Anda di halaman 1dari 2

TUHANLAH RAJA ATAS SEGALA BANGSA

Puangmo tu Datunna mintu’ Bangsa

Bacaan 1 : Yesaya 45:1-8; Bacaan 2; 1 Tesalonika 1:1-10; Bacaan 3 :Matius 22:15-22 (Bahan Utama)
Nas Persembahan : Yeheskiel 20:40; Petunjuk Hidup Baru : Matius 22:21
Tujuan:
1.Jemaat meyakini bahwa Tuhanlah Raja atas segala bangsa
Jemaat hidup dalam ketaatan sepenuhnya pada Tuhan

Menarik memperhatikan keadaan/konteks sosial politik pada masa itu, khususnya terkait dengan
praktek pemujaan kaisar yang berlangsung dari zaman Kaisar Agustus (bahkan pada masa
Jenderal Pompeius sebelumnya) hingga abad 4 Masehi. Pemujaan kaisar adalah bentuk pemujaan
yang menyembah kaisar sebagai tuhan. Seluruh warga kekaisaran Romawi (termasuk wilayah
jajahan mereka) diwajibkan untuk menyembah kaisar. Bagi kekaisaran, penyembahan kultus
kaisar adalah bentuk loyalitas secara politis terhadap Romawi. Demikian pula sebaliknya,
penolakan bagi kultus kaisar adalah bentuk penolakan politis bagi Romawi. Bagi masyarakat
kuno yang menganut politeisme (percaya pada banyak ilah), hal ini jelas sama sekali tidak
menjadi soal. Menyembah kaisar sebagai tuhan hanyalah bentuk penyembahan kepada salah satu
dari sekian ilah yang memang mereka sembah setiap saat. Namun bagi orang Yahudi (dan juga
Kristen di kemudian hari) yang menganut monoteisme, hal ini tentu saja bukan perkara mudah.
Mereka hanya percaya dan menyembah pada satu Tuhan. Oleh sebab itu, meskipun kaisar adalah
penguasa, namun tetap tidak boleh disembah sebagai Tuhan. Karena itu jelas, bagi masyarakat
Yahudi dan Kristen di kemudian hari, pemujaan kaisar adalah persoalan iman mereka. Namun
dari pihak romawi, menolak penyembahan kaisar dapat dipahami sebagai sebuah perlawanan
secara politis terhadap kekaisaran Romawi

Kondisi sosial politik dimanfaatkan oleh orang Farisi berserta murid2nya dan orang Herodian yg
pro pemujaan Kaisar untuk menjebak Yesus dengan pertanyaan terkait hal membayar pajak
kepada kaisar, jelas dapat dipandang oleh para pemuka Yahudi sebagai gagasan yang cerdas.
Menyetujui pajak pada kaisar dapat membuat Yesus dipandang mendukung penjajahan
kekaisaran Romawi dan sekaligus mencerminkan ketidaksetiaan kepada Allah sehingga
pengikutNya dapat hilang kepercayaan. Namun demikian, menolak membayar pajak pada kaisar
juga dapat membuat Yesus ditangkap dan dihukum oleh penguasa Romawi, sebab dianggap
menentang pemerintahan Romawi.

Tetapi Yesus tahu kejahatan hati mereka dan Yesus menjawab pertanyaan tersebut dengan tujuan
meluruskan pemahaman tentang ketaatan, bahwa kita tidak bisa samakan ketaatan kepada kaisar
dengan ketaatan kepada Tuhan.

Dalam hal membayar pajak, maka ada batasan ketaatan yang diperlihatkan, yakni sekeping uang
koin sudah cukup. Namun apakah ketaatan kepada Tuhan dapat dibatasi oleh sekeping uang
koin? Untuk taat kepada Tuhan tidak dapat dibatasi dengan apapun juga yang ada di dunia,
seperti Yesaya 45:1-8 tentang Kisah Koresh, raja negeri Persia yang dipakai oleh Tuhan untuk
menggenapi rencana Tuhan, makin menegaskan hal tersebut. Kepada Koresh, Tuhan berfirman,
“Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak
memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi. Aku akan
memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi,
supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan
namamu (Yes.45:2-3). Pesannya begitu jelas, betapa segala keperkasaan dan kemegahan Raja
Koresh sesungguhnya bersumber dari Tuhan. Karena itu, Raja Koresh hendaknya menyadari
bahwa hanya ada satu Tuhan. Raja Koresh bukanlah Tuhan, sebab satu-satunya Tuhan, adalah
TUHAN, Allah Israel yang telah berkenan memakai dirinya.
Jika yang disebut milik kaisar adalah koin yang memuat gambar kaisar, maka tentu yang dapat
disebut sebagai milik Allah adalah sebuah hal yang juga memuat gambar Allah! Apakah itu?
Manusia! Manusia adalah ciptaan yang merupakan gambar Allah. Oleh sebab itu manusia adalah
milik Allah yang juga wajib diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Dalam kehidupan ini kita
mungkin memiliki batas-batas tertentu untuk suatu kewajiban, tetapi kepada Tuhan kita tidak
dapat membatasi kewajiban dan tanggungjawab. Sebab kehidupan beserta segala sesuatu yang
ada dalam hidup ini adalah berasal dari Tuhan, maka kita juga harus memberikannya kepada
Tuhan.

Sehingga apa yang layak kita berikan kepada Tuhan adalah mempersembahkan seluruh
kehidupan kita ini untuk taat kepada Tuhan saja. Baik itu waktu, pekerjaan, keluarga, harta milik,
semuanya tanpa terkecuali dalam hidup ini diberikan kepada Tuhan hanya untuk kemuliaan
namaNya saja.

Jika Tuhan yang memberikan kehidupan bagi kita, maka kita menyerahkan semua dalam
kedaulatan Tuhan. 1 Tesalonika 1:1-10 dapat menjelaskan sikap hidup yang dimaksudkan. Oleh
Rasul Paulus dikemukakan, betapa kehidupan jemaat di Tesalonika ternyata telah menjadi
teladan bagi segenap orang percaya di Makedonia dan Akhaya. Iman dan perubahan hidup
mereka telah tersiar ke berbagai penjuru. Satu hal yang menarik, adalah betapa seluruh pekerjaan
iman dan segenap usaha kasih mereka, sesungguhnya dilakukan karena pengharapan kepada
Tuhan saja (ay.3).

Sehubungan dengan itu, perenungan yang kemudian mengemuka, ialah seberapa jauh segala
pekerjaan dan usaha yang telah Tuhan berikan, senantiasa dilakukan dalam bingkai kesetiaan
kepada Tuhan? Yang Tuhan inginkan, ialah agar Dia sungguh menjadi Tuhan dalam segala giat
dan kerja kita. Uang, materi, kedudukan, serta hal-hal lainnya, hendaknya tidak pernah
menggantikan kedaulatan Tuhan dalam kehidupan umat-Nya

Anda mungkin juga menyukai