Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA

SURABAYA
2024
Mata Ujian : Hukum Ekonomi Syariah

Nama : Regina Dermawan

NIM : 02122009

SOAL

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Infaq dan Shadaqah ?


Jawab : Infaq:
Infaq merujuk pada tindakan memberikan sebagian harta atau kekayaan secara sukarela sebagai
bentuk sumbangan untuk kepentingan sosial, kemanusiaan, atau agama. Infaq tidak memiliki
kewajiban nilai minimum atau proporsi tertentu, dan pemberi infaq biasanya memberikannya
tanpa mengharapkan imbalan atau pengembalian. Tindakan infaq dipandang sebagai amal
kebajikan dan kontribusi positif terhadap masyarakat.
Shadaqah:
Shadaqah juga merupakan bentuk sumbangan atau derma yang diberikan secara sukarela, namun,
dalam konteks keagamaan Islam, shadaqah lebih bersifat umum dan melibatkan pemberian untuk
tujuan amal atau kemanusiaan. Shadaqah dapat berupa uang, barang, atau jasa yang diberikan
tanpa harapan pengembalian. Sebagai bentuk amal, shadaqah dianggap sebagai wujud kepedulian
dan kebaikan terhadap sesama, dan dapat diarahkan kepada berbagai kebutuhan masyarakat.

2. Jelaskan Sejarah Ekonomi Islam ?


Jawab : Sejarah Ekonomi Islam memiliki akar yang dalam dan terkait erat dengan ajaran dan
prinsip-prinsip Islam. Beberapa poin penting dalam sejarah ekonomi Islam melibatkan aspek-
aspek berikut:
1. Zaman Kehidupan Nabi Muhammad SAW:
- Ekonomi pada zaman Nabi Muhammad SAW diwarnai oleh prinsip-prinsip Islam yang
pertama kali diterapkan di Madinah setelah hijrah. Pembentukan pasar dan sistem distribusi
diatur berdasarkan prinsip keadilan dan kebersamaan.
2. Zaman Kekhalifahan Rashidin:
- Kekhalifahan Rashidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib) melanjutkan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Adanya distribusi kekayaan dan perhatian
khusus terhadap kaum fakir miskin.
3. Pertumbuhan Sistem Perbankan Islam:
- Sejak abad ke-7, telah ada praktek-praktek perbankan Islam awal yang melibatkan muqaradah
(simpanan bersama) dan wakalah (penyelenggaraan bisnis untuk pihak lain). Sistem ini
berkembang menjadi prinsip-prinsip dasar dalam perbankan Islam modern.
4. Zaman Kesultanan Islam:
- Selama masa kejayaan Kesultanan Islam, terjadi perkembangan ekonomi yang signifikan
dengan adanya sistem perdagangan yang luas, pertumbuhan industri, dan perkembangan
keuangan. Kota-kota seperti Baghdad, Cordoba, dan Timbuktu menjadi pusat-pusat ekonomi dan
ilmu pengetahuan.
5. Kontribusi Ekonomi dalam Ilmu Pengetahuan:
- Ilmu ekonomi Islam berkembang pesat melalui kontribusi para ulama seperti Ibn Khaldun
yang mengemukakan teori siklus ekonomi dan memahami hubungan antara ekonomi dan
masyarakat.
6. Penurunan Peran Ekonomi Islam:
- Seiring berjalannya waktu, peran ekonomi Islam mengalami penurunan terutama setelah abad
ke-14. Faktor kolonialisme, perubahan sosial-politik, dan kemunduran dalam ilmu ekonomi dan
keuangan Islam menjadi faktor-faktor yang memengaruhi.
7. Kemunculan Kembali Ekonomi Islam Modern:
- Pada abad ke-20 dan 21, ada upaya untuk menghidupkan kembali prinsip-prinsip ekonomi
Islam. Negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim mulai menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam sistem perbankan, keuangan, dan perdagangan.
8. Pengembangan Lembaga Keuangan Islam:
- Munculnya bank-bank dan lembaga keuangan Islam modern yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, termasuk pengembangan pasar keuangan Islam, sukuk (obligasi Islam),
dan produk keuangan berbasis syariah lainnya.

3. Apa yang dimaksud dengan prinsip dasar transskasi Syariah ?


Jawab : Prinsip dasar transaksi syariah didasarkan pada hukum Islam atau syariah, dan berfokus
pada aspek etika, keadilan, dan kebersamaan dalam aktivitas ekonomi. Beberapa prinsip dasar
transaksi syariah melibatkan hal-hal berikut:
1. Riba (Bunga atau Keuntungan Liar):
- Transaksi syariah tidak boleh mengandung unsur riba. Riba dianggap sebagai praktik yang
melanggar prinsip keadilan, di mana pihak yang memberikan pinjaman tidak boleh meminta
keuntungan tambahan tanpa risiko atau usaha yang nyata.
2. Gharar (Ketidakpastian atau Spekulasi Berlebihan):
- Prinsip ini melibatkan larangan terhadap transaksi yang mengandung unsur ketidakpastian
atau spekulasi berlebihan yang dapat merugikan salah satu pihak dalam transaksi.
3. Maysir (Perjudian):
- Transaksi yang termasuk praktik perjudian atau spekulatif yang merugikan salah satu pihak
dilarang dalam prinsip syariah.
4. Zulm (Ketidakadilan):
- Prinsip ini menekankan pada keadilan dan larangan terhadap tindakan atau transaksi yang
merugikan atau menindas pihak lain.
5. Halal dan Haram (Halal dan Tidak Halal):
- Transaksi syariah harus memastikan bahwa barang atau jasa yang diperoleh atau diberikan
harus halal (dibenarkan oleh hukum Islam), dan tidak melibatkan barang atau aktivitas yang
diharamkan.
6. Prinsip Kebersamaan (Mudarabah dan Musharakah):
- Dalam transaksi investasi, prinsip kebersamaan diterapkan melalui konsep mudarabah
(kemitraan dengan satu pihak memberikan modal dan pihak lain memberikan keterampilan) dan
musharakah (kemitraan dengan kedua belah pihak memberikan modal).
7. Transparansi dan Keterbukaan:
- Prinsip ini menekankan pentingnya transparansi dan keterbukaan dalam transaksi agar semua
pihak terlibat dapat memahami dan menyetujui syarat-syaratnya dengan jelas.

4. Apa Peranan Lembaga Hisbah Lembaga Pengawas pasar ?


Jawab : Lembaga Hisbah dalam konteks ekonomi Islam merujuk pada lembaga pengawas atau
badan pengatur yang bertanggung jawab atas pemantauan dan penegakan aturan-aturan syariah
dalam transaksi ekonomi dan bisnis. Peranannya dapat mencakup beberapa aspek penting,
terutama terkait dengan pasar dan kegiatan ekonomi. Berikut adalah beberapa peran utama
Lembaga Hisbah dalam pengawasan pasar:
1. Penegakan Syariah:
- Lembaga Hisbah bertanggung jawab untuk memastikan bahwa transaksi ekonomi dan bisnis
yang terjadi di pasar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Mereka melakukan pemantauan
dan menegakkan larangan terhadap praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam,
seperti riba (bunga), maysir (perjudian), dan gharar (ketidakpastian).
2. Pencegahan Kegiatan yang Melanggar Syariah:
- Lembaga Hisbah berperan dalam mencegah kegiatan ekonomi yang melanggar aturan syariah
sebelum terjadi. Hal ini melibatkan penyuluhan, edukasi, dan pembinaan agar pelaku bisnis dan
masyarakat dapat memahami dan mematuhi prinsip-prinsip syariah dalam transaksi mereka.
3. Pengawasan Terhadap Produk dan Layanan:
- Lembaga Hisbah melakukan pengawasan terhadap produk dan layanan yang ditawarkan di
pasar untuk memastikan bahwa produk dan layanan tersebut halal dan sesuai dengan ketentuan
syariah. Mereka dapat memberikan sertifikasi halal atau menarik produk yang tidak memenuhi
standar syariah.
4. Penyusunan Aturan dan Pedoman:
- Lembaga Hisbah terlibat dalam penyusunan aturan dan pedoman yang mengatur transaksi dan
kegiatan ekonomi agar sesuai dengan prinsip syariah. Ini mencakup pengembangan regulasi
pasar dan pedoman perilaku bisnis.
5. Penyelesaian Sengketa:
- Jika terjadi sengketa atau perselisihan dalam transaksi ekonomi, Lembaga Hisbah dapat
berperan sebagai mediator atau penyelesaian sengketa. Mereka berusaha mencapai penyelesaian
yang adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Monitoring Harga dan Kualitas:
- Lembaga Hisbah dapat melakukan monitoring terhadap harga-harga dan kualitas produk yang
beredar di pasar untuk memastikan tidak terjadi praktik-praktik monopoli, penipuan, atau
penyelewengan lainnya yang bertentangan dengan prinsip syariah.

5. Syarat sahnya transaksi Menurut Syariah ?


Jawab : Menurut prinsip syariah Islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu
transaksi dianggap sah. Ini mencakup aspek-aspek seperti keabsahan, kejelasan, dan keadilan
dalam setiap transaksi ekonomi. Berikut adalah beberapa syarat sahnya transaksi menurut
syariah:
1. Niyyah (Niat yang Benar):
- Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi harus memiliki niat yang benar dan jelas terkait
dengan tujuan transaksi tersebut. Niat ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.
2. Pihak-pihak yang Jelas dan Mengenali (Al-'Aqd atau Kontrak):
- Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi harus jelas dan saling mengenali satu sama lain.
Kontrak atau perjanjian harus disusun dengan jelas dan terperinci untuk menghindari
kebingungan atau ketidakpastian.
3. Keabsahan Objek Transaksi (Ma'lumat):
- Objek transaksi harus halal dan sah menurut hukum Islam. Barang atau jasa yang
diperjualbelikan atau diperoleh melalui transaksi harus memenuhi standar syariah dan tidak
melibatkan hal-hal yang diharamkan.
4. Harga yang Jelas dan Diketahui (Al-Mithl):
- Harga yang menjadi objek transaksi harus jelas dan diketahui oleh kedua belah pihak.
Kejelasan ini penting untuk menghindari kemungkinan ketidakpastian atau penipuan dalam
transaksi.
5. Persetujuan (Qabul dan Qabul):
- Pihak-pihak yang terlibat harus memberikan persetujuan atau penerimaan secara sukarela
terhadap syarat-syarat transaksi yang diajukan. Persetujuan ini dapat dilakukan melalui kata-kata
tertulis, lisan, atau tindakan.
6. Tidak Ada Unsur Riba (Bunga):
- Transaksi tidak boleh mengandung unsur riba (bunga) karena riba dianggap haram dalam
Islam. Oleh karena itu, transaksi yang melibatkan bunga atau tambahan keuntungan yang tidak
adil dilarang.
7. Tidak Ada Unsur Gharar (Ketidakpastian atau Keraguan):
- Transaksi tidak boleh melibatkan unsur gharar yang tinggi (ketidakpastian atau spekulasi
berlebihan). Pihak-pihak yang terlibat harus memiliki informasi yang cukup dan transparan
mengenai transaksi tersebut.
8. Tidak Ada Unsur Maysir (Perjudian):
- Transaksi tidak boleh melibatkan unsur maysir (perjudian) yang bertentangan dengan prinsip
syariah. Transaksi harus didasarkan pada keadilan dan pertukaran yang jelas dan adil.

6. Apa saja yang dimaksud dengan jual beli Jenis Produk ?


Jawab : Jual beli (perdagangan) merupakan aktivitas ekonomi yang melibatkan pertukaran
barang atau jasa antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Jenis produk yang
diperdagangkan sangat bervariasi dan mencakup berbagai sektor ekonomi. Berikut adalah
beberapa jenis produk yang umum diperdagangkan dalam aktivitas jual beli:
1. Barang Konsumsi:
- Produk yang dibeli dan digunakan langsung oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, seperti pakaian, makanan, elektronik, dan peralatan rumah tangga.
2. Barang Modal:
- Produk yang digunakan dalam proses produksi atau bisnis, seperti mesin-mesin industri,
peralatan kantor, kendaraan komersial, dan perangkat teknologi.
3. Barang Investasi:
- Produk yang dibeli dengan tujuan untuk diinvestasikan atau diperdagangkan dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa mendatang, seperti saham, obligasi, properti, dan logam mulia.
4. Barang Intermediet:
- Produk yang digunakan dalam tahap produksi atau distribusi untuk membuat atau
menyediakan barang lain, seperti bahan baku, suku cadang, dan komponen produksi.
5. Jasa:
- Produk dalam bentuk layanan atau pekerjaan yang ditawarkan oleh individu atau perusahaan,
seperti jasa konsultasi, pelayanan kesehatan, pendidikan, atau perawatan.
6. Barang Ekspor dan Impor:
- Barang atau produk yang diperdagangkan antara negara-negara, baik sebagai ekspor (barang
keluar) atau impor (barang masuk).
7. Barang Digital:
- Produk yang berbentuk digital atau non-fisik, seperti software, musik digital, e-book, dan
layanan berbasis cloud.
8. Barang Seni dan Hiburan:
- Produk yang berhubungan dengan seni dan hiburan, seperti lukisan, patung, alat musik, buku,
film, dan barang-barang koleksi.
9. Barang Berwawasan Lingkungan (Eco-friendly Products):
- Produk yang dirancang dan diproduksi dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap
lingkungan, seperti produk ramah lingkungan, daur ulang, dan energi terbarukan.
10. Produk Halal:
- Produk yang diproduksi atau diolah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan dianggap
halal (dibenarkan) untuk konsumsi umat Muslim.

Anda mungkin juga menyukai