Anda di halaman 1dari 5

Kearifan lokal bidang

cerita budaya, petuah dan


satra di Cianjur
Kelompok 5
Anggota Kelompok
Fachry Fahar Ferdiansyah
Fathimah Azzahra Dirgantari
Hafizhati Kalam Rahmani
M. Dhaffa Aura Ramdansyah
Praditya Dwiki Rismawan
petuah cianjur Tembang
petuah khas Cianjur ada ngaos, mamaos, Cianjuran
maenpo sebagai tiga pilar budaya di
Cianjur. Merupakan bentuk puisi lawas khas daerah
Ngaos sendiri didasari pada nilai nilai cianjur yang di populerkan oleh leluhur
keagamaan yang mengkaji kitab suci Al sunda Cianjur dengan iringan alat musik
Quran kacapi indung, kacapi rincik, sulih atau
Mamaos adalah syair yang berisi puji rebab sejak tahun 1800 an
pujian atas kebesaran tuhan dengan segala
hasil ucapannya
Maenpo sendiri adalah beladiri dari cianjur Kuda Kosong
sama halnya seperti silat

Kuda kosong adalah cerita budaya asal


Cianjur, di percaya oleh warga Cianjur
bahwa kuda kosong tersebut ada yang
menumpangi yaitu leluhur cianjur, dan
hanya bisa di lihat oleh orang orang
tertentu saja
Kuda Kosong
Pawai Kuda Kosong bermula ketika Cianjur dipimpin oleh Bupati
Pertama yaitu Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar (Dalem Cianjur). Konon
saat itu daerah kesundaan di bawah pimpinan raja Mataram dan Cianjur
harus menyerahkan upeti ke Mataram. Setelah berembuk, Dalem Cianjur
mengirimkan perwakilan yaitu Aria Natadimanggala untuk menyerahkan
upeti berupa 3 butir padi, 3 butir pedes (lada) dan 3 buah cabe rawit.
Setiap upeti yang diserahkan memiliki arti masing-masing dan Raja
Mataram bisa memahami dan memberikan balasan berupa keris, kuda
kerajaan dan juga pohon saparantu untuk dalem Cianjur. Akhirnya kuda
tersebut dibawa pulang ke Cianjur dengan dituntun, tidak ditunggangi
karena Aria Natadimanggala begitu patuh dan sangat menghargai bahwa
kuda tersebut diberikan sebagai hadiah untuk kakaknya (Dalem Cianjur)

Anda mungkin juga menyukai