Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Sebagai Simbol Persatuan

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa,
kepercayaan, agama, dan Bahasa. Keberagaman tersebut telah menjadi simbol persatuan
Indonesia yang dikemas dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Namun, belakangan ini Indonesia
kerap mengalami krisis toleransi karena keragaman yang ada justru menimbulkan perpecahan.
Padahal, perbedaan itulah yang membuat Indonesia menjadi indah karena lebih “berwarna”.
Oleh karena itu, kita sebagai generasi emas bangsa harus bisa membangkitkan jiwa toleransi,
serta harus menjaga negara kita agar tetap utuh dan harmonis.

Untuk menjaga persatuan bangsa, langkah awal yang harus kita tempuh adalah dengan
memiliki sikap saling menghargai terhadap perbedaan. Menghargai perbedaan tersebut bisa
kita mulai dari ruang lingkup yang kecil, contohnya saling menghargai perbedaan kebudayaan
antar kelompok kecil MPKMB IPB 60. Kelompok kami yang diberi nama kelompok
Amita(kelompok 6), pecahan dari kelompok sedang Arutala Lamuru, terdiri dari 4 anggota,
yaitu Susilawati dari Sukabumi, Gemala dari Bekasi, Shevina dan Naila dari Depok. Dari
kelompok kecil kami, ternyata sudah bisa ditemukan banyak perbedaan antar anggotanya,
termasuk kebudayaan dari setiap daerah asal.

Kebudayaan yang pertama adalah kebudayaan dari kota asal Susilawati yang
merupakan seorang pelajar dari kabupaten Sukabumi, Jawa barat. Daerah ini terkenal dengan
tempatnya yang sejuk dan asri. Mereka yang datang ke daerah ini akan sangat nyaman dengan
suasana dan keindahan alam yang menyejukkan mata. Jika berkunjung ke daerah ini wajib
sekali membeli makanan khas Sukabumi yaitu mochi sebagai oleh-oleh. Teksturnya yang
lembut dan kenyal menjadi alasan mengapa makanan ini sangat banyak digemari. Mayoritas
penduduknya merupakan suku sunda serta menganut agama islam. Ada beberapa kampung
adat di Sukabumi yang masih erat akan tradisi leluhur sebagai orang sunda, salah satunya
adalah kampung adat yang berada di kabupaten sukabumi, yaitu kampung adat ciptagelar yang
berarti terbuka atau pasrah. Para penduduk, mempunyai pantangan agar tidak membeli atau
memperjualkan beras dan pantang mengeluarkan beras di waktu-waktu tertentu. Kabupaten
Sukabumi juga dikenal karena kebudayaan masyarakatnya. Kebudayaan itu bahkan masih
lestari hingga hari ini. Yang pertama adalah syukuran nelayan dilakukan ketika sudah
menginjak musim panen. Kegiatan ini bertujuan sebagai bentuk rasa syukur nelayan atas hasil
tangkapan ikan yang melimpah dengan cara menghanyutkan sesajen ke laut diiringi dengan
arak-arakan kesenian angklung. Hari nelayan ini di peringati oleh penduduk Palabuhan Ratu,
Cisolok serta beberapa kawasan nelayan lainnya. Yang kedua adalah upacara Seren taun. Seren
taun merupakan upacara penyerahan sedekah (tatali) hasil panen padi selama satu tahun serta
memohon berkah kepada Tuhan agar hasil panen tahun mendatang lebih meningkat. Seren
Tahun diselenggarakan di 3 Kasepuhan adat Banten Kidul yaitu Kasepuhan adat cipta gelar,
Kasepuhan adat sinar resmi dan Kasepuhan adat cipta mulya.

Kebudayaan selanjutnya datang dari kota asal Gemala, yaitu Kota Bekasi. Gemala
Lidyarachma yang biasa dipanggil Gema merupakan gadis berusia 17 tahun yang tinggal di
Kota Patriot atau Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Tempat ini adalah tempat yang penuh
kehangatan, kerinduan, dan melahirkan kebahagiaan. Daerah ini memiliki banyak
keanekaragaman mulai dari makanan, adat istiadat, dan lainnya. Pada umumnya, banyak sekali
para perantau yang datang ke tempat ini. Jika kalian datang kesini, kalian harus mecoba
makanan-makanan khas di Bekasi, salah satunya pancong balap. Pancong balap terbuat dari
adonan terigu, gula, telur dan mentega yang dimasak matang atau setengah matang dengan
cetakan kue pancong, kemudian ditambahkan topping diatasnya. Kabupaten Bekasi ini terdiri
dari 23 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Suku asli dari Bekasi
adalah Suku Sunda. Budaya di kota ini sendiri merupakan percampuran antara budaya Sunda
dan Betawi, sehingga masyarakat asli Kota Bekasi dikenal sebagai etnis Betawi Bekasi.
Wilayah Bekasi memiliki baju adat seperti daerah yang lainnya, dimana baju adat Bekasi
berasal dari Desa Kranggan, Kelurahan Jatirangga, Bekasi. Nama dari baju adat tersebut adalag
Cele, dimana ciri dari baju tersebut yaitu bermotif kotak-kotak warna putih dan hitam.
Kebudayaan yang terakhir datang dari kota asal Shevina dan Naila, yaitu Kota Depok.
Depok merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Karena asal provinsi tersebut, harusnya
Kota Depok berbudaya sunda. Akan tetapi, Depok juga memiliki kebudayaan campuran di
dalamnya. Salah satunya adalah kebudayaan Betawi yang masih melekat dalam tradisi
Sebagian masyarakat Depok. Kebudayaan ini bisa terlihat ketika terdapat suatu acara, seperti
Palang Pintu dalam pernikahan dan ngarak yang merupakan tradisi sunat Betawi. Palang Pintu
adalah tradisi unik dari Betawi yang berisi laga pencak silat, adu pantun, hingga pembacaan Al
Quran dan salawat sebagai simbol ujian yang harus dilalui mempelai lelaki untuk membuka
pintu restu dari keluarga perempuan, dan dengan melalui peristiwa jawara dari mempelai lelaki
yang harus bisa mengalahkan jawara dari tempat tinggal perempuan. Selanjutnya adalah
Ngarak yang merupakan pesta sebagai penanda bahwa seorang anak lelaki telah memasuki akil
baligh. Walaupun sudah tergerus zaman, keanekaragaman budaya Betawi di Kota Depok juga
bisa dilihat dari rumah adat khas Depok yang masih berdiri hingga saat ini. Rumah asli
penduduk Depok yang masih bertahan di era sekarang ini didirikan oleh pemiliknya, H. Adul
(almarhum), dengan nama lengkap Abdul Manap, pada tahun 1930. Rumah panggung yang
dilengkapi bale dan blandongan serta lumbung padi di lahan seluas 3.800 meter persegi masih
tampak terawat, sehingga oleh KOOD, bangunan asli penduduk Depok itu diajukan ke
Kemendikbud sebagai Cagar Budaya.
Keanekaragaman dari tempat asal kami telah menjelaskan berapa banyak perbedaan
yang bisa kita temukan antar kota yang berbeda. Maka dari itu, bisa dipastikan bahwa Indonesia
yang terdiri dari 98 kota memiliki keberagaman budaya yang tidak terhingga. Namun,
perbedaan itu tidak boleh menjadi alasan perpecahan Indonesia. Justru, keanekaragaman
budaya di Indonesia bisa menjadi warna-warni Indonesia. Banyak keuntungan yang bisa kita
ambil dari keragaman tersebut. Hal ini telah dibuktikan saat Opening Ceremony Asean Games
2018. Pada acara itu, Indonesia memamerkan banyak budaya, seperti Tari Ratoh Jaroe, Tari
Piring, lagu Si Jali-Jali, Tari Reog, Tari Kecak, dan beberapa lagu yang berasal dari Timur. Oleh
karena itu, dengan keragaman budaya Indonesia kita harus bisa menyampaikan pesan penting
kekayaan budaya Indonesia, dengan melestarikan dan menghargai perbedaan tersebut, seperti
dengan mengadakan acara kebudayaan, pentas seni, dan budaya ekspo yang bertujuan untuk
saling mengenalkan budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan begitu, budaya
Indonesia yang beragam harus akan menjadi motivasi untuk persatuan bangsa. Laut yang
memisahkan pulau-pulau di Indonesia tidak akan menjadi jarak yang membataskan persatuan
bangsa, melainkan simbol pemersatu bangsa.

Anda mungkin juga menyukai