Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Gangguan pada Kubikel Kopel Taman D
Pada kubikel Kopel Taman D kubikel 20 kV GI Ampenan mengalami gangguan
yang menyebabkan PMT Trip sehingga CB open, gangguan ini disebabkan karena arus
bocor pada kabel tanah sehingga menyebabkan anomali gangguan hubung singkat fasa
ketanah (gangguan IEf). Arus gangguan yang termonitor ialah I L1 = 0.01 KA, IL2 = 0.35
KA dan IL3 = 0.01 KA, pada kubikel Kopel Taman D sudah mengalami trip sebanyak
297 kali. Gangguan ini di sebabkan karena over load atau beban puncak pada pukul
07.30 sebesar 9460 kW , kabel tersebut semakin panas karena beban puncak karena
batas kemampuan kabel tanah tidak melebihi 10.000 kW dengan nilai toleransi 10%
sehingga pada saat mendekati batas tersebut maka PMT Trip dan termonitor arus
gangguan, dengan pengaruh lingkungan dan pengaruh dari faktor penyambungan kabel
(jointing) yang sudah lama menyebabkan gangguan hubung singkat satu fasa ketanah.
(Gambar 4.1 dan 4.2 adalah gambar kubikel Kopel Taman D GI Ampenan dan Kopel D
PLTD Taman).

Gambar 4.1. Kubikel Kopel Taman D

Gambar 4.2. Kubikel Kopel D

GI Ampenan

PLTD Taman
52

4.2 Diagnosa Gangguan


4.2.1 Pengujian Tahanan Isolasi
Pengujian Tahanan Isolasi yang digunakan adalah Mega Ohm Meter dengan merk
Megger, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui fasa yang mangalami gangguan.
Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
2. Membuka box kubikel kopel taman D bagian belakang
3. Mempersiapkan alat ukur Mega Ohm Meter
4. Menghubungkan salah satu fasa R , S dan T bagian atas dengan kabel Merah serta
kabel Hitam dengan ground kabel bagian bawah.
5. Melakukan pengukuran dengan mengalirkan tegangan DC 5 kV
4.2.2

Rangkaian Pengkawatan Pengujian tahanan isolasi


Belakang kubikel Kopel Taman D

Gambar 4.3. Rangkaian Pengkawatan pengujian tahanan Isolasi.


4.2.3

Tabel Hasil Pengujian Tahanan Isolasi Kopel Taman D

Tegangan Uji 5 kV
Kubikel Kopel Taman D GI Ampenan
53

Fasa-Ground
R-G
140 M

S-G
0
Antar Fasa
R-S
S-T
200 M
120 M
Tabel 4.1. hasil pengujian Tahanan Isolasi

T-G
140 M
R-T
1 G

Dari tabel diatas, mengindikasikan bahwa fasa S mengalami gangguan hubung


singkat dengan hambatan 0 , dan juga dapat dilihat bahwa tahanan isolasi
yang terhubung dengan fasa S memiliki nilai tahanan isolasi yang lebih kecil
sehingga mengindikasikan gangguan pada fasa S.
4.3 Prelokasi Gangguan
Gangguan yang terjadi pada Fasa S, dengan Rf 300 maka metode yang
digunakan untuk mentukkan lokasi gangguan yaitu metode High Voltage (HV)
dengan tegangan DC test 8 KV
Logika Megger

4.3.1

Gambar 4.4. Diagram alir Megger.


4.3.2

Data awal yang berguna


1. Jenis kabel
kabel
2. Jenis isolasi
Jenis konduktor
Ukuran Penampang

: N2XSEBY
: Tiga fasa
: XLPE,
: Alumunium
: 240 mm2

3. Panjang / jarak kabel


: 4,4 km = 4400 m
4. Kabel di pendam langsung
5. Sambungan ( jointing ) : 18 sambungan
54

Lokasi
: GI Ampenan - PLTD Taman
jenis kabel tersambung : 3 core
6. Tidak memiliki percabangan.
7. Keberadaan kabel lain
: terdapat kabel Kopel Taman C
4.3.3 Metode Prelokasi HV
4.3.3.1 Pengujian High Voltage DC test
Pengujian HV DC test ini menggunakan alat PFL20-1500 Fault Locating System,
yang mana pengujian ini dilakukan pada Kubikel Kopel Taman D di GI Ampenan,
pengujian ini bertujuan untuk menentukkan titik lokasi gangguan pada kabel tanah
20 kV dengan injeksi tegangan 8 kV sehingga hasilnya akan muncul dalam
bentuk grafik MTDR yang mana jarak ganguan dari titik panggkal sampai ke
titik gangguan

dapat di lihat pada grafik tersebut. Dalam pengujian ini

menggunakan metode High Voltage DC test karena saat fasa S atau fasa gangguan
di AVO meter mengukur nilai tahanan (Rf) ini menunjukkan nilai tahanan Rf 300
sehingga menggunakan metode High Voltage DC test.

Tampilan panel control dan MTDR Panel :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Power ON/OFF dan CB


Line ON Lamp
HV ON Lamp
Mode Select Level
Output Voltage Control Knob
Surge Rate control
Volt Meter (kV)
Current Meter (mA)

Gambar 4.5. Panel Control

55

Gambar 4.6. MTDR Panel


1.
2.
3.
4.
5.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Membuka box kubikel kopel taman D bagian belakang
Mempersiapkan PFL20-1500 Fault Locating System
Menghubungkan TDR input power connector kesumber tegangan AC 220 V
Menghubungkan High Voltage Output kabel ke fasa gangguan yaitu fasa S dan

kabel yang lain ke ground.


6. Dengan Mode select kenop dalam posisi ground dan tegangan kontrol (voltage
control) dimulai pada angka nol.
7. Mengatur power circuit breaker kondisi menyala dan indikasi lampu merah
menyala pada Line On Lamp maka alat dalam keadaan Aktif,
8. Menyalahkan tombol MTDR dan mengatur MTDR mode ARC
9. Memilih mode select level Arc Reflection pada panel control
10. Mengatur kecepatan perambatan pada MTDR, mengatur jarak/panjang kabel dan
jenis isolasi kabel.
11. Mengatur output voltage control knob dengan cara di proff dari 0 kV sampai 8
kV Sehingga lampu merah menyala dengan indikasi HV On, jangan memegang
kabel output sangat berbahaya karena system energized.
12. Mengatur pulse surge rate yang dibutuhkan untuk penangkapan gangguan pada
MTDR.
13. Melihat hasil keluaran berupa grafik gangguan kabel pada MTDR Analyzer dan
Menganalisa hasil keluaran (grafik Gangguan).
4.3.3.2 Rangkaian Pengkawatan Pengujian High Voltage DC test pada kubikel Kopel
Taman D

56

Gambar 4.7. Gambar diagaram koneksi dari Megger

Gambar 4.8. Rangkaian Pengujian PFL20-1500 Fault Locating System


4.4 Analisa Hasil MTDR

Analyzer

pada PFL40 2000 Fault Cable Location

System.

57

4.4.1

Test Parameter Display Header

Indikasi pilihan test mode, yang ditunjukkan disini ialah


test mode Arc Reflection.
Mengindikasikan panjang kabel yang di
atur (diset) selama mode TDR dengan
penempatan cursor otomatis.
indikasi display jarak

(range), dilihat

dilayar. Jarak display ini dapat dirubah


oleh operator
Indikasi jarak antara kursor yaitu jarak
gangguan antara tempat pengujian sampai
ke titik gangguan.
Indikasi kecepatan perambataan gelombang, kecepatan
normal harus dipilih sesuai dengan tipe kabel.

58

Indikasi tipe kabel. Tipe ini dapat dipilih


pada layar sesuai dengan

kabel

yang

digunakan.
Indikasi lebar pulsa yang mana otomatis sesuai dengan
jarak .
Indikasi pulsa amplitude yang mana secara otomatis
sesuai dengan jarak.

Indikasi Status pengujian : Stopped (berhenti)

4.4.2

Penentuan Lokasi Gangguan di Lapangan sesuai dengan MTDR Analizer


Injeksi High Voltage Tegangan DC test menggunakan tegangan 8 kV terdapat

suara letupan yang akan di hasilkan pada alat yang artinya lokasi gangguan sudah di
temukan serta terjadi suara letupan dan getaran di sekitar kabel gangguan . Sesuai
dengan MTDR Analizer lokasi gangguan terdeteksi sekitar 3.317 m dari GI Ampenan
menuju PLTD Taman sesuai dengan gambar Rehabilitas Kabel tanah 20 kV yaitu
pajang kabel bawah tanah dari GI Ampenan sampai ke PLTD Taman sekitar 4400 m
dengan setiap joint (sambungan) berjarak 240 m setiap joint.
Dalam kondisi ini di sekitar gangguan kabel tanah tidak ada galian di lapangan
sehingga gambar Rehabilitas Kabel tanah dapat digunakan untuk menjadi referensi
dalam menentukan gangguan kabel tanah karena

salah satu penyebab gangguan

adalah faktor dari join (sambungan) dan faktor lainya, sehingga dapat ditentukkan
lokasi gangguan dilihat dari gambar rehabilitas kabel tanah jarak 3.317 m merupakan
joint no 14 lokasi ini sekitar sebelum permepatan pasar pagesangan , joint no 14 ialah
240 m x 14 = 3.360 m, berdasarkan hal tersebut petugas lapangan langsung menuju
jarak 3.317 m menuju joint

no 14 dan operator mengijeksi tegangan 8 kV secara

kontinyu selama 5 detik maka dilapangan akan ditemukan suara letupan dan getaran
yang dihasilkan dari alat tersebut karena kabel tersebut mengalami gangguan. Setelah di
lakukannya injeksi tegangan secara kontiyu maka gangguan tersebut ditemukan oleh
59

petugas lapangan ini sesuai dengan joint no 14 dengan lokasi sebelum perempatan
pasar pagesangan

dan dilakukan penggalian tanah untuk memberbaiki kabel yang

mengalami gangguan.

Gambar 6. Kabel yang mengalami gangguan


Setelah gangguan ditemukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengujian tahanan isolasi di kedua sisi yaitu saat di megger di GI Ampenan dan Di
Megger di PLTD Taman saat kondisi kabel sudaaah terputus, dan langkah selanjutnya di
lakukan perbaikan kabel dengan di jointing (penyambungan ) kembali yang jointing 3
inti.
4.5 Pengujian Tahanan Isolasi Sebelum Jointing (Penyambungan)
Dalam pengujian tahanan isolasi ini rangkaian dan langkah-langkah pengujian
sama dengan diatas sub 4.2.1 dan gambar (3) namun posisi kabel join (sambungan)
dilapangan dalam keadaan terputus. Saat melakukan pengujian di dua sisi yaitu posisi
saat diuji di GI Ampenan dan di PLTD Taman.
4.4.1 Tabel Hasil Pengujian Tahanan Isolasi sebelum di jointing
Tegangan Uji 5 Volt
Joint Pagesangan PLTD Taman
Fasa-Ground
R-G
20 G

S-G
7 G
Joint Pagesangan GI Ampenan
Fasa-Ground

T-G
4 G

R-G
200 M

S-G
180 M

T-G
200 M

Tabel diatas menunjukkan nilai tahanan isolasi > 100 M ini berati isolasi kabel
tersebut masih dalam kondisi bagus atau baik untuk digunakan atau dioperasikan.
60

Maka dari itu akan dilakukan penyambunngan atau jointing kabel 3 inti, untuk
memperbaiki kabel yang bermasalah.
4.6 Bahan penyambungan (Jointing) inti tiga
SOP menurut IJKA 150/240 - SO merek Raychem, berikut tabel (4) isi kit :
Tabel4. Isi kit Jointing
Keterangan
Jumlah
Selongsor Pengendali Strees ( Hitam)
3 buah
Selongsor Isolasi (Merah)
3 buah
Selongsor Isolasi Konduktif (merah-hitam)
3 buah
Pita Mastik Kuning Panjang
6 buah
Pita Mastik kuning Pendek
6 buah
Pita Perekat(merah)
6 buah
Rol Spring Kecil
6 buah
Jaring Tembaga
3 buah
Rol Spring besar
2 buah
Steal mesh
1 buah
Selongsor luar
2 buah
Pita Anyaman Tembaga (Copper Braid)
3 buah
Isolasi
1 buah
Kawat Pengikat Tembaga
2 buah
Amplas
6 buah
Pita Tembaga Berperekat
6 buah
Cairan Pembersih + Lap
1 buah
Intruksi Pemasangan
1 buah
Konektor Sesuai Permintaan
3 buah
Minyak Silikon
2 buah
Sumber : Intruksi Pemasangan IJKA 150/240 - SO Jointing 24 KV Kabel XLPE

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Inti 3 Berpelindung Armour (Raychem).


4.6 Penyambungan (jointing) Kabel XLPE Inti berpelindung Armour
4.6.1 Kabel Overlap
Aturlah kedua ujung Kabel yang akan disambung hingga Overlap kira-kira 200 mm
seperti gambar (1) disebelah kiri berilah tanda pada bagian tengah overlap kabel
tersebut.

61

Gambar 1. Ukuran potongan ujung kabel


4.6.1.1 Kabel dengan Armour
Bukalah jaket luar kabel dengan Armour sesuai dengan ukuran pada gambar A. Jangan
Melukai screen tembaga. Jika perlu bersihkan jaket luar dan Armour. Buka bedding
sesuai dengan ukuran pada gambar (A). Letakkan kabel pada posisi sesuai gambar (A)
dan potong kabel pada tempat yang telah di beri tanda.

Gambar. A.1. Ukuran potongan kabel

62

Gambar. A.2. kupasan kabel


4.6.1.2 Gunakan pita tembaga berperekat untuk mengikat screen tembaga sesuai ukuran
pada gambar, kemudian buka screen tembaga. Kupaslah screen semicon sesuai dengan
pada gambar -2 (170), bersihkan permukaan isolasi XLPE dari material conductive.

Gambar 2. Ukuran kupasan screen semicon.


4.6.2 Langkah Langkah Penyambungan
1. Masukkan selongsong sesuai dengan urutan gambar (3) pada tiap inti kabel
terpanjang, yang sudah diberi nomor urutan sabagai berikut :
1) Selongsong pengendali stress (hitam)
2) Selongsong isolasi (merah)
3) Selongsong isolasi semikonduktif (merah-hitam).

Gambar 3. Selongsong kabel

63

2. Kupaslah isolasi XLPE untuk semua inti kabel dengan ukuran l = panjang
konektor + 5 mm
Gambar 4. Kupasan Isolasi XLPE

3. Pasanglah konektor pada kedua konduktor kabel untuk seluruh inti dan kemudian
dikrimping dengan menggunakan krimping yang sesuai. Hilangkan bagian-bagian
yang tajam akibat pengkrimpingan dan kemudian bersihkan seluruh konektor dan
isolasi XLPE dari kotoran.

Gambar 5.1. Konektor pada kedua


konduktor .

Gambar 5.2. Pemasangan konektor


Konektor konduktor di lap.

4. Lepaskan kertas pada mastik kuning pendek. Tempelkan mastik kuning tersebut pada
salah satu ujung screen semikon. Tariklah mastik kuning ini hingga lebarnya menjadi
dari lebar sebelumnya dan lilitkan hingga 4-5 lilitan. Lilitan mastik ini harus
menutupi isolasi XLPE dan screen semikon masing-masing sepanjang 10 mm.
Lakukan proses ini pada ujung screen semikon lainnya pada seluruh inti kabel.

64

Gambar 6. Perekatan mastik kuning

5. Lepaskan kertas pada mastik kuning panjang. Lilitkan mastik ini, pertama mengisi
celah antara konektor dengan isolasi XLPE kemudian menutupi seluruh permukaan
konektor ditambah 5 mm kekanan dan kekiri. Lakukan proses ini untuk seluruh inti
kabel. Oleskan minyak silikon pada permukaan isolasi XLPE dan mastik kuning.
Pada proses ini tangan harus bersih.
Gambar 7.1.

Mastik menutupi

celah konektor.

Gambar

7.2.

Mastik kuning

perektan
menutupi

celah konektor di lap.

6. Tempelkan seluruh selongsong pengendali stress (Hitam) ditengah dan secara


simetris menutupi sambungan pada setiap inti kabel. Kemudian lakukan penciutan,
mulai dari tengah kemudian bergerak keujung ujung selongsong. Pastikan seluruh
selongsong harus benar-benar menciut dan tak ada bagian yang mengkerut.

65

Gambar 8.1 Proses pemanasan/penciutan


selongsong hitam .

Gambar 8.2. Proses


pemanasan/penciutan
selongsong hitam di Lap .

7. Tempatkan seluruh selongsong isolasi merah ditengah dan menutupi selongsong


hitam yang terpasang sebelumnya. Mulailah penciutan dari tengah kemudian
bergerak ke ujung-ujung selongsong. Pastikan seluruh selongsong telah benar-benar
menciut dan tak ada bagian yang mengkerut.

Gambar 9.1 Proses pemanasan/


penciutan selongsong merah.

66

Gambar 9. 2. Proses
pemanasan

penciutan

selongsong merah di Lap.

8. Lilitkan pita mastik merah pada ujung selongsong isolasi merah dan menutupi 20
mm diatas inti kabel. Usahakan agar lilitan pita mastik merah mempunyai diameter
yang sama dengan diameter selongsong isolasi merah yang telah terpasang.
Gambar.10. Lilitan pita mastik
merah.

9. Tempatkan seluruh selongsong isolasi merah-hitam secara simetris, menutupi


selongsong merah yang terpasang sebelumnya.
a. Ciutkan selongsong ini dimulai dari tengah (1)
b. Periksakah apakah selongsong telah benar-benar menciut dengan arah memutar
ujung selongsong telah benar-benar menciut dengan arah memutar ujung
selongsong. Pada tahap ini selongsong tidak boleh berubah posisinya.
c. Lanjutkan penciutan pada salah satu sisi selongsong (2) dan hentikkan kira-kira
50 mm dari ujung selongsong. Lakukan peciutan pada bagian sisi lainnya (3).
67

d. Ciutkan salah satu ujung selongsong (4) dan kemudian ujung selongsong(5).
Pastikan bahwa peciutan seluruh selongsong (5). Pastikan bahwa penciutan
seluruh selongsong telah benar-benar sempurna, tanpa meninggalkan kerutan
ataupun rongga udara
Gambar

11.

Selongsong

isolasi merah hitam

10. Lilitkan jaring tembaga pada masing-masing inti kabel. Overlap 20 mm pada ujung
screen tembaga. Letakkan copper 20 mm pada ujung screen tembaga. Letakkan
copper braid pada kedua ujung screen tembaga dan ikat dengan roll spring kecil.
Gambar

12.1.

Lilitan

jaring

tembaga.

Gambar 12.2 Lilitan jaring


tembaga di Lap.

68

11. Lilitkan steel mesh pada seluruh inti kabel. Overlap 50 % lilitan harus mengenai
harus mengenai kedua ujung armour.

Gambar 13.1. Lilitan steel mesh.

Gambar 13.2. Lilitan


steel mesh di Lap.

12. Ikatlah kedua ujung steel mesh pada armour dengan menggunakan roll spring besar.
Lilitkan cotton tape pada steel mesh seperlunya.

Gambar 14. Lilitan cotton tape.

69

13. Lepaskan kertas pada selongsong dan letakkan selongsong luar yang pertama
overlap 150 mm dengan jaket kabel kemudian panaskan selongsong luar tersebut.
Gambar 15.1. Selongsong luar
pertama .

Gambar 15.2. Selongsong


luar pertama di Lap.

14. Lepaskan kertas pada selongsong luar kedua dan letakkan selongsong luar kedua
overlap 150 mm dengan jaket kabel.

Gambar 16. Selongsong luar kedua

15. Pekerjaan penyambungan telah selesai. Biarkan sambungan untuk beberapa waktu
hingga dingin sebelum dapat digerakkan.

70

Gambar 17.1

Gambar sambungan

(jointing) kabel.

Gambar 17.2 Gambar sambungan (jointing) kabel Kopel Taman D


4.7 Pengujian Tahanan Isolasi Setelah Jointing (Penyambungan) Kopel Taman D
Pengujian tahanan isolasi ini dilakukan setelah pekerjaan penyambungan
(Jointing) dilapangan sudah selesai, hal ini dilakukan untuk menguji join
(sambungan) dalam kondisi baik atau tidak sehingga layak untuk digunakan atau
dioperasikan. Dalam pengujian tahanan isolasi ini rangkaian dan langkah-langkah

71

pengujian sama dengan diatas sub 4.2.1 dan gambar (3) yang mana ketiga fasa diuji
yaitu fasa R, S dan T .
Berikut ini gambar single line GI Ampenan menuju PLTD Taman :
PLTD Taman

GI Ampenan
R

Fault.

Gambar 7. Rangkaian Single Line PLTD Taman - GI Ampenan

Gambar 8. Terminal R, S , T GI Ampenan

72

4.7.1 Tabel Hasil Pengujian Tahanan Isolasi Pasca Perbaikan .

Tegangan Uji 5 Volt


Kubikel Kopel Taman D GI Ampenan
Fasa-Ground
R-G
100 M

S-G
100 M

T-G
100 M

Dari Tabel berikut dapat dilihat nilai tahanan isolasi pasca perbaikan 100 M
sehingga kondisi dapat dikatakan baik dan layak untuk dioperasikan serta dinormalkan
kembali.

73

Anda mungkin juga menyukai