Allah memanggil Yehezkiel yang adalah seorang imam (Yeh. 1:1-3). Ia dibuang ke Babel pada
masa pemerintahan Yoyakhin (II Raja-raja 24:10-17). Ia dipanggil untuk menyampaikan firman
Tuhan kepada bangsa yang durhaka kepada Allah (Yeh. 2:5,6,8,9 3:26, 27, 12:2,3 24:3, 44:6). Di
tengah situasi ini ia tetap tidak boleh takut (2:6) baik orang Yehuda mau mendengar maupun
tidak (2:5,7 3:11) Tugas Yehezkiel adalah untuk menyampaikan pesan Ilahi (2:7-8) Dalam
tugasnya ini Yehezkiel banyak menerima penolakan dari bangsanya sendiri (3:25) Dia juga
menderita dan berduka karena istrinya tercinta juga diambil oleh Tuhan pada masa tugasnya
menyampaikan pesan Tuhan ini (24:15-27). Adapun ciri-ciri dari pemberontakan Israel kepada
Tuhan adalah:
1. Tidak mau mendengarkan firman Tuhan (Yeh. 3:7)
2. Bangsa Israel beribadah kepada ilah-ilah asing (Yeh. 6:1-10, 8:10-15, 16:16-22)
3. Tidak berlaku adil dalam kehidupan masyarakat (Yeh. 7:10-13, 8:17)
4. Bangsa ini mengikat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lain untuk memperoleh
bantuan dan bukan lagi mengandalkan Tuhan (Yeh. 16:28-43)
Inilah tugas berat yang diemban Yehezkiel yang harus dinyatakan terhadap bangsa Israel, agar
bangsa ini bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Tuhan memberi kekuatan Yehezkiel untuk
menjalani tugas ini agar dia tidak takut dan tidak melarikan diri, melainkan tetap setia yang
disuruh Tuhan.
Membaca ayat 1 – 3, diceritakan peristiwa tempat Yesus mengajar itu adalah di rumah
ibadat di tempat asal-Nya. Tentunya tempat asal-Nya yang dimaksud adalah Nazaret. Sebagai
tempat asal Yesus, Orang Nazaret tentu mengenal dan tahu siapa Yesus dan keluarga-Nya.
Sehingga ketika Yesus datang ke Nazaret dan mengajar dengan penuh hikmat dan kuasa,
mereka takjub dan akhirnya mempertanyakan darimana semua itu diperoleh. Timbul reaksi
dan respon dari orang di rumah ibadat tersebut. Rasa Takjub tersebut lebih mengarah kepada
arti yang negative. Hal itu sangat jelas dari reaksi mereka yang bernada pertanyaan. Mereka
melihat dan mengakui bahwa Yesus mengajar dengan penuh hikmat dan kuasa, namun semua
itu bukan membuat mereka bersukacita dan menerima, tetapi justru tercengang dan
mempertanyakan darimana dan bagaimana hal itu Dia peroleh. Ada sederetan pertanyaan yang
timbul dalam kebingungan mereka hingga mengangkat pengenalan mereka akan keluarga
secara detail. “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria saudara Yakobus, Yoses dan Yudas dan
Simon? Dan bukankah saudara-saudara yang perempuan ada bersama kita…”? Sederetan
pertanyaan yang sekilas terlihat ketakjuban dan keheranan tidak semata-mata untuk
mengetahui identitas Yesus tapi sebenarnya adalah respon meremehkan Yesus sehingga
berakhir pada penghinaan dan penolakan.
2. Reaksi dan respon Yesus atas penolakan diriNya.
Melihat reaksi dan respon orang Nazaret yang yang kecewa dan menolak, Yesus merasa
heran . Ia berkata “Seorang nabi dihormati dimana-mana kecuali ditempat asalnya sendiri,
diantara kaum keluarganya dan rumahnya” (ay. 4-7). Perkataan itu bukan berarti mengandung
makna bahwa para nabi dihormati dimana-mana kecuali di rumah mereka sendiri. Karena Ia
sendiri juga sering berkata dan mengingatkan murid-Nya akan adanya penolakan terhadap
para nabi (lih. Mat. 5:2, 23:31,35,37) Jadi kata itu akan dipahami “seandainya seorang nabi
dihormati di tempat asalnya sendiri niscaya dimanapun Ia dihormati tetapi kenyataannya
malah terbalik. Dimanapun ia tidak dihormati terutama di kota kelahirannya. Ucapan itu
memiliki arti yang sangat dalam Yesus akan ditolak sebab Ia tidak terhormat di mata teman
sekota yang tidak mengakui Dia lebih dari sebatas teman di lingkungan mereka sendiri.
Penolakan orang Nazaret terhadap Yesus adalah karena mereka melihat status Yesus di
kampung halaman-Nya tersebut. Mereka tahu siapa orangtua-Nya, apa pekerjaan-Nya, dan
seluruh keluarga-Nya mereka kenal. Kekecewaan dan penolakan mereka karena mereka kenal
Yesus itu hanyalah seorang tukang kayu dan anak seorang tukang kayu pula. Sesungguhnya
Yesus datang ke sana adalah bersama dengan murid-murid-Nya itu berarti kedatangan-Nya
adalah sebagai Guru dan nabi yang lebih dari sebagai warga dan penduduk Nazaret. Sebagai
Guru dan Nabi Ia datang dan menyampaikan pengajaran-Nya di rumah Ibadat di Nazaret.
Namun dengan penolakan akan diri-Nya, Ia tidak menjadikan penolakan tersebut menjadi
penghalang untuk berhenti menyampaikan berita pertobatan. Walau Ia tidak banyak
melakukan karya mujizat di sana tetapi Ia tetap bergerak dan mengutus para murid-Nya
memasuki desa-desa lainnya serta memberi kuasa atas mereka. Yesus sebenarnya dapat saja
mengadakan berbagai mujizat yang lebih dahsyat di Nazaret, namun Ia memilih untuk tidak
melakukan itu karena kesombongan dan ketidakpercayaan mereka. Pemberitaan dan mujizat
yang Ia lakukan kurang berpengaruh untuk mereka karena mereka tidak percaya bahwa Ia dan
pengajaran serta perbuatan-Nya berasal dari Allah. Oleh karena itu Yesus pergi dan mengutus
para murid-Nya ke tempat lain, mencari orang-orang yang akan menanggapi mujizat dan
pemberitaan-Nya.
3. Yesus mengutus para murid dan memperlengkapi mereka dengan nasehat dan petunjuk
Yesus mengutus dan memperlengkapi mereka (ay. 8 – 11). Secara berdua-duaan mereka
di utus untuk menyampaikan berita pertobatan itu dan diperlengkapi dengan kuasa atas roh-
roh jahat. Dan bukan itu saja mereka diperintahkan untuk tidak membawa apa-apa kecuali
tongkat. Itu artinya pengutusan itu harus segera dilaksanakan dan sepenuhnya harus
bergantung kepada pemeliharaan Allah. Apa yang mereka butuhkan harus dipercayakan
kepada Tuhan kebutuhan jasmani dan kebutuhan pelayanan haruslah bergantung sepenuhnya
kepada Tuhan. Melalui jemaat dan pelayanan di mana mereka melayani mereka akan
dipeliharakan Tuhan. Tuhan Yesus tetap juga membekali para murid bahwa sama seperti Yesus
ditolak di Nazaret maka dengan demikian para murid juga akan menghadapi seperti itu akan
ada keluarga atau rumah yang menerima dan akan ada juga rumahtangga yang akan menolak.
Yesus mengatakan bagi rumah yang menerima supaya tinggallah di sana dan bagi rumah yang
menolak supaya diberi peringatan dengan meninggalkan rumah itu dan mengebaskan debu
kakinya sebagai tanda peringatan. Sama seperti tradisi Yahudi yang hidup dalam
kesalehan ketika seorang saleh meninggalkan sebuah kota yang bukan orang Yahudi mereka
akan mengebaskan kakinya sebagai tanda keterpisahan mereka dari pengaruh perbuatan
orang non-Yahudi tersebut. Maka sama seperti itu apabila para murid di suruh mengebaskan
kakinya setelah melewati rumah atau kota Yahudi yang menolak kehadiran dan berita yang
mereka berikan jelas menandakan bahwa mereka ingin tinggal terpisah dari orang-orang yang
menolak Yesus dan pemberitaan-Nya. Yesus hendak mengatakan bahwa barang siapa
mendengar injil mereka sendiri bertanggung jawab atas apa yang mereka dengar. Para murid
tidak akan dipersalahkan jika berita itu ditolak selama mereka dengan cermat dan setia
menyampaikannya. Kita tidak bertanggung jawab kalau ada penolakan atas berita keselamatan
itu, tanggung jawab kita memberitakannya dengan benar dan setia.