Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MINI RISET

TEKNOLOGI KEUANGAN BANK SYARIAH

Dosen Pengampu:

Dr. Suad Fikriawan,SE. M,A.

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Puja Dewi Karisma : 402220153


2. Rahmawati : 402220165
3. Ravid Anargya Putra Valentine : 402220167
4. Risma Intan Eka Nilasari : 402220173

KELAS PS G
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2023
KAJIAN PENERAPAN SMART CONTRACT SYARIAH BLOKCHAIN SERTA
PELUANG DAN TANTANGANNYA (ANALISIS PADA PLATFORM GANDENG
TANGAN.com)

Puja Dewi, Rahmawati, Ravid Anargya, Risma Intan


IAIN ponorogo
pujadewi0@gmail.com
ekanilasarir@gmail.com

Abstract
Sharia smart contracts are blockchain-based digital agreements that allow parties to
sharia financial transactions to set sharia-compliant terms and execute contracts
automatically without third party intervention. This research aims to explore the
implementation of sharia smart contracts and their opportunities and challenges through
qualitative descriptive analysis methods. GandengTangan.com, a sharia-based P2P lending
platform, is used as an example in this study, showing that sharia smart contracts can
provide benefits such as easy access to financing, lower transaction costs, greater trust, and
better control for sharia entrepreneurs . However, this study also notes several challenges
that need to be overcome, such as human resource readiness, regulatory constraints, and
availability of technological infrastructure.
Keywords: smart contracts, blockchain, challenges, opportunities, developments

Abstrak
Smart contract syariah adalah perjanjian digital berbasis blockchain yang
memungkinkan pihak-pihak dalam transaksi keuangan syariah menetapkan persyaratan sesuai
syariah dan melaksanakan kontrak secara otomatis tanpa intervensi pihak ketiga. Penelitian
ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi kontrak pintar syariah serta peluang dan
tantangannya melalui metode analisis deskriptif kualitatif. GandengTangan.com, sebuah
platform P2P lending berbasis syariah, dijadikan contoh dalam studi ini, menunjukkan bahwa
kontrak pintar syariah dapat memberikan keuntungan seperti akses mudah terhadap
pembiayaan, biaya transaksi yang lebih rendah, kepercayaan yang lebih besar, dan kontrol
yang lebih baik bagi pengusaha syariah. Walaupun demikian, studi ini juga mencatat
beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kesiapan sumber daya manusia, kendala
peraturan, dan ketersediaan infrastruktur teknologi.
Kata Kunci: kontrak pintar, blockchain, tantangan, peluang, perkembangan
Pendahuluan

Smart contract, atau yang dikenal sebagai protokol perangkat lunak, memungkinkan
pelaksanaan otomatis tanpa intervensi pihak ketiga. Ini memberi peluang kepada entitas
seperti bank atau lembaga keuangan Syariah untuk menjalankan kontrak Syariah tanpa
campur tangan manusia. Meskipun demikian, penerapan Kontrak Cerdas memiliki kelebihan
dan kekurangan, terutama dalam perlunya penelitian dan verifikasi yang teliti untuk
memastikan kesesuaian dengan prinsip Syariah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam penerapan Kontrak Cerdas serta memastikan
aspek perlindungan hukum sesuai dengan prinsip Syariah1.

Kehadiran internet merupakan kebutuhan tak terpisahkan bagi generasi milenial.


Berdasarkan survei APJII, pada tahun 2018, mobilitas pengguna internet di Indonesia
mencapai 64,8%, menunjukkan peningkatan penetrasi sebesar 10,12% dibandingkan tahun
2017, melibatkan sekitar 171,17 juta penduduk atau 246,16 juta individu yang aktif
menggunakan internet. Dengan demikian, pemanfaatan teknologi internet di Indonesia sangat
meluas dan mengalami pertumbuhan yang signifikan2.

Kajian Pustaka

Sebelum memulai penelitian, peneliti melakukan telaah literatur terhadap penelitian-


penelitian sebelumnya yang telah terpublikasi dalam jurnal ilmiah. Jurnal yang dipilih
mencakup penelitian-penelitian sebelumnya yang mempertimbangkan kesamaan dalam
variabel dan objek penelitian. Tujuannya adalah untuk melakukan perbandingan dengan tema
yang diangkat dalam penelitian ini. Salah satu jurnal yang diulas berjudul "Strategi Branding
Digital dalam Startup Crowdfunding Sosial (Studi Kasus di GandengTangan.com)" oleh
Syahrul Hidayanto dan Ishadi Soetopo dari Universitas Kartosapoetro Indonesia. Temuan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa GandengTangan.com mengembangkan strategi
branding startup dengan fokus pada pemodalannya, yang berorientasi pada kebutuhan

1
Dwi Hidayatul Firdaus, “Aplikasi Smart Contract dalam e-commerce perspektif hukum perjanjian syariah,”
Qolamuna: Research Journal and Islamic Studies 6, no. 1 (2020): 3.
2
Yudha Pradana, “Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital,” Untirta Civic Education Journal 3, no. 2
(2018).
pelanggan. Sama dengan penelitian ini, strategi dijadikan variabel penelitian, dan
GandengTangan.com menjadi studi kasus untuk mendalami implementasinya3.

Tinjauan literatur lainnya dibahas dalam publikasi berjudul danquot;Atribusi


Kewarganegaraan Digital dalam Literasi Digital danquot; Yuda Pradana, mahasiswi
Politeknik Negeri Media Kreatif. Kajian ini berkaitan dengan era saat ini yang telah
membawa masyarakat pada literasi digital terkait dengan warga digital. Berdasarkan
informasi yang diperoleh peneliti, warga digital harus beradaptasi dan memanfaatkan
jangkauan media yang ada saat ini untuk memperoleh informasi.4.

Ketiga, artikel internasional berjudul “Crowdfunding: Mengapa orang termotivasi


untuk menerbitkan dan membiayai proyek di platform crowdfunding”. itu ditulis oleh
mahasiswa Universitas Northwestern Elizabeth M. Gerber, Julie S. Hui, dan Pei-Yi Kuo.
Dalam penelitian ini, peneliti membahas secara detail faktor-faktor yang memotivasi orang
untuk memposting dan berdonasi di platform crowdfunding. Menurut penelitian, produsen
mendorong masyarakat untuk menyumbang5.

Metode Penelitian

Menurut jenis data dan analisisnya, dilakukan penelitian kualitatif yang menekankan
pada penelitian dan deskripsi makna dalam analisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memahami topik yang diteliti secara mendalam dan luas. Beberapa pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan hukum normatif dan pendekatan normatif.
Pendekatan normatif mengacu pada pendekatan yang diterapkan dengan menggunakan
pendekatan inkuiri dan penolakan Islam, yang bertujuan untuk menarik kesimpulan tentang
hal-hal yang diselidiki berdasarkan hukum Islam.

3
Syahrul Hidayanto dan Ishadi Soetopo Kartosapoetro, “Strategi Digital Branding pada Startup Social
Crowdfunding (Studi Kasus pada gandengt angan. com),” Komunikatif: Jurnal Ilmiah Komunikasi 9, no. 1
(2020): 19–33.
4
Pradana, “Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital,” 4.
5
Elizabeth M. Gerber, Julie S. Hui, dan Pei-Yi Kuo, “Crowdfunding: Why people are motivated to post and
fund projects on crowdfunding platforms,” dalam Proceedings of the international workshop on design,
influence, and social technologies: techniques, impacts and ethics, vol. 2, 2012, 10.
Landasan Teori

Istilah "crowdfunding" belum memiliki padanan kata baku dalam bahasa Indonesia.
Jika dianalisis dari kata-kata yang digunakan, crowdfunding dapat diartikan sebagai
"pendanaan publik." Banyak platform crowdfunding di Indonesia tetap menggunakan istilah
"crowdfunding." Secara umum, crowdfunding dapat dipahami sebagai kegiatan pengumpulan
dana yang serupa dengan fundraising, sering kali melibatkan partisipasi kelompok
masyarakat. Di Indonesia, istilah tradisional untuk konsep ini sering disebut sebagai
"patungan" atau "runan," yang merujuk pada penghimpunan dana kecil dari berbagai
kelompok masyarakat6.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa crowdfunding adalah sistem


pengumpulan dana melalui internet dengan skala kecil, tetapi berasal dari partisipasi
kelompok besar, sehingga jumlah dana yang terkumpul dapat signifikan. Belleflame, Lambert,
dan Schweinbacher sepakat bahwa crowdfunding adalah pengumpulan dana investasi,
biasanya dilakukan melalui jejaring sosial. E-commerce, sebagai model jual beli yang
berfokus pada kepercayaan antara penjual dan pembeli melalui internet tanpa pertemuan
langsung, menimbulkan pertanyaan terkait kondisi obyektif dan subyektif dari kesimpulan
tersebut. Mekanisme jual beli online dalam e-commerce memberikan kejelasan bahwa
kontrak dibuat antara pihak yang terlibat, meskipun mereka tidak bertemu langsung dan
terpisah oleh jarak yang mungkin mencakup negara-negara yang berbeda7.

Hasil Pembahasan
Crowdfunding Syariah
Inspirasi crowdfunding adalah konsep mikro dan crowdfunding. Ada perbedaan
mendasar antara crowdfunding dan crowdfunding, karena keduanya menggunakan media
sosial dan internet sebagai perantara masyarakat luas. Berbeda dengan crowdfunding,
crowdfunding menggunakan donor untuk mengumpulkan dana untuk suatu proyek. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa crowdfunding merupakan suatu sistem pengumpulan
uang melalui internet dalam skala kecil, namun berasal dari kelompok yang besar sehingga
dana yang terkumpul cukup besar. Sebagaimana disepakati oleh Belleflame, Lambert dan

6
Imam Abdul Aziz, Nurwahidin Nurwahidin, dan Irwan Ch, “Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat
menyalurkan donasi melalui platform crowdfunding berbasis online,” Jurnal Syarikah: Jurnal Ekonomi Islam 5,
no. 1 (2019): 15.
7
J. F. Raport dan B. J. Jaworski, “e-Commerce,” McGraw-Hill/Irwin, Singapore, 2001, 13.
Schweinbacher, crowdfunding adalah pengumpulan dana investasi, biasanya melalui jejaring
sosial 8.

Peluang Penerapan Smart contract Syariah dalam Teknologi Blockchain

Kontrak pintar digunakan untuk secara otomatis mengeksekusi dan menegakkan


perjanjian kontrak. Adanya kontrak pintar mengurangi kebutuhan akan keterlibatan manusia,
sehingga penggunaan kontrak pintar lebih efisien dari segi waktu dan uang, serta mengurangi
kesalahan, kesalahpahaman, penundaan atau perselisihan. Kontrak pintar dapat menjadi
langkah positif dalam sektor keuangan syariah untuk memastikan bahwa penyedia jasa
keuangan dan penawaran dieksekusi sesuai dengan standar Syariah. Kontrak pintar dapat
mengurangi ketidakpastian dan spekulasi kontrak. Bentuk kontrak yang diterapkan oleh
blockchain adalah kontrak produksi dan kontrak kerjasama. Dalam konteks keuangan Islam,
penerapan kontrak pintar dapat memberikan sejumlah keuntungan penting pada penggunaan
blockchain, yaitu peningkatan efisiensi dan kecepatan transaksi, peningkatan transparansi dan
kemampuan audit, peningkatan keamanan dan kekekalan, serta inklusivitas dan aksesibilitas.

Dalam konteks hukum, kemungkinan penerapan kontrak pintar Syariah dalam


teknologi blockchain didasarkan pada kerangka legislatif yang mengatur transaksi keuangan
Syariah. Beberapa dasar hukum yang relevan untuk opsi ini adalah:

a) Hukum Islam dan prinsip-prinsip Syariah: Kemungkinan penerapan kontrak pintar


Syariah didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Islam yang mengatur transaksi keuangan
Syariah. Prinsip-prinsip tersebut antara lain keadilan, solidaritas, riba (bunga), larangan
maisiri (spekulasi), dan larangan gharar (ketidakpastian yang berlebihan). Kontrak pintar
syariah harus memastikan kepatuhan kepada prinsip-prinsip ini.
b) Hukum Keuangan Syariah: Beberapa negara memiliki undang-undang khusus yang
mengatur keuangan Islam. Undang-undang ini memberikan dasar hukum bagi penerapan
kontrak pintar Syariah dalam teknologi blockchain. Misalnya, undang-undang perbankan
syariah atau lembaga keuangan mikro syariah dapat memberikan kerangka hukum untuk
mendukung penerapan kontrak pintar syariah.
c) Kontrak Syariah
Kontrak Syariah adalah instrumen hukum yang digunakan dalam transaksi keuangan
Syariah. Dalam konteks smart contract, kontrak syariah harus berdasarkan prinsip

8
Maulana Irfan, “Crowdfunding sebagai pemaknaan energi gotong royong terbarukan,” Share: Social Work
Journal 6, no. 1 (2016).
syariah dan dapat diotomatisasi menggunakan teknologi blockchain. Penggunaan
kontrak syariah yang sesuai dengan prinsip syariah merupakan landasan hukum penting
dalam penerapan smart contract syariah.
d) Fatwa dan Pedoman Syariah
Pengambilan keputusan dalam konteks keuangan Islam sering mengacu pada fatwa
(pernyataan hukum Islam) dan pedoman Syariah yang dikeluarkan oleh otoritas Syariah
atau lembaga keuangan Islam. Fatwa ini dapat memberikan pedoman dan arahan hukum
bagi penerapan kontrak pintar syariah dalam teknologi blockchain.
Tantangan Penerapan Smart Contract Syariah dalam Blockchain
Meskipun penerapan kontrak pintar syariah dalam teknologi blockchain menawarkan
peluang yang menjanjikan, terdapat beberapa tantangan yang harus dipertimbangkan dalam
konteks hukum baik peraturan di Indonesia maupun sumber utama hukum Islam, yaitu
Alquran. Berikut ini adalah beberapa tantangan yang mungkin timbul ketika menerapkan
smart contract syariah pada teknologi blockchain.
a) Ketaatan pada prinsip-prinsip Syariah
Tantangan terbesar dalam penerapan kontrak pintar Syariah adalah kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip Syariah yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadits. Tingkat
penerapan kontrak pintar harus memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip
Syariah yang relevan untuk merancang dan menerapkan kontrak pintar sesuai dengan
peraturan tersebut.
b) Dasar Hukum
Permasalahan hukum kontrak dalam penerapan smart contract syariah dapat
ditemukan pada landasan hukum Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits.
Prinsip-prinsip hukum kontrak syariah seperti persetujuan, keadilan dan non-penipuan
dapat dijadikan acuan dalam perancangan kontrak pintar yang sesuai syariah.
c) Pengawasan dan Regulasi
Penerapan kontrak pintar syariah di blockchain juga memerlukan pemantauan dan
kerangka peraturan yang efektif. Meskipun teknologi blockchain memberikan
transparansi, mekanisme pengawasan dan peraturan masih diperlukan untuk memastikan
kepatuhan Syariah dan perlindungan konsumen.

Fenomena Perkembangan Crowdfunding Di Indonesia

Jumlah platform crowdfunding di Indonesia masih terbatas, menurut informasi dari


Dewan OJK pada tahun 2017. Di ranah fintech Indonesia, perusahaan pembayaran (17%) dan
agregator (13%) mendominasi, sedangkan yang lainnya terlibat dalam perencanaan keuangan,
crowdfunding, dan sektor lainnya. Crowdfunding mulai diperkenalkan di Indonesia pada
tahun 2012, dengan munculnya platform seperti Wujudkan.com, Venturen.net, Kitabisa.com,
dan GandengTangan.com. Seiring berjalannya waktu, variasi jenis crowdfunding semakin
bertambah, dan tingkat keterlibatan dalam crowdfunding naik dari sekitar 6,5 persen menjadi
mencapai 93,5 persen.9

GandengTangan.com, sebuah platform crowdfunding jenis utang yang secara khusus


berfokus pada pembiayaan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Dengan
bantuan crowdfunding, individu atau bisnis yang memerlukan modal untuk memulai atau
mengembangkan usaha mereka dapat mendapatkan dukungan, memberikan dampak positif
terhadap perekonomian Indonesia. Didirikan pada tahun 2017, GandengTangan.com berhasil
mengalokasikan sekitar 5 miliar rupiah untuk mendukung 1.200 UKM di seluruh Indonesia,
bekerja sama dengan GT-Trust sebagai mitra pengembangan bisnis.

Pada tahun 2018, platform ini juga termasuk dalam Program Hibah Kewirausahaan
Sosial DBS Foundation di Singapura. Data dari AlliedCrowds menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki 14 platform crowdfunding yang aktif, di mana 10 di antaranya fokus pada
pembiayaan utang. Fakta ini mencerminkan dampak positif dari perkembangan platform
keuangan terhadap pertumbuhan sektor UKM di Indonesia.

Kurangnya Literasi Terhadap Crowdfunding di Indonesia

Partisipasi yang rendah dari masyarakat Indonesia dalam crowdfunding dapat


disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai konsep crowdfunding. Keterbatasan
pemahaman ini kemudian berpotensi memperlambat pertumbuhan model pembiayaan ini di
Indonesia. Secara umum, pendekatan konvensional seperti mengandalkan bank atau sumber
pembiayaan tradisional lebih disukai oleh masyarakat Indonesia daripada memanfaatkan
platform crowdfunding. Ketika individu memerlukan modal untuk memulai usaha atau
mengembangkan ide inovatif, kecenderungan mereka adalah mengajukan pinjaman modal
kepada lembaga keuangan tradisional.10

9
Fatichatur Rachmaniyah dan Arief Yuswanto Nugroho, “Fenomena perkembangan crowdfunding di
Indonesia,” Ekonika 4, no. 1 (2019).
10
Hanna Trusty Satila Indriana, Bramastya Datum Alwi, dan Mursyid Fikri, “Fintech Equity Crowdfunding
Syariah Sebagai Solusi Akses Permodalan UMKM,” BISNIS: Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam 10, no. 1
(2022).
Hasil dari Survei Tahunan Prevalensi Pengguna Internet Indonesia oleh Asosiasi
Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) mengungkap beberapa temuan menarik. Pertama,
fokus survei pada wilayah kepulauan menunjukkan dominasi pengguna internet di Pulau
Jawa sebesar 58,08%, diikuti Sumatera 19,09%, Kalimantan 7,97%, Sulawesi 6,73%, Bali-
Nusa 5,63%, dan Maluku-Papua 2,49%. Kedua, sebanyak 72,41% pengguna internet berada
di perkotaan, 49,49% di pedesaan, dan 48,25% di wilayah perdesaan. Ketiga, hasil survei
menunjukkan bahwa 89,35% pengguna internet Indonesia menggunakan program chatting,
87,13% aktif di media sosial, 74,84% menggunakan mesin pencari, 72,79% melihat
gambar/foto, 69,64% menonton video, dan sekitar 7,39% menggunakan layanan perbankan
online. Keempat, kelompok usia 15-24 tahun mendominasi survei online Indonesia dengan
persentase sebesar 58,21%11.

Penggunaan internet di Indonesia masih lebih mendominasi di perkotaan karena


adanya perbedaan dalam infrastruktur serat optik dan dukungan internet yang lebih baik jika
dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Akibatnya, optimalisasi akses terhadap informasi
keuangan, pendidikan, dan literasi melalui internet di Indonesia masih mengalami
keterbatasan. Hambatan dalam pengetahuan, pendidikan, dan literasi terkait pemahaman
produk keuangan secara online menjadi faktor utama rendahnya partisipasi masyarakat
Indonesia dalam crowdfunding, yang pada akhirnya menghambat perkembangan
crowdfunding di negara ini. Menurut Survei Literasi dan Inklusi yang dilakukan oleh Otoritas
Jasa Keuangan Indonesia, literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya mencapai 21,84
persen. Keadaan ini menimbulkan keprihatinan terkait kemampuan penggunaan pengetahuan
dan keterampilan dalam mengelola sumber daya keuangan secara efektif, yang masih belum
mencapai tingkat optimal.12.

Perbandingan perkembangan Crowdfunding Indonesia dengan negara-negara Asia

Menurut SME Finance Forum, terdapat kesenjangan kredit sebesar $2,3 triliun untuk
UMKM di Asia Timur dan Pasifik. Crowdfunding muncul sebagai solusi yang dapat
mengatasi kesenjangan ini dengan menyediakan sumber pendanaan alternatif melalui model
crowdfunding, seperti pendanaan peer-to-peer, donasi, ekuitas, dan pinjaman. Crowdfunding
memiliki peran krusial, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana

11
Rachmaniyah dan Nugroho, “Fenomena perkembangan crowdfunding di Indonesia,” 12.
12
Edgar Winata dan Johan Setiawan, “Analisis dan Perancangan Prototipe Aplikasi Tracking Bis Universitas
Multimedia Nusantara pada Platform Android,” Ultima InfoSys: Jurnal Ilmu Sistem Informasi 4, no. 1 (2013):
34–44.
UMKM membutuhkan pembiayaan tambahan untuk pengembangan usaha. Meskipun konsep
crowdfunding berkembang di Indonesia, pemahaman masyarakat terhadap konsep ini masih
perlu ditingkatkan. Hal ini merupakan tantangan umum di negara-negara Asia, termasuk
Indonesia13.

Menurut informasi dari Allied Crowd pada tahun 2018, Indonesia memiliki total 61
platform crowdfunding, dengan 14 di antaranya beroperasi aktif dan 47 lainnya tidak aktif.
Artinya, hanya 21% dari keseluruhan platform yang masih aktif, sementara 79% telah
nonaktif. Meskipun Indonesia memiliki jumlah platform crowdfunding terbesar, namun
karena rendahnya pemahaman masyarakat terhadap crowdfunding, audiensnya terbatas. Oleh
karena itu, banyak platform yang saat ini masih beroperasi belum mencapai aktivitas penuh
karena kurangnya partisipasi dari masyarakat.

Tabel 1 Daftar crowdfunding aktif di India, Malaysia dan india

NO INDIA MALAYSIA INDONESIA


1 Impach Guru Alix Global Akseleran
2 Ketto CROWDO Amartha.Microfinance
3 Lendbox CrowdPlus.Asia CROWDO
4 Lenden Club Eureeca DANAdidik
5 Letz Change Impact Guru Gandeng Tangan
6 Loanmeet Kapital Boost Impact Guru
7 Milaap PitchIN Investree
8 Monexo SimplyGiving.com Kapital Boost
9 Omnivore Parents SkolaFunding Koinworks
10 Peer Lend Kopernik
11 Quick Credit.In Kitabisa
12 Rang De MEKAR Network
13 SeedX Modalku
14 Vole of Cash Sinwattana
15 Whitengel
16 Wishberry
Sumber data: olahan(alliedcrowds, 2018)

13
Roos Nelly dkk., “Studi Empiris Perkembangan Crowdfunding Syariah di Indonesia,” Al-Kharaj: Jurnal
Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah 4, no. 5 (2022): 1283–97.
Dari 14 negara Asia yang terdaftar oleh AlliedCrowds, India memiliki jumlah
crowdfunder aktif yang bersaing dengan negara seperti China dan Malaysia. Meskipun
demikian, ketika melihat dampak crowdfunding terhadap tingkat kewirausahaan, India masih
mengalami ketinggalan signifikan jika dibandingkan dengan China dan Malaysia.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di India mendorong lahirnya wirausaha baru, dan tingkat
pertumbuhan perusahaan di India mencapai 7 persen, seperti dilaporkan oleh CNBC India.

Di Malaysia, tingkat kewirausahaan mencapai 5 persen dari total penduduk. Meskipun


hanya ada sembilan platform crowdfunding yang aktif, Malaysia berhasil mengembangkan
bisnisnya dengan lebih cepat dibandingkan dengan Indonesia. Pertumbuhan wirausaha baru
di Indonesia tergolong lambat, hanya mencapai 1% pada tahun 2016 dan 3,1% dari jumlah
penduduk pada tahun 2018, sementara Malaysia mencatat pertumbuhan yang lebih baik. Oleh
karena itu, di Indonesia, tantangan ini dapat diatasi dengan memanfaatkan opsi pembiayaan
alternatif, termasuk crowdfunding, untuk mendapatkan modal pengembangan usaha baru.
Sebagai solusi, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia perlu lebih
aktif menggunakan platform crowdfunding guna mendukung pertumbuhan bisnis.
Pemanfaatan teknologi internet berbasis media sosial, seperti obrolan, pemberian gambar,
dan video, dapat meningkatkan literasi dan kemajuan teknologi ekonomi di kalangan
masyarakat Indonesia. Ini menunjukkan perlunya mengevaluasi upaya sosialisasi yang
dilakukan oleh otoritas keuangan agar dapat menjadi lebih efektif.

Kesimpulan & Saran

Simpulan

Penerapan smart contract syariah dalam teknologi blockchain menawarkan peluang


bagus untuk menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan efisiensi, transparansi,
dan otomatisasi yang ditawarkan oleh blockchain. Kemampuan ini melibatkan penggunaan
teknologi blockchain untuk mengeksekusi kontrak Syariah secara otomatis, sehingga
menghilangkan kebutuhan akan pihak ketiga dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-
prinsip Syariah Al-Quran.Crowdfunding merupakan suatu metode di mana organisasi atau
individu mengumpulkan dana melalui internet dalam bentuk donasi dari beberapa orang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemanfaatan dan pengelolaan teknologi dengan
tepat dalam proses bisnis, termasuk teknologi seluler, media sosial, dan crowdfunding di
negara berkembang seperti Indonesia, seharusnya dapat meningkatkan sektor mikro dan
UKM dengan menerapkan sistem pembiayaan usaha yang lebih efisien dan fungsional.
Saran

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyarankan agar pemerintah memberikan


dukungan kepada "gerakan literasi keuangan" dan mempromosikan peningkatan kesadaran
dalam komunitas perkotaan, terutama terkait berbagai jenis pembiayaan, khususnya
crowdfunding. Dalam konteks ini, pemerintah bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi
sebagai agen penyedia layanan sosial untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat
perkotaan. Penelitian berikutnya dapat memperluas konsep crowdfunding dengan
menambahkan variabel tambahan atau menggunakan metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Imam Abdul, Nurwahidin Nurwahidin, dan Irwan Ch. “Faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat menyalurkan donasi melalui platform crowdfunding
berbasis online.” Jurnal Syarikah: Jurnal Ekonomi Islam 5, no. 1 (2019).
Firdaus, Dwi Hidayatul. “Aplikasi Smart Contract dalam e-commerce perspektif hukum
perjanjian syariah.” Qolamuna: Research Journal and Islamic Studies 6, no. 1 (2020):
37–53.
Gerber, Elizabeth M., Julie S. Hui, dan Pei-Yi Kuo. “Crowdfunding: Why people are
motivated to post and fund projects on crowdfunding platforms.” Dalam Proceedings
of the international workshop on design, influence, and social technologies:
techniques, impacts and ethics, 2:10, 2012.
Hidayanto, Syahrul, dan Ishadi Soetopo Kartosapoetro. “Strategi Digital Branding pada
Startup Social Crowdfunding (Studi Kasus pada Kitabisa. com).” Komunikatif: Jurnal
Ilmiah Komunikasi 9, No. 1 (2020): 19–33.
Indriana, Hanna Trusty Satila, Bramastya Datum Alwi, dan Mursyid Fikri. “Fintech Equity
Crowdfunding Syariah Sebagai Solusi Akses Permodalan UMKM.” BISNIS: Jurnal
Bisnis Dan Manajemen Islam 10, no. 1 (2022).
Irfan, Maulana. “Crowdfunding sebagai pemaknaan energi gotong royong terbarukan.” Share:
Social Work Journal 6, no. 1 (2016).
Nelly, Roos, Harianto Harianto, M. Shabri Abd Majid, Marliyah Marliyah, dan Rita
Handayani. “Studi Empiris Perkembangan Crowdfunding Syariah di Indonesia.” Al-
Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah 4, no. 5 (2022): 1283–97.
Pradana, Yudha. “Atribusi kewargaan digital dalam literasi digital.” Untirta Civic Education
Journal 3, no. 2 (2018).
Rachmaniyah, Fatichatur, dan Arief Yuswanto Nugroho. “Fenomena perkembangan
crowdfunding di Indonesia.” Ekonika 4, no. 1 (2019).
Raport, J. F., dan B. J. Jaworski. “e-Commerce.” McGraw-Hill/Irwin, Singapore, 2001.
Winata, Edgar, dan Johan Setiawan. “Analisis dan Perancangan Prototipe Aplikasi Tracking
Bis Universitas Multimedia Nusantara pada Platform Android.” Ultima InfoSys:
Jurnal Ilmu Sistem Informasi 4, no. 1 (2013): 34–44.

Anda mungkin juga menyukai