Anda di halaman 1dari 11

MENJAGA WARISAN: PERJALANAN PELESTARIAN BUDAYA

MASYARAKAT POLOWIJEN
Rizky Andrianto
Universitas
Email

Abstrak:
Artikel ini membahas beberapa kondisi dan kesulitan yang dihadapi masyarakat
dalam melestarikan adat istiadat, karya seni, dan cita-cita yang menjadi fondasi budaya
daerah. Sudut pandang yang berbeda dari masyarakat Polowijen mengenai kearifan lokal
sebagai komponen penting dari identitas bersama mereka melalui observasi dan wawancara.
Artikel ini mencerminkan semangat masyarakat untuk menjaga keberlanjutan warisan
budaya mereka dengan memberikan rincian inisiatif lokal yang inovatif dan kreatif. Sejalan
dengan hal tersebut, temuan penelitian mengkaji bagaimana komunitas Polowijen beradaptasi
dengan tantangan modernisasi dan globalisasi serta menunjukkan efek menguntungkan dari
upaya pelestarian terhadap pemeliharaan identitas. Artikel ini menawarkan sebuah kajian
menyeluruh mengenai cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk berkontribusi
aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan keragaman budaya yang dianugerahkan
kepada mereka, serta memberikan gambaran mengenai proses pelestarian budaya di
Polowijen.

Kata Kunci : Pelestarian, Budaya, Masyarakat Polowijen

Abstract:
This article discusses some of the conditions and difficulties faced by the community
in preserving the customs, artworks, and ideals that are the foundation of regional culture.
The different perspectives of the Polowijen community regarding local wisdom as an
important component of their shared identity through observations and interviews.
The article reflects the community's passion for maintaining the sustainability of their
cultural heritage by providing details of innovative and creative local initiatives. In line with
this, the research findings examine how the Polowijen community adapts to the challenges of
modernization and globalization and demonstrate the beneficial effects of preservation
efforts on identity maintenance. This article will try to offer the ways in which local
communities actively contribute to maintaining and enhancing the cultural diversity
bestowed upon them, and provides an overview of the cultural preservation process in
Polowijen.

Key Words: Preservation, Culture, Polowijen Community


PENDAHULUAN

Keragaman suku, ras, budaya dan adat istiadat masyarakat Polowijen merupakan
cerminan nyata dari keragaman budaya Indonesia. Terdapat salah satu kelurahan, yakni,
Polowijen terletak di kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur. Pelestarian budaya
pada daerah ini bukan sekedar kewajiban masyarakat setempat, tetapi juga merupakan
kebutuhan mutlak karena warisan tak ternilai yang diwariskan secara turun-temurun. Tujuan
penulisan artikel ilmiah ini adalah upaya penulis untuk menjelaskan secara rinci tentang
perjalanan komunitas Polowijen dalam mengupayakan pelestarian budaya. Penulis akan
membahas tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat dalam upaya melindungi warisan
budaya mereka yang begitu rumit dan kaya, di era modernisasi dan globalisasi saat ini.
Selain mengidentifikasi hambatan, penelitian ini juga menggali kebutuhan mendesak
akan pelestarian budaya dalam menghadapi perubahan modernisasi yang terus menerus.
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya pelestarian budaya sebagai landasan
identitas kolektif masyarakat Polowijen dengan menawarkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang peran masyarakat dalam melindungi warisan budaya.
Artikel ini juga berusaha untuk menjelaskan solusi jangka panjang untuk masalah-
masalah yang terkait dengan pelestarian budaya di komunitas Polowijen. Selain itu, penulis
juga bertujuan untuk mengembangkan tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh seluruh
lapisan masyarakat setempat untuk menjaga keberlanjutan warisan budaya yang tak ternilai
harganya dengan memahami konteks lokal secara menyeluruh. Dengan adanya penulisan
artikel ini, diharapkan penulis menjadi bagian yang menguraikan peran dan tantangan, akan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemikiran dan praktik pelestarian budaya
masyarakat Polowijen.
Permasalahan
Masyarakat Polowijen menghadapi hambatan yang signifikan dalam menegakkan dan
menjaga warisan budaya mereka yang kaya. Hal ini berarti bahwa inti dari nilai-nilai dan
tradisi lokal telah dipengaruhi oleh modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial, sehingga
menimbulkan ancaman yang semakin besar terhadap warisan budaya mereka, aspek-aspek
khas dan unik dari budaya Polowijen berisiko menjadi rentan terhadap perubahan yang cepat
dalam lingkungan sosial dan ekonomi.
Dengan semua integrasi dan keterhubungannya, globalisasi mengubah nilai-nilai dan
gaya hidup, yang dapat menyebabkan orang kehilangan minat pada warisan budaya
tradisional mereka. Adopsi teknologi baru dan cara berpikir yang dibawa oleh modernisasi
dapat membuat metode tradisional menjadi kurang layak, tantangan tambahan muncul dari
perubahan sosial dan ekonomi yang cepat, seperti menyesuaikan diri dengan tuntutan dan
kebutuhan baru yang mungkin tidak sesuai dengan nilai budaya yang telah dianut oleh
moyang Polowijen.
Untuk melestarikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang telah diwariskan
secara turun-temurun, tindakan yang terarah dan solusi yang tepat dapat dikembangkan
dengan pemahaman yang menyeluruh tentang faktor-faktor yang menyebabkan keberlanjutan
warisan budaya menurun.

Urgensi
Urgensi Masalah: Dalam masyarakat Polowijen, pelestarian budaya merupakan
masalah mendesak yang menyentuh isu keberlanjutan sosial dan identitas masyarakat selain
keberlanjutan warisan budaya. Warisan budaya merupakan komponen penting yang
membentuk identitas individu dan kelompok dalam masyarakat Polowijen, tidak hanya
sekedar kumpulan adat istiadat dan nilai-nilai, tetapi juga pemahaman yang mendalam
tentang adat istiadat, nilai-nilai, dan sejarah yang telah diwariskan.
Mengabaikan pelestarian budaya membuat masyarakat Polowijen berisiko kehilangan
warisan budayanya, identitas yang terkait erat dengan adat dan nilai budaya dapat menjadi
kabur dan mengalami disorientasi identitas, yang berdampak pada keberlanjutan sosial
masyarakat secara keseluruhan, selain sebagai masalah internal di tingkat individu. Rasa
solidaritas masyarakat dapat berkurang, ikatan sosial dapat melemah, dan konflik internal
dapat terjadi karena hilangnya pemahaman bersama tentang sejarah dan nilai-nilai inti.
Dalam konteks ini, pentingnya pelestarian budaya semakin dipertegas dengan fakta
bahwa partisipasi aktif masyarakat Polowijen dalam melestarikan dan memahami warisan
budaya mereka tidak hanya menjamin kelestarian adat istiadat tetapi juga memperkuat
identitas dan keberlanjutan sosial masyarakat. Kenyataannya, masyarakat Polowijen selalu
merevitalisasi kebudayaannya dan juga memiliki situs edukasi dengan nama KBP atau yang
biasa dikenal Kampung Budaya Polowijen (KBP).

Prospek Solusi:
Untuk mengatasi masalah pelestarian budaya di komunitas Polowijen, diperlukan
strategi yang komprehensif, intensif, dan berjangka panjang. Masyarakat, pemerintah, dan
pihak-pihak terkait lainnya harus berpartisipasi aktif dalam upaya perlindungan dan
pelestarian (Akhyar & Ubaydillah, 2018)
https://urj.uin-malang.ac.id/index.php/lorong/article/view/228 . Salah satu cara yang paling
penting untuk menjamin pemahaman yang menyeluruh tentang nilai-nilai budaya dan
kelangsungan hidup adat istiadat daerah adalah melalui pendidikan budaya.
Program-program yang bertujuan untuk merevitalisasi tradisi lokal juga sangat
penting dalam upaya pelestarian budaya. Generasi muda dapat berpartisipasi aktif dalam
melestarikan warisan budaya ketika masyarakat terlibat langsung dalam pemeliharaan dan
kebangkitan praktik-praktik tradisional. Selain itu, melestarikan artefak dan bangunan
bersejarah merupakan langkah praktis untuk melestarikan jejak budaya yang menawarkan
gambaran sekilas tentang masa lalu dan kegiatan sehari-hari masyarakat Polowijen.
Kolaborasi antara masyarakat setempat, lembaga pendidikan, dan pemerintah sangat
penting dalam situasi ini. Alternatif strategi yang dapat diambil antara lain dengan menyusun
program-program pelatihan, membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung, serta
memberikan penghargaan bagi pelestarian budaya (Kebudayaan, 2014).
https://repositori.kemdikbud.go.id/24861/ Tujuan keseluruhan dari solusi ini adalah untuk
menciptakan fondasi yang kokoh untuk pelestarian budaya jangka panjang masyarakat
Polowijen melalui upaya-upaya kolaboratif yang melibatkan semua pemangku kepentingan.
Pelestarian budaya Polowijen wajib dan harus diupayakan karena banyak tantangan
dan rintangan kedepannya. Kerja sama yang kuat dan tekad serta dibutuhkan kesadaran antar
masyarakat, harus bersatu. Kebudayaan Polowijen harus sepenuhnya terjaga, hingga
kehidupan anak cucu moyang nantinya.
Tujuan Penelitian:
Tujuan diadakannya penelitian ini yaitu untuk menyelidiki secara mendalam variabel-
variabel yang mempengaruhi kemampuan masyarakat Polowijen dalam melestarikan
budayanya. Pertama dan terutama, penelitian ini akan menunjukkan dan memeriksa berbagai
elemen yang sangat penting dalam membentuk inisiatif pelestarian budaya dalam
menghadapi modernisasi, globalisasi, dan transformasi sosial di lingkungan Polowijen.
Penelitian ini juga bermaksud untuk melihat pentingnya pelestarian budaya dalam
kaitannya dengan identitas dan keberlanjutan sosial masyarakat Polowijen. Penelitian ini
akan mengkaji urgensi ini dengan melihat bagaimana pelestarian budaya mempengaruhi
pengembangan dan pemeliharaan identitas individu dan kelompok. Pemahaman yang
menyeluruh tentang urgensi ini akan menjadi dasar rekomendasi untuk solusi yang
komprehensif dan tahan lama.
Menemukan solusi praktis untuk melestarikan dan merawat warisan budaya
masyarakat Polowijen adalah tahap terakhir dari proses penelitian. Dengan melibatkan
masyarakat, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya secara aktif, penelitian ini akan
menghasilkan rekomendasi solusi yang dapat diterapkan dan fleksibel untuk inisiatif
pelestarian budaya. Diharapkan solusi-solusi ini akan menghilangkan hambatan-hambatan
pelestarian budaya dan memberikan dampak positif bagi identitas dan keberlanjutan sosial
masyarakat Polowijen.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Sebelumnya
Untuk mencapai branding budaya Kampung Budaya Polowijen dan meningkatkan
daya tarik wisatawan, penelitian Hidajat (2021)
https://journal.ilininstitute.com/index.php/caradde/article/view/709 menawarkan pelatihan
koreografi wisata sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat (PkM) untuk membuat
Kampung Budaya Polowijen lebih menarik bagi wisatawan, PkM ini menyoroti fitur-fitur
tertentu dari kampung tersebut.
Ada beberapa variasi antara penelitian ini dan penelitian (Hidajat, 2021)
https://journal.ilininstitute.com/index.php/caradde/article/view/709 :
1. Melalui wawancara dengan penduduk setempat, penelitian ini meneliti bagaimana
budaya luar mempengaruhi budaya Kampung Budaya Polowijen.
2. Informasi untuk penelitian ini berasal dari sudut pandang penduduk setempat tentang
bagaimana kedatangan budaya asing mempengaruhi cara hidup mereka.
3. Pendapat penduduk lokal tentang bagaimana bereaksi terhadap budaya asing yang
masuk menjadi dasar dari data yang digunakan dalam penelitian ini.

B. Teori dasar

1. Budaya
Kompleksitas dan sifat dinamis dari budaya, ada banyak ketidaksepakatan mengenai
apa yang sebenarnya merupakan budaya. Beberapa pihak menyatakan bahwa budaya dapat
dipahami sebagai komponen dari perkembangan manusia, baik dari perspektif perkembangan
setiap orang maupun sebagai suatu kesatuan kolektif. Hal ini menunjukkan bahwa istilah
"budaya" itu sendiri menggambarkan pengejaran kesempurnaan oleh manusia. "Budaya"
telah digunakan secara luas bahkan sejak tahun 1970-an dalam berbagai konteks, termasuk
manajemen bisnis. Pengetahuan budaya yang berfokus pada apa yang diperbolehkan maupun
larangan yang dilakukan secara sengaja disebarluaskan untuk meningkatkan pendapatan
(Rings & Rasinger, 2020).
https://dokumen.pub/the-cambridge-handbook-of-intercultural-communication-
9781108555067-9781108429696-2019039296-2019039297-9781108453103.html
2. Kearifan Lokal
Kearifan Lokal yaitu salah satu pengetahuan yang berasal dari masyarakat yang hidup
berdampingan dengan alam. Kearifan lokal memiliki kaitan budaya yang diperoleh dan
disebarkan oleh individu-individu sepanjang hidupnya. Kearifan ini dapat bersifat konkret
maupun abstrak, tetapi satu hal yang pasti, kearifan ini berasal dari pengalaman dan realitas
kehidupan. Kearifan berbasis pengalaman menyatukan alam fisik, spiritual, dan lingkungan.
Penghormatan terhadap leluhur dan pengalaman hidup mereka juga ditekankan. Kearifan
lokal diartikan sebagai nilai luhur yang ditetapkan dalam sistem kehidupan masyarakat untuk,
antara lain, melindungi dan mengelola lingkungan hidup. Hal tersebut telah sesuai dan
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
https://peraturan.bpk.go.id/Details/38771/uu-no-32-tahun-2009

3. Globalisasi
Kata global dalam bahasa Inggris, yang berarti mendunia atau universal, adalah asal
kata globalisasi. Dengan kata lain, globalisasi dapat dipahami sebagai proses penyebaran
unsur-unsur baru dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan, informasi,
kesehatan, dan teknologi. Istilah "universalisasi" berasal dari kata "global" menjadi
"globalisasi".
Globalisasi bukanlah fenomena yang terjadi secara acak. Ada banyak faktor yang
berkontribusi terhadap globalisasi, tetapi secara umum, kemajuan di bidang ekonomi, politik,
sosial, dan teknologi telah menjadi kekuatan yang signifikan di belakangnya. Ekonomi, yang
mencakup pertumbuhan sektor keuangan dan penurunan hambatan perdagangan dan
investasi, tidak diragukan lagi merupakan kontributor paling signifikan terhadap globalisasi.
METODE

Jenis Penelitian:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengevaluasi data.
Pendekatan ini dipilih untuk memahami pengalaman dan persepsi narasumber terkait
pelestarian budaya lokal di masyarakat Polowijen. Dalam penelitian kualitatif, informasi
tidak diperoleh melalui prosedur statistik, tetapi melalui analisis mendalam wawancara
berdasarkan perspektif orang yang diwawancarai.

Teknik Pengumpulan Data:


Data dikumpulkan melalui wawancara dengan pertanyaan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Proses wawancara direkam melalui rekaman suara dan video untuk analisis
mendalam. Selain wawancara, penelitian ini juga menggunakan teknik observasi langsung
untuk mengamati fenomena di tempat yang diteliti, terutama dalam hal pernyataan salah satu
tokoh pendiri Kampung Budaya Polowijen.

Data dan Sumber Data:


Data diperoleh dari wawancara dengan penduduk lokal Kampung Budaya Polowijen,
terutama melibatkan Pak Mugik, salah satu tokoh pendiri yang berkontribusi dalam program
edukasi tarian tradisional di KBP. Data tambahan diperoleh dari wawancara dengan tokoh
lain seperti Bu Kiki, Pak Sugianto, dan Bu Siti sebagai perwakilan masyarakat lokal
Polowijen.

Lokasi Penelitian:
Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Polowijen (KBP), Kelurahan Polowijen,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang. KBP didirikan pada tahun 2015 sebagai inisiatif edukasi
budaya lokal dan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk universitas, dalam
upaya pelestarian budaya. Lokasi ini dipilih karena KBP dianggap memiliki peran aktif
dalam melestarikan dan mengedukasi tentang budaya lokal Polowijen, menjadikannya studi
kasus yang relevan untuk penelitian ini.
PEMBAHASAN

4.1. Budaya di Polowijen


Budaya di Polowijen mencakup tradisi lokal yang telah diwariskan dari generasi
sebelumnya. Fokus utama terdapat pada Kampung Budaya Polowijen, di mana tarian topeng,
pembuatan topeng, dan seni batik menjadi warisan utama. Sentra industri kreatif, seperti seni
pahat, wayang, kerajinan topeng, dan gerabah, telah meningkatkan ekonomi kreatif di
kampung ini. Ada pula dua situs kuno, Sumur Windu dan Makam Mbah Remi, yang menjadi
bagian integral dari warisan budaya. Tarian Tari Topeng Malangan, pembuatan topeng, dan
pasar minggu legi menjadi aktivitas rutin di KBP.

4.2. Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Budaya di Polowijen


Masyarakat Polowijen menunjukkan sikap positif terhadap pelestarian budaya lokal.
Wawancara dengan penduduk, seperti Pak Mugik, Bu Kiki, Pak Sugianto, dan Bu Siti,
mengungkapkan kesadaran akan pentingnya melestarikan tradisi, seni, dan budaya. Meskipun
ada dampak globalisasi, masyarakat setempat tetap berupaya mempertahankan identitas
kultural mereka. KBP diakui sebagai agen penting dalam melestarikan dan memajukan
budaya lokal. Dengan memadukan budaya asing sebagai masukan, masyarakat Polowijen
berharap untuk menjaga keberlanjutan budaya mereka.

4.3. Dampak Globalisasi Terhadap Budaya di Polowijen


Globalisasi memberikan dampak ganda di Polowijen. Di satu sisi, terdapat ancaman
terhadap pelestarian budaya lokal karena tergerusnya nilai-nilai tradisional. Namun,
masyarakat berusaha merevitalisasi budaya dengan transformasi dan kreativitas agar tetap
relevan. Upaya pelestarian dan pengenalan budaya daerah melalui pentas seni dan festival
telah dilakukan. Globalisasi juga membawa dampak positif dengan meningkatnya popularitas
KBP sebagai destinasi wisata. Pemanfaatan teknologi digital dalam promosi turut
memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal.
PENUTUP

Simpulan:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian budaya lokal sangat terkait dengan
pandangan masyarakat terhadap budaya tersebut. Kemauan masyarakat untuk
mengembangkan dan melestarikan budaya lokal menjadi kunci keberhasilan dari pelestarian.
Globalisasi hanya akan berdampak negatif jika masyarakat menganggap budaya asing lebih
superior. Budaya asing diterima ketika dianggap sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup
mereka.

Saran:
Masyarakat perlu menunjukkan empati dan apresiasi yang lebih mendalam terhadap
budaya lokal, bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan tindakan nyata. KBP sebagai
sarana edukasi hanya efektif jika didukung oleh kemauan masyarakat untuk melestarikan
budaya lokal. Kesadaran masyarakat lokal terhadap pelestarian budaya menjadi faktor kunci,
dan KBP hanya menjadi fasilitator. Kesadaran yang kuat dan kemauan tinggi dari masyarakat
lokal akan memudahkan dan meningkatkan efektivitas proses pelestarian budaya.
REFERENSI
Akhyar, M., & Ubaydillah, M. (2018). Kampung Budaya Polowijen: Upaya Pelestarian
Budaya Lokal Malang melalui Konsep Konservasi Nilai dan Warisan Budaya Berbasis Civil
Society. LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya, 7(1).
https://doi.org/10.1234/lorong.v7i1.228
.

Hidajat, R., Pujiyanto, P., Hartono, H., Hasyimy, M. ’Afaf, & Wulandari, S. (2021). Pelatihan
Koreografi Bagi Warga Kampung Budaya Palawijen untuk Meningkatkan Daya Tarik
Wisata. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(3).
https://doi.org/10.31960/caradde.v3i3.709

Indonesia. Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran RI Nomor 5059. Pemerintah Pusat. Jakarta.

Kebudayaan, K. (2014). Profil Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2004.

Rings, G., & Rasinger, S. (Eds.). (2020). The Cambridge Handbook of Intercultural
Communication (1st ed.). Cambridge University Press.
https://doi.org/10.1017/9781108555067

Anda mungkin juga menyukai