Anda di halaman 1dari 15

Volume 4 Nomor 2 November 2022

ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099


http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

PENGGUNAAN BAHASA KASAR OLEH REMAJA LAKI-LAKI BTN KARANG DIMA


INDAH SUMBAWA DALAM PERGAULANNYA

1
Muhammad Fikri Salim, 2*Topan Rahmatul Iman
1,2
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Teknologi Sumbawa
Email : muhammadfikrisalim.98@gmail.com, 2 topan.rahmatul.iman@uts.ac.id
1
*
Corresponding Author

ABSTRAK
Bahasa kasar merupakan ungkapan yang dilontarkan oleh seseorang dengan tujuan untuk menistakan
orang lain menggunakan kata-kata yang tidak senonoh atau kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bentuk bahasa kasar dan fungsi dari bahasa tersebut yang digunakan oleh remaja laki-laki BTN Karang Dima
Indah Sumbawa dalam pergaulannya. Metode kualitatif deskriftif diaplikasikan dalam penelitian ini. Teknik
pengumpulan data adalah observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada saat para remaja ini sedang
berkumpul seperti di lapangan sepak bola BTN Karang Dima Indah. Peneliti telah mewawancarai 20 orang
remaja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk bahasa kasar yang digunakan oleh remaja laki-
laki BTN Karang Dima Indah Sumbawa dalam pergaulannya adalah mengungkapkan kata-kata dalam nama
hewan, profesi yang “buruk”, sifat buruk seseorang, dan bahasa gaul. Bentuk Kata-kata kasar dari hasil
penelitian ini seperti anjing, asu, anjir, anjay, bangke, kampret, sialan, bongol, bangsat, sundal. Fungsi
bahasa kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki BTN Karang Dima Indah Sumbawa dalam pergaulannya
yaitu expletive, abusive,dan humorous.
Kata Kunci: Bahasa Kasar, Remaja, Pergaulan.

ABSTRACT
Rough Language is an utterance spoken by a speaker in order to insult others using rude words or profanity.
This study aims to investigate the forms of rough language and its function spoken the male youth of BTN
Karang Dima Indah Sumbawa in its daily interaction. Descriptive qualitative was applied in this study. The
technique of data collection was observation and interview. The first technique was done by observing the
youths when they gathered for example in football field. Regarding the second technique, the authors had
interviewed 20 males of youth of BTN Karang Dima Indah Sumbawa. The result of the study shows that the
forms of rough language spoken by the participants of the study are the name of animals, the name of bad
profession, bad character of people, and slang language, for examples anjing, asu, anjir, anjay, bangke,
kampret, sialan, bongol, bangsat, sundal. There are three functions of the rough language spoken by the
male yopuths of BTN Karang Dima Indah namely expletive, abusive, and humorous.
Keywords : Rough Language, Teenagers, Sociaty

87
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari komunikasi.
Komunikasi adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya untuk
berinteraksi dalam lingkungan sosial. Secara umum komunikasi adalah interaksi antara
dua orang atau lebih untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi. Lebih lanjut,
menurut Devito (2013) mengatakan bahwa komunikasi adalah sebuah tindakan oleh satu
orang atau lebih yang mengirimkan dan menerima pesan dengan situasi tertentu. Mulyana,
(2005) menjelaskan bahwa komunikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Menurutnya terdapat lima unsur yang ada dalam kegiatan
komunikasi yakni: komunikator, komunikan, media, pesan dan efek. Komunikator
merupakan orang yang berperan menyampaikan pesan, komunikan merupakan orang yang
menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator akan diterima oleh
komunikan melalui alat atau media, alat atau media dalam komunikasi seperti media cetak
contohnya koran, majalah dan lain-lain, media digital seperti radio, televisi dan lain-lain,
media online, dan salah satu alat dalam komunikasi adalah bahasa. Terkait dengan bahasa,
menurut Keraf (1997) bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat
berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bahasa juga merupakan alat
ekspresi diri sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri.
Di Indonesia, berdasarkan data dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2018, bahwa ada sekitar 652 bahasa daerah salah
satunya adalah bahasa daerah Sumbawa. Bahasa daerah Sumbawa merupakan bahasa
daerah yang ada digunakan oleh masayarakat kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat
baik sebagai bahasa pertama maupun bahasa kedua. Didalam sebuah bahasa daerah ini
tidak terlepas dari adanya kosa kata kasar atau bahasa kasar contohnya asu yang berarti
anjing. Menurut Pastika (2008) bahasa kasar adalah bentuk ungkapan yang menistakan
orang lain dengan menggunakan kata-kata yang tidak senonoh, misalnya caci-maki,
umpatan, penghinaan, dan lain-lain. Penggunaan bahasa kasar bisa digunakan oleh siapa
saja, pria maupun wanita, orang dewasa, remaja bahkan anak kecil. Terkait dengan

88
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

remaja, secara umum merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut
Papalia dan Olds (2009 dalam Saputro 2018) masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada
usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh
tahun. Bahasa atau kata-kata yang sering diucapkan oleh remaja cukup variatif. Salah satu
bahasa atau kata-kata yang biasa diucapkan oleh remaja yaitu berupa kata-kata kasar.
Sebelumnya penulis telah melakukan observasi atau pengamatan awal terhadap remaja
laki-laki di lingkungan sekitar penulis yaitu di BTN Karang Dima Indah, desa Karang
Dima, Labuhan Badas. Berdasarkan pengamatan tersebut, penulis mendapatkan fakta
bahwa beberapa remaja mengucapkan bahasa kasar saat berinteraksi dengan teman
sebayanya. Maka dari itu, penulis ingin melihat tentang penggunaan bahasa kasar dalam
pergaulan remaja laki-laki di BTN Karang Dima Indah Sumbawa sesuai dengan kedua
rumusan masalah ini 1) apa bentuk bahasa kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki
BTN Karang Dima Indah Sumbawa dalam pergaulannya? 2) Apa fungsi bahasa kasar
yang digunakan
Pastika (2008) mengungkapkan bahwa bahasa kasar adalah bentuk ungkapan
yang menistakan orang lain dengan menggunkan kata-kata yang tidak senonoh,
misalnya caci-maki, umpatan, penghinaan, dan lain-lain. Bahasa kasar dapat
digolongkan sebagai tindak kekerasan verbal karena ungkapan yang digunakan dapat
melukai perasaan orang lain. (Alwi, dkk, 2007) mengatakan kata maki diartikan
mengeluarkan kata-kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dan sebagainya) sebagai
pelampiasan kemarahan atau rasa jengkel, memaki diartikan mengucapkan kata-kata
keji, tidak pantas, kurang adat untuk menyatakan kemarahan atau kejengkelan, makian
diartikan kata keji yang diucapkan karena marah, dan sebagainya. Menurut Andersson
dan Hirsch (1985 dalam Rosidin 2010), terdapat tiga syarat agar suatu kata atau
ungkapan dapat dikelompokkan sebagai kata makian, yaitu (1) merujuk pada tabu atau
stigma (tanda dari ketidakberterimaan sosial) dalam suatu lingkungan budaya, (2) tidak
dapat ditafsirkan secara harfiah, dan (3) dapat digunakan untuk mewujudkan emosi dan
sikap yang kuat.
Menurut Andersson dan Trudgill (1983 dalam Rosidin 2010)

89
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

mengklasifikasikan makian kedalam empat kategori fungsi yaitu; 1) fungsi expletive


berarti penggunaan makian untuk menyatakan emosi dan tidak ditujukan langsung
pada orang lain. 2) fungsi abusive berarti penggunaan makian yang langsung ditujukan
pada orang lain. 3) fungsi humorous berarti penggunaan makian yang merujuk
langsung pada orang lain, tetapi bukan dengan maksud menghina. 4) fungsi auxiliary
berarti penggunaan makian yang tidak langsung merujuk pada orang lain, melainkan
sekadar cara bicara yang seringkali tidak sungguh-sungguh.
Menurut Putra (2013) terdapat beberapa bentuk kata kasar yang digunakan
yaitu : 1). Menggunakan nama-nama hewan. Nama-nama hewan yang sering digunakan
adalah hewan yang dianggap kotor, najis, buas atau buruk. contohnya seperti anjing
dan babi yang dianggap hewan yang najis dan kotor. 2). Menggunakan anggota tubuh.
Nama anggota tubuh yang sering digunakan biasanya adalah bagian anggota tubuh
yang tidak layak atau tidak sopan jika disebutkan di muka umum. Contohnya seperti
kontol, tempik, dan lain-lain. 3). Menggunakan jenis profesi. Profesi yang dimaskud
yaitu profesi yang dianggap negatif oleh masyarakat. contohnya seperti pelacur dan
lain-lain. 4). Menggunakan jenis aktifitas. Aktivitas yang dimaksud yaitu aktifitas yang
tidak layak atau tidak sopan jika disebutkan di muka umum. Contohnya seperti, jancuk
yang didalam bahasa Jawa yang artinya bersetubuh.5). Menggunkan jenis kata sifat.
Kata sifat yang dimaksud yaitu kata sifat yang memiliki kesan buruk jika di lontarkan
kepada orang lain. contohnya seperti goblok, idiot dan lain-lain. 6). Menggunakan jenis
mahluk halus, contohnya seperti setan dan jenis mahluk halus lainnya. 7).
Menggunakan jenis kata kekerabatan, contohnya seperti, bapak, mamak dan lain-lain.
8). Menggunkan jenis kata benda. Kata benda yang dimaksud adalah benda yang
dianggap kotor contohnya seperti taek yang didalam bahasa Jawa yang artinya tahi atau
kotoran. 9). Menggunkan jenis makanan. Contohnya asem yang biasa digunakan untuk
mengungkapkan kekesalan. 10). Menggunakan bahasa asing. Bahasa asing yang
digunakan bahasa yang memiliki makna atau arti yang kasar yang berasal dari negara-
negara seperti, Amerika, Inggris dan lain-lain contohnya seperti, fuck, shit, dan lain-
lain.

90
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Secara umum penelitian kualitatif dapat digunakan untuk penelitian tentang
kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial,
dan lain-lain. Menurut Bodgan dan Taylor (1982 dalam Moleong 2009)
mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.
Informan dalam penelitian ini adalah 20 remaja laki-laki di BTN Karang Dima
Indah. Seluruh remaja ini adalah laki-laki. Usia mereka dari 12 sampai dengan 14
tahun. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan
wawancara. Observasi digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan bentuk bahasa
kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki Karang Dima Sumbawa yang mana
penulis telah mencatat informasi yang didapatkan saat melakukan pengamatan. Disini
penulis berperan sebagai pengamat (observer) mengunakan tipe pengamat penuh
(complete observer). Observasi ini dilakukan dimana para remaja ini sedang berkumpul
seperti di lapangan sepak bola BTN Karang Dima, Desa Karang Dima, Kecamatan
Labuhan Badas. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan fungsi
Bahasa Kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki Karang Dima Sumbawa. Jenis
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah face to face interview yang
mana penulis telah memberikan beberapa pertanyaan kepada informan penelitian.
Pertanyaan tersebut telah dibagi kedalam dua bagian. Bagian pertama yaitu terkait
informasi personal. Disini, penulis telah menanyakan nama, usia, dan status pendidikan.
Bagian kedua yaitu pertanyaan inti, disini penulis telah menanyakan terkait fungsi
bahasa kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki Sumbawa. Teknik analisis data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti Creswell (2009) yaitu; 1)
Reduksi data; pada tahap ini penulis memilih data yang penting yang relevan dengan
topik ini dan membuang data yang tidak perlu. 2) penyajian data yaitu menyajikan data
sehingga data tersebut terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Miles dan Huberman (2005 dalam Sugiyono 2016)

91
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Hal inilah yang diterapkan
dalam penelitian ini. 3) terakhir adalah verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Pada
tahapan ini penulis memberikan kesimpulan terkait bentuk dan fungsi bahasa kasar.
Selain itu penulis melihat kembali apakah data tersebut sudah benar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bentuk Bahasa Kasar
Berdasrkan observasi yang dilakukan oleh penulis didapatkan bahwa bentuk
bahasa kasar yang dilontarkan oleh remaja laki-laki BTN Karang Dima adalah anjing,
asu, anjir, anjay, bangke, kampret, sialan, bongol, bangsat, dan sundal. Penjelasan
lebih rinci terkait bentuk-bentuk Bahasa kasar ini dijelaskan dibawah.
1. Anjing
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa
beberapa remaja mengatakan kata “anjing” dalam percakapannya seperti yang
terlihat pada beberapa kutipan dibawah:
“Anjing! Bikin kaget!”
“Anjing! Pelit sekali!”
“pelan-pelan anjing!”

Kata “anjing” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori nama hewan. Anjing merupakan binatang menyusui yang
biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dan sebagainya (KBBI,2008).
Penggunaan anjing digunakan sebagai kata kasar dikaitkan dengan sifat-sifat buruk
hewan tersebut. Dalam kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata
Anjing memiliki makna yang sangat negatif dikarenakan sangat tidak pantas
menyamakan manusia dengan hewan. Disini penutur memaki lawan bicaranya
karena merasa kesal atau jengkel kepada lawan bicaranya.
2. Asu

92
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

Selain mengatakan kata anjing, para remaja juga mengatakan kata “asu”
dalam percakapannya. Hal ini terlihat pada beberapa kutipan dibawah dari catatan
selama peneliti melakukan observasi.
“Asu kenapa gak bisa gol”
“aih asu lama sekali”
“haha asu e ada-ada aja”
Kata “asu” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori nama hewan juga. Asu merupakan bahasa Sumbawa yang
memiliki arti anjing dalam bahasa Indonesia. Anjing sendiri diartikan binatang
menyusui yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dan sebagainya
(KBBI,2008). Penggunaan kata asu sama halnya dengan kata anjing, hanya berbeda
bahasa saja yaitu penutur melampiaskan kekecewaannya. Akan tetapi kata asu ini
juga dapat digunakan untuk bercanda.
3. Anjir
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa beberapa remaja
mengatakan kata “anjir” seperti yang terlihat dalam kutipan percakapan dibawah:
“wih anjir hp baru dia sekarang”
“hahaha anjir bisa gitu ne” “iyake
anjir ?”

Selain bentuk bahasa kasar yang telah disebutkan oleh Putra (2013) terdapat
kategori lain dari bentuk bahasa kasar yaitu kategori bahasa gaul. Kata “anjir”
dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang masuk dalam kategori
bahasa gaul. Anjir merupakan plesetan dari kata anjing. Kata ini adalah
penghalusan dari kata anjing, namun dalam penggunaannya tidak serta-merta
bertujuan untuk memaki atau menghina tetapi dapat digunakan sebagai bentuk
ekspresi kaget atau terkejut, kagum atau terkesan. Anjir ini merupakan kosakata
gaul yang sering digunakan dikalangan remaja. Dari kalimat diatas, dapat
disimpulkan bahwa penutur disini menggunakan kata anjir untuk tujuan kagum,
penegasan, dan pertanyaan.

93
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

4. Anjay
Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata
“anjay” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada kutipan dibawah:
“Anjay boleh juga skill mu”
“keren anjay”
“kok bisa anjay?”
Kata “anjay” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori bahasa gaul. Sama seperti kata anjir, anjay merupakan
plesetan dari kata anjing juga. Penggunaannya juga sama dengan kata anjir, yaitu
sebagai bentuk ekspresi kaget atau terkejut, kagum atau terkesan. Dari kalimat
diatas, penutur menggunakan kata anjay sebagai ekspresi kagum terhadap
temannya.
5. Bangke
Berdasarkan pengamatan penulis didapatkan bahwa beberapa remaja
mengungkapkan kata “bangke” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada
kutipan percakapan dibawah:
“ah bangke lah gak tepati janji”
“njir bangke”
“asli bangke sekali”

Kata “bangke” dalam kutipan percakapan diatas dapat dikategorikan


sebagai bentuk kasar yang termasuk kedalam kategori nama benda. Nama benda
disini menurut Putra (2013) adalah kata yang merujuk kepada benda yang dianggap
kotor. Bangke sendiri merupakan bahasa daerah Sumbawa yang dalam Bahasa
Indonesia adalah Bangkai. Bangke atau bangkai itu sendiri merupakan dari mayat
atau jasad yang telah membusuk baik dari manusia maupun hewan. Biasanya kata
bangke ini digunakan untuk menunjukan kekesalan, kekecewaan dan lain-lain. Dari
kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa penutur menggunakan kata bangke
sebagai bentuk rasa kesalnya terhadap seseorang.
6. Kampret

94
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata


“kampret” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada kutipan percakapan
dibawah :
“hahaha kampret ngakak asli ceritanya”
“kemana aja kamu kampret?”
“woi kampret main sini ne”

Kata “kampret” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori nama hewan. Hal ini berdasarkan pengertian dari kata
kampret dalam KBBI (2018) yaitu kelelawar kecil pemakan serangga, hidungnya
berlipat-lipat. Kata kampret sendiri biasanya digunakan untuk mengungkapkan rasa
kesal atau jengkel, bisa juga digunakan saat sedang marah ataupun saat
sedang bergurau. Disini dapat disimpulkan bahwa tidak sepenuhnya penutur
menggunakan kata kampret untuk tujuan negative seperti mencaci,tetapi kata ini
lebih digunakan untuk bergurau atau bercanda.

7. Sialan
Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata
“sialan” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada kutipan dibawah :
“sialan! Bisa-bisanya aku lupa”
“sialan anjing itu”
‘aidah sialan orang itu, di tipu aku”

Kata “sialan” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori jenis kata sifat. Kata sialan terdiri dari kata sial dan akhiran
–an. Dalam KBBI (2008) kata sial yang berarti tidak mujur dan segala usahanya
selalu tidak berhasil. Biasanya kata sialan digunakan untuk mengungkapkan rasa
kekesalan atau rasa jengkel. Dari kalimat diatas, penutur menggunakan kata sialan
untuk mengekspresikan kekecewaannya pada diri sendiri dan orang lain.
8. Bongol

95
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata


“bongol” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada kutipan percakapan
dibawah :
“hahaha bongol bisa-bisa di kejar sama anjing”
“bongol betul anak itu sudah dibilangin, gak percaya”
“bongol betul masa gak tau”

Kata “bongol” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori jenis kata sifat. Kata “bongol“ merupakan bahasa Sumbawa
yang memiliki arti bodoh dalam bahasa Indonesia. Menurut KBBI bodoh yang
berarti tidak lekas mengerti, tidak mudah tau. Disini penutur menggunakan kata
bongol sebagai kata makian terhadap sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh
orang lain.
9. Bangsat
Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata
“bangsat” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada kutipan perakapan
dibawah :
“bangsat orang itu gak bisa bawa motor pelan-pelan”
“ah bangsat habis batre”
“mana ku tau bangsat”

Kata “bangsat” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori nama hewan. Menurut KBBI (2008), bangsat merupakan
binatang kepinding atau kutu busuk. Sama halnya dengan kata anjing, kata bangsat
yang merupakan kata lain dari kutu busuk jika digunakan sebagai makian atau
umpatan maka akan menjadi kata-kata kasar. Pada kalimat diatas, penutur
menggunakan kata bangsat kepada orang lain sebagai bentuk rasa kesalnya.
10. Sundal
Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata
“sundal” dalam percakapannya seperti yang terlihat pada kutipan dibawah :

96
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

“sundal peh, kena tipu waktu belanja online”


“anak sundal ini”
“ee sundal coba aja kalo ku tau”

Kata “sundal” dalam kalimat diatas merupakan bentuk bahasa kasar yang
masuk dalam kategori jenis profesi. Kata sundal menurut KBBI (2008) adalah
kelakuan buruk (tentang perempuan); lacur; jalang; perempuan jalang; pelacur.
Kata ini biasa digunakan untuk memaki atau mengolok orang lain, atau sebagai
ungkapan rasa kesal, marah dan lain-lain. Pada kalimat diatas penutur
menggunakan kata ini untuk mengungkapkan kekesalannya terhadap seseorang
atau sesuatu.
2. Fungsi Bahasa Kasar
Peneliti telah mewawancarai 20 orang remaja laki-laki Karang Dima
Labuan Sumbawa untuk mengetahui fungsi bahasa kasar yang dilontarkan.. Hasil
dari wawancara menunjukkan bahwa ada tiga dari empat fungsi bahasa kasar yang
diungkapkan oleh para remaja yaitu fungsi expletive, abusive, dan humorous.
Penjelasan terkait masing-masing fungsi ini akan dijelaskan dibawah.
1). Fungsi expletive
Berdasarkan wawancara peneliti dengan informan penelitian didapatkan
bahwa beberapa remaja mengatakan kata-kata kasar untuk melampiaskan emosinya
yang meliputi emosi kesal atau marah kepada seseorang. Hal ini berdasar pada
kutipan wawancara dibawah :
Menurut informan DM, mengatakan bahwa :
“aku ngomong kasar atau kotor kalau lagi jengkel sih, yang biasanya aku
bilang anjing, asu, sundal kayak gitu sih, kalau buat bercanda juga pernah,
atau marah ke orang juga.”
Informan PM juga mengatakan :
“kadang aja kalau marah atau kesal, kayak bilang asu, anjing, tolol,
bangsat.”
Informan CN juga mengatakan :

97
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

“sering si pas main game online ngomong kotor, sampai emosi gitu
ngomong kayak anjing, goblok, tolol,”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa informan
menggunakan kata kasar untuk fungsi atau tujuan expletive. Menurut Anderson dan
Trudgill dalam Rosidin (2010) Fungsi expletive yaitu penggunaan makian untuk
menyatakan emosi dan tidak ditujukan langsung pada orang lain. Para remaja
mengaku bahwa mereka menggunakan kata-kata kasar ketika mereka sedang
marah, jengkel, terkesan, kecewa atau bahkan bercanda terhadap seseorang atau
sesuatu tetapi tidak diucapkan langsung kepada orang yang bersangkutan tersebut.
Akan tetapi, dari salah satu pernyataan diatas disimpulkan bahwa ternyata remaja
mengungkapkan bahasa kasar untuk tujuan candaan atau gurauan.
2). Fungsi abusive
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa beberapa remaja
mengatakan kata-kata kasar untuk mencela, mencaci atau menghina orang lain. Hal
ini dapat terlihat pada kutipan wawancara dibawah.
Menurut informan GDS mengatakan :
“pernah si kalo untuk cela atau ejek orang, tapi biasanya buat bercanda aja,
kayak bilang kampret, asu, tapi kadang-kadang”
Menurut infornan AD mengatakan :
“ya sering si kalo emosi, terus kata-katain dah kayak bilang anjing asugitu”
Selanjutnya informan AYA mengatakan :
“kalo lagi marah sama orang langsung si bilang ke orangnya. Kayak “woi
anjing, asu, bangsat, monyet, setan,”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para
remaja menggunakan kata kasar untuk fungsi atau tujuan abusive. Fungsi abusive
menurut Anderson dan Trudgill dalam Rosidin (2010) yaitu penggunaan makian
yang langsung ditujukan pada orang lain. Beberapa remaja mengatakan bahwa
mereka menggunakan kata-kata kasar tersebut kepada teman-teman sebayanya atau
bahkan ke orang yang lebih tua daripada mereka untuk mencela atau memaki orang
lain. Akan tetapi, berdasarkan salah satu pernyataan diatas mereka menggunakan

98
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

bahasa kasar untuk tujuan candaan.


3). Fungsi humorous
Hasil wawancara menunjukkan bahwa beberapa remaja mengatakan kata-
kata kasar yang berfungsi sebagai bentuk candaan atau gurauan. Hal ini terdapat
dalam percakapan dibawah:
Menurut informan CPR mengatakan :
“biasanya untuk bercanda, aku sering bilang kayak nyet (monyet), su (asu),
kampret, jingan (bajingan).
Menurut informan ZM mengatakan :
“paling bercanda aja si sama teman-teman, ngomong-ngomong kotor
seperti asu, babi, anjing, bangsat, sundal.”
Menurut informan MF mengakatan :
“buat maen-maen si kadang, atau suka saling cela gitu sama teman. Contohnya
kayak bote, asu, anjing, sialan.”
Berdasarkan kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa informan
menggunakan kata kasar untuk fungsi atau tujuan humorous. Fungsi humorous
menurut Anderson dan Trudgill dalam Rosidin (2010) yaitu penggunaan makian
yang merujuk langsung pada orang lain, tetapi bukan maksud menghina. Tidak
sedikit remaja mengaku ketika mereka sedang bercengkrama dengan teman-
temannya, secara sadar maupun tidak sadar mereka menggunakan kata-kata kasar
yang berfungsi sebagai candaan atau gurauan.

KESIMPULAN
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1). Apa bentuk bahasa kasar yang
digunakan oleh remaja laki-laki BTN Karang Dima Indah Sumbawa dalam pergaulannya?
(2). Apa fungsi bahasa kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki BTN Karang Dima
Indah Sumbawa dalam pergaulannya? Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat
disimpulkan bahwa bentuk bahasa kasar yang digunakan oleh remaja laki-laki BTN
Karang Dima Indah Sumbawa dalam pergaulannya masuk kedalam beberapa kategori
diantaranya yaitu kategori nama hewan, jenis profesi, jenis sifat, jenis benda, dan bahasa

99
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

gaul. Kata-kata kasar dari hasil penelitian tersebut yaitu, anjing, asu, anjir, anjay, bangke,
kampret, sialan, bongol, bangsat, sundal. Dari kata-kata kasar tersebut dapat di
kategorikan, anjing, asu, kampret, dan bangsat masuk kedalam kategori nama hewan. Kata
sundal masuk kedalam kategori jenis profesi. Kata sialan dan bongol masuk kedalam
kategori jenis sifat. Kata bangke masuk kedalam kategori jenis benda. Dan kata anjir dan
anjay masuk kedalam kategori bahasa gaul. Fungsi bahasa kasar yang digunakan oleh
remaja laki-laki BTN Karang Dima Indah Sumbawa dalam pergaulannya yaitu digunakan
sebagai bentuk ekspresi untuk menyampaikan perasaan atau pemikiran para remaja.
Ekspresi-ekspresi tersebut bisa memiliki makna dan fungsi yang berbeda-beda, seperti
marah, kecewa, kagum, terkejut, sapaan, dan sindiran. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ada tiga dari empat fungsi bahasa kasar yang diungkapkan oleh para remaja yaitu
fungsi expletive, abusive, dan humorous. Menurut Anderson dan Trudgill (1983 dalam
Rosidin 2010) yang pertama, fungsi expletive yaitu penggunaan makian untuk menyatakan
emosi dan tidak ditujukan langsung pada orang lain. Yang kedua, Fungsi abusive yaitu
penggunaan makian yang langsung ditujukan pada orang lain. Yang ketiga, Fungsi
humorous yaitu penggunaan makian yang merujuk langsung pada orang lain, tetapi bukan
maksud menghina

100
Volume 4 Nomor 2 November 2022
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
Creswell, W. John. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
DeVito, Joseph A. (2013). The Interpersonal Communication Book, ed. 13. United
States: Pearson Education.
Kemdikbud. (2018). Badan Bahasa Petakan 652 bahasa daerah di Indonesia. Diambil
Dari:https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/07/badan-bahasa-
petakan- 652-bahasa-daerah-di-indonesia. (diakses pada 14 Oktober 2019).
Kemdikbud. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diambil dari KBBI
Kemendikbud : https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Bahasa%20kasar.
(Diakses tanggal 20 Oktober 2019).
Keraf, Gorys. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores:
Penerbit Nusa Indah.
Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: RemajaRosdakarya.
Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.
Pastika, I Wayan. (2008). Bahasa Pijin dan Bahasa Kasar dalam Acara TV Indonesia.
Jurnal e-Utama, Jilid 1, 2-7.
Putra, R.R. (2013). Bentuk Dan Fungsi Kata Umpatan Pada Komunikasi Informal Di
Kalangan Siswa Sma Negeri 3 Surabaya: Kajian Sosiolinguistik.
Rosidin, Odin. (2010). Kajian Bentuk, Kategori, dan Sumber Makaian, Serta Alasan
Penggunaan Makian Oleh Mahasiswa. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya. Program Studi Linguistik. Universitas Indonesia, Depok.
Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25–32.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet

101

Anda mungkin juga menyukai