْن َدَخ َلُه َك اَن آِم ًنا‬، ‫ُمَباَر ًك ا َو ُه ًد ى ِلْلَعاَلِم يَن‬
‫َو ِلَّلِه َعَلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْس َتَطاَع ِإَلْيِه َس ِبياًل َو َمْن َكَف َر َفِإ َّن الَّلَه َغِنٌّي َعِن‬ “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah,” (QS Ali Imran: 97).
‫ِم‬
‫اْلَعاَل يَن‬ Ayat ini kerap kita muncul dan kita dengar dalam konteks penjelasan tentang
kewajiban berhaji bagi yang mampu. Dijelaskanlah tolok ukur mampu mulai
dari segi ekonomi, kesehatan fisik, transportasi, keamanan, dan lainnya.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Keterangan tersebut mengacu pada frasa dalam ayat: man-istathâ‘a ilaihi
sabîlâ. Yang kerap tertinggal dari penjelasan tersebut justru frasa di
Di antara lima rukun Islam, haji merupakan ibadah yang tergolong “mewah dan
awal: lillâh (untuk Allah).
berat”. Bukan hanya karena membutuhkan ongkos yang mahal bagi
kebanyakan orang, tapi juga pelaksanaannya memakan waktu dan energi
Lillâh dalam ayat tersebut amat krusial karena merupakan ruh dari kewajiban
yang cukup banyak. Kesadaran akan keterpanggilan pun sangat menentukan.
haji. Semampu apa pun seseorang berhaji ia mesti mencanagkan niatnya
Betapa banyak orang kaya raya yang tak berangkat haji. Sebaliknya, betapa
secara serius untuk semata karena dan kepada Allah ta’âlâ. Jika kata “haji”
sering kita mendengar orang dengan ekonomi pas-pasan mampu menunaikan
secara bahasa berarti menyengaja, maka inti dari kesengajaan itu sepenuhnya
tertuju pada maksud tulus menggapai ridha Allah subhanahu wata’ala. Di luar ada kedua motif status sosial dan jalan-jalan, dorongan lain seseorang
Pertanyaannya: bila keinginan kita ke Tanah Suci kembali meledak-ledak di datang ke Tanah Suci bisa jadi adalah meraup keuntungan ekonomi. Motif ini
musim haji ini, untuk siapa atau untuk apakah keinginan itu? Adakah yang lazimnya melekat pada diri para pelaku bisnis yang mendapatkan berkah dari
terbesit selain beribadah kepada Allah di balik keinginan tersebut? musim haji. Membludaknya jamaah adalah potensi pasar yang nyata.
Momentum yang tepat adalah surga bagi komoditas untuk laris di pasaran.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Di luar keperluan ibadah, haji tak dipungkiri memang mengandung Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
kepentingan-kepentingan lain yang bersifat duniawi. Pertama, secara sosial, Sesuai dengan namanya, haji adalah persoalan menata niat, sebelum hal-hal
haji bisa membuat seseorang merasa “naik kelas” karena faktor budaya yang lain menyangkut ongkos, transportasi, dan aktivitas manasik. Keliru menata
berkembang di masyarakat kita. Biaya haji yang tidak sedikit memberi kesan niat akan berakibat pada kerugian yang besar, mengingat pengorbanan yang
bahwa orang haji adalah orang mampu, mapan, dan kaya. Gelar “haji” yang dicurahkan untuk ibadah haji juga besar. Bukankah sia-sia belaka membangun
diperoleh sepulang nanti juga kian menambah citra kesalehan dan kehormatan istana megah di atas fondasi yang rusak?
diri. Dengan demikian status sosial pun meningkat dari “biasa-biasa” saja
menjadi “luar biasa”. Penyakit hati yang mengiringi kondisi ini biasanya adalah Secara fiqih ibadah haji mungkin sah, tapi secara hakiki bisa jadi keropos baik
sombong, ujub, dan merasa “lebih” daripada orang lain. sejak sebelum berangkat haji, saat berhaji, bahkan setelah berhaji. Ini adalah
tantangan yang amat sulit karena memang berurusan dengan persoalan hati.
Godaan jenis ini adalah yang paling sering menjangkiti jamaah haji atau siapa Apa yang terbesit di benak dan hati seseorang ketika dirinya berkeinginan naik
pun yang berkeinginan berangkat haji. Keuntungan duniawi yang diraup haji? Sudah tuluskah karena ingin menghamba dan mencapai ridha Allah?
setelah pulang haji nanti tak jarang melenakan tujuan hakiki haji, yakni Atau masih tercampur dengan noda-noda duniawi yang dapat merusak
menunaikan pilar kelima dalam Islam tulus karena Allah subhanahu wata’ala. kualitas haji?
Gejala ini biasanya tampak ketika sepulang haji seseorang banyak berubah
pada tataran penampilan ketimbang perilaku. Bagi yang baru pada level ingin berangkat haji, ikhtiar mesti dimulai dari
perjuangan menata niat, sembari mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan lain
Kedua, haji sebagai wahana jalan-jalan dan bersenang-senang. Bagi orang yang senantiasa dilambari dengan doa kepada-Nya. Semoga kita termasuk
yang belum ke Makkah dan Madinah. apalagi belum pernah ke luar negeri orang-orang yang diberi kesempatan berkunjung ke Baitullah dan berziarah ke
mana pun. haji bisa jadi merupakan kemewahan tersendiri. Gambaran makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagi saudara-saudara kita
suasana Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Ka’bah, padang Arafah, atau bukit- yang sedang bersiap menunaikan ibadah haji, semoga diberi kelancaran dan
bukit di tanah Arab yang biasanya hanya terpampang dalam foto dan media menggapai tujuan hakiki haji, yakni ridha Allah subhanahu wata’ala. Wallahu
elektronik, akhirnya dialami secara nyata. Dalam suasana psikologis demikian, a’lam bish shawab.
tak jarang haji adalah sekaligus momentum berbelanja, selfie (swafoto), dan
berkunjung ke tempat-tempat menarik. Penyakit haji yang biasanya menyertai
adalah pamer, boros (mubazir), dan semacamnya. ‫ َو َنَف َعِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم اِفْيِه ِم ْن آَيِة َو ِذ ْك ِر‬، ‫َباَر َك اهلل ِلي َو َلُك ْم ِفى ْالُقْر آِن ْالَعِظ ْيِم‬
Imam al-Ghazali dalam al-Adab fid Dîn berpesan bahwa saat seseorang ‫ َو َأُقْو ُل َقْو ِلي َه َذ ا‬،‫اْلَح ِكْيِم َو َتَق َّبَل اُهلل ِم َّنا َو ِم ْنُك ْم ِتَالَو َتُه َو ِإَّنُه ُه َو الَّس ِم ْيُع الَعِلْيُم‬
sampai di kota Makkah seyogianya menerapkan etika-etika yang patut, semisal
memasuki Masjidil Haram dengan penuh rasa takzim, menyaksikan Ka’bah ‫َفأْس َتْغِف ُر اَهلل الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُه َو الَغُفْو ُر الَّر ِح ْيم‬
sembari takbir dan tahlil, dan lain sebagainya. Intinya, adab yang penting
ditonjolkan adalah sikap rendah hati, sopan, tulus, dan penuh dengan gerak-
gerik yang mengagungkan Allah.

Anda mungkin juga menyukai