2
Item Test untuk Pre-Komisioning dan
Komisioning Pembangkit
3
Item Test untuk Pre-Komisioning dan
Komisioning Gardu Induk
4
2. Lightning Arrester (LA) atau Surge Arrester (SA) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Counter Lightning Arrester Test
c. Grounding Insulation Test (Pengukuran Tahanan Sistem
Pembumian)
3. Current Transformer (CT) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Uji Saturasi (Knee Point Test)
4. Circuit Breaker (CB) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Function Test (Uji Fungsi)
c. Uji Keserempakan (Discrepancy Test)
5. Disconnecting Switch (DS) :
a. Pengukuran Tahanan Insulasi
b. Function Test (Uji Fungsi)
c. Pengukuran Tahanan Kontak (dengan hasil standar
minimum <100μΩ)
6. Grounding :
a. Grounding Insulation Test (Pengukuran Tahanan Sistem
Pembumian)
5
Tipe Pengukuran Insulasi
Catatan :
Tabel Pengukuran Basic Insulation Level
20 kV 24 kV 50 kV … 125 kV
150 kV 172 kV 325 kV … 700 kV
500 kV 725 kV 11.000 kV … 18.000 kV
6
Pengukuran Tahanan Insulasi Transmisi
dan Peralatan di Switchyard
Pengujian dilakukan dengan alat uji 5000 VDC atau biasa disebut
alat Megger 5000VDC. Diukur mulai dari terminal fasa – netral
kemudian fasa – fasa. Pengawatan dilakukan seperti berikut :
7
Untuk pengukuran fasa (primer) – fasa (sekunder) :
Hubungkan kabel sisi line (pada alat uji berwarna merah) ke
konduktor fasa, kemudian kabel sisi ground (pada alat uji
berwarna hitam) ke konduktor fasa lainnya.
Pengujian dilakukan per fasa, tidak dilakukan sekaligus.
Hasil optimal ≥ 250 MΩ untuk rating peralatan 150 kV.
Untuk kabel guard (pada alat uji berwarna hijau)
dihubungkan ke fasa yang tidak digunakan (contoh : untuk
pengujian fasa primer – ground, kabel guard dihubungkan ke
fasa sekunder).
Untuk keselamatan dan keamanan jangan lupa untuk meng-
grounding konduktor fasa setelah selesai menguji.
CATATAN :
1. Untuk pengukuran tahanan insulasi Trafo dilakukan dengan
cara mengukur tahanan isolasi antara Primer–Sekunder,
Primer–Ground dan Sekunder–Ground.
2. Besarnya tegangan berdasarkan tegangan nominal trafo.
Tapi untuk sisi sekunder harus menyesuaikan dan tidak bisa
disamakan langsung dengan sisi primer (contoh trafo 20/0.4
kV: primer 5kV sekunder 500V).
3. FYI :
Fungsi sisi Tersier pada trafo adalah agar arus urutan 0 (zero
sequence) tidak keluar jalur (proses damping). Serta untuk
mengkompensasi Iground (Arus gangguan tanah) ; jadi Iground
tersebut akan berputar-putar pada rangkaian tersier
tersebut, sehingga tidak terjadi gangguan unbalance.
8
Pengukuran Index Polarity Trafo
Untuk trafo dengan kapasitas 1250 kVA menggunakan alat uji
5000 VDC. Pengujian dilakukan dari menit ke-1 sampai ke-9, dengan
wiring sebagai berikut :
9
Pengukuran Tahanan Sistem Pembumian
(Grounding Insulation Test)
Earthing
Insulation
Tester
10
Patokan Pengukuran Tahanan Isolasi
Terminal sekunder ke
Megger 1000 VDC
1 body trafo (ground) untuk
Hasil ≥ 150 MΩ
rating 150/20 kV
Terminal primer ke body
Megger 5000 VDC
2 trafo (ground) untuk
Hasil ≥ 750 MΩ
rating 150/20 kV
Terminal primer 150kV ke Megger 5000 VDC
3
terminal sekunder 20kV Hasil ≥ 750 MΩ
Megger 500 VDC
4 Kabel kontrol
Hasil ≥ 32 MΩ
Transmisi dan peralatan di Megger 5000 VDC
5
switchyard Hasil ≥ 250 MΩ
Menggunakan alat uji
earthing tester
Hasil optimal untuk area
6 Grounding switchyard ≤ 1 Ω
Hasil optimal untuk
tower transmisi (SUTT
150 kV) ≤ 10 Ω
Megger 5000 VDC
Hasil optimal seharusnya
7 Kabel TM 20 kV
∞ MΩ (tak hingga atau
Over Limit)
11
Megger 1000 VDC
8 Insulasi generator Fasa-netral ≥ 500 MΩ
Fasa-fasa ≥ 1 MΩ
12
Pengujian Primary Aux. Cooling Water Pump (PACWP)
dan Secondary Aux. Cooling Water Pump (SACWP)
Pada PLTP Lahendong IV
Parameter pengujian :
a. Tes Earth Fault Relay (dihitung time delay-nya)
b. Tes Unbalance (dihitung time delay-nya)
c. Tes Thermal Overload Relay (dihitung time delay-nya)
d. Continuity
e. Resistance Insulation Test (megger)
f. Grounding Check
g. Tes trip
h. Tes fungsi
i. Cek / kalibrasi meter
13
HV Test pada Gardu Induk GIS 150 kV Teling
Metode perhitungan :
1
; 2f ;
LC
f
2
Hasil Perhitungan :
1. AC HV test GIS Teling
Pada kondisi lapangan, diketahui :
a. Kapasitor 2π f
14
2,6nF
b. Kapasitansi GIS per phasa
4,6nF
c. Variable Inductor 318 ~ 6370 H; 4 A; 400 kV
15
d. Panjang kabel 143 m
16
Pengujian Trafo
(Berdasarkan Standar Pengujian Trafo
Pada Pabrik Unindo)
1. Routine Test :
a. OLTC test
b. Turn ratio
c. Winding Resistance
d. Electric strength of oil
e. No load losses & no load current
f. Load losses & impedance voltage
g. AC short duration withstand
h. Induced over voltage
i. Applied test
j. Lightning impulse
2. Type Test :
a. Temperature rise test
3. Special Test :
a. Insulation resistance test
b. Zero sequence
c. Noise level
d. Capacitance & Tangent delta
e. Harmonic test
f. Fan losses
g. Dielectric core
h. Short circuit withstand
i. Sweep frequency
17
Arus Lebih (Over Current)
18
Fungsi Tap Changer pada Transformer
19
V sistem V sekunder aktual
V tap trafo V sekunder trafo
Dengan demikian,
V sistem
V sekunder aktual . V sekunder trafo
V tap trafo
180.000 V
V sekunder aktual 20.000V
150.000 V
V sekunder aktual 24.000V
V V2 V1
V 24.000V 20.000V
V 4.000V
FYI :
Ratio error untuk tap changer adalah 0,1%
20
Sweep Frequency
Response Analysis (SFRA) Test pada Trafo
Fungsi dan tujuan pengujian SFRA ini adalah untuk menguji atau
mengecek ulang posisi dan kedudukan dari kumparan trafo di sisi
primer dan sekunder. Pengujian ini biasanya hanya dilakukan pada
trafo dengan tegangan 150 kV ke atas. Selain itu, pengujian ini dapat
mendeteksi dini kerusakan kumparan pada saat trafo dikirim ke site.
Wiring pengujian pada main transformer PLTP Lahendong IV 150
kV 25 MVA:
Parameter pengujian :
HV with LV floating
HV with LV shorting
LV with HV floating
HV & LV (interwinding) with others floating
21
Konversi Belitan Pada Trafo
Ke Rangkaian Zero Sequence (Rangkaian Urutan Nol)
22
BATERAI 110 VDC DAN 48 VDC
23
Proses discharging selama 5 jam (hour) dengan arus 40,8 A
dan dimonitor tiap 1 jam. Alat uji menggunakan merk TORKEL
840 Battery Load Unit.
24
Prinsip Kerja Restricted Earth Fault (REF)
dan Standby Earth Fault (SBEF)
Pada rangkaian di bawah ini dapat kita lihat letak dari relay REF dan
relay SBEF yang berkaitan dengan relay differential (87).
87
150 kV 20 kV
CT CT
CT CT
NGR NGR
CT CT
REF SBEF SBEF REF
25
Untuk Bay Line :
K461 akan bekerja jika DS 1, DS Line dan CB masuk.
K462 akan bekerja jika DS 2, DS Line dan CB masuk.
Untuk Bay Kopel :
K461 dan K462 akan bekerja jika DS 1, DS 2 dan CB masuk.
26
Pengujian Generator pada Proyek Pembangkit
27
2. Analytical Test
yaitu pengujian dengan menggunakan level tegangan yang
biasanya dibawah tegangan kerja. Jenis-jenis Analytical Test
sebagai berikut:
a. Insulation Resistance Test (Megger Test)
b. DC Leakage
c. Dissipation Factor
d. Balancing Voltage Rotor Test
e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
f. Partial Discharge Test
28
kerja pada lilitan generator seperti pada tabel berikut:
VAC (L-L) VDC
Tegangan kerja lilitan (line to line) Tegangan DC yang diterapkan
<100 500
1.000-2.500 500-1.000
2.501-5.000 1.000-2.500
5.001-12.000 2.500-5.000
>12.000 5.000-10.000
Untuk megger stator digunakan tegangan 5.000 Volt DC
sedangkan megger rotor tegangan yang digunakan 500 Volt
DC.
Megger Stator
29
Rangkaian megger stator fasa – ground
Megger Rotor
Pada megger rotor tegangan yang digunakan tidak boleh
besar karena dapat merusak isolasi rotor (tegangan
tergantung tegangan eksitasi). Pada megger rotor tegangan
yang digunakan sebesar 500 V DC.
30
Rangkaian megger rotor
Tahapan megger rotor:
a. Megger awal rotor (baru dikeluarkan dari generator).
b. Megger rotor sebelum retaining ring dilepas.
c. Megger rotor sebelum injeksi DC (retaining ring dilepas).
d. Megger rotor setelah retaining ring masuk.
e. Cek IP.
Catatan
Jika didapat hasil pengetesan nilainya rendah, dapat dibantu
dengan memberikan pemanasan lewat lampu dan atau
mengalirkan arus DC sebesar +/- 1 A.
DC Leakage
Adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi
isolasi. Tegangan DC yang diterapkan dinaikkan secara
bertahap dengan tegangan maksimum dua kali tegangan
RMS.
Dissipation Factor
Disebut juga pengukuran power factor (PF) atau Tan Delta
dan merupakan parameter untuk memperlihatkan efisiensi
isolasi.
31
Dissipation Factor
Isolasi yang sempurna mempunyai PF = 0 dan tidak
mempunyai rugi-rugi internal. Peningkatan faktor disipasi
mengindikasikan angka peningkatan ionisasi, rugi-rugi
internal dan pemanasan.
Faktor daya (PF) adalah cos θ, sudut antara tegangan
tegangan yang diterapkan dan total arus.
i r Eir W Watt
cos
it Eit Eit VA
32
Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik
Balancing voltage rotor test adalah mengukur ketidak-
seimbangan tegangan (unbalance voltage) antara kutub A
dan kutub B terhadap center pole rotor, dengan cara
menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt pada kedua ujung
kutub rotor kemudian diukur tegangan masing-masing kutub
terhadap center pole.
V A C V B C
V 100%
VR
∆V= drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang dinjeksikan kelilitan rotor
VA–C= V1
VB-C= V2
33
Tahanan Dalam (Rd) Rotor
Pengukuran tahanan dalam rotor (Rd) hanya dapat
dilakukan pada saat
34
Pengujian peralatan pengaman elektris :
35
Pengujian Trafo
(Berdasarkan Standar Pengujian Trafo
Pada Pabrik CG Power)
Diagnostic Portfolio
A. Oil Diagnostic
1. Standard oil property test (acidity, IFT, color, resistivity, BDV,
water content).
2. Dissolved Gas Analysis (DGA)
3. Furan Analysis
4. Copper Sulphide (Cu2S)
B. Testing Diagnostic
1. SFRA (Sweep Frequency Response Analysis)
2. Power Factor & capacitance for winding and bushings
3. No load and excitation current
4. Winding resistance
5. Voltage ratio
6. Insulation resistance & polarity index
7. Short circuit impedance
8. Dielectric frequency response
9. Core balance test
36