Anda di halaman 1dari 35

SEJARAH

KERAJAAN BANJAR
Kelompok 6
Dhisya Wahyudhia R.
Dhiya Nadhif Athaya
Muhammad Ihsan
Muhammad Iqbal
Syifa Atthaya
Talitha Tiara Arista

SMAN 1 Banjarbaru
Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan Selatan

    Masuknya Islam ke kawasan Kalimantan Selatan melalui dua pintu. Pertama, Islam
masuk melalui selat Malaka melalui transaksi dan komunikasi perdagangan. Pada fase
jatuhnya Malaka ke tangan penjajah Portugis membuat dakwah semakin menyebar,
karena  komunitas Islam kebanyakan mendiami pesisir Barat Kalimantan bergerak dari
satu tempat ke tempat lainnya untuk menghindari tekanan kolonial 
    Kedua,  Islam disebarkan oleh para dai  yang sengaja dikirim dari Tanah Jawa.
Ekspedisi   dakwah  ke  Kalimantan  ini    menemui    puncaknya   saat Kerajaan Demak
berdiri. Demak mengutus banyak mubaligh ke negeri ini. Perjalanan dakwah pula yang
akhirnya melahirkan Kerajaan Islam Banjar .  
Proses Islamisasi kerajaan banjar diwarnai dengan trik dan intriks politik berupa pergolakan
dikalangan istana, perebutan kekuasaan yang menyebabkan pangeran Samudera tersingkir. Dalam
perjalanannya menghimpun kekuatan untuk merebut tahtanya dengan meminta bantuan dari
kerajaan Demak.   Demak bersedia membantu dengan syarat Pangeran Samudera harus memeluk
Agama Islam.
Di Kalimantan Selatan terutama sejak abad ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni sebelum
terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi proses pembentukan negara
dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku (etnic state) yang diwakili oleh Negara
Nan Sarunai milik orang Maanyan.
Fase kedua adalah negara awal (early state) yang diwakili oleh Negara Dipa dan Negara Daha.
Terbentuknya Negara Dipa dan Negara Daha menandai era klasik di Kalimantan Selatan.
Negara Daha akhirnya runtuh seiring   dengan   terjadinya  pergolakan istana,    sementara    lslam    mulai   masuk   dan  
berkembang  di    samping kepercayaan lama.  Perkembangan ini  ditandai  dengan  runtuhnya kerajaan Negara   Daha
 beralih  ke periode  negara  kerajaan ( kingdom state) dengan lahirnya kerajaan baru, yaitu Kerajaan Banjar pada tahun
1526 yang menjadikan Islam sebagai  dasar dan agama resmi kerajaan.
Kerajaan Banjar terjadi  pada abad ke-17 hingga  abad  ke-18  merupakan  puncak   perkembangan  Islam  di
 Kalimantan Selatan sebagaimana  ditandai oleh  lahirnya  ulama-ulama  yang terkenal  dan hasil karya tulisnya menjadi
bahan bacaan dan rujukan di berbagai negara, antara lain  Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Usahanya  dalam  menyebarkan  Islam  di daerah  Kerajaan Banjar pada waktu  itu  dimulai  dengan  melakukan
 pengajian,  kemudian   menyebarkan anak  cucunya (muridnya) yang telah memperoleh kealiman ke daerah-daerah
pedalaman,  di  samping  itu menulis kitab-kitab agama dalam bahasa Melayu dengan aksara Arab.
Dengan demikian Islam masuk Kalimantan Selatan  mencapai puncaknya setelah pasukan Kesultanan Demak datang ke
Banjarmasin untuk membantu Pangeran Samudra dalam perjuangannya melawan kalangan elite di Kerajaan Daha.  Setelah
 kemenangannya,   Pangeran  Samudra  memeluk  Islam  pada sekitar  tahun  936 H /1526 M,   dan  diangkat   sebagai  
sultan   pertama  di Kesultanan Banjar.   Dia  diberi gelar Sultan Suriansyah atau Suyanullah oleh seorang  da’i  Arab.  
Dengan  berdirinya  Kesultanan  Banjar,  maka  Islam di anggap sebagai agama resmi negara.
Asal-usul

Suku Banjar di Kalimantan Selatan terdiri dari tiga subetnis berbeda, yakni Pahuluan,
Batang Banyu, dan Kuala. Ketiga subetnis ini disebut dengan orang Banua dan dikenal
memiliki kreasi kebudayaan yang unik dan penuh makna, salah satunya tercermin dalam
busana adat pengantin (Sam’ani dkk, 2005; Depdikbud Nasional, 1985/1986). Baik di
kampung maupun di kota, busana adat pengantin Banjar masih digunakan dalam perhelatan
pernikahan mereka. Meskipun busana adat tersebut telah mengalami penambahan mode
dan assesoris, namun realitas ini mencerminkan bahwa orang Banjar masih peduli dalam
menjaga tradisi leluhur mereka.
Pakaian Adat

Menurut sejarahnya, secara umum busana adat pengantin Banjar terdiri dari tiga jenis, yaitu bagajah gamuling
baular lulut, ba’amar galung pancaran matahari, dan babajukun galung pacinan. Akan tetapi secara khusus,
sebagian orang menyebut ada empat jenis, yaitu dengan tambahan babaju kubaya panjang. Busana jenis
keempat ini merupakan perkembangan busana adat pengantin Banjar di era modern, dan biasanya dengan
tambahan jilbab untuk pengantin perempuannya.
S U R AT WA S I AT S U LTA N A D A M U N T U K
PA N G E R A N   H I D AYAT U L LA H
Seni Tradisional Banjar
Seni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam
suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari
nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena
ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang
berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi, dan asimilasi. Sehingga
tampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau
pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam,
terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ketuhanan (Tauhid), meskipun dalam
kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Buddha.
SENI TARI

• Tari Baksa Kembang • Tari Gandut


• Tari Baksa Panah • Tari Tirik

• Tari Baksa Dadap • Tari Babujugan


• Tari Jepen Lenggang Banua
• Tari Baksa Lilin
• Tari Japin Hadrah
• Tari Baksa Tameng
• Tari Kambang Kipas
• Tari Radap Rahayu
• Tari Balatik
• Tari Kuda Gepang • Tari Parigal Amban
• Tari Japin/Jepen
• Tari Tirik Kuala
Seni Karawitan
■ Gamelan Banjar
■ Gamelan Banjar Tipe Keraton
■ Gamelan Banjar Tipe Rakyatan
Seni Rupa Dwimatra
Seni Anyaman
Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas dan
kopiah.
Seni Lukisan Kaca
Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam dan
Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak diterapkan
pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.
Seni Tatah/Ukir
Seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir
diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu diterapkan pada alat-alat
rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian perahu dan
bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda
kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, sasanggan,
meriam kecil dan sebagainya. Motif ukiran misalnya Pohon Hayat, pilin ganda,
swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif
Arabes dan Turki, Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah
ukir Banjar.
                                          

                                         
Seni Tradisonal Banjar Berbasis Sastra (Folklor Banjar)
• Madihin
Madihin merupakan pergelaran sastra. Rangkaian syair-syair dan pantung yang
menjadi bahan komunikasi dan informasi. Perkataan Madihi berasal dari kata
“Madah” Madah artinya berkata-kat. Dari kata tersebut, jelaslah Madihin adalah
karya seni budaya Islam dan terpengaruh kasidah Arabi, namun telah tercipta dengan
bahasa Banjar. Menurut Seniman Banjar Amir Hasan bondan, seni Madihin sudah ada
ketika pemerintahan Penambahan Sultan Adam di Kerajaan Banjar.
• Bapandung
Pandung artinya meniru tingkah laku. Seni Bapandung ini muncul di Margasari,
Kabupaten Tapin. Di perkirakan muncul abad ke 19 untuk menghibur masyarakat
agraris. Bapandung adalah berkisah, sama dengan maandi-andi di sawah, tetapi
tukang Pandung lebih dinamis,karena ia bercerita sambil meragakan apa dan
bagaimana tokoh berakting. Secara penyajian, Bapandung adalah monolog tradisi.
• Basyasyairan
Seni Basyasyairan adalah pengaruh kasidah Arabi. Fungsi Basyasyairan
adalah “Bajagaan” (Betunggu) pengantin lajang. Setiap ada malam
pengantin lajang, kelompok pemuda dan pemudi berkumpul membaca
syair bergantian di rumah pengantin wanita. Syair-syair tersebut sudah
berbentuk buku yang berasal dari Sumatera dan Melayu misalnya, Syair
Siti Zubaidah, Abdul Muluk, Syair Si Miskin, Syair Brahma Syahdan, dan
lain-lain. Syair-syair ini menumbuhkan karya syair dari warga Banjar
dengan Bahasa Banjar misalnya Syair Karuang, Syair Kiamat, Syair
Carang Kulina dan lain sebagainya.
• Bapapantunan
Unsur Melayu yang dianut pantun Banjar ternyata bentuk yang bervariasif.
Anak-anak bapapantunan, orang desa “Batawak Pantun” (lempar melempat
Pantun) dan orang tua bapantunan dalam acara tertentu.
Lambang Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar
Lambang ini dibuat pada Akhir Bulan April, pembuatan lambang ini memakan waktu sekitar 3 minggu,
asal mula Lambang ini diambil dari Stempel Sultan Tamjidillah,
namun pada akhirnya tidak semua diambil melainkan bentuk dari Tamengnya saja.

Arti Lambang : 
1. Padi dan Kapas 
    Melambangkan Kesuburan dan Kemakmuran

2. Bulan dan Bintang 


    Melambangkan Ke Islaman

3. Tameng berwarna Merah 


    Melambangkan Suatu Pertahanan atau Melindungi

4. Saraung Mahkota Berwarna Kuning 


    Melambangkan Kebangsawanan

5. Pita Biru mengikat Padi dan Kapas


    Melambangkan di ikat atau disatukan oleh darah Bangsawan atau Pagustian
Lambang Panji Kesultanan Banjar 
Panji atau Bendera Kesultanan dibuat sekitar Akhir Bulan Mei 2010, sebelumnya banyak masukan bagaimana bentuk Panji dari Kesultanan Banjar namun
pada akhirnya Panji Kesultanan diambil dari Bentuk Keris Sultan Adam, tidak mudah dalam pembuatan Lambang ini karena bentuk dari Keris Sultan Adam
adalah berupa Relief dan waktu membuatnya pun tidak langsung melihat keris melainkan dari photo handphone.

Arti Lambang :
1. Gambar Naga Menghadap Ke kanan
    Melambangkan Sultan atau Raja Muda yang Bijak dan memperhatikan Rakyatnya dengan baik

2. Kuda Bersayap Menghadap Kebelakang


    Melambangkan Menjaga Kesultanan dari Tanah, Langit dan Air atau musuh dari Belakang (Menjaga 
    Kebudayaan Banjar dari pengaruh yang negatif atau tetap Lestari)

3. Tongkat Bergagang Pedang dililit Merah Putih diatasnya


    Melambangkan kekuasaan Kesultanan tetap di Bawah NKRI

4. Lambang Bulan Sabit


    Melambangkan Ke Islaman

5. Lambang Dua Bintang


    Melambangkan Al-Qur'an dan Al-Hadist

6. Lambang Payung Berwarna Kuning


    Melambang Suku Banjar

7. Gambar Tombak / Pusaka-Pusaka


    Melambangkan Adat dan Budaya Banjar yang perlu dilestarikan dan dipelihara

8. Gambar Gunung / Pegunungan


    Menggambarkan Kalau Kesultanan Banjar terletak atau meliputi dari Pegunungan Meratus

9. Dua Garis Berwarna Biru


    Mengartikan Kesultanan Banjar di aliri diantara dua Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa
Lencana Kesultanan Banjar

Lambang ini dimulai dibuat pada Malam Nisfu Sya'ban, dan memakan banyak waktu karena hampir satu bulan dalam
pembuatannya banyak perubahan dan penyempurnaan sehingga menghasilkan seperti ini.

Arti Lambang :
1. Perisai Warna Kuning didalam Gambar Naga dan Benda Pusaka
    Melambangkan Keagungan Raka dan Benda Pusaka atau menjunjung tinggi Tradisi

2. Macan Putih
    Melambangkan Penjaga atau menjaga Raja dan Tradisi yang ada, Karena Macan Putih adalah Filosofi
    Suku Banjar bukan Harimau.

3. Bulan Bintang
    Melambangkan Agama Islam

4. Pita Kuning bertuliskan Baiman-Bauntung-Batuah


    Mengartikan Keadaan Masyarakat Suku Banjar
Masjid Sultan Suriansyah Kerajaan Banjar
Komplek Makam
Makanan Khas Banjar :
TRADISI KERAJAAN BANJAR
• Basambang
Dari sebuah diskusi yang digagas Bapak Zulfaisal Putera di media facebook, terlontar beberapa kata dan
kalimat dalam Bahasa Banjar untuk mengganti kata ‘ngabuburit’ ini. Lontaran usulan kata ini bentuk kepedulian
Urang Banjar yang sama-sama tidak nyaman mendengar kata ‘ngabuburit’. Saya coba kutip bebas, dalam
diskusi ini berbagai macam istilah dan maknanya disarankan, dan akhirnya mengerucut kepada istilah
‘basambang’. Istilah ‘basambang’ pertama dimunculkan oleh seniman Banjar Mukhlis Maman dari sebuah kata
ulang “sambang simambang” yang bermakna menunggu langit warna jingga waktu senja. Kemudian dipertegas
oleh budayawan Banjar Sirajul Huda dengan memunculkan istilah ‘menyambang dauh’. Hal ini kemudian
disambut baik oleh sastrawan Banjar Arsyad Indradi dengan argumen kalau ‘menunggu dauh’ terlalu umum
sebab bisa ‘dauh magrib’, ‘dauh jumat’, ‘dauh bagarakan sahur’. Arsyad Indradi cenderung memilih
‘basambang’ yang bermakna ‘menunggu waktu magrib (berbuka puasa), bukan ‘menyambang’ yang bermakna
‘menunggu seseorang yang akan lewat, yang akan datang”. Istilah ‘basambang’ ini akhirnya diterima oleh
sebagian besar peserta diskusi.
• Balogo
Logo atau Lugu (logat Banjar) adalah nama alat permainan yang dipakai oleh anak-anak di daerah Kalimantan
Selatan. Nama permainannya adalah Balogo (Balugu).  Dalam permainan balogo digunakan juga alat bantu kayu
pemukul yang disebut penapak/cacampak.
Bahan yang digunakan untuk logo adalah tempurung kelapa yang diisi dengan aspal, dempul, atau alat perekat
lainnya. Bentuk logo ada beberapa macam, yaitu logo kelayangan yang mirip bentuk layang-layang. Logo biuku
atau bidawang yang mirip bentuk binatang bulus/kura-kura. Warna logo mengikuti warna serat tempurung kelapa
yang digunakan.
Bahan untuk penapak adalah batang bambu yang tua. Penapak ini ada dua macam bentuknya, perbedaan terdapat
pada ujung penapak, yaitu ujung bulat dan ujung segi empat. Penapak ini biasanya dibuat dengan lebar kurang
lebih 2,5 cm, panjangnya kurang lebih 35 cm.
• Badudus
Badudus mempunyai fungsi yang hampir sama dengan bapapai mandi-mandi pengantin, hanya saja badudus
lebih rumit dalam persyaratannya. Dalam upacara badudus melibatkan keluarga kerajaan atau keturunan
bangsawan yang akan dimandikan sehingga sering kali diiringi dengan upacara kebesaran kerajaan.
SOAL
• Kerajaan islam yang ada di Kalimantan selatan adalah... Kerajaan Banjar (Dhisya)
• Jelaskan awal mula berdirinya kerajaan banjar! Peristiwa ini terjadi pada abat ke-16 M. Raden Samudera meminta
bantuan Kerajaan Demak di Jawa. Demak menyambut baik & sebagai persyaratan, Demak meminta agar Raja
banjar dan semua pembesar mau memeluk agama Islam. Atas bantuan Demak, Pangeran Samudera berhasil
mengalahkan Pangeran Tumenggung, Penguasa Daha. 
Setelah berhasil meruntuhkan kerajaan Daha, maka Raden (Pangeran) Samudera sgr menunaikan janji utk
memeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia memakai gelar Sultan Suriansyah. Sultan Suriansyah tlh membuka era
baru di Kerajaan Banjar dgn msk & berkembangnya agama Islam. (dhisya)
• Jelaskan peristiwa runtuhnya kerajaan banjar!
Babak baru sejarah Kalimantan Selatan dimulai dgn bangkitnya rakyat melawan Belanda. Pangeran Antasari
tampil sbg pemimpin rakyat yg gagah berani. Ia wafat pada 11 Oktober 1862, kemudian anak cucunya
membentuk pegustian sebagai lanjutan Kerajaan Banjarmasin, yang akhirnya dihapuskan tentara Belanda Melayu
Marsose, sedangkan Sultan Muhammad Seman yang menjadi pemimpinnya gugur dalam pertempuran. Sejak itu
Kalimantan Selatan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda, inilah awal mula runtuhnya kerajaan banjar. (Talitha)
• Faktor yang menyebabkan kemunduran keraaan banjar adalah... faktornya karena telah dikalahkannya Sultan
Muhammad Seman oleh Belanda pada tahun 1905, praktis seluruh wilayah Kerajaan banjar jatuh ke tangan
Belanda dan Kerajaan Banjar runtuh. (Talitha)
• Pedagang muslim yang membentuk pemukiman di Indonesia disebut..... Pekojan (ihsan)
•  Ada beberapa pendapat mengatakan bahwa pada abad ke 13 muncul agama Islam diperkuat dengan munculnya.... kerajaan
samudra pasai, catatan perjalanan Marco Polo (1292) dan berita IBN Battutah (ihsan)
• Pengaruh islam dibidang sosial dan budaya adalah.... terbentuknya egalitarianisme, stratifikasi yang bersifat oligarkis (kaum
bangsawan, kaum ulama dan agamawan dan kaum rakyat biasa), Mobilitas sosial, pusat-pusat kebudayaan di Masjid. (iqbal)
• Sebutkan dan jelaskan tiga golongan dalam masyarakat kerajaan banjar? Golongan pertama adalah para bangsawan.
Golongan kedua adalah pejabat kerajaan, ulama-ulama, mufti, dan penghulu. Golongan ketiga merupakan golongan
terbesar, yaitu rakyat biasa. (iqbal)
• Siapakah raja terbesar kerajaan banjar? Raja Banjar Sultan Suriansyah (nadhif)
• Apa perubahan nama kerajaan banjar ketika di pindah ke martapura? Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin
kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga
Kerajaan Kayu Tangi. (nadhif)
• Kenapa wasiat yang diberikan raja negara daha kepada cucunya raden samudera terancam keselamatannya? Karena para
pangeran juga berambisi sebagai pengganti sukarama yaitu pangeran bagalung, pangeran mangku bumi, dan pangeran
tumenggung. Sepeninggal sukarama, pangeran mangku bumi putra sukarama menjadi raja negara daha, selajutnya
digantikan pangeran tumenggung yang juga putra sukarama. (syifa)
• Tahun berapa supremasi jawa terhadap banjarmasin dilakukan oleh tuban? 1615. (syifa)

Anda mungkin juga menyukai