Dosen Pengampu:
KELAS PS G
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
KAJIAN PENERAPAN SMART CONTRACT SYARIAH BLOKCHAIN SERTA
PELUANG DAN TANTANGANNYA (ANALISIS PADA PLATFORM GANDENG
TANGAN.com)
Abstract
Sharia smart contracts are blockchain-based digital agreements that allow parties to
sharia financial transactions to set sharia-compliant terms and execute contracts
automatically without third party intervention. This research aims to explore the
implementation of sharia smart contracts and their opportunities and challenges through
qualitative descriptive analysis methods. GandengTangan.com, a sharia-based P2P lending
platform, is used as an example in this study, showing that sharia smart contracts can
provide benefits such as easy access to financing, lower transaction costs, greater trust, and
better control for sharia entrepreneurs . However, this study also notes several challenges
that need to be overcome, such as human resource readiness, regulatory constraints, and
availability of technological infrastructure.
Keywords: smart contracts, blockchain, challenges, opportunities, developments
Abstrak
Smart contract syariah adalah perjanjian digital berbasis blockchain yang
memungkinkan pihak-pihak dalam transaksi keuangan syariah menetapkan persyaratan sesuai
syariah dan melaksanakan kontrak secara otomatis tanpa intervensi pihak ketiga. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi kontrak pintar syariah serta peluang dan
tantangannya melalui metode analisis deskriptif kualitatif. GandengTangan.com, sebuah
platform P2P lending berbasis syariah, dijadikan contoh dalam studi ini, menunjukkan bahwa
kontrak pintar syariah dapat memberikan keuntungan seperti akses mudah terhadap
pembiayaan, biaya transaksi yang lebih rendah, kepercayaan yang lebih besar, dan kontrol
yang lebih baik bagi pengusaha syariah. Walaupun demikian, studi ini juga mencatat
beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kesiapan sumber daya manusia, kendala
peraturan, dan ketersediaan infrastruktur teknologi.
Kata Kunci: kontrak pintar, blockchain, tantangan, peluang, perkembangan
Pendahuluan
Smart contract, atau yang dikenal sebagai protokol perangkat lunak, memungkinkan
pelaksanaan otomatis tanpa intervensi pihak ketiga. Ini memberi peluang kepada entitas
seperti bank atau lembaga keuangan Syariah untuk menjalankan kontrak Syariah tanpa
campur tangan manusia. Meskipun demikian, penerapan Kontrak Cerdas memiliki kelebihan
dan kekurangan, terutama dalam perlunya penelitian dan verifikasi yang teliti untuk
memastikan kesesuaian dengan prinsip Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam penerapan Kontrak Cerdas serta memastikan
aspek perlindungan hukum sesuai dengan prinsip Syariah1.
Kajian Pustaka
1
Dwi Hidayatul Firdaus, “Aplikasi Smart Contract dalam e-commerce perspektif hukum perjanjian syariah,”
Qolamuna: Research Journal and Islamic Studies 6, no. 1 (2020): 3.
2
Yudha Pradana, “Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital,” Untirta Civic Education Journal 3, no. 2
(2018).
pelanggan. Sama dengan penelitian ini, strategi dijadikan variabel penelitian, dan
GandengTangan.com menjadi studi kasus untuk mendalami implementasinya3.
Metode Penelitian
Menurut jenis data dan analisisnya, dilakukan penelitian kualitatif yang menekankan
pada penelitian dan deskripsi makna dalam analisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami topik yang diteliti secara mendalam dan luas. Beberapa pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan hukum normatif dan pendekatan normatif.
Pendekatan normatif mengacu pada pendekatan yang diterapkan dengan menggunakan
pendekatan inkuiri dan penolakan Islam, yang bertujuan untuk menarik kesimpulan tentang
hal-hal yang diselidiki berdasarkan hukum Islam.
3
Syahrul Hidayanto dan Ishadi Soetopo Kartosapoetro, “Strategi Digital Branding pada Startup Social
Crowdfunding (Studi Kasus pada gandengt angan. com),” Komunikatif: Jurnal Ilmiah Komunikasi 9, no. 1
(2020): 19–33.
4
Pradana, “Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital,” 4.
5
Elizabeth M. Gerber, Julie S. Hui, dan Pei-Yi Kuo, “Crowdfunding: Why people are motivated to post and
fund projects on crowdfunding platforms,” dalam Proceedings of the international workshop on design,
influence, and social technologies: techniques, impacts and ethics, vol. 2, 2012, 10.
Landasan Teori
Istilah "crowdfunding" belum memiliki padanan kata baku dalam bahasa Indonesia.
Jika dianalisis dari kata-kata yang digunakan, crowdfunding dapat diartikan sebagai
"pendanaan publik." Banyak platform crowdfunding di Indonesia tetap menggunakan istilah
"crowdfunding." Secara umum, crowdfunding dapat dipahami sebagai kegiatan pengumpulan
dana yang serupa dengan fundraising, sering kali melibatkan partisipasi kelompok
masyarakat. Di Indonesia, istilah tradisional untuk konsep ini sering disebut sebagai
"patungan" atau "runan," yang merujuk pada penghimpunan dana kecil dari berbagai
kelompok masyarakat6.
Hasil Pembahasan
Crowdfunding Syariah
Inspirasi crowdfunding adalah konsep mikro dan crowdfunding. Ada perbedaan
mendasar antara crowdfunding dan crowdfunding, karena keduanya menggunakan media
sosial dan internet sebagai perantara masyarakat luas. Berbeda dengan crowdfunding,
crowdfunding menggunakan donor untuk mengumpulkan dana untuk suatu proyek. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa crowdfunding merupakan suatu sistem pengumpulan
uang melalui internet dalam skala kecil, namun berasal dari kelompok yang besar sehingga
dana yang terkumpul cukup besar. Sebagaimana disepakati oleh Belleflame, Lambert dan
6
Imam Abdul Aziz, Nurwahidin Nurwahidin, dan Irwan Ch, “Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat
menyalurkan donasi melalui platform crowdfunding berbasis online,” Jurnal Syarikah: Jurnal Ekonomi Islam 5,
no. 1 (2019): 15.
7
J. F. Raport dan B. J. Jaworski, “e-Commerce,” McGraw-Hill/Irwin, Singapore, 2001, 13.
Schweinbacher, crowdfunding adalah pengumpulan dana investasi, biasanya melalui jejaring
sosial 8.
8
Maulana Irfan, “Crowdfunding sebagai pemaknaan energi gotong royong terbarukan,” Share: Social Work
Journal 6, no. 1 (2016).
syariah dan dapat diotomatisasi menggunakan teknologi blockchain. Penggunaan
kontrak syariah yang sesuai dengan prinsip syariah merupakan landasan hukum penting
dalam penerapan smart contract syariah.
d) Fatwa dan Pedoman Syariah
Pengambilan keputusan dalam konteks keuangan Islam sering mengacu pada fatwa
(pernyataan hukum Islam) dan pedoman Syariah yang dikeluarkan oleh otoritas Syariah
atau lembaga keuangan Islam. Fatwa ini dapat memberikan pedoman dan arahan hukum
bagi penerapan kontrak pintar syariah dalam teknologi blockchain.
Tantangan Penerapan Smart Contract Syariah dalam Blockchain
Meskipun penerapan kontrak pintar syariah dalam teknologi blockchain menawarkan
peluang yang menjanjikan, terdapat beberapa tantangan yang harus dipertimbangkan dalam
konteks hukum baik peraturan di Indonesia maupun sumber utama hukum Islam, yaitu
Alquran. Berikut ini adalah beberapa tantangan yang mungkin timbul ketika menerapkan
smart contract syariah pada teknologi blockchain.
a) Ketaatan pada prinsip-prinsip Syariah
Tantangan terbesar dalam penerapan kontrak pintar Syariah adalah kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip Syariah yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadits. Tingkat
penerapan kontrak pintar harus memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip
Syariah yang relevan untuk merancang dan menerapkan kontrak pintar sesuai dengan
peraturan tersebut.
b) Dasar Hukum
Permasalahan hukum kontrak dalam penerapan smart contract syariah dapat
ditemukan pada landasan hukum Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits.
Prinsip-prinsip hukum kontrak syariah seperti persetujuan, keadilan dan non-penipuan
dapat dijadikan acuan dalam perancangan kontrak pintar yang sesuai syariah.
c) Pengawasan dan Regulasi
Penerapan kontrak pintar syariah di blockchain juga memerlukan pemantauan dan
kerangka peraturan yang efektif. Meskipun teknologi blockchain memberikan
transparansi, mekanisme pengawasan dan peraturan masih diperlukan untuk memastikan
kepatuhan Syariah dan perlindungan konsumen.
Pada tahun 2018, platform ini juga termasuk dalam Program Hibah Kewirausahaan
Sosial DBS Foundation di Singapura. Data dari AlliedCrowds menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki 14 platform crowdfunding yang aktif, di mana 10 di antaranya fokus pada
pembiayaan utang. Fakta ini mencerminkan dampak positif dari perkembangan platform
keuangan terhadap pertumbuhan sektor UKM di Indonesia.
9
Fatichatur Rachmaniyah dan Arief Yuswanto Nugroho, “Fenomena perkembangan crowdfunding di
Indonesia,” Ekonika 4, no. 1 (2019).
10
Hanna Trusty Satila Indriana, Bramastya Datum Alwi, dan Mursyid Fikri, “Fintech Equity Crowdfunding
Syariah Sebagai Solusi Akses Permodalan UMKM,” BISNIS: Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam 10, no. 1
(2022).
Hasil dari Survei Tahunan Prevalensi Pengguna Internet Indonesia oleh Asosiasi
Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) mengungkap beberapa temuan menarik. Pertama,
fokus survei pada wilayah kepulauan menunjukkan dominasi pengguna internet di Pulau
Jawa sebesar 58,08%, diikuti Sumatera 19,09%, Kalimantan 7,97%, Sulawesi 6,73%, Bali-
Nusa 5,63%, dan Maluku-Papua 2,49%. Kedua, sebanyak 72,41% pengguna internet berada
di perkotaan, 49,49% di pedesaan, dan 48,25% di wilayah perdesaan. Ketiga, hasil survei
menunjukkan bahwa 89,35% pengguna internet Indonesia menggunakan program chatting,
87,13% aktif di media sosial, 74,84% menggunakan mesin pencari, 72,79% melihat
gambar/foto, 69,64% menonton video, dan sekitar 7,39% menggunakan layanan perbankan
online. Keempat, kelompok usia 15-24 tahun mendominasi survei online Indonesia dengan
persentase sebesar 58,21%11.
Menurut SME Finance Forum, terdapat kesenjangan kredit sebesar $2,3 triliun untuk
UMKM di Asia Timur dan Pasifik. Crowdfunding muncul sebagai solusi yang dapat
mengatasi kesenjangan ini dengan menyediakan sumber pendanaan alternatif melalui model
crowdfunding, seperti pendanaan peer-to-peer, donasi, ekuitas, dan pinjaman. Crowdfunding
memiliki peran krusial, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana
11
Rachmaniyah dan Nugroho, “Fenomena perkembangan crowdfunding di Indonesia,” 12.
12
Edgar Winata dan Johan Setiawan, “Analisis dan Perancangan Prototipe Aplikasi Tracking Bis Universitas
Multimedia Nusantara pada Platform Android,” Ultima InfoSys: Jurnal Ilmu Sistem Informasi 4, no. 1 (2013):
34–44.
UMKM membutuhkan pembiayaan tambahan untuk pengembangan usaha. Meskipun konsep
crowdfunding berkembang di Indonesia, pemahaman masyarakat terhadap konsep ini masih
perlu ditingkatkan. Hal ini merupakan tantangan umum di negara-negara Asia, termasuk
Indonesia13.
Menurut informasi dari Allied Crowd pada tahun 2018, Indonesia memiliki total 61
platform crowdfunding, dengan 14 di antaranya beroperasi aktif dan 47 lainnya tidak aktif.
Artinya, hanya 21% dari keseluruhan platform yang masih aktif, sementara 79% telah
nonaktif. Meskipun Indonesia memiliki jumlah platform crowdfunding terbesar, namun
karena rendahnya pemahaman masyarakat terhadap crowdfunding, audiensnya terbatas. Oleh
karena itu, banyak platform yang saat ini masih beroperasi belum mencapai aktivitas penuh
karena kurangnya partisipasi dari masyarakat.
13
Roos Nelly dkk., “Studi Empiris Perkembangan Crowdfunding Syariah di Indonesia,” Al-Kharaj: Jurnal
Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah 4, no. 5 (2022): 1283–97.
Dari 14 negara Asia yang terdaftar oleh AlliedCrowds, India memiliki jumlah
crowdfunder aktif yang bersaing dengan negara seperti China dan Malaysia. Meskipun
demikian, ketika melihat dampak crowdfunding terhadap tingkat kewirausahaan, India masih
mengalami ketinggalan signifikan jika dibandingkan dengan China dan Malaysia.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di India mendorong lahirnya wirausaha baru, dan tingkat
pertumbuhan perusahaan di India mencapai 7 persen, seperti dilaporkan oleh CNBC India.
Simpulan
Aziz, Imam Abdul, Nurwahidin Nurwahidin, dan Irwan Ch. “Faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat menyalurkan donasi melalui platform crowdfunding
berbasis online.” Jurnal Syarikah: Jurnal Ekonomi Islam 5, no. 1 (2019).
Firdaus, Dwi Hidayatul. “Aplikasi Smart Contract dalam e-commerce perspektif hukum
perjanjian syariah.” Qolamuna: Research Journal and Islamic Studies 6, no. 1 (2020):
37–53.
Gerber, Elizabeth M., Julie S. Hui, dan Pei-Yi Kuo. “Crowdfunding: Why people are
motivated to post and fund projects on crowdfunding platforms.” Dalam Proceedings
of the international workshop on design, influence, and social technologies:
techniques, impacts and ethics, 2:10, 2012.
Hidayanto, Syahrul, dan Ishadi Soetopo Kartosapoetro. “Strategi Digital Branding pada
Startup Social Crowdfunding (Studi Kasus pada Kitabisa. com).” Komunikatif: Jurnal
Ilmiah Komunikasi 9, No. 1 (2020): 19–33.
Indriana, Hanna Trusty Satila, Bramastya Datum Alwi, dan Mursyid Fikri. “Fintech Equity
Crowdfunding Syariah Sebagai Solusi Akses Permodalan UMKM.” BISNIS: Jurnal
Bisnis Dan Manajemen Islam 10, no. 1 (2022).
Irfan, Maulana. “Crowdfunding sebagai pemaknaan energi gotong royong terbarukan.” Share:
Social Work Journal 6, no. 1 (2016).
Nelly, Roos, Harianto Harianto, M. Shabri Abd Majid, Marliyah Marliyah, dan Rita
Handayani. “Studi Empiris Perkembangan Crowdfunding Syariah di Indonesia.” Al-
Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah 4, no. 5 (2022): 1283–97.
Pradana, Yudha. “Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital.” Untirta Civic Education
Journal 3, no. 2 (2018).
Rachmaniyah, Fatichatur, dan Arief Yuswanto Nugroho. “Fenomena perkembangan
crowdfunding di Indonesia.” Ekonika 4, no. 1 (2019).
Raport, J. F., dan B. J. Jaworski. “e-Commerce.” McGraw-Hill/Irwin, Singapore, 2001.
Winata, Edgar, dan Johan Setiawan. “Analisis dan Perancangan Prototipe Aplikasi Tracking
Bis Universitas Multimedia Nusantara pada Platform Android.” Ultima InfoSys:
Jurnal Ilmu Sistem Informasi 4, no. 1 (2013): 34–44.