Anda di halaman 1dari 14

Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan

Volume 6, Nomor 2, Juli 2013 (123-136)


ISSN 1979-5645

Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum


Kabupaten Sleman Tahun 2013

Erwin Musdah (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)


Email: erwinmusdah@gmail.com

Abstract
This paper aims to explain the efforts made by unions and employers' organizations in
influencing policy Sleman minimum wages in 2013. The method used is a qualitative method.
Data were collected through interview and document study. The results showed that in the
effort to influence policy Sleman district minimum wage in 2013, the employers' organization
represented Apindo not do a lot of advocacy action. Advocacy is only done through negotiations
in the wage councils and lobbying session with the Labour union and the government outside
wage session at the district level. Meanwhile, the Labour union did a lot of advocacy action
maneuver that is negotiated at the district wage councils, KHL independent surveys, lobbying
and hearings to the governor, provocations on the Internet, seminars and demonstrations.
Moreover, the action of advocacy done by labor unions gain from the momentum that demand
wage increases above one million for all districts in Yogyakarta and the new KHL standard-
setting moment with more kinds of needs.

Keywords: policy advocacy, the district minimum wage, public policy

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan upaya yang dilakukan oleh serikat pekerja dan
organisasi pengusaha dalam mempengaruhi kebijakan penetapan upah minimum Kabupaten
Sleman Tahun 2013. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Data dikumpulkan
melalui metode wawancara dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
upaya mempengaruhi kebijakan upah minimum kabupaten sleman tahun 2013, organisasi
pengusaha yang diwakili Apindo tidak banyak melakukan aksi advokasi. Advokasi hanya
dilakukan melalui negosiasi dalam sidang dewan pengupahan dan lobbi dengan serikat pekerja
dan pemerintah diluar sidang pengupahan di tingkat Kabupaten. Sementara itu, serikat pekerja
melakukan banyak manuver aksi advokasi yaitu melakukan negosiasi di dewan pengupahan
kabupaten, survei KHL independent, lobbi dan audiensi ke Gubernur, profokasi di Internet,
seminar dan demonstrasi. Selain itu, aksi advokasi yang dilakukan oleh serikat pekerja
mendapatkan keuntungan dari momentum yang tepat yaitu tuntutan kenaikan upah diatas
satu juta untuk semua kabupaten di DIY dan moment penetapan standar KHL baru dengan jenis
kebutuhan yang lebih banyak.

Kata kunci: advokasi kebijakan, upah minimum kabupaten, kebijakan publik

PENDAHULUAN pengusaha, bersama-sama dengan


Kebijakan penetapan upah minimum pemerintah tergabung dalam dewan
merupakan salah satu kebijakan yang pengupahan. Dewan pengupahan inilah yang
melibatkan masyarakat. Masyarakat yang menjadi wadah permusyawaratan khususnya
terlibat disini, yaitu perwakilan serikat antara serikat pekerja dengan organisasi
pekerja dan perwakilan organisasi pengusaha untuk bersepakat menetapkan
123
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

sebuah angka upah minimun yang kemudian ditetapkan, menunjukkan bahwa kontestasi
diusulkan ke Gubernur. Upah minimum tidak hanya terjadi didalam forum sidang
ditetapkan dengan mempertimbangkan hasil pengupahan. Sangat dimungkinkan adanya
kesepakatan diantara kedua pihak ini. usaha-usaha mempengaruhi kebijakan diluar
Meskipun demikian, Gubernur selaku forum resmi yang ditetapkan dalam sistem
penentu kebijakan upah minimum tetap ini. Kajian atas kedua sisi ini, baik upaya
memiliki kebijaksanaan sendiri dalam mempengaruhi kebijakan melalui forum
memutuskan upah minimum tersebut yang resmi maupun upaya diluar forum tersebut,
bisa saja sama, lebih rendah ataupun lebih akan menambah perspektif tentang
tinggi dari hasil kesepakatan serikat pekerja. bagaimana proses pengambilan keputusan
Dalam realitasnya, dewan pengupahan terjadi.
justru menjadi wadah kontestasi kepentingan Proses demokratisasi yang telah
antara serikat pekerja dengan organisasi berlangsung pasca orde baru menempatkan
pengusaha. Kasus penetapan upah minimum masyarakat sebagai pemilik kekuasaan
kota yang terjadi di Kabupaten Sleman negara. Prinsip dari, oleh dan untuk rakyat
dengan jelas menunjukkan kontestasi dua merupakan prinsip dasar dari demokrasi.
kepentingan ini. Kepentingan organisasi Prinsip ini sejalan dengan pendekatan
pengusaha adalah menekan kenaikan upah pluralisme dalam kebijakan yang
serendah mungkin. Asumsi ini dapat menganggap kebijakan sebagai hasil interaksi
dibenarkan dengan adanya pernyataan berbagai kepentingan dalam masyarakat,
kekecewaan dari organisasi pengusaha pasca baik itu interaksi dalam bentuk kontestasi
penetapan UMK oleh Gubernur DIY. Apindo maupun kolaborasi kepentingan (Budiman,
bahkan mengancam akan mengundurkan diri 1996:58; Apter, 1997:287; dan Wibawa,
dari dewan pengupahan dan meminta dewan 2011:11).
pengupahan dibubarkan (Kuntadi 2012). Lebih jauh, pluralisme bahkan dianggap
Sebaliknya kepentingan serikat pekerja intisari dari demokrasi (Apter, 1997:366).
yaitu agar kenaikan upah mereka setinggi Asumsi tersebut dapat dibenarkan dengan
mungkin. Faktanya, aksi demonstrasi serikat merujuk pada pendapat Samudra Wibawa
buruh pada moment peringatan hari buruh (2011) yang menganggap dalam sistem yang
sedunia masih mengecam politik upah murah demokratis, liberal, setiap orang berhak
(Yulianingsih 2013). Hal ini menunjukkan mengajukan pendapat mereka. Sejalan
masih adanya ketidakpuasan pekerja dengan dengan pendapat tersebut, menurut Dahl,
upah minimum yang berlaku ditahun 2013. Polsby dan penganut pluralis awal Amerika
Benturan kepentingan dan dinamika lainnya menjelaskan kekuasaan dianggap
yang terjadi dalam penetapan upah minimum didistribusikan secara luas dan sistem politik
tahun 2013 di Kabupaten Sleman sangat teratur sehingga proses politik pada
mengisyaratkan adanya upaya oleh kedua esensinya dikendalikan oleh tuntutan dan
belah pihak untuk mempengaruhi kebijakan opini publik” (Parsons, 2011:137). Distribusi
penetapan upah minimum ini. Sistem kekuasaan secara luas dalam kepada
pengusulan upah minimum yang melibatkan masyarakat dalam bentuk hak mengajukan
kedua pihak ini menjadi sarana yang cukup pendapat tidak lain adalah pengejawantahan
efektif untuk dapat mempengaruhi kebijakan dari sistem demokrasi dimana kekuasaan
upah minimum kota. Namun demikian, tidak terpusat di satu atau beberapa orang
dinamika yang terjadi dalam penetapan UMK melainkan berada ditangan rakyat.
yaitu: perbedaan angka KHL, usulan upah Model pendekatan pluralis ini sendiri
minimum dan upah minimum yang dibangun dengan asumsi dasar bahwa setiap

124
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 2, Juli 2013

individu terintegrasi kedalam sebuah pluralisme) ini lebih menekankan


kelompok yang sesuai dengan kepentingan ekonomi sebagai basis
kepentingannya. Kelompok inilah yang perbedaan kepentingan. Interaksi
menjadi jembatan antara kepentingan kepentingan dalam kebijakan didominasi oleh
individu-individu yang ada didalamnya kepentingan bisnis. Mereka yang memiliki
dengan otoritas pembuat kebijakan dalam hal kekuasaan bisnis, menurut pandangan ini,
ini pemerintah. Pemerintah sendiri berperan dianggap lebih kuat dalam mempengaruhi
sebagai wadah interaksi berbagai kebijakan.
kepentingan tersebut sekaligus regulator agar Baik pendekatan pluralis maupun neo-
interaksi yang ada tidak mengganggu pluralis dapat memberikan sumbangan
jalannya sistem secara keseluruhan (Subakti, teoritik dalam melihat kasus penetapan UMK
2010:98). di Sleman. Pendekatan pluralis menekankan
David Easton (dalam Wibawa, 2011) adanya interaksi kepentingan dalam
mengejawantahkan pandangan ini dalam masyarakat sehingga pembuatan kebijakan
teori yang disebut sebagai teori “kotak tidak terlepas dari interaksi kepentingan ini.
hitam”. Proses pengambilan keputusan oleh Kecenderungan yang tampak disini adalah
pemerintah dilakukan didalam kotak hitam interaksi dalam bentuk kontestasi dimana
yang sebelumnya telah dimasukkan berbagai pemerintah menjadi mediator sekaligus
tuntutan atau dukungan masyarakat. Kotak regulator akhir hasil kompromi kepentingan
hitam tersebut mengkonversi input yang yang berbeda tersebut. Adapun perbedaan
masuk menjadi sebuah output berupa pandangan mengenai fragmentasi kekuasaan
kebijakan (Wibawa, 2011:12-13). Dalam antara pandangan pluralisme dengan neo-
bahasa lain, pluralisme dianggap sebagai pluralisme, kedua-duanya tetap dapat
sebuah metode yang mengubah keinginan digunakan untuk melihat permasalahan ini.
perorangan menjadi kebijaksanaan publik, Pandangan neo-pluralisme yang menganggap
adalah juga sarana untuk mencapai keadilan bahwa kekuasaan lebih besar dimiliki oleh
sosial (Apter, 1997:366). pihak yang memiliki kekuasaan bisnis bisa jadi
Dalam perkembangannya kemudian, benar, demikian juga pandangan neo-
beberapa kaum pluralis memperbaharui pluralisme yang menganggap bahwa
pandangan-pandangan pluralisnya setelah kekuasaan terdistribusi secara luas dimana
menuai kritik khususnya dari Marxis dan setiap pihak punya kekuatan dalam
penganut pendekatan elitis. Beberapa ilmuan mempengaruhi kebijakan bisa jadi juga
pluralis memodifikasi pandangannya yang benar. Kedua konteks ini bisa salah satunya
dulu meyakini bahwa semua lapisan benar atau bisa jadi kedua-duanya benar
masyarakat memiliki kekuatan yang mengingat kebijakan penetapan UMK melalui
seimbang dalam mempengaruhi kebijakan. dua tahap yaitu di kabupaten dan Ppopinsi.
Parsons (2011) mengungkapkan kesimpulan Konteks demokrasi di dua tingkatan ini
terbaru dari beberapa ilmuan pluralis yaitu: berbeda karena DIY (Propinsi) merupakan
pembuatan kebijakan bukanlah kegiatan yang daerah istimewa dengan sistem demokrasi
netral, tuntutan kepentingan bisnis yang berbeda, yaitu tidak terjadi kontestasi
mendominiasi tuntutan kelompok lain. politik untuk jabatan gubernur sebagaimana
Karena itu, proses pembuatan keputusan – di kabupaten sehingga pengaruh bisnis dalam
menurut pandangan baru mereka –dibiaskan pembuatan kebijakan tidak sebesar di daerah
demi keuntungan pihak yang kuat dan lain.
dimanfaatkan untuk kelompok yang kurang Kesimpulan kaum pluralisme yang
kuat” Pandangan pluralisme baru (neo- menganggap bahwa berbagai kelompok

125
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

dalam masyarakat memiliki kekuasaan untuk dalam melihat kasus penetapan UMK ini. Hal
mempengaruhi kebijakan memunculkan tersebut disebabkan karena sifatnya lebih ke
pertanyaan baru, yaitu bagaimana internal kelompok sehingga dianggap berada
masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan? diluar domain tulisan ini.
Pertanyaan ini akan dijawab dengan Terkait dengan upaya mempengaruhi
menggunakan prespektif teori advokasi kebijakan, Miller dan Covey (2005)
kebijakan. menggambarkan banyak pilihan taktik yang
Miller dan Covey (2005) menjelakan bisa dilakukan. Taktik-taktik tersebut
advokasi sebagai sebuah upaya diantaranya yaitu: dengar pendapat,
mempengaruhi kebijakan khususnya peristiwa media, lobi pengumpulan
dilakukan oleh kelompok masyarakat yang pendapat, mogok, demo, laporan kebijakan,
memiliki akses yang terbatas terhadap kampanye menulis surat, lokakarya bagi
sumber-sumber kekuasaan. Pendapat lain konstituen, riset tindakan partisipatif, sidang
yang sifatnya lebih umum diungkapkan dalam pertenggungjawaban dengan para anggota
pedoman advokasi kebijakan yang legislatif, pernyataan terhadap rekor pemilu,
dikeluarkan oleh kadin. Advokasi kebijakan teater populer dan membangkitkan
dianggap sebagai “tindakan mempengaruhi kesadaran. Namun demikian, mereka tetap
atau mendukung sesuatu atau seseorang menegaskan bahwa taktik-taktik tersebut
yang berkaitan dengan kebijakan publik bisa saja dikembangkan sehingga tidak
seperti regulasi atau kebijakan pemerintah”. terbatas hanya pada taktik-taktik yang
Dalam mengkaji masalah penetapan UMK ini, digambarkan diatas. Hal ini disebabkan
konsep advokasi yang diagunakan adalah karena lingkungan kebijakan terus berubah
konsep advokasi kebijakan yang diungkapkan sehingga taktik yang digunakan pun harus
oleh kadin, karena kebijakan ini lebih bersifat terus disesuaikan dengan lingkungan. Pilihan-
umum sehingga dapat mencakup advokasi pilihan taktik diatas dapat dijadikan kacamata
oleh serikat pekerja maupun serikat dalam melihat upaya-upaya yang dilakukan
pengusaha. oleh serikat pekerja dan serikat buruh dalam
Untuk mengefektifkan advokasi mempengaruhi kebijakan penetapan UMK,
kebijakan, Miller dan Covey (2005) disamping tetap terbuka peluang untuk
mengemukakan beberapa faktor penting adanya kreasi-kreasi taktik yang dilakukan
yaitu: legitimasi, kredibilitas, pertanggung- oleh keduanya.
jawaban dan kekuasaan. Inti dari legitimasi Berdasarkan latar belakang masalah yang
disini yaitu mengenai siapa yang diwakili dan diungkapkan diatas maka dirumuskan sebuah
dengan otoritas apa perwakilan itu berbicara. pertanyaan yang akan dikaji dalam tulisan ini
Kredibilitas yaitu kemampuan yang dimiliki yaitu: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok agar serikat pekerja dan organisasi pengusaha
pernyataannya dapat dipercaya sebagai dalam mempengaruhi kebijakan penetapan
sebuah informasi yang akurat. upah minimum kota Kabupaten Sleman tahun
Pertanggungjawaban dalam advokasi 2013?”
konteksnya yaitu mekanisme pertanggung-
jawaban tim advokasi kepada anggota yang METODE PENELITIAN
diwakilinya. Sementara kekuasaan disini Metode penelitian yang digunakan dalam
ditekankan pada sumber-sumber kekuasaan penelitian ini adalah metode kualitatif. Data
apa yang dimiliki untuk dapat mempengaruhi dikumpulkan melalui triangulasi data dan
kebijakan. Diantara keempat faktor tersebut, triangulasi sumber. Data hasil wawancara
faktor pertanggugjawaban tidak digunakan dikonfirmasi melalui data sekunder yang

126
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 2, Juli 2013

diperoleh dari media massa dan sumber pengupahan adalah organisasi yang dibentuk
informan lain. Adapun informan dari dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di
penelitian ini adalah perwakilan pemerintah, perusahaan maupun di luar perusahaan, yang
asosiasi buruh dan apindo. Penelitian bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis,
dilakukan di Seleman DIY pada tahun 2013. dan bertanggung jawab guna
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis memperjuangkan, membela serta melindungi
menggunakan teknik analisis kualitatif. hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh
HASIL DAN PEMBAHASAN dan keluarganya. Adapun syarat bagi serikat
Penetapan upah minimum diatur dalam pekerja/serikat buruh untuk dapat mengutus
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER- perwakilannya dalam dewan pengupahan
01/MEN/1999 juncto Keputusan Menteri adalah mempunyai sekurang-kurangnya 10
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP- unit kerja/serikat pekerja/serikat buruh di
226/MEN/2000 tentang Upah Minimum. Kabupaten/Kota yang bersangkutan; atau
Upah minimum kabupaten/kota ditetapkan mempunyai sekurang-kurangnya 2.500
oleh Gubernur atas rekomentasi Dewan anggota pekerja/buruh di Kabupaten/Kota
pengupahan kabupaten/kota. Dewan yang bersangkutan. Berbeda dengan
pengupahan kabupaten/kota terdiri dari organisasi pengusaha yang telah menentukan
unsur pemerintah, organisasi pengusaha, satu organisasi pengusaha untuk duduk di
serikat pekerja/serikat buruh, perguruan dewan pengupahan, serikat pekerja belum
tinggi dan pakar. Komposisi keanggotaan memiliki wakil yang pasti untuk dapat
dewan pengupahan dari unsur pemerintah, mengutus perwakilannya didalam dewan
organisasi pengusaha dan serikat pengupahan. Hanya serikat pekerja/buruh
pekerja/serikat buruh adalah 2:1:1. yang memenuhi persyaratan yang dapat
Sementara jumlah anggota dewan bergabung dalam dewan pengupahan.
pengupahan dari perguruan tinggi dan pakar Adapun mengenai syarat perwakilan dari
disesuaikan dengan kebutuhan. Jumlah organisasi pengusaha dan serikat
seluruh anggota dewan pengupahan harus pekerja/buruh untuk duduk di dewan
berjumlah gasal. pengupahan yaitu: warga negara Indonesia,
Organisasi pengusaha yang duduk di berpendidikan paling rendah lulus Diploma-3
dewan pengupahan adalah organisasi (D-3), dan memiliki pengalaman atau
pengusaha yang ditunjuk oleh Kamar Dagang pengetahuan di bidang pengupahan dan
dan Industri (Kadin) untuk menangani pengembangan sumber daya manusia. Setiap
masalah ketenagakerjaan. Syarat organisasi perwakilan ditunjuk oleh organisasi atau
pengusaha yang dapat menjadi anggota serikatnya masing-masing.
dewan pengupahan di tingkat Dewan pengupahan yang terbentuk di
Kabupaten/Kota yaitu mempunyai jumlah tingkat kabupaten bertugas memberikan
anggota sekurang-kurangnya 10 perusahaan saran dan usulan upah minimum kepada
di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Dalam Bupati/Walikota. Bupati/Walikota kemudian
hal ini, Kadin telah menunjuk Asosiasi menyampaikan usulan upah minimum
Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk tersebut melalui surat rekomendasi kepada
menangani masalah ketenagakerjaan melalui Gubernur. Gubernur menetapkan upah
Keputusan Dewan Pengurus Kadin Indonesia minimum kabupaten/kota setelah
Nomor: 019/SKEP/DP/III/2004 tanggal 5 mendengar masukan dari Bupati/Walikota
Maret 2004. Sementara itu, serikat dan Dewan Pengupahan Propinsi. Untuk upah
pekerja/serikat buruh yang duduk di dewan minimum propinsi ditetapkan berdasarkan

127
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

pada nilai kebutuhan hidup layak kabupaten minimum kabupaten sendiri ditetapkan
yang paling rendah dalam wilayah propinsi paling lambat tanggal 20 November. Disisi
yang bersangkutan. Berdasarkan amanat lain, nilai KHL yang dijadikan dasar penetapan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, upah upah minimum adalah nilai KHL bulan
minimum diarahkan kepada pencapaian Desember. Untuk itu, delapan data KHL dari
kebutuhan hidup layak (KHL). Januari sampai Septermber dijadikan dasar
KHL itu sendiri adalah standar kebutuhan untuk melihat trend perkembangan harga
seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat pasar. Angka-angka tersebut kemudian
hidup layak secara fisik untuk kebutuhan satu dianalisis dengan menggunakan analisa
bulan. KHL terdiri dari sejumlah komponen regresi untuk memprediksi nilai KHL bulan
dan jenis kebutuhan yang tercantum dalam Desember. Hasil analisa regresi inilah yang
Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja ditetapkan sebagai nilai KHL yang menjadi
dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 dasar penetapan upah minimum (Tricahyo
tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan 2012).
Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Penetapan Undang-Undang Nomor 13
Terdapat tujuh komponen dengan 60 jenis Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
kebutuhan yang tercantum dalam lampiran mengamanatkan agar upah minimum
keputusan menteri tersebut. Item ini lebih diarahkan kepada pencapaian kebutuhan
banyak jika dibandingkan dengan yang hidup layak (KHL). Kata “diarahkan pada
terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga pencapaian” disini mengisyaratkan bahwa
Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER- KHL tidak serta merta dijadikan dasar dalam
17/MEN/VIII/2005 tentang Komponen dan penetapan upah minimum. Beberapa
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan pertimbangan lain yaitu: produktivitas,
Hidup Layak yaitu terdapat tujuh komponen pertumbuhan ekonomi, kemampuan usaha
dengan hanya 46 jenis kebutuhan. Nilai marginal, kondisi pasar kerja, ekonomi, PDRB,
masing-masing komponen dan jenis KHL dan inflasi tahun sebelumnya. Berhubung
diperoleh melalui survei harga yang dilakukan karena indikator-indikator ini sifatnya
secara berkala. Kualitas dan Spesifikasi teknis kualitatif maka KHL yang bersifat kuantitatif
masing-masing komponen dan jenis KHL inilah yang menjadi dasar ideal penetapan
disepakati sebelum survei dilaksanakan dan upah minimum. Hal tersebut ditegaskan
ditetapkan Ketua Dewan Pengupahan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Kabupaten/Kota. Survei dilakukan oleh Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Dewan Pengupahan Provinsi atau Dewan Komponen dan Pelaksanaan Tahapan
Pengupahan Kabupaten/Kota dengan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak pasal 9
membentuk tim yang keanggotaannya terdiri ayat 3 yang intinya bahwa pencapaian KHL
dari anggota Dewan Pengupahan dari unsur diwujudkan secara bertahap dalam
tripartit (pemerintah, organisasi pengusaha penetapan Upah Minimum oleh Gubernur. Ini
dan serikat pekerja/buruh), unsur perguruan berarti cepat atau lambat, nilai upah
tinggi/pakar, dan dengan mengikutsertakan minimum harus menyesuaikan dengan KHL.
Badan Pusat Statistik setempat.
Survei dilakukan setiap minggu pertama Dinamika Penetapan UMK Sleman 2013
bulan Januari sampai bulan September Dewan pengupahan Kabupaten Sleman
(kecuali bulan menjelang Ramadhan). Hal tahun 2012 terdiri dari unsur pemerintah,
tersebut disebabkan karena upah minimum serikat pekerja, organisasi pengusaha dan
propinsi harus ditetapkan paling lambat pada perguruan tinggi. Dari unsur pemerintah
akhir bulan Oktober. Sementara untuk upah Kabupaten Sleman diwakili oleh Dinas Tenaga

128
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 2, Juli 2013

Kerja dan Sosial (Disnakersos), Dinas melalui konsolidasi internal masing-masing


Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serikat tersebut. Perwakilan yang diutus
(Disperindagkop), dan Badan Pusat Statistik adalah anggota yang memenuhi persyaratan
(BPS) dengan jumlah total enam orang. untuk duduk di dewan pengupahan
Organisasi pengusaha diwakili oleh Asosiasi kabupaten yaitu minimal D3 serta memiliki
Pengusaha Indonesia (Apindo) sebanyak tiga loyalitas dan pengalaman dalam advokasi
orang. Serikat Pekerja diwakili oleh Serikat kebijakan. SPSI sendiri mengutus dua orang
Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) sebanyak anggotanya yang telah berpengalaman
dua orang dan Serikat Pekerja Nasional (SPN) dimana salah seorang diantaranya telah
sebanyak satu orang. Sementara unsur berpengalaman sebagai anggota dewan
perguruan tinggi diwakili oleh satu orang pengupahan propinsi dimasa sebelumnya.
dosen dari Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia (UII). Dinamika Forum Sidang Dewan Pengupahan
Perwakilan dari Apindo diputuskan Tahun 2012 merupakan tahun pertama
setelah melakukan rapat internal. Utusan terbentuknya dewan pengupahan di seluruh
Apindo dalam dewan pengupahan adalah kabupaten di DIY. Tahun-tahun sebelumnya,
Ketua dan dua orang Wakil Ketua Apindo pembahasan upah minimum hanya dilakukan
Kabupaten Sleman. Meskipun Apindo oleh dewan pengupahan propinsi. Untuk itu,
merupakan organisasi pengusaha, tidak sidang pertama Dewan Pengupahan
semua yang menjadi pengurus dan utusan di Kabupaten Sleman adalah pembahasan
dewan pengupahan adalah murni pengusaha. Standard Operating Prosedur (SOP). Dalam
Salah seorang diantaranya bekerja sebagai sidang tersebut dibahas mengenai
manajer di salah satu perusahaan di mekanisme kerja dan tata tertib khususnya
Yogyakarta. Namun dengan persetujuan yang berkaitan dengan SOP survei KHL.
pemilik perusahaannya dan anggota Apindo Pembahasan mengenai siapa tim survei,
lainnya, orang tersebut dipercayakan untuk pasar mana yang akan dijadikan lokasi survei,
mewakili Apindo dalam dewan pengupahan kapan jadwal survei, dan yang paling utama
di Kabupaten Sleman. Menjelang sidang akhir seperti apa spesifikasi kualitas barang yang
pengusulan upah minimum, satu orang akan disurvei. Tim survei disepakati terdiri
perwakilan dari Apindo diganti karena dari delapan orang yang berada di dewan
masalah internal di Apindo. pengupahan kabupaten, yaitu empat orang
Berbeda dengan organisasi pengusaha dari unsur pemerintah, dua orang dari Apindo
yang telah diwakilkan oleh satu asosiasi, dan dua orang dari serikat pekerja. Pasar
serikat pekerja/buruh di Sleman yang dijadikan lokasi survei KHL berpindah-
terfragmentasi kedalam beberapa serikat pindah, beberapa diantaranya yaitu Pasar
diataranya: Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Godean, Pasar Melati dan Pasar Prambanan.
(SPSI), Serikat Pekerja Nasional (SPN), Aliansi Intinya adalah pasar tersebut berada
Buruh Yogyakarta (ABY), Serikat Buruh disekitar lokasi dimana pekerja berdomisili
Sejatera Indonesia (SBSI), Perhimpunan dan tetap memperhatikan kriteria pasar
Solidaritas Buruh (PSB), dll. Ditengah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran
banyaknya organisasi pekerja/buruh, hanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
dua serikat yang memenuhi syarat untuk Transmigrasi Nomor: PER-17/MEN/VIII/2005
duduk dalam keanggotaan dewan tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan
pengupahan yaitu Serikat Pekerja Seluruh Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
Indonesia (SPSI) dan Serikat Pekerja Nasional Peraturan ini masih digunakan dalam
(SPN). Pengutusan perwakilan dilakukan penetapan standar survei KHL tahun 2012

129
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

karena peraturan menteri terbaru keluar dengan KHL. Pertimbangan lain seperti
pada bulan juli tahun 2012. produktivitas, pertumbuhan
Spesifikasi kualitas barang merupakan ekonomi, kemampuan usaha marginal,
hal yang paling penting dibahas dalam sidang kondisi pasar kerja, ekonomi, PDRB, dan
pertama ini. Hal tersebut memang harus inflasi tahun sebelumnya menjadikan sidang
dilakukan mengingat petunjuk yang terdapat terakhir penetapan usulan UMK Sleman
dalam lampiran Peraturan Menteri Tenaga berjalan alot bahkan sempat deadlock.
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER- Dengan pertimbangan-pertimbangan
17/MEN/VIII/2005 tentang Komponen dan tersebut, baik Apindo maupun serikat pekerja
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan masuk kedalam sidang dengan nilai yang
Hidup Layak hanya menyebutkan spesifikasi telah dirapatkan dalam sidang internal
secara general. Salah satunya misalnya masing-masing. Bahkan SPSI dan SPN yang
spesifikasi beras yang akan disurvei hanya merupakan serikat yang berbeda sudah
dijelaskan bahwa kualitas beras sedang melakukan konsolidasi sebelum masuk dalam
dengan jumlah 10 kg per bulan. Penjelasan sidang dewan pengupahan. Hasil konsolidasi
lebih lanjut mengenai kualitas sedang dalam internal masing-masing dibahasakan sebagai
lampiran keputusan tersebut yaitu “kualitas aspirasi dari anggotanya baik dari pengusaha
beras sedang adalah jenis beras yang biasa di maupun dari pekerja.
konsumsi oleh masyarakat setempat”. Nilai KHL bulan Desember disepakati
Definisi operasional kualitas sedang inilah sebesar Rp 1.024.464,-, sementara itu serikat
yang menjadi ruang perdebatan dalam sidang pekerja mengusulkan upah minimum
pertama ini. Jika spesifikasinya lebih baik kabupaten sebesar Rp 1.055.000,- dan
maka tentu nilai total KHL nya akan naik, Apindo mengusulkan sebesar Rp 925.000,-.
begitu pula sebaliknya jika spesifikasinya Dengan perbedaan angka yang demikian
rendah maka total nilai KHL nya juga rendah. besar, tawar menawar menjadi jalan keluar
Tim survei melakukan survei langsung untuk menemukan satu titik pertemuan.
dari Januari sampai September. Setiap tiga Serikat pekerja mendasarkan argumennya
bulan diadakan sidang dewan pengupahan pada kesejahteraan pekerja, inflasi dan
untuk menetapkan hasil survei KHL tersebut. optimisme pertumbuhan produktifitas.
Dalam sidang-sidang berkala ini, nyaris tidak Dengan meningkatkan upah minimum maka
ada hal yang penting untuk dibahas lebih akan meningkatkan kesejahteraan pekerja
serius oleh anggota dewan pengupahan. Hal sehingga produktifitas juga dapat
tersebut disebabkan karena harga KHL sudah ditingkatkan. Sementara itu, pengusaha
disepakati langusung di pasar oleh semua tim menitikberatkan pada argumen peningkatan
survei tersebut, sehingga sidang hanya biaya produksi karena inflasi yang diakibatkan
dimaksudkan untuk menetapkan nilai KHL oleh rencana kenaikan tarif dasar listrik,
tersebut. Nilai-nilai KHL yang dihasilkan dari rencana kenaikan harga BBM dan akan
survei selama Januari sampai September ini semakin berat jika ditambah dengan kenaikan
kemudian dianalisis secara regresi untuk upah pekerja. Pengusaha juga menuntut
memprediksi nilai KHL bulan Desember. Dari peningkatan produktifitas pekerja sehingga
hasil analisis regresi tesebut maka keluarlah dapat menutupi kenaikan biaya produksi.
angka Rp 1.024.464,-. Angka inilah yang Perdebatan-perdebatan inilah yang kental
menjadi dasar untuk pembahasan terjadi dalam negosiasi nilai upah minimum
selanjutnya mengenai nilai KHL. dalam dewan pengupahan. Sidang ini
Sebagaimana ditetapkan dalam aturan, berlangsung alot sampai tiga kali sidang.
nilai upah minimum tidak serta merta sama Tawar menawar akhirnya mengerucut pada

130
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 2, Juli 2013

angka Rp 975.000,- dan Rp 980.000,-. Apindo Serikat pekerja tetap bertahan untuk tidak
menyepakati angka Rp 975.000,- sementara menyepakati besaran angka yang telah
serikat pekerja tetap bertahan di angka Rp disepakati bersama antara Apindo dengan
980.000,-. Karena terjadi deadlock negosiasi pemerintah. Pasca penetapan usulan UMK
maka diadakan voting dimana apindo, serikat Sleman oleh sidang dewan pengupahan,
pekerja dan pemerintah masing-masing Apindo Sleman mengakui tidak lagi
memiliki tiga hak suara. Suara apindo dan melakukan pengawalan terhadap hasil sidang
pemerintah menyepakati angka Rp 975.000,-, tersebut. Mereka menyerahkan sepenuhnya
sehingga angka tersebutlah yang diputuskan kepada Gubernur dan dewan pengupahan
untuk diusulkan ke Gubernur untuk propinsi untuk menetapkan besaran UMK
ditetapkan. Namun tidak sampai disitu, Sleman (wawancara, 3 juni 2013).
serikat pekerja hanya bersedia Upaya yang lebih beragam dilakukan
menandatangai kesepakatan tersebut jika oleh serikat pekerja Kabupaten Slemen, baik
diberi catatan tambahan bahwa serikat itu serikat pekerja yang ada di dewan
pekerja tidak menyepakati angka Rp pengupahan maupun yang ada di luar dewan
975.000,- dan mengusulkan angka Rp pengupahan. SPSI sebagai anggota dewan
980.000,- untuk ditetapkan sebagai upah pengupahan di Kabupaten Sleman melakukan
minimum Kabupaten Sleman tahun 2013. audiensi dengan Gubernur DIY pasca
Akhirnya, surat rekomendasi upah minimum penetapan usulan UMK Sleman oleh dewan
tersebut tetap mengusulkan angka Rp pengupahan. Ketimbang melakukan lobi
975.000,- tetapi dengan catatan tambahan dengan pemerintah Kabupaten, SPSI lebih
sebagaimana disyaratkan oleh serikat pekerja memilih langsung bertemu dengan Gubernur
(wawancara, 2-4 juni 2013). DIY untuk menyampaikan tuntutan mereka
yang tidak disepakati dalam sidang dewan
Dinamika di Luar Sidang pengupahan di Kabupaten Sleman. Hal
Upaya-upaya serikat pekerja dan tersebut dilakukan karena SPSI menilai
organisasi pengusaha dalam mempengaruhi Pemerintah Kabupaten Sleman lebih dekat
kebijakan penetapan UMK Sleman tahun dan lebih mengakomodasi kepentingan
2013 tidak terbatas hanya negosiasi dalam pengusaha ketimbang serikat pekerja. Selain
forum resmi dewan pengupahan Kabupaten itu, SPSI mengakui telah memiliki hubungan
Sleman. Berbagai upaya dilakukan untuk yang cukup dekat dengan Sri Sultan
mempengaruhi berbagai pihak yang dianggap Hamengku Buwono X yang tidak lain adalah
memiliki peran penting dalam penetapan pemegang kewenangan penetapan upah
upah minimum kabupaten. Dari pihak minimum (wawancara, 4 juni 2013).
Apindo, upaya yang dilakukan untuk Diluar dewan pengupahan, serikat
mempengaruhi kebijakan penetapan UMK pekerja lainnya tidak hanya tinggal
adalah berupa lobi kepada pemerintah dan berpangku tangan tanpa ada upaya untuk
serikat pekerja. Lobi dilakukan dengan berjuang mempengaruhi kebijakan
mekanisme sidang setengah kamar yaitu penetapan upah minimum. Beberapa aliansi
pertemuan hanya antara Apindo dengan melakukan survei KHL independent sebagai
serikat buruh dan juga pertemuan antara data pembanding hasil survei yang dilakukan
Apindo dengan Pemerintah. Namun jika oleh tim survei dewan pengupahan. Di tahun
dilihat dampaknya dalam sidang dewan 2011, Persatuan Solidaritas Buruh (PSB)
pengupahan, sudah bisa dipastikan upaya mempublikasikan hasil survei KHL rata-rata di
lobi Apindo kepada serikat pekerja tidak DIY tahun 2011 sekita 1,4 juta rupiah.
menuai hasil sebagaimana yang diharapkan. Sementara itu, pasca penetapan Peraturan

131
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi angka dibawah KHL tersebut, namun akhirnya
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen Gubernur DIY menetapkan angka diatas nilai
dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian KHL Kabupaten Sleman. Penetapan usulan
Kebutuhan Hidup Layak, Barisan Buruh KHL oleh dewan pengupahan Kabupaten
Indonesia (BBI) mempublikasikan KHL di Sleman yang angkanya dibawah KHL
Yogyakarta dan sekitanya sebesar Rp menyebabkan serikat pekerja berpikir bahwa
1.760.265,-. Dengan berdasar pada peraturan pemerintah cenderung berpihak kepada
yang sama, Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY) pengusaha. Sebaliknya, penetapan UMK
mempublikasikan KHL di kabupaten/kota di diatas KHL oleh Gubernur DIY menyebabkan
DIY berkisar antara 1,3 juta – 1,5 juta rupiah organisasi pengusaha lebih berpihak kepada
(Widianto, 2012). pekerja. Jika benar bahwa pemerintah
Hasil survei KHL independet oleh serikat berpihak ke salah satu diantara serikat
buruh tersebut ditindak lanjuti dengan cara pekerja atau organisasi pengusaha maka
yang beragam oleh masing-masing serikat tentu ada faktor yang mempengaruhi
buruh. ABY menindaklanjuti hasil survei keberpihakannya tersebut.
tersebut dengan mengirim surat kepada Dalam teori advokasi yang disarikan dari
Gubernur agar tidak menandatangani usulan pendapat Miller dan Covey, terdapat tiga
UMK dari lima kabupaten di DIY. Selain itu, faktor yang mepengaruhi efektifitas advokasi
mereka juga melakukan audiensi untuk kebijakan yaitu legitimasi, kapabilitas dan
mensosialisasikan hasil surveinya (Galuh, kekuasaan. Legitimasi disini intinya yaitu
2012). PSB menindaklanjuti hasil survei siapa berbicara untuk siapa dan dengan
independentnya dengan melakukan otoritas apa (Miller dan Covey, 2005:15). Baik
sosialisasi kepada masyarakat, pemerintah serikat pekerja maupun organisasi pengusaha
dan anggota DPRD DIY melalui audiensi, yang duduk dalam dewan pengupahan
demonstrasi dan seminar (wawancara, 2 Juni masing-masing berbicara untuk anggotanya
2013). Masing-masing serikat buruh ini juga yang tergabung dalam kelembagaan
aktif memberikan ulasan-ulasan terkait tersebut. Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
dengan upah minimum dalam halaman (SPSI) dan Serikat Pekerja Nasional (SPN)
blognya masing-masing. Disamping itu, berbicara mewakili pekerja-pekerja yang
perkembangan yang terjadi terkait dengan tergabung dalam kedua serikat tersebut.
penetapan upah minimum dengan cepat Khusus untuk organisasi pengusaha semua
dipublikasikan oleh media-media di DIY dianggap telah terintegrasi dalam Kamar
khususnya media online. Dagang dan Industri (Kadin) yang diwakili
oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
Pembahasan untuk duduk dalam dewan pengupahan.
Setelah melalui beberapa proses formal Adapun otoritas untuk berbicara dalam
dan informal sebagaimana dijelaskan pada forum dewan pengupahan itu sendiri telah
bagian sebelumnya, Upah Minimum dijamin dalam peraturan perundang-
Kabupaten Sleman ditetapkan oleh Gubernur undangan yang berlaku tentu saja dengan
DIY sebesar Rp 1.026.000,-. Angka ini lebih syarat dan ketentuan tertentu. Secara
besar sekitar dua ribu rupiah dari nilai KHL personal, orang-orang yang ditunjuk mewakili
yang ditetapkan bersama dalam dewan lembaga-lembaga tersebut diatas dilegitimasi
pengupahan Kabupaten Sleman. Sebuah alur melalui mekanisme internal masing-masing
yang menarik untuk disimak yaitu dimulai lembaga.
dari penetapan KHL sebesar Rp 1.024.464,- Dengan kriteria-kriteria tersebut diatas,
kemudian dewan pengupahan mengusulkan maka legitimasi yang dimiliki oleh serikat

132
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 2, Juli 2013

pekerja dan Apindo dapat digolongkan Disamping itu, para perwakilan dari Apindo
kedalam legitimasi prosedural dan kualitas merupakan orang-orang yang telah lama
pribadi. Keduanya memiliki legitimasi berkecimpung dalam dunia bisnis sehingga
prosedural karena keberadaannya dalam dapat dikatakan memiliki pemahaman yang
dewan pengupahan sebagai bagian dari baik tentang perekonomian. Ukuran-ukuran
penentu kebijakan upah minimum kabupaten seperti inflasi, produktifitas, pertumbuhan
dijamin oleh peraturan perungang-undangan. ekonomi, usaha marginal dll. tentu sudah
Legitimasi kualitasi pribadi tercermin dari dipahami dengan baik oleh mereka.
pengutusan perwakilan masing-masing Perwakilan dari serikat pekerja juga dapat
lembaga dalam dewan pengupahan harus dikatakan memiliki kredibilitas untuk duduk
memenuhi syarat pendidikan minimal D3 dan di dewan pengupahan. Mereka telah memiliki
merupakan orang-orang pilihan di pengalaman yang panjang dalam hal advokasi
lembaganya masing-masing. Jadi, legitimasi kebijakan. Perwakilan dari SPSI merupakan
prosedural merupakan legitimasi dari negara orang yang berpengalaman sebagai anggota
untuk lembaga yang duduk dalam dewan Dewan Pengupahan Propinsi DIY beberapa
pengupahan sedangkan legitimasi kualitas tahun terakhir sebelum duduk di Dewan
personal merupakan legitimasi setiap Pengupahan Kabupaten Sleman. Pengalaman
perwakilan lembaga oleh anggotanya masing- tersebut tentu membuat mereka paham
masing. Khusus untuk serikat pekerja yang betul tentang apa yang menjadi ukuran-
belum memenuhi syarat untuk duduk dalam ukuran dalam penetapan upah minimum
dewan pengupahan tetap memiliki legitimasi serta bagaimana teknik bernegosiasi. Jadi
prosedural yaitu kebebasan untuk dapat dikatakan bahwa kedua pihak ini sama-
menyampaikan pendapat yang dijamin dalam sama memiliki kredibilitas yang baik untuk
konstitusi negara. Meskipun mereka tidak duduk di dewan pengupahan.
secara prosedural ikut menentukan usulan Faktor ketiga yang merupakan faktor
upah minimum dalam dewan pengupahan, yang paling penting yaitu kekuasaan apa yang
mereka masih bisa secara prosedural dimiliki oleh masing-masing pihak untuk
mempengaruhi kebijakan upah minimum ini dapat mempengaruhi kebijakan. Apindo
melalui penyampaian aspirasi kepada pejabat sebagaimana pengusaha secara umum
yang berwenang. memiliki kekuasaan modal, jabatan dan
Kredibilitas disini merujuk pada informasi. Pengusaha sebagai pihak yang
kapasistas personal perwakilan dari masing- memiliki modal dapat mempengaruhi pejabat
msaing organisasi sehingga informasinya dengan uang pelicin (sogokan) dan juga dapat
dapat diterima. Indikator kredibilitas yang mempengaruhi sistem kekuasaan secara
ditetapkan oleh pemerintah yaitu tidak langsung melalui lembaga ekonomi,
berpendidikan minimal D3 dan memiliki pasar, bank, perdagangan, dan pelayanan
pengalaman atau pengetahuan di bidang yang menguasai kehidupan orang banyak
pengupahan dan pengembangan sumber (Subakti, 2010:81). Jika pengusaha beramai-
daya manusia. Semua yang duduk di dewan ramai memboikot usahanya maka
pengupahan tentu memiliki kredibilitas perekonomian sudah bisa dipastikan
standar sebagaimana yang disyaratkan dalam terganggu dan dampak lebih jauhnya dapat
peraturan tersebut. Perwakilan yang diutus mengakibatkan kekacauan di masyarakat.
dari Apindo yaitu Ketua dan dua orang Wakil Kekuasaan lain yang dimiliki pengusaha
Ketua Apindo Sleman. Hal ini dapat dijadikan adalah jabatan. Pengusaha merupakan orang
ukuran kematangan berorganisasi dari yang mempekerjakan para pekerja sehingga
masing-masing perwakilan dari Apindo. secara otomatis memiliki jabatan yang lebih

133
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

tinggi daripada pekerja. Dengan jabatannya, Gubernur DIY dalam penetapan upah
pengusaha dapat mengontrol pekerja dengan minimum ini adalah faktor ketertiban. Karena
imbalan berupa gaji maupun ancaman Gubernur DIY lebih menginginkan DIY selalu
berupa PHK. Untuk itu, pekerja yang kritis kondusif maka daripada massa dari serikat
terhadap pengusaha dapat diberhentikan pekerja melakukan aksi demonstrasi, lebih
oleh pengusaha tempatnya bekerja. baik diakomodasi keinginannya (wawancara,
Informasi merupakan salah satu sumber 4 Juni 2013).
kekuasaan dalam konteks negosiasi Mencermati kekuasaaan yang dimiliki
pengupahan. Jika pengusaha tidak transparan Apindo dengan serikat pekerja menunjukkan
mengenai informasi untung atau rugi, bahwa Apindo memiliki sumber kekuasaan
besarnya perhasilan dan produktifitas yang lebih banyak ketimbang serikat pekerja.
perusahaan maka akan dengan mudah Hal ini dapat diasumsikan sebagai faktor
memanipulasi informasi untuk menekan upah penyebab mengapa Apindo Sleman tidak
pekerja. Umumnya informasi seperti itu banyak melakukan upaya-upaya diluar forum
hanya diketahui oleh pengusaha dan dewan pengupahan untuk mempengaruhi
sebagian kecil pekerja di level manajemen. Ini kebijakan Penerapan Upah Minimum
berarti pengusaha dapat memanipulasi Kabupaten Sleman 2013. Tanpa banyak
informasi untuk kepentingannya. berusaha pun pemerintah tetap akan
Kekuasaan serikat pekerja yaitu pada menjadikan ekonomi makro sebagai salah
keahlian dan massa yang terorganisasi. satu pertimbangan dalam penetapan UMK.
Pengusaha memiliki modal tetapi tidak Apabila banyak perusahaan yang tutup
memiliki keahlian untuk mengerjakan karena tidak sanggup membayarkan upah
pekerjaan teknis. Inilah yang menjadikan pekerja tentu akan sangat berdampak pada
pengusaha membutuhkan tenaka kerja yang perekonomian di daerah tersebut. Untuk itu,
memiliki keahlian. Keahlian yang dimiliki oleh Apindo merasa cukup hanya melakukan
pekerja menjadi nilai tawar tersendiri dalam advokasi di tingkat kabupaten melalui
mempengaruhi kebijakan perusahaan. Tetapi negosiasi di forum pengupahan dan lobi di
dalam konteks hubungan industrial, keahlian luar forum kepada serikat pekerja dan
ini tidak cukup signifikan untuk pemerintah kabupaten tanpa melakukan
mempengaruhi kebijakan. Semakin parah pengawalan di tingkap propinsi.
karena akhir-akhir ini tenaga ahli semakin Berbeda dengan Apindo, serikat pekerja
melimpah sehingga jika satu orang keluar melakukan banyak upaya-upaya di luar forum
telah ada banyak calon penggantinya. untuk dapat mempengarhui kebijakan
Tampaknya massa yang terorganisasi penetapan upah minimum. Upaya-upaya
merupakan kunci utama kekuasaan serikat tersebut dilakukan dalam bentuk survei
pekerja dalam mempengaruhi kebijakan. independent, lobi, audiensi dengan gubernur,
Jumlah anggota serikat pekerja yang cukup demosntrasi, dan profokasi di Internet. Tidak
berarti menarik perhatian aktor-aktor politik bersatunya organisasi pekerja kedalam satu
untuk mendapatkan simpati dan dukungan organisasi tunggal menjadi kekuatan
mereka dalam pemilihan-pemilihan umum. tersendiri bagi serikat pekerja dalam
Selain itu, apabila mereka melakukan aksi mempengaruhi kebijakan. Jika senadainya
mogok kerja atau aksi huru-hara akan sangat hanya ada satu organisasi pekerja maka
mengganggu perekonomian dan ketertiban kemungkinan hanya ada sekelompok orang
dalam masyarakat (Subakti, 2010: 83). Salah perwakilan yang menyampaikan aspirasinya
satu yang dianggap oleh SPSI sebagai faktor atas nama pekerja. Namun karena terdapat
keberhasilan lobi serikat pekerja kepada beberapa serikat pekerja berakibat pada

134
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 6, Nomor 2, Juli 2013

banyaknya intensitas penyaluran aspirasi oleh Apa yang terjadi dalam proses penetapan
serikat pekerja yang berbeda-beda tetapi upah minimum di Kabupaten Sleman
dengan tuntutan yang sama yaitu kenaikan memberikan pelajaran bahwa teori
upah minimum yang memadai. pluralisme dan neo-pluralisme dua-duanya
Berdasarkan ukuran angka yang akhirnya dapat dibenarkan. Proses yang terjadi di
ditetapkan oleh Gubernur DIY sebagai Upah dalam dewan pengupahan kabupaten Sleman
Minimum Kabupaten Sleman tahun 2013 yang menetapkan angka upah minimum
maka dapat dikatakan bahwa keputusan dibawah KHL menunjukkan kuatnya pengaruh
tersebut lebih menguntungkan serikat yang dimiliki organisasi pengusaha dalam
pekerja. Dengan demikian dapat pula mempengaruhi kebijakan. Dari pijakan ini,
dikatakan bahwa upaya-upaya yang dilakukan teori neo-pluralisme yang mengatakan bahwa
oleh serikat pekerja membuahkan hasil yang dalam kontestasi kepentingan, pihak yang
cukup memuaskan. Namun demikian, memiliki kekuatan bisnis yang lebih besarlah
keberhasilan tersebut tidak semata-mata yang akan menang. Namun anomali dari teori
hanya diengaruhi oleh upaya advokasi serikat ini justru ditunjukkan dalam penetapan upah
pekerja di tahun 2012 tersebut. faktor lain minimum Kabupaten Sleman yang nilainya
yang juga ikut berperan yaitu faktor lebih tinggi dari KHL. Ketetapan ini dapat
momentum. Momentum pertama adalah dianggap sebagai keberhasilan upaya
adanya tuntutan yang terus disuarakan advokasi oleh serikat pekerja sehingga dapat
mayoritas serikat buruh di DIY untuk pula berarti bahwa kepentingan bisnis dapat
menuntut agar minimum di setiap kabupaten diimbangi oleh kekuasaan lain yaitu
di DIY diatas satu juta mulai tahun 2011. kekuasaan massa yang terorganisir. Dari
Momentum kedua yang paling penting pijakan ini, teori pluralisme dapat dianggap
adalah ditetapkannya Peraturan Menteri masih berlaku.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13
tahun 2012 pada bulan juni 2012 yang KESIMPULAN
menambahkan jenis kebutuhan dalam KHL Perbedaan kepentingan dalam
dari sebelumnya hanya ada 46 jenis penetapan upah minimum telah
kebutuhan menjadi 60 jenis kebutuhan. memposisikan serikat pekerja dengan
Bertambahnya jumlah jenis kebutuhan ini organisasi pengusaha berada pada posisi
tentu saja menambah total dari KHL setiap berhadap-hadapan. Kenyataan ini
bulannya sehingga diproyeksikan KHL tahun mengharuskan keduanya untuk melakukan
depan akan naik secara drastis. Untuk itu, jika upaya-upaya tertentu agar kepentingan
upah minimum tahun 2013 tidak disesuaikan mereka bisa diwujudkan. Serikat pekerja
dengan KHL yang notabene masih menginginkan agar upah minimum
menggunakan peraturan lama maka ditingkatkan sewajarnya sehingga dapat
dimungkinkan akan terjadi loncatan angka meningkatkan kesejahteraan mereka. Disisi
yang luar biasa di tahun 2014, sementara lain, pengusaha menginginkan agar biaya
peraturan perundang-undangan produksi yang dikeluarkan tidak sampai
mengamanatkan adanya pencapaian KHL membebani perusahaan sehingga dapat terus
secara berkala. Jadi, salah satu faktor yang beroperasi dan sebisa mungkin meningkatkan
tidak kalah pentingnya dalam upaya keuntungan perusahaan.
mempengaruhi kebijakan selain dari taktik Dalam upaya mempengaruhi kebijakan
dan strategi advokasi adalah menemukan upah minimum kabupaten sleman tahun
moment yang tepat. 2013, organisasi pengusaha yang diwakili
Apindo tidak banyak melakukan aksi

135
Advokasi Kebijakan Penetapan Upah Minimum
Kabupaten Sleman Tahun 2013
(Erwin Musdah)

advokasi. Advokasi hanya dilakukan melalui DAFTAR PUSTAKA


negosiasi dalam sidang dewan pengupahan Apter, David E.(1996). Pengantar Analisa
dan lobbi dengan serikat pekerja dan Politik. Jakarta:LP3ES
pemerintah diluar sidang pengupahan di Budiman, Arif. (1996). Teori Negara: Negara,
tingkat Kabupaten. Sementara itu, serikat Kekuasaan dan Ideologi. Jakarta:
pekerja melakukan banyak manufer aksi Gramedia
advokasi yaitu melakukan negosiasi di dewan
pengupahan kabupaten, survei KHL Galuh, Iwan. (2012). Buruh danPekerja Kirim
independent, lobbi dan audiensi ke Surat ke Gubernur DIY Terkait UMK.
Gubernur, profokasi di Internet, seminar dan Suara Pengusaha 22 Oktober 2012
demonstrasi. Selain itu, aksi advokasi yang diakses dari
dilakukan oleh serikat pekerja mendapatkan http://suarapengusaha.com. Tanggal
keuntungan dari momentum yang tepat yaitu 5 Juni 2013
tuntutan kenaikan upah diatas satu juta Kuntadi. (2012). Apindo DIY Ancam Mundur
untuk semua kabupaten di DIY dan moment dari Dewan Pengupahan. Sindonews
penetapan standar KHL baru dengan jenis 21 November 2012 diakses dari
kebutuhan yang lebih banyak. http://sindonews.com. Tanggal 5 juni
Ada dua sumbangan teoritik yang 2013
ditemukan dalam proses penetapan upah
minimum ini. Pertama yaitu faktor lain yang Miller, Valery dan Jane Covey. (2005).
mempengaruhi efektivitas advokasi kebijakan Pedoman Advokasi: Perencanaan,
selain legitimasi, kredibilitas dan kekuasaan Tindakan dan Refleksi. Jakarta:
adalah momentum yang tepat. Menemukan Yayasan Obor Indonesia
moment yang tepat dapat sangat membantu Parsons, Wayne. (2011). Public Policy:
efektivitas advokasi kebijakan. Kedua yaitu Pengantar Teori dan Praktek Analisis
teori neo-pluralisme dan teori pluralisme Kebijakan. Jakarta: Kencana
dapat dibenerkan dalam kasus penetapan
Santana, Septiawan. (2007). Menulis Ilmiah:
UMK Sleman. Teori neo pluralisme yang
Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi
menaggap kepentingan bisnis akan
Kedua. Jakarta: Yayasan Obor
memenangkan kontestasi kepentingan
Indonesia
terlihat pada kasus penetapan usulan UMK
oleh dewan pengupahan Kabupaten Sleman. Subakti, Ramlan. (2010). Memahami Ilmu
Sementara teori pluralisme yang Politik. Jakarga:Grasindo
menganggap bahwa semua kelompok dapat Wibawa, Samodra. 2011. Politik Perumusan
mempengaruhi kebijakan terlihat dalam Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha
penetapan UMK Sleman oleh Gubernur DIY. Ilmu
Penetapan UMK Sleman oleh Gubernur DIY
yang dianggap tidak menguntungkan Widianto, Danar. (2012). ABY Koreksi Usulan
pengusaha oleh Apindo menunjukkan bahwa UMK DIY. Kedaulatan Rakyat 15
kepentingan bisnis dapat diimbanig oleh Oktober 2012 diakses dari
kekuatan massa. http://krjogja.com. Tanggal 5 Juni
2013

136

Anda mungkin juga menyukai