Anda di halaman 1dari 16

KESENIAN TARI RADAP RAHAYU

KALIMANTAN SELATAN
MATA KULIAH KEBUDAYAAN MASYARAKAT BANJAR

Disusun oleh:
GABRIELA AUDREY ISA PUTRI
NIM: 1910124320006
MUHAMMAD HAIKAL MAHARDIKA
NIM: 1910124210006
SEPTIAN RAHMAN
NIM: 1910124110006
MUHAMMAD FIRDAUS
NIM: 1710124310012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI MUSIK


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
BAB I

Dalam peta budaya, daerah Kalimantan Selatan terdiri dari beragam suku
bangsa, baik itu suku bangsa pribumi maupun suku bangsa pendatang. Suku
Banjar, Dayak Bukit, Dayak Ngaju, dayak Barito, Dayak Maanyan, dan suku
Bugis merupakan sebagian dari suku bangsa yang ada di Kalimantan Selatan.
Berbagai suku bangsa tersebut hidup dan menetap dengan pola kebiasaan atau
adat istiadat sebagai pengatur kelakuannya masing-masing (Koetjaningrat,
1990:11).

Sejak abad ke 16 atau 17 daerah Banjar telah melakukan kerjasama dengan


kerajaan Demak, yang melalui agama Islam kemudian masuk ke daerah Banjar.
Seiring dengan perkembangan agama Islam di daerah Banjar, banyak penduduk
setempat yang memeluk agama Islam. Masuknya agama Islam di daerah tersebut
menimbulkan konflik antara penduduk yang beragama islam dengan penduduk
yang masih berpegangan pada kepercayaan yang dianut sbelumnya yaitu
kepercayaan Kaharingan atau Budabalian yang meyakini adanya kekuatan tunggal
yang disebut Nining Bahatara (Ensiklopedi Indonesia: 194) Akhir dari
perselisihan itu menimbulkan akibat menyingkirnya penduduk yang masih
berpegangan pada kepercayaan Kaharingan ke daerah pedalaman. Penduduk yang
telah memeluk agama Islam inilah yang dikenal dengan nama Suku Banjar, atau
disebut juga Urang Banjar (sjrfudin, 2003:49).

Urang Banjar menurut pandangan beberapa peneliti seperti Daud (2000)


Salim (1996) da Potter, (1998) termasuk masyarakat yang dekat dengan kegiatan
perdagangan. Selain dikenal sebagai pedagang, mereka juga dikenal dengan “ke-
Islamannya” (salim, 1996). Pola usaha yang dominan dilakukan Urang Banjar
(individu) maupun masyarakat Banjar (community) dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari adalah berniaga, berdagang, badagang, bajualan (Daud, 2002).
Orang Dayak bukit bahkan menyebut orang Banjar sebagai Urang Dagang
(Radam). Pilihan usaha ini sejalan dengan karakter masyarakat Banjar yang
bermukim di kawasan pesisir dan muara sungai. Mayarakat banjar terdapat tiga
sub suku yaitu: 1) Banjar Pahuluan adalah Orang Melayu dan Orang Meratus,
berbahasa Melayu. Meratus sebagai ciri kelompoknya. 2) Banjar Batang Banyu
adalah campuran Orang Pahuluan, Orang Melayu, Dayak Maanyan, Dayak
Lawangan, maanyan sebagai ciri kelompok. 3) Banjar Kuala adalah campuran
Orang Kuin, Orang Batang Banyu, Dayak Ngaju (Berangas, Bakumpai), sebagian
Orang Kampung Melayu Banjarmasin, Ngaju sebagai ciri kelompoknya.

Terdapat empat nilai Budaya Banjar yaitu: 1) nilai Budaya Banjar dalam
hubungan manusia dengan Tuhan, seperti di dalam lingkungan kerja kita harus
ikhlas dan bersyukur dalam bekerja. Wujud konsepsi barelaan merupakan nilai
ikhlas dan syukur dan semata-mata untuk ibadah dan mendapat keridhoan Allah
SWT. 2) nilai budaya Banjar dalam hubungan manusia dengan sesama manusia,
pada sistem kekerabatan, baik karena keturunan maupun karena status sosial dan
profesi, ada konsep bubuhan. Dalam konsepsi bubuhan termuat nilai
bedingsanakan (persudaraan), betutulungan (tolong menolong) dan mau haja
bakalah bamanang (mau saja kalah menang) maksudnya mau saja memberi dan
menerima. Orang Banjar bersifat terbuka dan toleran. 3) nilai budaya Banjar
dalam hubungan manusia dengan diri sendiri, yaitu harus bersungguh-sungguh
dan manuntung dalam bekerja. Nilai untuk pengembangan diri konsepsi gawi
manuntung, dalas balangsar dada yang maknanya seseorang harus mau berjuang
dengan sungguh-sungguh. dan 4) nilai budaya Banjar dalam hubungan manusia
dengan alam yang maksudnya kita harus bisa menyesuaikan diri “bisa-bisa
maandak awak” nilai konsepsi bisa-bisa meandak awak untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Budaya bertenggang rasa dalam pergaulan antar manusia
seperti di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Urang Banjar dengan makna
badiri sadang, baduduk sadang. Artinya, “orang baik adalah orang yang bisa
menyesuaikan diri dalam pergaulan sehari-hari, dalam situasi dan kondisi apapun,
kapan pun dan dimanapun).

Tari Radap Rahayu tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan suku


Banjar yang hidup di Banjarmasin, sebuah kota di Kalimantan Selatan. Seperti
halnya suku bangsa lain, suku Banjar juga mempunyai kebudayaan yang khas
sebagai pengatur perilaku masyarakatnya. Sebagai pengatur perilaku, kebudayaan
Banjar merupakan salah satu kebudayaan Melayu yang berkembang di
Kalimantan Selatan. Sebagai kebudayaan Melayu, kekhasan kebudayaan Banjar
diperkaya dengan kebudyaan lain karena telah berakulturasi dengan kebudyaan
Bugis, kebudayaan Dayak, dan kebudayaan Jawa. Radap artinya bersama-sama
secara berkelompok atau bersama-sama. Rahayu adalah galuh wan bungas (putri
atau gadis yang cantik), sehingga Radap Rahayu adalah wanita atau galuh yang
cantik berkelompok atau bersama-sama. Radap Rahayu dimaknai sebagai bidadari
yang turun kebumi secara berkelompok, hendak menolong siapapun yang minta
pertolongan. Dibawakan oleh penari perempuan yang berjumlan ganjil, 1, 3, 5, 7
dan seterusnya. Disajikan dengan diselingi syair yang isinya mengundang
makhluk-makluh halus (bidadari), tepat nya pada gerak tepung tawar. Tarian ini
dihubungkan dengan legenda di zaman Kerajaan Negara Dipa. Diceritakan Patih
Lambung Mangkurat pulang dari lawatannya ke Kerajaan Majapahit
menggunakan kapal Prabu Yaksa. Akan tetapi, ketika sampai di muara mantuil
atau saat memasuki sungai barito kapal yang ditumpanginya tersebut oleng dan
hampir tenggelam. Di saat seperti itu, sang patih pun memuja “Bantam” yang
berarti meminta pertolongan pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diselamatkan.
Beberapa lama kemudian turunlah 7 bidadari di atas kapal, mereka mengadakan
upacara beradap-adap. Setelah itupun kapal kembali normal dan ketujuh bidadari
kembali ke kayangan.

Tari Radap Rahayu tumbuh dan berkembang dalam konteks fungsi ritual
pada upacara Tapung Tawar (batapung tawar). Masyarakat suku Banjar
melakukan aktivitas ritual ini dalam rangka tolak bala bagi diri seseorang. Dalam
upacara, mereka menampilkan tari Radap Rahayu yang berfungsi sebagai Tapung
Tawar atau tolak bala. Tari dan musik pada upacara ini merupakan kesatuan yang
bertujuan untuk memanggil roh-roh yang baik untuk melindungi orang yang
hendak ditapung tawari dari gangguan roh-roh jahat. Oleh karena keterikatan
dengan upacara Tapung Tawar, maka tari Radap Rahayu sering disebut tari
tapung tawar.

Dalam catatan sejarah, tari ini sudah ada sejak dulu kala, menurut cerita
diciptakan oleh seorang ningrat bernama Pangeran Hidayatullah. Dalam
perkembangannya tari ini sempat mati suri. Tari Radap rahayu kemudian digali
kembalai oleh tokoh masyarakat Banjar yang bernama Kiai amir Hasan Bondan
pada tahun 1928 (sjrfudin, 2005:274).
Tari Radap Rahayu adalah tari yang saat ini difungsikan sebagai hiburan
dalam perayaan siklus hidup masyarakat suku Banjar. Ini berarti bahwa, fungsi
tari Radap Rahayu telah mengalami perubahan dari fungsi ritual menjadi fungsi
baru, yaitu fungsi hiburan. Pandangan ini berdasar pada kenyataan bahwa saat ini
sudah jarang sajian Radap Rahayu dalam konteks ritual.

Tari Radap Rahayu merupakan tari klasik yang berakar dari tari Kerajaan
Banjar yang ada di Kalimantan Selatan, seperti tampak pada gerak tarbang, gerak
sembahan, gerak angin tutus. Gerak-gerak tersebut diolah, disusun, dan
dikembangkan berdasarkan konsep seperti pengembangan pada motif gerak,
pengembangan ruang gerak dan dinamika.

Tarian ini disajikan dengan iringin alat musik tradisional Panting, dan juga
alat musik lain seperti Terbang atau rebana, biola, seruling, gong dan babun. Para
penari menggunakan hiasan kepala (mahkota gunungan), kambang goyang,
kalung samban barangkap, anting-anting barumbai, gelang keroncong, bunga
bogam, dan catik sirih dengan menggunakan properti tari berupa cupu kecil
(bakor).
BAB II

A. Kesenian Tari Radap Rahayu

Tari Radap Rahayu adalah kesenian klasik dari Banjarmasin, Kalimantan


selatan. Tarian ini merupakan salah satu tarian untuk penyambutan tamu sebagai
tanda penghormatan. Nama Tari Radap Rahayu di ambil dari kata radap atau
beradap - adap yang berarti bersama sama atau berkelompok. Sedangkan rahayu
berarti kebahagiaan atau kemakmuran.

Tarian ini awalnya merupakan salah satu tarian yang bersifat ritual bagi
masyarakat Banjarmasin. Tarian ini merupakan tarian penolak bala untuk
meminta keselamatan dari segala mara bahaya. Tari Radap Rahayu awalnya
hanya di tampilkan dalam acara adat seperti perkawinan, kehamilan, kelahiran dan
juga acara kematian. Namun seiring dengan perkembangan tarian ini tidak hanya
untuk acara ritual saja, namun juga sebagai hiburan masyarakat.

Menurut sejarahnya, tarian ini berasal dari peritiwa pulangnya patih


lambung mangkurat dari kunjungannya ke kerajaan maja pahit. Ketika akan
memasuki sungai barito, kapal mereka pun kandas sehingga kapal mereka oleng
dan hampir terbalik. Dalam situasi itu membuat patih lambung mangkurat
memuja bantam atau meminta pertolongan pada Tuhan agar mereka di
selamatkan. Tidak lama setelah memuja bantam, turunlah tujuh bidadari ke atas
kapal kemudian mengadakan upacara beradap – adap. Setelah kapal
terselamatkan, bidadari pun kembali ke kayangan dengan gerakan yang sama
dengan gerakan terbang layang pada Tari Radap Rahayu.

Seperti halnya pada tarian keraton/kerajaan lainnya, ciri gerakan tari


Radap Rahayu adalah gerak-gerak tari kerajaan Banjar. Perwujudan gerak tarinya
sangat berkaitan dengan kegiatan atau peristiwa berdasar konteksnya. Vokabuler
gerak dibuat untuk memberikan aksen dari peristiwa adat yang khas dari suku
‘Banjar‘ atau Pesisir yang menyebut dirinya sebagai turunan orang Banjar asli.
Penghayatan tarian semacam ini tentunya terbatas pada wilayah adat yang
mendasarinya.

Berdasarkan wujudnya, apabila diamati bentuk-bentuk gerak tari Radap


Rahayu tidak berbeda jauh dengan bentuk gerak tarian Banjar pada umumnya.
Hanya gaya penyajian geraknya yang kental memberikan ciri khas etnis kerajaan
Banjar yang sesuai dengan irama hidup masyarakat Banjar. Kerajaan Banjar
secara holistik mendapat pengaruh dari kerajaan Mataram Jawa, Bugis, dan
Melayu, sehingga tarian masyarakat Banjar di setiap daerah terlihat akulturasinya
dari bentuk gerak dan irama Jawa dan Melayu .Dalam sejarah, tahun 1928 muncul
tari Radap Rahayu diciptakan oleh Pangeran Hidayatullah (Pangeran Hidayat),
seorang Bangsawan Banjar. Kemudian digubah lagi oleh Seniman Banjar yaitu
Kyai Amir Hasan Bondan, dan sampai sekarang masih dilestarikan oleh
masyarakat Banjar.

Kemiripan tatanan tari antara daerah satu dengan lainnya tidak terlepas
dari latar belakang sejarah keberadaannya. Tari secara keseluruhan ditandai oleh
ciri umum. Sikap dada yang tegap, langkah-langkah yang tenang terukur, gerak-
gerak lengan dengan variasi arah yang luas tetapi dengan posisi stabil pada siku,
gerak yang serba halus tertahan, gerak-gerak leher yang terolah dalam berbagai
variasi, penggunaan selendang untuk memperluas kemungkinan bentuk, serta
tarikan wajah yang tidak “dimainkan” tanda
dari tarian.

Adapun ragam gerak pada tari Radap


Rahayu, yaitu :

1. Tarbang layang

 Gerak kaki jinjit keduanya, lutut


ditekuk sedikit,berjalan cepat dengan langkah kecil-kecil, turun naik pada
hitungan 2, 4, 6, 8
 Tangan kiri memegang cupu setinggi antara dada dan perut.
 Gerak tangan dilimbaikan di atas cupu dan kesamping kanan badan
berulang-ulang selaras denganturunnaikgerakkaki.
 Gerak terbang layang ini berputar 4 kali putaran.
 Duduk perlahan-lahan dengan kedua lutut menempel lantai,ujung jari kaki
diekstensi, tumit
menyanggapantat.Dilakukan 4
hitungan.
 Letakkan cupu di lantai dengn 4
hitungan.

2. Limbai Kibas (melukiskan keindahan


seorang bidadari dengan gerakan)

 Dari posisi duduk langsung masuk Limbai Kibas sambil berdiri. perlahan.
 Limbai Kibas Kanan : Kedua tangan diayun ke atas kesamping badan
dimulai sisi kanan badan.
 Tangan kanan ayun tinggi lurus ke atas, tangan kiri setengah badan,
dilakukan 4 hitungan, hitungan ke 4 pergelangan tangan dipatahkan tapak
tangan menghadap ke atas , turun perlahan dengan 4 hitungan, dengan
diikuti kedua tangan turun, kaki membentuk posisi jumanang bentuk huruf
T kanan.
 Limbai Kibas Kiri : Sebaliknya
dari Limbai Kibas Kanan. Kaki
membentuk posisi jumanang
bentuk huruf T kiri.
 Limbai Kibas ini dilakukan 4 kali

3. Dandang Mangapak

 Kedua kaki jinjit menyangga tubuh, kedua tangan kanan dan kiri diangkat
dikepakkan di atas kepala dengan hitungan 4, badan serong ke kanan.
 Kedua tangan turun silang di depan badan sedikit ke bawah, posisi kaki
bergerak pindah ke arah serong kiri dengan 4 hitungan.
 Lakukan gerakan sebaliknya.
 Dilakukan sebanyak 4 kali. Tiap 2 kali dtutup dengan golak bahu seiiring
gerakan ayunan tangan ke depan telapak tangan ke depan. Penutup kedua
dengan volume kecil sambil turun ke posisi duduk.
4. Mendoa (Sesembahan/berdoa)

 Turun perlahan dengan posisi duduk lutut dan tumit depan menyangga
tubuh. Badan naik turun dengan posisi
sembah di bawah dagu (hitungan 2 X 4 )

5. Mambunga

 Perlahan-lahan tangan dibuka, tangan kiri


terbuka di atas cupu dan tangan kanan
turun naik mengikuti irama lagu. Badan sedikit condong ke depan.
 Setiap akhir lagu kedua tangan diputar di atas cupu seraya dikepakkan
kesamping belakang kanan kiri (kedua sisi badan)
 Dilakukan satu lagu.

6. Alang Manari

 Kedua kaki jinjit bergerak ke samping kanan – kiri.


 Kedua tapak tangan di depan badan, tapak tanga
menghadap ke luar dengan posisi miring ke kanan –
kiri sesuai dengan arah berjalan ke samping kanan –
kiri secara bergantian setiap 4 hitungan. Kemudian
kepakkan dan putar bergantianke kanan lalu ke kiri.
 Dilakukan selama irama seperti terbang layang.

7. Lontang Penuh

 Basik kaki jumanang ( T ) kanan.


 Tangan kiri di atas paha kiri, tangan kanan lurus
serong ke depan kiri turun naik diikuti ayunan
telapak tangan dengan 2 hitungan, ayun tangan
kanan limbai turun ke samping badan kanan bawah
pinggul 2 hitungan.
 Ganti kaki basik jumanang kiri, lakukan lontang penuh pada sisi
kebalikannya.

8. Lontang Setengah

 Basik kaki jumanang ( T ) kanan.


 Tangan kiri di atas paha kiri, tangan lurus ke depan
(hitungan 1), serong ke kiri (hitungan 2),ke depan
(hitungan 3), ke kanan (hitungan 4), ke depan
(hitungan 5), Hitungan 6, 7, 8 ayunan tangan kanan
limbai turun ke samping badan kanan bawah pinggul.
 Ganti kaki basik jumanang kiri, lakukan lontang setengah pada sisi
kebalikannya.

9. Tapung Tawar (persembahan


syukur atas tamu yang datang dan
terkabulnya suatu keinginan.
Sekaligus sebagai ritual penolak
bala)

 Berjalan ke arah 4 penjuru mata angin (Paksina, Masyrik, Daksina


,Magrib) setiap lagu diawali dari jalan ke depan.
 Dimulai melangkah kaki kanan hitungan 1 diikuti tangan kanan limbai di
atas cupu, hitungan 2 melangkahkan kaki kiri diikuti limbai ke samping
belakang badan.
 Melangkah kaki kanan hitungan 3 diikuti tangan kanan limbai di atas
cupu, hitungan 4 melangkahkan kaki kiri diikuti limbai ke samping
belakang badan, hitungan 5 limbai ke depan di atas cupu (posisi kaki
kanan masih di belakang) hitungan 6, 7 gerak pergelangan tangan ke
kanan – kiri, hitungan 8 ambil beras kuning langsung ditabur ke atas.
 Berikutnya diulang gerakan ini sampai empat penjuru.

Kemudian alat musik dan lagu pengiring pada tari Radap Rahayu, yaitu :

1. Alat Musik
 Rebab/Biola
 Babun
 Terbang kecil
 Terbang besar
 Terbang peninting
 Suling
 Gong
 Panting

2. Lagu Pengiring

 Ayakan Kencang / Peperanga


 Ayakan Radap
 Ayakan Tiga

Syair lagu tari Radap Rahayu

Dangar-dangar kami bahiau, Dangar-dangar kami manyaru,

Ikam turun dikukus manyan, Ikam turun di kukus dupa.

Dangar-dangar kami bahiau, Dangar-dangar kami manyaru,

Ikam turun jangan saurangan, Bawa-I kawan nang sarasi.

Kami mainjam tangan nang dinginan, Mamapai pusaka nang badatu,

Ikam turun jangan saurangan, Bawa-I kawan nang sarasi.

Tampurung dibawah batu, Ikam turun baranak bacucu,

Sampailah baminantu, Rukui rahayu didalam nagari,

Tari Radap Rahayu ditarikan oleh remaja putri, jumlah penari yang biasanya
terdiri dari tiga orang, namun kadang ditarikan lebih dari tiga. Dalam tari Radap
Rahayu para penarinya menggunakan baju Layang yaitu bagian bahu terbelah.
Dimana untuk Kostum tari Radap Rahayu merupakan kostum dari para remaja
putri kerajaan Banjar
Properti dalam tari Radap Rahayu yaitu sebuah cupu kecil (bokor : bahasa
Jawa) yang berisi bunga mawar merah dan putih yang nantinya ditaburkan sebagai
simbol menghilangkan hal-hal yang tidak baik dalam diri orang disekitarnya atau
yang melihat tari Radap Rahayu tersebut. Sajian tari Radap Rahayu diawali
sembahan dan diakhiri oleh sembahan.

Adapun kelengkapan busana tari radap rahayu, yaitu :

- Hiasan kepala (mahkota gunungan)

- Kambang goyang

- Kalung samban barangkap

- Anting-anting barumbai

- Gelang keroncong

- Bunga bogam / Karang jagung

- Catik sirih diantara kening

B. Nilai budaya dalam Tari Radap Rahayu

Nama tari radap rahayu ini diambil dari kata adap atau beradap-adap yang
berarti bersama-sama atau bisa juga berkelompok. Sedangkan rahayu berarti
kebahagiaan atau kemakmuran. Oleh karena itu tari ini bisa diartikan kelompok
masyarakat yang secara bersama-sama bisa menjaga kebahagiaan dan
kemakmuran kehidupan masyarakat tersebut. Tari radap rahayu dalam konteks
nilai sosial masyarakat banjar yaitu bagaimana masyarakat banjar menjalin
hubungan silaturahmi yang tinggi terhadap sesama manusia yang jelas
tersampaikan dalam pemaknaan dan fungsi pada tari radap rahayu sebagai
penyambutan tamu

Tarian ini mengandung nilai budaya legenda atau cerita rakyat terkandung
dalam tarian tradisi radap rahayu, tarian ini adalah tarian klasik yang
menggambarkan turunnya para bidadari kayangan ke dunia untuk memberikan
restu dan keselamatan, tarian ini juga dihubungkan dengan legenda di zaman
Kerajaan Negara Dipa.
C. Proses pembudayaan Tari Radap Rahayu

Tari Radap Rahayu. Kebudayaan suku Banjar dikenal sebagai kebudayaan


Melayu yang tumbuh dan berkembang di Kalimantan Selatan. Meski demikian,
budaya Banjar tetaplah unik karena diperkaya oleh kebudayaan Dayak, Bugis dan
Jawa. Dari corak budaya seperti itulah kemudian lahir ragam seni tradisi khas
Banjar, salah satunya adalah Radap Rahayu.

Tari Radap Rahayu adalah tarian klasik yang menggambarkan turunnya


para bidadari kayangan ke dunia untuk memberikan restu dan keselamatan.
Dibawakan oleh penari perempuan berjumlah ganjil, 1, 3, 5, 7 dan seterusnya.
Disajikan dengan diselingi syair yang isinya mengundang makhluk-makhluk halus
(bidadari), tepatnya pada gerak Tapung Tawar.

Tari Radap Rahayu semula merupakan tarian sakral yang erat kaitannya
dengan tradisi Tapung Tawar (batapung tawar), yakni ritual penolak bala. Seperti
umumnya kesenian tradisional di daerah lain, seiring perkembangan tarian ini pun
mengalami perubahan, termasuk fungsinya. Saat ini Tarian Radap Rahayu lebih
difungsikan sebagai tari penyambutan.
BAB III

Kesimpulan

Kalimantan selatan merupakan duatu daerah yang mempunyai beragam


suku yang hidup berdekatan dan menetap dengan kebudayaan kepercayaan
masing-masing, diantaranya adalah suku Banjar, Dayak Bukit, Dayak Ngaju,
Dayak Barito, Dayak Maanyan, dan Suku Bugis.

Suku Banjar juga disebut dengan sebutan urang banjar, masyarakat urang
Banjar dikenal dengan orang yang suka berdagang dan juga keislamannya. Suku
Banjar juga terbagi menjadi tiga kelompok. Sebagai berikut;

1. Pahuluan, merupakan urang Banjar melayu dan maratus. Maratus


sebagai ciri kelompoknya.
2. Batang banyu, merupakan kumpulan dari orang Melayu, Orang
Pahuluan, Dayak Maanyan, Dayak Talawangan. Dayak Maanyan
sebagai ciri kelompoknya.
3. Banjar Kualan, merupakan kumpulan dari Orang Kuin, Orang Batang
Banyu, Dayak Ngaju, dan sebagian dari orang melayu Banjarmasin.
Dayak Ngaju sebagai ciri kelompoknya.

Dalam suku Banjar juga terdapat empat nilai budaya. Sebagai berikut;

1. Hubungan manusian dengan Tuhan.


2. Hubungan manusia dengan manusia.
3. Hungan manusia dengan diri sendiri.
4. Hubungan mansia dengan alam.

Kalimantan Selatan memiliki banyak kesenian daerah, baik tari, musik,


syair, maupun drama atau teater. Diantara semua kesenian yang ada di Kalimantan
Selatan memiliki ciri-cirinya masing-masing sesuai dengan asal mula kesenian itu
diciptakan. Diantaranya kesenian tarsebut adalah tari Radap Rahayu yang tumbuh
dan berkembang di Suku Banjar yang hidup di Banjarmasin. Tari Radap Rahayu
mengalami perubahan dari segi fungsi, awalnya tari Radap Rahayu berfungsi
sebagai tarian ritual keselamatan dan penolak bala, yang ditarikan oleh perempuan
yang berjumlah ganjil 1,3,5,7 dan seterusnya. Dan tarian ini juga dihubungkan
dengan legenda di zaman kerajaan Dipa. Namun beriring dengan perkembangan
zaman tarian ini beralih fungsi sebagai hiburan masyarakat, untuk penyembutan
tanu terhormat.
Daftar Pustaka

Edlin Yanuar Nugraheni. 2010. Perubahan Bentuk Pertunjukan Tari Radap


Rahayu di Banjarmasin Kalimantan Selatan. Jurnal. Volume. 6, No. 3.
Institut Seni Indonesia Surakarta.

Ermina Istiqomah. Sudjatmiko Setyobudihono. 2014. Nilai Budaya Masyarakat


Banjar Kalimantan Selatan: Studi Indegenous. Jurnal Psikologi Teori dan
Terapan. Volume. 5, No. 1. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin.

Setia Budhi. 2015. Kebudayaan Melayu Banjar. Catatan Pengantar Diskusi


Musyawarah Budaya Banjar. Universitas Lambung Mangkurat.

Anda mungkin juga menyukai