Anda di halaman 1dari 36

KOMISIONING

Catatan Kecil Pengawas Lapangan

Daniel Rio Armanda


8711570-Z

Sebagai Buku Penuntun Pengawas Lapangan Amatir


dalam Supervisi Proyek Pembangkit dan Gardu Induk Tahap Komisioning
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………………........... 2


Item Test untuk Pre-Komisioning dan Komisioning Pembangkit ……. 3
Item Test untuk Pre-Komisioning dan Komisioning Gardu Induk …… 4
Tipe Pengukuran Insulasi……………………………………………………….......... 6
Pengukuran Tahanan Insulasi Transmisi dan Peralatan di
Switchyard ……………………………………………………………………………………….. 7
Pengukuran Index Polarity Trafo …………………………………………………… 9
Pengukuran Tahanan Sistem Pembumian (Grounding Insulation
Test) ……………………………………………………………………………………………. 10
Patokan Pengukuran Tahanan Isolasi ……………………………………………. 11
Pengujian Primary Aux. Cooling Water Pump (PACWP) dan
Secondary Aux. Cool-ing Water Pump (SACWP) Pada PLTP
Lahendong IV ………………………………………………………………………………. 13
HV Test pada Gardu Induk GIS 150 kV Teling ………………………………… 14
Pengujian Trafo (UNINDO)……………………………………………………………. 17
Arus Lebih (Over Current) …………………………………………………………….. 18
Fungsi Tap Changer pada Transformer …………………………………………. 19
Sweep Frequency Response Analysis (SFRA) Test pada Trafo …………… 21
Konversi Belitan pada Trafo ke Rangkaian Zero Sequence (Urutan
Nol) ……………………………………………………………………………………………... 22
Baterai 110 VDC dan 48 VDC ………………………………………………………… 23
Prinsip Kerja Restricted Earth Fault (REF) dan Standby Earth Fault
(SBEF) …………………………………………………………………………………………. 24
Uji Rangkaian Tegangan (Bus Selection) …………………………………………... 25
Pengujian Generator Pada proyek Pembangkit……………………………..... 26
Pengujian Trafo (CG Power)………………………………………………………….. 35

2
Item Test untuk Pre-Komisioning dan
Komisioning Pembangkit

Data diambil dari proyek PLTM Tomini ( 2 x 100 kW ), item


pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Arrester
2. Back Feeding (power receive)
3. Current Transformer (CT)
4. DC Power Supply
5. Differential Relay
6. Disconnecting Switch (DS)
7. Distribution Control System (DCS) Test
8. Excitation Test
9. Generator Test
10. Generator Protection Test
11. Grounding Check
12. High Voltage (HV) Cable Test
13. Main Circuit Breaker (CB) Test
14. Motor Control Center (MCC) Test
15. General Neutral Grounding Resistance (NGR) Test
16. Over and Under Current Relay (OCR & UCR) Test
17. Over and Under Voltage Relay (OVR & UVR) Test
18. Primary Circuit Test
19. Reverse Power Relay Test
20. Stability Transformer High Voltage Test
21. Synchronization Check
22. Transformer Test
23. Voltage Transformer (VT) Test

Seluruh item pengujian dapat dilakukan apabila tersedia alat ujinya.

3
Item Test untuk Pre-Komisioning dan
Komisioning Gardu Induk

Ditulis berdasarkan pengalaman dalam proyek Gardu Induk


Tomohon (Ekstension) Inter Bus Trafo (IBT) 150/70 kV.
Pada dasarnya peralatan yang berada pada sebuah bay trafo
(khususnya trafo IBT) adalah :
1. Inter Bus Transformer 150/70 kV.
2. Lightning Arrester (LA) atau Surge Arrester (SA) untuk sisi
150 kV dan 70 kV.
3. Current Transformer (CT) untuk sisi 150 kV dan 70 kV.
4. Circuit Breaker (CB) untuk sisi 150 kV dan 70 kV.
5. Capacitor Voltage Transformer (CVT) pada sisi 150 kV atau
70 kV.
6. Disconnecting Switch (DS) untuk sisi 150 kV dan 70 kV.

Sedangkan untuk item test-nya adalah sebagai berikut :


1. Inter Bus Transformer 150/70 kV :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Flushing minyak trafo
c. Pengukuran tegangan tembus minyak trafo
d. Tangent Delta Test (tan δ)
e. Function Test (Uji Fungsi)
f. Ratio Test (Uji Rasio)
g. Fan Losses Test
h. Dielectric Core Test
i. Short Circuit Withstand Test
j. Sweep Frequency Response Analysis (SFRA) Test
k. Uji tahanan DC (RDC)

4
2. Lightning Arrester (LA) atau Surge Arrester (SA) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Counter Lightning Arrester Test
c. Grounding Insulation Test (Pengukuran Tahanan Sistem
Pembumian)
3. Current Transformer (CT) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Uji Saturasi (Knee Point Test)
4. Circuit Breaker (CB) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Function Test (Uji Fungsi)
c. Uji Keserempakan (Discrepancy Test)
5. Disconnecting Switch (DS) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Function Test (Uji Fungsi)
c. Pengukuran Tahanan Kontak (dengan hasil standar
minimum <100μΩ)
6. Grounding :
a. Grounding Insulation Test (Pengukuran Tahanan Sistem
Pembumian)

5
Tipe Pengukuran Insulasi

Ada 2 pengukuran insulasi :


1. Pengukuran Non-Destruktif
a. Ohm meter ( Ω meter)
b. Mega Ohm meter ( MΩ meter) :
i. 500 volt
ii. 5.000 volt
iii. 15.000 volt
iv. 25.000 volt
c. IP (Index Polarity)
Adalah pengukuran insulasi/isolasi dari hasil pembagian
perhitungan menit ke-10 dengan menit pertama.
d. Tangent Delta (tan δ)
Adalah pengujian yang mengukur perbandingan antara IR
dengan IC , yang kemudian dihitung arus bocornya.
Batas arus bocor tersebut maksimal 0,5%.
2. Pengukuran Destruktif
a. Impulse Test
b. High Voltage Test
c. Tangent Delta (tan δ) dapat juga dikategorikan dalam
pengukuran destruktif .

Catatan :
Tabel Pengukuran Basic Insulation Level
20 kV 24 kV 50 kV … 125 kV
150 kV 172 kV 325 kV … 700 kV
500 kV 725 kV 11.000 kV … 18.000 kV

6
Pengukuran Tahanan Insulasi Transmisi
dan Peralatan di Switchyard

Pengujian dilakukan dengan alat uji 5000 VDC atau biasa disebut
alat Megger 5000VDC. Diukur mulai dari terminal fasa – netral
kemudian fasa – fasa. Pengawatan dilakukan seperti berikut :

Untuk pengukuran fasa (primer atau sekunder) – netral/ground :


 Hubungkan kabel sisi line (pada alat uji berwarna merah) ke
konduktor fasa, kemudian kabel sisi ground (pada alat uji
berwarna hitam) ke konduktor netral.
 Pengujian dilakukan per fasa, tidak dilakukan sekaligus.
 Hasil optimal ≥ 250 MΩ untuk rating peralatan 150 kV.
 Untuk kabel guard (pada alat uji berwarna hijau)
dihubungkan ke fasa yang tidak digunakan (contoh : untuk
pengujian fasa primer – ground, kabel giard dihubungkan ke
fasa sekunder).
 Untuk keselamatan dan keamanan jangan lupa untuk meng-
grounding konduktor fasa setelah selesai menguji.

7
Untuk pengukuran fasa (primer) – fasa (sekunder) :
 Hubungkan kabel sisi line (pada alat uji berwarna merah) ke
konduktor fasa, kemudian kabel sisi ground (pada alat uji
berwarna hitam) ke konduktor fasa lainnya.
 Pengujian dilakukan per fasa, tidak dilakukan sekaligus.
 Hasil optimal ≥ 250 MΩ untuk rating peralatan 150 kV.
 Untuk kabel guard (pada alat uji berwarna hijau)
dihubungkan ke fasa yang tidak digunakan (contoh : untuk
pengujian fasa primer – ground, kabel guard dihubungkan ke
fasa sekunder).
 Untuk keselamatan dan keamanan jangan lupa untuk meng-
grounding konduktor fasa setelah selesai menguji.

CATATAN :
1. Untuk pengukuran tahanan insulasi Trafo dilakukan dengan
cara mengukur tahanan isolasi antara Primer–Sekunder,
Primer–Ground dan Sekunder–Ground.
2. Besarnya tegangan berdasarkan tegangan nominal trafo.
Tapi untuk sisi sekunder harus menyesuaikan dan tidak bisa
disamakan langsung dengan sisi primer (contoh trafo 20/0.4
kV: primer 5kV sekunder 500V).
3. FYI :
Fungsi sisi Tersier pada trafo adalah agar arus urutan 0 (zero
sequence) tidak keluar jalur (proses damping). Serta untuk
mengkompensasi Iground (Arus gangguan tanah) ; jadi Iground
tersebut akan berputar-putar pada rangkaian tersier
tersebut, sehingga tidak terjadi gangguan unbalance.

8
Pengukuran Index Polarity Trafo
Untuk trafo dengan kapasitas 1250 kVA menggunakan alat uji
5000 VDC. Pengujian dilakukan dari menit ke-1 sampai ke-9, dengan
wiring sebagai berikut :

 Hubungkan kabel sisi line (pada alat uji berwarna merah) ke


konduktor fasa, kemudian kabel sisi ground (pada alat uji
berwarna hitam) ke konduktor netral atau ground.
 Pengujian dilakukan per fasa, tidak dilakukan sekaligus.
 Hasil optimal ≥ 5000 MΩ dan harus bertahap naik pada tiap
menitnya.
 Metode perhitungan :
hasil menit ke  10
IP 
hasil menit ke  1
 Hasil Pengukuran Index Polarity (IP) :
o ≥1 = kotor dan basah
o ≥2 = kotor
o ≥ 2,5 = bersih dan kering

9
Pengukuran Tahanan Sistem Pembumian
(Grounding Insulation Test)

Menggunakan alat uji ground (earthing tester), alat uji khusus


untuk peralatan pembumian. Pengujian dilakukan berdasarkan
wiring berikut :
To
Grounding

Earthing
Insulation
Tester

 Kabel warna kuning dan merah terhubung dengan batang


grounding untuk ditusuk ke dalam tanah pada saat melakukan
pengukuran.
 Penggelaran kabel merah dan kuning harus sejajar ( sudut 0O)
 Kabel warna hijau dihubungkan ke kabel ground yang akan di uji.
 Untuk hasil terbaik, diharapkan agar hasilnya :
a. ≤ 1 Ω (untuk grounding mesh gardu induk).
b. ≤ 0,5 Ω (untuk grounding rod Lightning Arrester).
c. ≤ 10 Ω (untuk grounding body tower transmisi).

10
Patokan Pengukuran Tahanan Isolasi

No. Jenis pengukuran Keterangan

Terminal sekunder ke
 Megger 1000 VDC
1 body trafo (ground) untuk
 Hasil ≥ 150 MΩ
rating 150/20 kV
Terminal primer ke body
 Megger 5000 VDC
2 trafo (ground) untuk
 Hasil ≥ 750 MΩ
rating 150/20 kV
Terminal primer 150kV ke  Megger 5000 VDC
3
terminal sekunder 20kV  Hasil ≥ 750 MΩ
 Megger 500 VDC
4 Kabel kontrol
 Hasil ≥ 32 MΩ
Transmisi dan peralatan di  Megger 5000 VDC
5
switchyard  Hasil ≥ 250 MΩ
 Menggunakan alat uji
earthing tester
 Hasil optimal untuk area
6 Grounding switchyard ≤ 1 Ω
 Hasil optimal untuk
tower transmisi (SUTT
150 kV) ≤ 10 Ω
 Megger 5000 VDC
 Hasil optimal seharusnya
7 Kabel TM 20 kV
∞ MΩ (tak hingga atau
Over Limit)

11
 Megger 1000 VDC
8 Insulasi generator  Fasa-netral ≥ 500 MΩ
 Fasa-fasa ≥ 1 MΩ

12
Pengujian Primary Aux. Cooling Water Pump (PACWP)
dan Secondary Aux. Cooling Water Pump (SACWP)
Pada PLTP Lahendong IV

Parameter pengujian :
a. Tes Earth Fault Relay (dihitung time delay-nya)
b. Tes Unbalance (dihitung time delay-nya)
c. Tes Thermal Overload Relay (dihitung time delay-nya)
d. Continuity
e. Resistance Insulation Test (megger)
f. Grounding Check
g. Tes trip
h. Tes fungsi
i. Cek / kalibrasi meter

Setting Thermal Over Relay (TOR) biasanya diturunkan dulu pada


saat akan diuji, karena pengujian dilakukan hanya menggunakan 1
phasa. Contohnya pada pengukuran TOR SACWP pada panel MCC
400V di PLTP Lahendong 4, setting diturunkan hingga 28 A, yang
seharusnya berada pada titik 32 A.

13
HV Test pada Gardu Induk GIS 150 kV Teling

Single line diagram HV Test :

Peralatan yang digunakan :


a. Regulator tegangan : 0 ~ 380 VAC; 75 kVA
b. Exciter transformer (trafo penguat) : 0 ~ 30 kV; 75 kVA
c. Reaktor seri : 159 ~ 3.185 H; 8 A; 200 kV
d. Capacitor devider : 2πf; 400 kV
e. Kapasitansi kabel XLPE 40,95 nF; 273 m

Metode perhitungan :

1
 ;   2f ;
LC

f 
2
Hasil Perhitungan :
1. AC HV test GIS Teling
Pada kondisi lapangan, diketahui :
a. Kapasitor 2π f

14
2,6nF
b. Kapasitansi GIS per phasa
4,6nF
c. Variable Inductor 318 ~ 6370 H; 4 A; 400 kV

Lalu dapat dihitung nilai  dan f adalah


1 ; jika diambil nilai L = 2.200 H

LC
1

2.2004,6x10 9 C
  314,347

Kemudian nilai frekuensinya (seharusnya mendekati 50 Hz)


adalah

f 
2
314,347
f 
6,28
f  50,02 Hz
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan untuk
melakukan pengujian dengan nilai frekuensi 50 Hz, diperlukan nilai
L adalah 2.200 H.

2. AC HV test line Lopana 1 dan line Lopana 2


Pada kondisi lapangan, diketahui :
a. Nilai kapasitor 2nF
b. Kapasitansi kabel XLPE 21,45nF
c. Total kapasitansi 23,45nF

15
d. Panjang kabel 143 m

Kemudian nilai dari induktansi yang diperlukan adalah


1
  2f ; 
LC
1
L
2f 2 . C
1
L
2 . 3,14 . 50 Hz2 . 23,45 .10-9 F
L  432,5117 H
Jadi induktansi yang diperlukan adalah sebesar 432,5117 H.
3. AC HV test line Paniki 1 dan line Paniki 2
Pada kondisi lapangan, diketahui :
a. Nilai kapasitor 2nF
b. Kapasitansi kabel XLPE 40,95nF
c. Total kapasitansi 42,95nF
Kemudian nilai dari induktansi yang diperlukan adalah
1
  2f ; 
LC
1
L
2f 2 . C
1
L
2 . 3,14 . 50 Hz 2 . 42,59 .10 -9 F
L  238,151944 H
Jadi induktansi yang diperlukan adalah sebesar 238,151944
H.

16
Pengujian Trafo
(Berdasarkan Standar Pengujian Trafo
Pada Pabrik Unindo)

Pengujian Trafo dibagi menjadi 3 tipe :


 Routine Test
 Type Test
 Special Test

1. Routine Test :
a. OLTC test
b. Turn ratio
c. Winding Resistance
d. Electric strength of oil
e. No load losses & no load current
f. Load losses & impedance voltage
g. AC short duration withstand
h. Induced over voltage
i. Applied test
j. Lightning impulse

2. Type Test :
a. Temperature rise test

3. Special Test :
a. Insulation resistance test
b. Zero sequence
c. Noise level
d. Capacitance & Tangent delta
e. Harmonic test
f. Fan losses
g. Dielectric core
h. Short circuit withstand
i. Sweep frequency

17
Arus Lebih (Over Current)

Pada umumnya Arus Lebih terjadi karena :


 Sambaran petir
 Switching peralatan
 Hubung singkat (Short Circuit)
 Beban Lebih (Over Load)

Penyebab timbulnya Arus Lebih yang berasal dari trafo :


 Beban lebih (Over Load)
 Kerusakan isolasi
 Kadar minyak trafo yang buruk, sehingga menyebabkan
hubung singkat.

18
Fungsi Tap Changer pada Transformer

Tap Changer dibuat untuk menyesuaikan tegangan pada trafo,


hal ini bertujuan agar tegangan pada sisi sekunder dapat di stabilkan,
walaupun tegangan pada sisi primer tidak sesuai dengan tegangan
nominal (150.000 V).
Pada panel kontrol dan proteksi (Control and Relay Panel) di
gardu induk, dipasang peralatan Automatic Voltage Regulator (AVR)
untuk mengatur suplai tegangan ke On Load Tap Changer (OLTC)
trafo.
Di bawah ini dapat dilihat contoh perhitungan tap changer pada
trafo daya (main trafo) untuk Gardu Induk 150 kV GIS Teling :
 Tap pada sisi primer *
No. Tap Nilai Tegangan No. Tap Nilai Tegangan
1 164.750 V 10B 143.250 V
2 162.500 V 11 141.000 V
3 160.250 V 12 148.750 V
4 158.000 V 13 146.500 V
5 156.750 V 14 144.250 V
6 154.500 V 15 142.000 V
7 152.250 V 16 139.750 V
8 150.000 V 17 137.500 V
9 147.750 V 18 135.250 V
10A 145.500 V
* Tap Trafo Pauwels 30 MVA
Bila dimisalkan tegangan sistem 180 kV dan trafo pada tap 8,
maka tegangan pada sisi sekunder dapat dihitung, yaitu

19
V sistem V sekunder aktual

V tap trafo V sekunder trafo
Dengan demikian,

V sistem
V sekunder aktual  . V sekunder trafo
V tap trafo
180.000 V
V sekunder aktual  20.000V
150.000 V
V sekunder aktual  24.000V

Menurut perhitungan, terjadi deviasi tegangan pada sisi sekunder

V  V2  V1
V  24.000V  20.000V
V  4.000V

Terjadi kenaikan tegangan sisi sekunder sebesar 4.000V dari


tegangan nominal. Sehingga dapat menyebabkan kerusakan
peralatan yang berada pada sisi sekunder (20 kV). Oleh karena itu,
digunakanlah tap changer untuk menyesuaikan tegangan pada sisi
primer sehingga tegangan pada sisi sekunder dapat mendekati nilai
20 kV, dalam hal ini tap changer yang digunakan adalah OLTC.

FYI :
Ratio error untuk tap changer adalah 0,1%

20
Sweep Frequency
Response Analysis (SFRA) Test pada Trafo

Fungsi dan tujuan pengujian SFRA ini adalah untuk menguji atau
mengecek ulang posisi dan kedudukan dari kumparan trafo di sisi
primer dan sekunder. Pengujian ini biasanya hanya dilakukan pada
trafo dengan tegangan 150 kV ke atas. Selain itu, pengujian ini dapat
mendeteksi dini kerusakan kumparan pada saat trafo dikirim ke site.
Wiring pengujian pada main transformer PLTP Lahendong IV 150
kV 25 MVA:

Alat tes : Merk Doble


Item test : Main transformer 150 kV 25 MVA merek Pauwels
Inject Tegangan : 10 VDC

Parameter pengujian :
 HV with LV floating
 HV with LV shorting
 LV with HV floating
 HV & LV (interwinding) with others floating

21
Konversi Belitan Pada Trafo
Ke Rangkaian Zero Sequence (Rangkaian Urutan Nol)

Jenis Belitan Rangkaian pada Zero Sequence

22
BATERAI 110 VDC DAN 48 VDC

Pekerjaan charging dan discharging baterai pada GI 150 kV


Paniki. Spesifikasi dan tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut :
 Baterai 110 VDC
Merk : TECHFILL TPM 152
Kapasitas : 152 Ah 0,2 It A
Tegangan : 1,2 VDC per cell
Standar : IEC 60623
Durasi proses charging selama 12 jam (berdasarkan standar
pabrik), sedangkan untuk charging awal (initial charging)
dibutuhkan waktu selama 14 jam dan diukur setiap 1 jam.
Tegangan untuk Float Charging : 1,4 VDC per cell
Proses discharging selama 5 jam (hours) dengan arus 30,4 A
dan dimonitor tiap 1 jam. Alat uji menggunakan merk TORKEL
840 Battery Load Unit.
 Baterai 48 VDC
Merk : TECHFILL TPL 204
Kapasitas : 204 Ah 0,2 It A
Tegangan : 1,2 VDC per cell
Standar : IEC 60623

Untuk durasi charging sama dengan yang 110 VDC. Tegangan


total baterai pada awalnya hanya 24 VDC, oleh karena itu
tegangan akan dinaikan sampai 29 VDC untuk menghindari over
current karena in-rush current yang terlalu tinggi.
Tegangan untuk Float Charging : 1,4 VDC per cell

23
Proses discharging selama 5 jam (hour) dengan arus 40,8 A
dan dimonitor tiap 1 jam. Alat uji menggunakan merk TORKEL
840 Battery Load Unit.

24
Prinsip Kerja Restricted Earth Fault (REF)
dan Standby Earth Fault (SBEF)

Pada rangkaian di bawah ini dapat kita lihat letak dari relay REF dan
relay SBEF yang berkaitan dengan relay differential (87).

87

150 kV 20 kV
CT CT

CT CT

NGR NGR

CT CT
REF SBEF SBEF REF

87 Kerja untuk arus gangguan besar, kurang sensitif terhadap


gangguan-gangguan yang kecil. Sedangkan REF kerja dengan range
gangguan 0 – 30% dari kumparan. REF bekerja untuk menghalau
arus ganguan yang lebih kecil, oleh karena itu REF dikenal sebagai
relay yang sensitif.

 Fungsi rangkaian tersier pada trafo :


Untuk mengkompensasi Iground (Arus gangguan tanah) ; jadi Iground
tersebut akan berputar-putar pada rangkaian tersier tersebut,
sehingga tidak terjadi gangguan unbalance.
Uji Rangkaian Tegangan (Bus Selection)

Berikut adalah wiring untuk pengujian Bus Selection

25
 Untuk Bay Line :
K461 akan bekerja jika DS 1, DS Line dan CB masuk.
K462 akan bekerja jika DS 2, DS Line dan CB masuk.
 Untuk Bay Kopel :
K461 dan K462 akan bekerja jika DS 1, DS 2 dan CB masuk.

26
Pengujian Generator pada Proyek Pembangkit

 Pengujian Rotor dan Stator


1. Proof Test
Yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang
lebih tinggi dari pada level tegangan kerja. Contoh Proof Test
pada Generator adalah pengujian High Potensial Test.
Pengujian ini merupakan pengujian yang dimaksudkan
untuk memperkirakan kekuatan kekuatan dielektrik isolasi
dari lilitan generator. Selama pengujian masing-masintg fasa
terpisah, salah satu fasa di tes sedangkan dua fasa lainnya
diground-kan.
High Potential Test (Hi-Pot Test) dapat diklasifikasikan
dalam 3 (tiga) katagori :
a. AC High Potential Test
yaitu pengujian dengan menggunakan tegangan normal
50/60 Hz. Tegangan yang diterapkan dalam pengujian
AC Hi-Pot Test adalah sebesar satu setengah kali dari
tegangan line-to line RMS generator (1.5E).
b. Very Low Frequency Test Voltage
adalah pengujian dengan menggunakan tegangan
frekwensi 0,1 hertz. Tegangan pada pengujian 0,1 Hz
harus 15% lebih besar dari pada nilai RMS tegangan
pada pengujian AC Hi-Pot Test.
c. DC High Potential Test
Besarnya tegangan pengujian DC 70% lebih besar dari
pada tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test.

27
2. Analytical Test
yaitu pengujian dengan menggunakan level tegangan yang
biasanya dibawah tegangan kerja. Jenis-jenis Analytical Test
sebagai berikut:
a. Insulation Resistance Test (Megger Test)
b. DC Leakage
c. Dissipation Factor
d. Balancing Voltage Rotor Test
e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
f. Partial Discharge Test

 Insulation Resistance Test (Megger Test)


disebut juga Megger Test dengan menggunakan alat Megger
Tester. Indeks yang biasa digunakan pembacaan megger
dikenal sebagai dielectric absortion, yang diperoleh dengan
pembacaan yang berkelanjutan untuk periode waktu yang
lebih lama.
Jika pengujian berkelanjutan untuk periode 10 menit,
megger akan mempunyai kemampuan untuk mem-
polarisasikan atau men-charge kapasitansi tinggi ke isolasi
stator dan pembacaan resistansi akan meningkat jika isolasi
bersih dan kering.
Polarization Index atau Indeks Polarisasi (IP) :
hasil menit ke  10
IP 
hasil menit ke  1
IP ≥ 2 pada stator dan rotor (untuk kelas isolasi B dan F)
Berdasarkan standar IEEE no 43-2000, besarnya tegangan
yang diterapkan untuk pengujian berdasarkan tegangan

28
kerja pada lilitan generator seperti pada tabel berikut:
VAC (L-L) VDC
Tegangan kerja lilitan (line to line) Tegangan DC yang diterapkan
<100 500
1.000-2.500 500-1.000
2.501-5.000 1.000-2.500
5.001-12.000 2.500-5.000
>12.000 5.000-10.000
Untuk megger stator digunakan tegangan 5.000 Volt DC
sedangkan megger rotor tegangan yang digunakan 500 Volt
DC.

 Megger Stator

Rangkaian megger stator fasa-fasa

29
Rangkaian megger stator fasa – ground

Megger stator dilakukan secara bertahap :


a. Megger awal stator (rotor belum dimasukkan)
b. Megger stator setelah rotor dimasukkan
c. Megger stator sebelum busbar dihubungkan.
Selain dengan menggunakan acuan IP sebagai penentu
apakah lilitan generator dalam keadaaan lembab atau
mengalami hubung singkat, dapat juga digunakan acuan
berdasarkan nilai resistansi minimum dengan syarat nilai
resistansi minimumnya sebagai berikut:
Rmin = (Vrms + 1 ) x 100 MΩ
R min = resistansi minimum lilitan dalam MΩ
Vrms = tegangan RMS dalam kV (line to line).

 Megger Rotor
Pada megger rotor tegangan yang digunakan tidak boleh
besar karena dapat merusak isolasi rotor (tegangan
tergantung tegangan eksitasi). Pada megger rotor tegangan
yang digunakan sebesar 500 V DC.

30
Rangkaian megger rotor
Tahapan megger rotor:
a. Megger awal rotor (baru dikeluarkan dari generator).
b. Megger rotor sebelum retaining ring dilepas.
c. Megger rotor sebelum injeksi DC (retaining ring dilepas).
d. Megger rotor setelah retaining ring masuk.
e. Cek IP.
Catatan
Jika didapat hasil pengetesan nilainya rendah, dapat dibantu
dengan memberikan pemanasan lewat lampu dan atau
mengalirkan arus DC sebesar +/- 1 A.

 DC Leakage
Adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi
isolasi. Tegangan DC yang diterapkan dinaikkan secara
bertahap dengan tegangan maksimum dua kali tegangan
RMS.

 Dissipation Factor
Disebut juga pengukuran power factor (PF) atau Tan Delta
dan merupakan parameter untuk memperlihatkan efisiensi
isolasi.

31
Dissipation Factor
Isolasi yang sempurna mempunyai PF = 0 dan tidak
mempunyai rugi-rugi internal. Peningkatan faktor disipasi
mengindikasikan angka peningkatan ionisasi, rugi-rugi
internal dan pemanasan.
Faktor daya (PF) adalah cos θ, sudut antara tegangan
tegangan yang diterapkan dan total arus.

i r Eir W Watt
cos     
it Eit Eit VA

 Balancing Volatge Rotor Test


Sebelum melakukan balancing voltage rotor test harus
dilakukan terlebih dahulu pengukuran Impedansi
Karakteristik Rotor untuk menentukan kelinearan impedansi
rotor apabila diterapkan tegangan naik maupun turun
dengan tegangan AC sampai dengan tegangan yang akan
diterapkan pada pengujian balancing tegangan rotor.

32
Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik
Balancing voltage rotor test adalah mengukur ketidak-
seimbangan tegangan (unbalance voltage) antara kutub A
dan kutub B terhadap center pole rotor, dengan cara
menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt pada kedua ujung
kutub rotor kemudian diukur tegangan masing-masing kutub
terhadap center pole.

Balancing voltage rotor


Syarat seimbang adalah drop tegangan (∆V) maksimum 10%.

V A C  V B  C
V  100%
VR
∆V= drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang dinjeksikan kelilitan rotor
VA–C= V1
VB-C= V2

33
 Tahanan Dalam (Rd) Rotor
Pengukuran tahanan dalam rotor (Rd) hanya dapat
dilakukan pada saat

Tahanan dalam rotor (Rd) retaining ring (R-R) dilepas


Pelaksanaan pengujian ini mungkin tidak dilakukan karena
untuk melepas R-R dibutuhkan waktu lama dan pemanasan
yang tinggi (sekitar 300o C).

34
 Pengujian peralatan pengaman elektris :

Pengujian peralatan pengaman elektris ini disesuaikan dengan


standar pabrikan

35
Pengujian Trafo
(Berdasarkan Standar Pengujian Trafo
Pada Pabrik CG Power)

Diagnostic Portfolio
A. Oil Diagnostic
1. Standard oil property test (acidity, IFT, color, resistivity, BDV,
water content).
2. Dissolved Gas Analysis (DGA)
3. Furan Analysis
4. Copper Sulphide (Cu2S)

B. Testing Diagnostic
1. SFRA (Sweep Frequency Response Analysis)
2. Power Factor & capacitance for winding and bushings
3. No load and excitation current
4. Winding resistance
5. Voltage ratio
6. Insulation resistance & polarity index
7. Short circuit impedance
8. Dielectric frequency response
9. Core balance test

36

Anda mungkin juga menyukai