Anda di halaman 1dari 4

Chirstmas For The Isolated

Natal Bagi Yang Terasing

Natal sering disebut banyak orang Kristen maupun orang non Kristen sebagai
peristiwa besar yang terjadi pada 2000 tahun silam, yang kemudian diperingati
hingga tahun ini kita pun rutin terus memperingatinya. Bahkan adapula golongan
Kristen yang menetapkan tanggal & Bulan sebagai waktu yang resmi menjadi tanggal
dirayakannya peritiwa yang kita kenal dengan Natal itu. Misalnya seperti kita sebagai
gereja protestan yang selalu identikkan natal dengan bulan Desember, natal itu
tangggal 25, natal itu malam hari. Dan mungkin masih banyak ciri yang lebih
mengkhususkan tentang natal bagi sekelompok orang penganut ajaran kristiani,
bahkan yang lebih tragis lagi ada kelompok Kristiani yang memusuhi mereka yang
memberikan sudut pandang baru tentang natal dan 25 desember atau
mempertanyakan kepada penganut ajaran Kristen, mengapa merayakan natal di
tanggal 25 Desember ?

Namun, apakah natal hanya sebatas itu, hanya tentang tanggal 25, hanya tentang
pohon “terang” dan kerlap-kerlipnya, hanya tentang baju baru, sepatu baru, hanya
tentang wangi kue kering, hanya tentang bunyi petasan, hanya tentang mengikuti
semua tradisi gereja sesuai dengan aturan-aturannya, atau bahkan apakah natal
hanya tentang duduk dalam rumah bersama keluarga dan berdamai dengan orang-
orang sanak keluarga …?

Pernahkan terlintas di kepala kita, tentang natal itu adalah hujan gerimis hingga
perahu nelayan yang terombang ambing diancam badai lautan, tentang kebun yang
terancam gagal panen karena babi hutan dan hama tikus, atau natal itu tentang resiko
celaka dijalan raya, menabrak pengendara lain yang berakhir di penjara atau rumah
sakit bahkan liang kubur, atau bahkan tentang kesendirian, ditolak orang, bahkan oleh
orangtua sendiri dianggap bukan pembawa damai tetapi pembawa segala yang buruk,
aib bagi keluarga, atau tentang keadaan sulit dalam hidup ketika sudah tidak
mempunyai harapan lagi dan menjadi olok-olokan orang, tentang orang tua yang
terbangun ditengah malam mencari jawaban dari langit ketika hidup rumah tangga
dan keluarganya yang berantakan, tentang hancurnya hati seorang muda yang pupus
harapan hatinya ketika ia hanya bergantung pada satu orang dan dikhianati.
Nah,, ke-empat injil dalam Alkitabnya orang Kristen, mencatat bahwa Maria telah
hamil sebelum menikah dengan yusuf, mereka baru bertunangan, baru terang
kampung, dewan adat-nya Yusuf baru hanya sebatas antar siri pinang untuk keluarga
Maria, keluarga dari pihak Maria sebagai Pohon Pelepas belum panah Babi. Tentu hal
itu menjadi omongan orang baik dalam keluarga Maria maupun dalam komunitas
gereja & masyarakat saat itu, jika itu terjadi di saat sekarang ini, mungkin Maria dan
Yusuf akan menjadi bahan evaluasi mingguan dalam gereja untuk kemudian diikuti
dengan tindakan pastoral hingga disiplin gereja. Menjadi buah bibir di lingkungan dan
dipandang buruk oleh tetangga dalam hidup bersosial mereka. Meskipun, Alkitab
kemudian mencatat bahwa Maria hamil dari Roh Kudus.

Kemudian mendekati hari persalinannya, sesuai tradisi keturunan Daud, mereka


harus kembali ke Betlehem untuk bersalin disana, tetapi ketika sampai di Betlehem,
yang adalah kampung lama bagi mereka, justru tidak ada tempat yang baik bagi
mereka, semacam penolakan dengan tidak diterima, hingga sampai pada pintu yang
sudah penuh dengan orang yang menginap di sana, tetapi masih membukakan pintu
untuk mereka, dengan menawarkan kandang kosong, penuh dengan bekas makanan
ternak dan kayu yang ditempeli liur amis dan penghuni kandang yang berisik, tetapi
apalah daya Yusuf yang mungkin sudah dianggap sebagai anak terbuang, ketika
kembali tidak lagi mempunyai ha katas tanah, hak atas rumah, bahkan hak atas
tempat untuk melahirkan anak sebagai keturunannya.

Hingga tiba waktu persalinannya, Alkitab tidak mencatat ada dukun, bidan, dokter
sebagai ahli yang mendampingi Maria, kemudian bayi Yesus lahir dengan proses alam
dan pada tempat ternak hanya bermodalkan kain lampin, dan dekapan Maria-IbuNya.
Mungkin ada proses disana yang dibantu oleh tuan rumah waktu itu, yang tidak
sempat dicacat oleh Alkitab. Tetapi Yesus lahir dengan hanya ditemani oleh ayah
ibunya, berbau amis liur ternak, terbungkus lampin, tidak ada ucapan selamatan yang
datang dari keluarga, dari teman kerja, dari kerabat, atau orang terdekat yang
dipandang baik dalam komunitasnya, tokoh panutan, ataupun dari pemuka agama,
ahli taurat, sebagai bentuk sukacita lahirnya Mesias.

Tetapi Allah Melalui Malaikat justru menyampikan hal sukacita itu kepada gembala di
padang rumput, yang sedang menjaga kambing domba mereka, sebagai orang
suruhan, orang yang meninggalkan keluarganya di malam hari untuk keselamatan
ternak, orang yang tidak dianggap oleh si Farisi & pemuka agama, yang kemudian
mereka melihat bayi Yesus dalam palungan terbungkus dengan lampin, mereka
bersorak sorai, bersukacita melebihi segala sukacita yang pernah mereka rasakan
sebelumnya. Dan juga orang Majus, dari timur tengah, orang asing, bukan dari umat
pilihan Allah-Israel-, tetapi mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan, yang tidak
menutup diri dengan perkembangan pikiran manusia, mampu membaca penyataan
Tuhan lewat fenomena alam, bintang-bintang, yang justru hadir dan memberitahu
Herodes dan Israel bahwa nubuatan dari Nabi-nabi mereka Telah digenapi. Mereka
yang tidak dianggap, dipandang sebelah mata dan mereka yang asing yang justru
adalah mereka yang mula-mula diizinkan Tuhan untuk melihat dan
mempersembahkan apa yang mereka punya kepada Yesus sebagai Raja Jurusemat
Umat Manusia yang berdosa.

Peristiwa 2000 tahun lalu itu, yang terus mengulang dalam perayaan kita, bukan
sebatas sukacita dan kemeriahan, bukan juga sebatas kesulitas dan penolakan, apalagi
soal bermegah dan merasa paling rohani, paling dekat dengan Tuhan karena semua
tradisi gerejawi agamawi yang kita patuhi. Tetapi Natal itu adalah bagaimana kita
mempersiapkan diri sebagai Maria, yang kaget Hamil tanpa disentuh lelaki bahkan
sudah bertunangan, sebagai Yusuf, si tunangan yang tahu calon istrinya sudah hamil
sebelum ditidurinya, sebagai tuan rumah yang masih membukakan pintu meskipun
rumah sudah penuh dengan orang yang menginap, sebagai kandang yang kosong
diantara deretan kandang lainnya yang penuh meskipun bau amis liur ternak akan
membuat orang lain merasa tidak nyaman, sebagai Gembala ternak yang terasing di
padang rumput, yang sering di pandang sebelah mata oleh mereka yang bergelar
rohani, sebagai orang Majus yang meninggalkan zona nyaman mereka demi
membuktikan penyataan Tuhan lewat fenomena Alam & dan ilmu pengetahuan yang
mereka mengerti.

Kebanyakan kita saat ini sedang memperankan diri sebagai para penafsir kitab dan
nubuat para nabi, yang akan membuka semua dokumen kita, aturan kita, kebiasaan
adat istiadat kita, ketika ada orang asing atau orang yang tidak kita anggap berarti
tiba-tiba datang dan menegur kita atau memberitahukan hal baru, kita sering
memakai semua aturan itu sebagai senjata untuk melawan dan memojokkan orang
lain, atau bahkan melebel orang lain sebagai orang yang tidak rohani, suka melawan
dan pembangkang. Sering juga kita seperti herodes yang pura-pura mengerti & peduli
kemudian memanfaatkan orang Majus dengan pengetahuannya untuk mencegah
orang lain menggangu zona nyaman kita yang selama ini kita nikmati dengan penuh
sejahtera. Tanpa kita sadari, kita sedang mempersiapkan diri sebagai orang-orang
yang kemudian akan mensiasati kematian Yesus diatas Golgota.

Cobalah kali ini, kita mulai perlahan mengerti dan belajar seperti :
 Maria yang tidak terpuruk dengan keadaanya, yang menjadi omongan tetangga
dan komunitasnya, tetapi kuat dan teguh dalam hati bahwa melalui dia Janji
Allah tentang keselamatan digenapi, Maria yang kuat karena selalu ada Yusuf
yang bertahan.
 Yusuf yang awalnya terpengaruh dengan ketakutan rasa malu, tetapi kemudian
menjadi teguh karena dikuatkan oleh Tuhan, mendobrak kebiasaan, berani
menaggung segala resiko buruk bagi mereka berdua dan janin Maria
 Tuan rumah yang masih mau membuka pintunya bagi mereka yang
membutuhkan, meskipun yang dia miliki tidak sebaik yang orang lain punya,
tidak senyaman yang orang lain punya, tidak menjadi standar dalam
komunitasnya
 Kandang ternak yang meskipun penuh dengan kotor, buruk, bau, terhina,
tetapi mengizinkan diri menjadi tempat Anugerah Allah Tergenapi
 Gembala Ternak yang meninggalkan keluarganya, meninggalkan zona
nyamannya, rela berjaga-jaga demi dombanya agar terhindar dari serangan
binatang buas, gembala yang respon dengan keadaan mendesak, yang terasing
tetapi mendengar panggilan Tuhan dan hadir ditempat terhina, di kandang
domba hanya untuk melihat yang diabaikan
 Orang majus yang mengimani Tuhan dengan nalar dan pikirannya sehingga
responsif dengan penyataan Tuhan lewat fenomena-fenomena alam,
perkembangan teknologi, dengan pikiran tang terbuka dengan segala sudut
pandang baru tentang Tuhan sebagai jalan untuk mengenal Tuhan dalam Yesus
Kristus

Maka Natal bukan tentang segala kesenangan dan kemegahannya, tetapi tentang
mengerti dan merespon Yesus sang Bayi Betlehem dengan segala keberdosaan kita.

Poliboo, 17 Desember 2023

Soliter
Theopilus Oulaa

Anda mungkin juga menyukai