Anda di halaman 1dari 205

TUGAS AKHIR – RI 141501

DESAIN INTERIOR PENDIDIKAN NON-FORMAL ENGLISH


COURSE TBI JL. DARMOKALI SURABAYA DENGAN
PENERAPAN KONSEP “FLUID MOVEMENT FOR BETTER
LEARNING” YANG BER-LANGGAM COLORFUL MODERN

ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI


08411440000022

Dosen Pembimbing
Thomas Ari Kristianto. S.Sn.MT

Departemen Desain Interior


Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018

1
TUGAS AKHIR – RI 141501

DESAIN INTERIOR PENDIDIKAN NON-FORMAL ENGLISH


COURSE TBI JL. DARMOKALI SURABAYA DENGAN
PENERAPAN KONSEP “FLUID MOVEMENT FOR BETTER
LEARNING” YANG BER-LANGGAM COLORFUL MODERN

ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI


08411440000022

Dosen Pembimbing
Thomas Ari Kristianto. S.Sn.MT

Departemen Desain Interior


Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018
2
FINAL PROJECT – RI 141501

INTERIOR DESIGN NON-FORMAL EDUCATION ENGLISH


COURSE TBI JL. DARMOKALI SURABAYA WITH THE
IMPLEMENTATION OF “FLUID MOVEMENT FOR BETTER
LEARNING” CONCEPT WITH COLORFUL MODERN STYLE

ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI


08411440000022

Supervisor Lecturer
Thomas Ari Kristianto S.Sn.MT

Departemen Desain Interior


Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2018
3
4
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DESAIN INTERIOR PENDIDIKAN NON-FORMAL ENGLISH COURSE


TBI JL. DARMOKALI SURABAYA DENGAN PENERAPAN KONSEP
“FLUID MOVEMENT FOR BETTER LEARNING” YANG BER-
LANGGAM COLORFUL MODERN

Nama : Adani Widyaputri Priyandanti


Nrp. : 081411440000022
Departemen : Desain Interior
Dosen Pembimbing : Thomas Ari Kristianto,S.Sn. MT

Abstrak

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari proses kehidupan
setiap orang. Ada berbagai cara seseorang memperoleh pendidikan, kursus
misalnya menjadi alternatif yang banyak diminati. Salah satunya adalah kursus
bahasa Inggris. Tujuan perancangan adalah merancang interior tempat kursus
TBI. Metode yang dilakukan adalah metode kualitatif yaitu pengumpulan data
berdasarkan studi lapangan dan literature. Analisis dilakukan berdasarkan
berbagai studi literature, survey lapangan dan wawancara. Hasil yang dicapai
adalah konsep perancangan tempat kursus bahasa inggris TBI dengan menerapkan
system fluid movement serta langgam modern untuk pembelajaran yang lebih
efektif. Simpulan yang didapat dari perancangan ini adalah desain dengan konsep
fluid movement akan meningkatkan performa murid dalam pembelajaran.

Kata kunci : fluid movement, English course, efektif, modern

iii
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DESAIN INTERIOR PENDIDIKAN NON-FORMAL ENGLISH COURSE


TBI JL DARMOKALI SURABAYA DENGAN PENERAPAN KONSEP
“FLUID MOVEMENT FOR BETTER LEARNING” YANG BER-
LANGGAM COLORFUL MODERN

Nama : Adani Widyaputri Priyandanti


Nrp. : 081411440000022
Departemen : Desain Interior
Dosen Pembimbing : Thomas Ari Kristianto,S.Sn. MT

Abstract

Education is an indispensable part of everyone's life process. There are various


ways a person produces education, the course becomes an attractive alternative.
One of them is English. The designing objective is interior interior of the TBI
course. The method used is qualitative method that is data data and data. The
analysis was conducted based on various study literature, field survey and. The
result is the design concept of TBI English course by applying fluid movement
system and modern style for more effective learning. The conclusions obtained
from this design is the design with the concept of fluid movement will improve
student performance in learning.

Keywords: fluid movement, english, effective, modern

iv
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya Laporan Tugas Akhir Desain Interior Pendidikan Non-Formal
English Course TBI dengan penerapan konsep “Fluid movement for better
learning” yang ber-langgam Colorful Modern dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya. Penyusunan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir (RI 141501) di Departemen Desain
Interior, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya.

Selesainya laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari banyak pihak yang telah membantu,
mendukung, dan membimbing keberlangsungan penyusunan laporan ini. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah Subhanahu wa ta’ala, karena atas berkah, dan rahmat -Nya saya
dapat menyelesaikan masa studi saya yang diakhiri dengan Tugas Akhir
ini dengan baik

2. Orang Tua saya, Mama dan Papa saya yang selalu mendoakan,dan
mensupport saya, sehingga saya dapat menyelesaikan masa studi saya di
desain interior

3. Kakak dan Adik Saya, Mas Widi dan Anindya yang selalu mendukung,
membantu, dan menginspirasi saya dalam menyelesaikan tugas-tugas
selama masa studi saya di interior

4. TBI Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan


kegiatan riset;

5. Dr. Mahendra Wardhana, S.T., M.T. selaku Ketua Departemen Desain


Interior, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya;

6. Anggra Ayu Rucitra, ST. MMT; selaku dosen koordinator Mata Kuliah
v
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Tugas Akhir (RI 141501);

7. Thomas Ari Kristianto, S.Sn. MT. selaku dosen pembimbing Mata


Kuliah Tugas Akhir (RI 141501);

8. Teman-teman 24/7 saya Anindita, Syifani, Rizka, Dite, Velisa dan


Hamasah yang telah membuat hidup perantauan ini terasa mudah dan
indah.

9. Teman-teman angkatan 2014 teman seperjuangan yang telah merasakan


naik dan turun bersama.

10. Teman-teman sehidup semati saya BEB yang berada jauh di Jakarta
yang selalu menghibur dan membuat hidup saya lebih berwarna.

11. Dan semua pihak lainnya, yang telah membantu saya yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu. Akhir kata semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak khususnya untuk dunia pendidikan
desain interior.

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang disengaja maupun tidak dan
mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Terima kasih dan
semoga laporan kerja profesi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.

Surabaya, 08 Desember 2017

Adani Widyaputri Pd.

vi
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

vii
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. ii
ABSTRAK ....................................................................................................................... iii
ABSTRACT....................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
DAFT AR ISI .................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN...........................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xvi

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 4
TUJUAN DESAIN .............................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
KAJIAN PUSTAKA, EKSISTING, PEMBANDING ................................................... 5
2.1 KAJIAN PENDIDIKAN NON-FORMAL ......................................................................... 5
2.1.1 Deskripsi Pendidikan Non-Formal .................................................................... 5
2.1.2 Tujuan Pendidikan Non formal .......................................................................... 5
2.1.3 Jenis Pendidikan Non-Formal ........................................................................... 6
2.2 KAJIAN TEMPAT KURSUS BAHASA INGGRIS ............................................................. 7
2.2.1 Standar Sarana dan Prasarana ......................................................................... 8
2.2.2 Standar Pengelolaan PNF Program Kursus Bahasa Inggris ............................ 8
2.3 KAJIAN TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN............................................................... 9
2.3.1 Pengertian Media ............................................................................................... 9
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran ...................................................... 10
2.3.3 Macam-Macam Media Pembelajaran ............................................................. 10
2.4 KAJIAN FLUID MOVEMENT ..................................................................................... 11
2.4.1 Pengertian Fleksibilitas ................................................................................... 11
2.4.2 Sifat Fleksibilitas Ruang .................................................................................. 13
2.4.3 Kajian tentang Psikologi Bentuk...................................................................... 16
2.5 KAJIAN TENTANG ANTROPOMETRI ......................................................................... 19
2.6 KAJIAN TEMA COLORFUL (WARNA) ................................................................... 25
2.6.1 Manusia dan Warna ......................................................................................... 25
2.6.2 Definisi Warna ................................................................................................. 26
2.6.3 Piramida Pengalaman Warna ......................................................................... 26
2.6.4 Teori Relativitas Kebahasaan dan Istilah Dasar Warna ................................. 30
2.6.5 Teori Dasar Pigmen Warna ............................................................................. 31
2.6.6 Warna dan Pengaruhnya ................................................................................. 34

viii
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2.6.7 Psikologi Warna pada Lingkungan Pendidikan .............................................. 38


2.7 KARAKTERISTIK DAN CIRI KHAS PESERTA DIDIK BERDASARKAN USIA ............. 39
2.7.1 Karakteristik Anak Usia 5-11 Tahun ............................................................... 39
2.7.2 Karakteristik Remaja ....................................................................................... 40
2.8 KONSEP MOTIVASI BELAJAR .................................................................................. 43
2.9 Definisi Colorful................................................................................................. 45
2.10 KAJIAN TEMA MODERN ........................................................................................ 46
2.11 KAJIAN ENGLISH COURSE TBI SURABAYA ........................................................... 48
2.11.1 Corporate Image ............................................................................................ 49
2.11.2 Analisa Eksisting ............................................................................................ 53
2.11.3 Analisa Perpindahan Eksisting ...................................................................... 58
2.12 KAJIAN PEMBANDING ........................................................................................... 60
BAB III ............................................................................................................................. 65
METODE DESAIN ......................................................................................................... 65
3.1 BAGAN PROSES DESAIN .......................................................................................... 65
3.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................................................................ 67
3.3 ANALISA DATA ....................................................................................................... 68
3.4 TAHAPAN DESAIN ................................................................................................... 70
BAB IV ............................................................................................................................. 71
ANALISA DATA ............................................................................................................ 71
4.1 STUDI PENGGUNA.................................................................................................... 71
4.2 STUDI RUANG .......................................................................................................... 72
4.3 HUBUNGAN RUANG ................................................................................................. 72
4.4 ANALISA RISET........................................................................................................ 73
4.5 KONSEP DESAIN ...................................................................................................... 77
4.6 APLIKASI KONSEP DESAIN ...................................................................................... 80
4.7 KONFIGURASI TATA RUANG .................................................................................. 86
BAB V............................................................................................................................... 89
5.1 ALTERNATIF LAYOUT ............................................................................................. 89
5.1.1 Alternatif layout 1 ............................................................................................ 89
5.1.2 Alternatif layout 2 ............................................................................................ 90
5.1.3 Alternatif layout 3 ............................................................................................ 92
5.1.4 Pemilihan Alternatif Layout ............................................................................. 93
5.2 PENGEMBANGAN ALTERNATIF LAYOUT TERPILIH ................................................. 94
5.3 PENGEMBANGAN DESAIN RUANG TERPILIH 1 – RUANG KELAS GLOBAL ENGLISH &
YOUNG LEARNERS ........................................................................................................ 96
5.3.1 Layout Furnitur Kelas Young Learners ........................................................... 96
5.3.2 Gambar 3D dan deskripsinya .......................................................................... 97
5.3.3 Elemen Furnitur dan Estetis ............................................................................ 99
5.4 PENGEMBANGAN DESAIN RUANG TERPILIH 2 – RUANG LOBBY .......................... 100
5.4.1 Layout Furnitur .............................................................................................. 100
5.4.2 Gambar 3D dan Deskripsinya ....................................................................... 101
5.4.3 Elemen Furnitur dan Estetis .......................................................................... 102
5.5 PENGEMBANGAN DESAIN RUANG TERPILIH 3 – STUDY CENTRE & LIBRARY ......... 103
5.5.1 Layout Furnitur .............................................................................................. 103
5.5.2 Gambar 3D dan Deskripsinya ....................................................................... 104

ix
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

5.5.3 Elemen Furnitur dan Estetis .......................................................................... 105


BAB VI .......................................................................................................................... 108
PENUTUP ...................................................................................................................... 108
6.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 108
6.2 SARAN ................................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 110

x
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DAFTAR GAMBAR
2.1 Dimensi tubuh untuk perancangan dengan antropometri................ 17

2.2 Antropometri Ukuran Kursi …........................................................ 17

2.3 Pengukuran jarak standar papan tulis……………………............ 18

2.4 Analisis perhitungan jarak pandang mata dengan proyektor……. 19

2.5 Antropometri ukuran meja kerja orang dewasa …..….................... 19

2.6 Antropometri ukuran jangkauan rak buku....................................... 20

2.7 Antropometri Resepsionis............................................................ 21

2.8 Lingkaran Warna Brewster........................................................... 22


2.9 Suasana Interior dengan konsep Colorfu…………………………... 48
2.10 Ruangan Tema Modern.............................................................. 49
2.11 Furniture Tema Modern............................................................ 49

2.12 TBI Surabaya ………….............................................................. 50

2.13Lokasi TBI Surabaya................................................................... 51

2.14 Logo TBI dan Keterangan Warma............................................... 51

2.15 Sejarah TBI................................................................................. 52

2.16 Struktur Organisasi TBI.............................................................. 54

2.17 Denah Lantai 1 & Potongan........................................................ 55

2.18 Denah Lantai 2 & Potongan …..…............................................. 59

2.19 Lokasi Pemindahan Eksisting ………….................................... 60

2.20 Siteplan TBI………………...………………………................ 61

2.21 Logo Wallstreet……………………………………….............. 62

2.22 Logo EF……………………………………………….............. 65

4.1 Studi kebutuhan beberapa ruang di TBI…………………............ 74

4.2 Matriks Hubungan Ruang………………….………………….... 75

xi
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

4.3 Bubble Diagram pada beberapa ruangan TBI………………….... 75

4.4 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 76

4.5 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 77

4.6 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 77

4.7 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 77

4.8 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 78

4.9 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 78

4.10 Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 78

4.11Charts Kuisioner Interior TBI………………………………….... 79

4.12 Kelas yang Colorful………..………………………………….... 83

4.13 Tree Method……………….………………………………….... 84

4.14 Contoh Plafon…………….………………………………….... 85

4.15 Konsep Dinding…………..………………………………….... 86

4.16 Konsep Lantai…………… ………………………………….... 86

4.17 Konsep Furniture………… ………………………………….... 87

4.18 Penerapan konsep elemen estetis…………………………….... 87

4.19 Palet warna….…………… ………………………………….... 88

4.20 Kelas yang colorful ………… ……………………………….... 89

4.21 Layout ruang kelas ………… ……………………………….... 89

4.22 Penerapan Lampu…………………………………………….... 90

5.1 Alternatif layout 1…………… ……………………………….... 91

5.3 Alternatif layout 2… ………… ……………………………….... 92

5.5 Alternatif layout 3……………………………..……………….... 93

xii
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

5.7 Weighted Method..…………… ……………………………….... 94

5.8 Layout Denah Furnitur Terpilih Lantai 1 & 2 …..…………….... 95

5.9 Denah Lantai Terpilih………………………………………….... 97

5.10 Layout Furniture Terpilih 1 (YL)…………………………….... 98

5.11 Layout Furniture Terpilih 1 (GE)…………..……..………….... 99

5.12 3D Kelas Young Learners…………………………………….... 99

5.13 3D Kelas Global English………………………………….….... 100

5.14 Furniture dan elemen estetis ruang terpilih 1…………..…….... 101

5.15 Layout Terpilih 2…………………………………………….... 102

5.16 3D Ruang terpilih 2…………………………………….…….... 103

5.17 Elemen Estetis dan furniture………………………………….... 104

5.18 Layout Furniture….………………………………………….... 105

5.19 3D Ruang terpilih 3…………..……………………………….... 106

5.20 Elemen estetis dan furniture……….…………………………....G

xiii
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DAFTAR TABEL

2.1. Daftar Ruang................................................................................. 32

2.2 Daftar Ruang Lantai 2..................................................................... 35

2.3 Foto dan deskripsi ruangan WSI Jakarta....................................... 37

2.4 Daftar Ruang EF........................................................................... 40

xiv
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DAFTAR BAGAN

3.1 Mind Mapping Metodologi Riset................................................... 41

3.2 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 42

xv
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Anggaran Biaya

Lampiran 2. Gambar 3D

Lampiran 3. Gambar Kerja

Lampiran 4. Foto Eksisting

Lampiran 5. Foto Maket

Lampiran 6. Foto Prototype

xvi
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, sangat memperhatikan dan
terus mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang salah satunya
dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan sebagai suatu upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil
dalam akselerasi pembangunan.
Dalam perkembangan era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat, kita
tidak hanya bersaing dipakai dalam melakukan komunikasi. Karena penggunaan
luasnya sebagai bahasa dengan para pesaing yang berasal dari dalam negeri saja tetapi
dari seluruh negara di dunia.
Bahasa Inggris sebagaimana diketahui merupakan Bahasa Internasional yang
saat ini semakin dibutuhkan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik di
setiap jenjang pendidikan tetapi juga untuk memasuki persaingan dunia kerja yang
membutuhkan keahlian dalam berbahasa asing terutama Bahasa Inggris. Dewasa ini
Bahasa Inggris merupakan keterampilan yang penting bagi semua orang muda. Bahasa
Inggris adalah kunci keterampilan bagi sumber daya manusia di seluruh dunia, karena
telah menjadi bahasa komunikasi internasioanal.
Kemampuan berbahasa Inggris di Indonesia meliputi kecakapan dalam
percakapan (conversation), tata bahasa (grammar), dan menulis (writting skill). Jadi
bahasa Inggris belum menjadi bahasa utama yang harus dipelajari. Bisa dilihat bahwa di
sekolah-sekolah umum bahasa Inggris tidak dijadikan bahasa pengantar resmi. Tetapi
saat ini perkembangan bahasa Inggris anak sekolah ( SD-perguruan tinggi) terutama
mereka yang bermukim di kota besar sudah jauh lebih baik. Banyaknya sekolah yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya dan tempat kursus yang
menjamur ikut membantu perkembangan kemampuan berbahasa Inggris.
Salah satu faktornya adalah persaingan dalam hal mencari pekerjaan dan
peluang menempuh pendidikan di luar negeri. Skor TOEFL misalnya menjadi syarat
jika ingin mendapatkan pekerjaan tertentu.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa profesional yang berkemampuan
berbahasa Inggris dengan baik bisa meraih pendapatan 30-50% lebih tinggi

1
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

dibandingkan mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris. Sekitar 42% CEO di Indonesia
mengatakan bahwa mereka kekurangan karyawan yang mampu berbahasa Inggris
dengan baik. Seiring dengan pesatnya perkembangan perekonomian Indonesia,
diperkirakan tahun 2030 Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja yang mahir
berbahasa Inggris. Hal ini jelas menunjukan bahwa Bahasa Inggris tak lagi sekadar bisa,
tak lagi sekadar komunikatif. Dibutuhkan metode pengajaran yang tepat dan
memudahkan. Untuk menjawab itu, banyak bermunculan lembaga pengajaran bahasa
Inggris swasta untuk memenuhi permintaan pasar. Karena banyaknya lembaga
pengajaran bahasa Inggris, hal ini membuat persaingan menjadi ketat antar perusahaan.
Perusahaan jasa merupakan suatu unit bisnis kegiatan ekonomi yang hasilnya bukan
berbentuk produk fisik atau konstruksi, dimana dalam kegiatannya selalu memberikan
suatu hal berbeda yang dianggap unik, hal ini ditunjukkan untuk memikat pelanggan
agar tertarik dengan kita. Yang dimaksud dengan pelanggan dalam penelitian ini adalah
peserta bimbingan kursus.
Lembaga pendidikan Bahasa Inggris saat ini sangat banyak kita jumpai di
berbagai kota besar di Indonesia lebih khususnya di kota Surabaya. Salah satunya
adalah lembaga pendidikan Bahasa Inggris di kota Surabaya yaitu TBI The British
Institute. Lembaga pendidikan bahasa inggris ini telah memiliki cabang di berbagai
daerah di Indonesia. Bisnis utama TBI Surabaya adalah menjadi penyedia pelatihan
bahasa Inggris dan terpercaya, meningkatkan kemampuan dan percaya diri para
pendidik. Selain itu juga memberikan penilaian-penilaian yang sesuai dengan standar
internasional. Tak seperti lembaga kursus pada umumnya, Bahasa Inggris yang
diajarkan di TBI menggunakan standar Inggris British, bukan Inggris Amerika. The
British Institute memiliki beberapa keunggulan mengikuti kursus Bahasa Inggris di TBI,
antara lain diajar oleh pengajar bersertifikasi di bidangnya, memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan berbahasa Inggris yang aplikatif, dapat ujian kapan saja
tergantung dari kesiapan dan kebutuhan, relevan bagi dunia kerja maupun akademik di
mana saja, serta didukung dengan bahan pengajaran dan pembelajaran dengan standar
internasional.
Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis lembaga pendidikan terutama
yang berorientasi khusus dalam pengajaran Bahasa Inggris membuat suasana perebutan
konsumen semakin sengit. TBI harus bersaing dengan beberapa lembaga lainnya,

2
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

seperti EF (English First), LIA dan Wall Street, apalagi konsumen yang menggunakan
jasa ini berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan, usia, dan pekerjaan. Hal
ini tentu saja menuntut para pemasar untuk selalu menginovasi strategi bisnisnya.
Melihat kemajuan lembaga kursus bahasa Inggris di Surabaya ini, muncul kompetitor
baru bagi TBI Surabaya. Banyak tempat kursus yang mempunyai konsep desain,
fasilitas dan kurikulum yang menarik. Maka dari itu, inovasi dan ide-ide baru sangat
diperlukan bagi TBI Surabaya agar dapat bersaing dengan kompetitor lainnya.
Fasilitas fisik atau bukti mengacu pada semua fisik, item nyata institusi membuat
tersedia untuk pelanggan mulai dari brosur untuk infra struktur. Bukti fisik sangat
penting karena sifat tidak berwujud layanan yang ditawarkan oleh institusi pendidikan.
Lingkungan di mana layanan diberikan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud
untuk berkomunikasi, melakukan dan menyampaikan kepuasan pelanggan untuk
pelanggan potensial, menurut Hendri Sukotjo Dan Sumanto Radix (2010). Kotler
(2008) menunjukkan bahwa bukti fisik akan memberikan kesan pertama tentang
lembaga pendidikan dan biasanya mereka melihat bangunan dan fasilitas. Selanjutnya
Gibss dan Knapp (2002) menambahkan bahwa kondisi lokasi fisik berkontribusi besar
terhadap citra lembaga. Sebagai contoh: teknologi yang digunakan, imterior kelas,
kebersihan kelas, perpustakaan, dll (Elisabeth Koes Soedijati & Sri Astuti
Pratminingsih, 2011)
Maka men-Desain interior tempat kursus sangat diperlukan untuk menjadi
keunggulan kompetitif dan menarik perhatian masyarakat demi memenuhi kebutuhan
aktivitas pengguna dan kenyamanan pengguna agar masyarakat senantiasa
mengutamakan memilih untuk belajar di TBI Surabaya.
Factor eksternal yang telah disebutkan diatas merupakan salah satu factor yang dapat
menunjang kualitas tempat kursus TBI. Maka dari itu menciptakan suasana belajar yang
efektif untuk meningkatkan performa belajar murid sangatlah penting. Dengan
terjaganya performa belajar murid tersebut maka akan membuahkan hasil berupa
prestasi-prestasi yang didapat oleh murid, yang secara langsung akan meningkatkan
akreditasi dari TBI Surabaya sendiri. Melihat permasalahan tersebut, penulis tertarik
memilih tempat kursus Bahasa Inggris TBI di Jl. Darmokali Surabaya karena terdapat
beberapa tantangan dalam mengubah interior desain kelas guna meningkatkan

3
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

efektifitas pembelajaran murid. Dengan konsep fluid movement yang berarti sirkulasi
dan bentuk layout ruangan yang fleksibel dan terstruktur.

Rumusan Masalah
Permasalahan yang ditemukan penulis pada TBI Surabaya yang diangkat dalam
perancangan interior adalah:
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya bahwa lingkungan belajar
pada murid sangat berpengaruh dalam efektifitas pembelajaran murid, sehingga dibutuhkan
sirkulasi dan bentuk layout ruangan yang fleksibel dan terstruktur. Dengan begitu tingkat
konsentrasi dan kenyamanan murid akan meningkat. Maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana menciptakan sebuah lingkungan tempat kursus yang dapat
meningkatkan performa belajar murid TBI Surabaya dengan pendekatan
fleksibilitas dan warna
2. Desain interior yang kurang mencerminkan corporate image dari TBI (visi dan
misi)
Tujuan Desain
Tujuan yang dirumuskan oleh penulis dalam perancangan desain interior TBI Surabaya
ini adalah:

1. Merancang interior ruangan yang dapat menunjang aktivitas-aktivitas murid.


Disesuaikan dengan faktor psikologis dan kebutuhan ruang sehingga aktivitas-
aktivitas dilakukan optimal dan penggunaan fasilitas dapat digunakan secara
efektif.
2. Merancang interior yang sesuai dengan standar dari TBI dan memperlihatkan
karakter dari tempat kursus bahasa inggris dengan penerapan colorful modern.

4
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, EKSISTING, PEMBANDING

2.1 Kajian Pendidikan Non-Formal


2.1.1 Deskripsi Pendidikan Non-Formal

Pendapat para pakar pendidikan non formal mengenai definisi pendidikan non
formal cukup bervariasi. Philip H.Coombs berpendapat bahwa pendidikan non formal
adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar system
formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang
dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai
tujuan-tujuan belajar. Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non formal adalah setiap
kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat
usia dan kebutuhan hidup, dengan jutuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan
negaranya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal
adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi,
pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat, dan negara.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Non formal

Ditinjau dari faktor tujuan belajar/pendidikan, pendidikan non formal


bertanggung jawab menggapai dan memenuhi tujuan-tujuan yang sangat luas jenis,
level, maupun cakupannya. Dalam kapasitas inilah muncul pendidikan non formal yang
bersifat multi purpose. Ada tujuan-tujuan pendidikan non formal yang terfokus pada
pemenuhan kebutuhan belajar tingkat dasar (basic education) semacam pendidikan
keaksaraan, pengetahuan alam, keterampilan vokasional, pengetahuan gizi dan

5
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

kesehatan, sikap sosial berkeluarga dan hidup bermasyarakat, pengetahuan umum dan
kewarganegaraan, serta citra diri dan nilai hidup.

2.1.3 Jenis Pendidikan Non-Formal


Jenis dan isi pendidikan non formal pada dasarnya bergantung pada kebutuhan
pendidikan.
1. Jenis pendidikan non formal berdasarkan fungsinya adalah:
a. Pendidikan Keaksaraan Jenis program pendidikan keaksaraan, ia
berhubungan dengan populasi sasaran yang belum dapat membaca-
menulis. Target pendidikannya dari program pendidikan keaksaraan ini
adalah terbebasnya populasi sasaran dari buta baca, buta tulis, buta
bahasa Indonesia, dab buta pengetahuan umum.
b. Pendidikan Vokasional Jenis program pendidikan vakasioanal
berhubungan dengan populasi sasaran yang mempunyai hambatan di
dalam pengetahuan dan keterampilannya guna kepentingan bekerja atau
mencari nafkah. Target pendidikannya dari program pendidikan
vakasional ini adalah terbabasnya populasi sasaran dari etidaktahuan atau
kekurang mampuannya didalam pekerjaan-pekerjaan yang sedang atau
akan dimasukinnya.
c. Pendidikan Kader Jenis program pendidikan kader berhubungan dengan
populasi sasaran yang sedang atau bakal memangku jabatan
kepemimpinan atau pengelola dari suatu bidang usaha di masyarakat,
baik bidang usaha bidang social-ekonomi maupun social-budaya. Jenis
pendidikan ini diharapkan hadir tokoh atau kader pemimpin dan
pengelola dari kelompok-kelompok usaha yang tersebar di masyarakat.
d. Pendidikan Umum dan Penyuluhan Jenis program pendidikan ini
berhubungan dengan berbagai variable populasi sasaran, target
pendidikannya terbatas pada pemahaman dan menjadi lebih sadar
terhadap sesuatu hal. Lingkup geraknya bisa sangat luas dari soal
keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan hukum dan lainnya.

6
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

e. Pendidikan Penyegaran Jiwa-raga Jenis program pendidikannya ini


berkaitan dengan pengisian waktu luang, pengembangan minat atau
bakat serta hobi.

2. Isi program pendidikan non formal yang berkaitan dengan peningkatan mutu
kehidupan seperti:
a. Pengembangan nilai-nilai etis, religi, estetis, social, dan budaya.
b. Pengembangan wawasan dan tata cara berfikir.
c. Peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan.
d. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan di dalam arti luas ( social,
ekonomi, politik, ilmu-ilmukealaman, bahasa, sejarah, dan sebagainya)
e. Apresiasi seni-budaya ( sastra, teater, lukis, tari, pahat dan lain
sebagainya)
Sedangkan isi program pendidikan non formal yang berhubungan dengan
keterampilan untuk meningkatkan pendapatan (income generating skill),
berhubungan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
dimaksudkan sebagai bekal bekerja, bekal mendapat pendapatan. Seperti
pertanian, perikanan, perkebunan dan lain sebagainya

2.2 Kajian Tempat Kursus Bahasa Inggris

Tempat kursus mengakomodasi kebutuhan untuk belajar bahasa Inggris sesuai


dengan tingkat kemampuan. Lembaga pendidikan bahasa Inggris mereka mempunyai
komitmen dan fokus terhadap skill berbahasa Inggris para pesertanya. Lalu lembaga
bimbingan belajar dengan komitmennya untuk meningkatkan nilai siswa.

keuntungan belajar bahasa inggris di tempat kursus


• Tutor yang siap sedia untuk membantu belajar.
• Fasilitas belajar yang memadai. Setiap tempat kursus biasanya
menyediakan ruang listening tersendiri untuk membantu siswa dalam
melatih kepekaan indera pendengarannya. Belum lagi materi-materi
pengajaran lain yang membantu menunjang fasilitas tersebut.

7
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

• Rekan les yang berasal dari berbagai latar belakang sehingga


memudahkan proses belajar. Dalam satu kelas kursus biasanya diisi
dengan lima atau lebih siswa. Penempatan kelas biasanya dilakukan
sesuai hasil tes masuk.
2.2.1 Standar Sarana dan Prasarana
1. Prasarana Pendidikan
a. Lembaga penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris harus memiliki
tempat aktifitas belajar (ruang teori/praktek).
b. Lembaga penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris sebaiknya memiliki
ruang aktifitas yang lain (ruang perpustakaan, ruang pendidik, ruang tata
usaha dan ruang pimpinan).
2. Peralatan dan Perlengkapan pendidikan
a. Ruang belajar Program Kursus Bahasa Inggris harus dilengkapi berupa alat
dan perlengkapan untuk melakukan praktek (“best practice”) Bahasa Inggris.
b. Buku, Media, dan Sumber Belajar Pendidikan
c. Lembaga Penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris seharusnya
menyediakan modul, bahan ajar, handout, yang diperlukan.

2.2.2 Standar Pengelolaan PNF Program Kursus Bahasa Inggris


1. Perencanaan
a. Lembaga penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris seharusnya
merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan serta memiliki dokumennya.
b. Lembaga penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris sebaiknya
melaksanakan sosialisasi visi, misi dan tujuan kepada semua pendidik, peserta
didik, dan unsur lain yang terkait
2. Pelaksanaan Rencana Kerja
a. Lembaga penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris sebaiknya mempunyai
pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah
dibaca oleh pihak terkait yang meliputi; Kurikulum, Kalender Pendidikan,
Peraturan Pendidikan, Tata Tertib, dan Kode Etik.
b. Pelaksanaan Program Kursus Bahasa Inggris seharusnya berdasarkan rencana
kerja tahunan yang telah ditetapkan.

8
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

3. Pengawasan dan Evaluasi


a. Lembaga Penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris sebaiknya melaporkan
hasil pengawasan pengelolaan secara tertulis kepada pimpinan lembaga dan
Pembina Program (Dinas Pendidikan).
4. Kepemimpinan
a. Pimpinan Lembaga Penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris harus
memiliki kompetensi mengelola serta pengetahuan tentang Bahasa Inggris.
5. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
a. Lembaga Penyelenggara Program Kursus Bahasa Inggris sebaiknya
menyediakan fasilitas informasi yang efesien, efektif dan mudah diakses.

2.3 Kajian Tentang Media Pembelajaran


2.3.1 Pengertian Media
Istilah media berasal dari kata jamak medium, yang memiliki arti
perantara.Selain itu, media juga diartikan sebagai sesuatu yang terletak di tengah-
tengah. Maksudnya adalah suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang
membutuhkan terjadi suatu hubungan dan membedakan antara media komunikasi dan
alat bantu komunikasi.

Yusufhadi Miarso menyebutkan bahwa yang dinamakan media pembelajaran


adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si pengajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Pendapat lain menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang pikiran, segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

Menurut Association for Education and Communication Technology (AECT),


media didefinisikan sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA), mengartikan media
sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan

9
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

beserta instrument yang dipergunakan, baik kegiatan belajar mengajar yang dapat
mempengaruhi efektivitas program instruksional.

Dari definisi-definisi yang ada dapat dipahami bahwa media merupakan suatu
alat yang dijadikan sebagai sarana perantara untuk menyampaikan suatu pesan, supaya
pesan yang diinginkan dapat tersampaikan dengan cepat, mudah dan diterima serta
dipahami sebagaimana mestinya. Dalam lingkungan pendidikan, yang menjadi
penerima pesannya adalah peserta didik yang melakukan interaksi pembelajaran.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran


Menurut Kemp dan Dayton, diantara manfaat media dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:

• Penyampain materi pembelajaran dapat diseragamkan


• Proses Pembelajaran menjadi lebih menarik
• Pembelajaran lebih interaktif
• Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
• Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
• Proses Pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
• Sikap positive siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif dan produktif Pendapat
lain menyebutkan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar
mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut:

• Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa


atau mahasiswa
• Media dapat mengatasi ruang kelas
• Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan
lingkungan.
• Media menjadikan keseragaman pengamatan.
• Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realitas.
• Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru
• Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar
• Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkret
sampai kepada yang abstrak.

2.3.3 Macam-Macam Media Pembelajaran


Adapun macam-macam media pembelajaran untuk anak usia dini dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

10
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

• Media Audio
Media Audio adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (pendengaran), serta hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio dan kaset.
• Media Visual
Media Vidual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan.
Contoh untuk media ini adalah media grafis media proyeksi. Media grafis adalah
media visual yang mengomunikasikannya adalah antara fakta dan data yang
berupa gagasan atau kata-kata verbal dengan gambar, seperti poster, kartun, dan
komik. Sedangkan media proyeksi adalah media proyektor yang mempunyai
unsur cahaya dan lensa atau cermin. Misalnya, OHP, slide, dan filmstrips.

• Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini dibedakan menajdi dua, yaitu 1. Media audiovisual
diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film
bingkai, film rangkai suara, dan cetak suara. 2. Audiovisual gerak, yaitu media
yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film
suara dan video-cassete.

2.4 Kajian Fluid Movement


Pengertian definitive fluid movement adalah desain yang mewujudkan
interpretasi dari keterbukaan dan fleksibilitas yang innovative. Bertujuan untuk
mencapai lingkungan yang lebih dinamis yang akan menstimulasi daya tarik dan
konsentrasi murid dalam pembelajaran. Jadi kata Fluid Movement yang di terapkan
pada konsep desain interior ini diartikan sebagai kata Fleksibilitas ruang.

2.4.1 Pengertian Fleksibilitas

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), Fleksibel adalah lentur atau
luwes, mudah dan cepat menyesuaikan diri. Sedangkan Fleksibilitas adalah kelenturan
atau keluwesan, penyesuaian diri secara mudah dan cepat. Fleksibilitas penggunaan

11
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

ruang adalah suatu sifat kemungkinan dapat digunakannya sebuah ruang untuk
bermacam-macam sifat dan kegiatan, dan dapat dilakukannya pengubahan susunan
ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa mengubah tatanan bangunan. Kriteria
pertimbangan fleksibilitas adalah:
• Segi teknik, yaitu kecepatan perubahan, kepraktisan, resiko rusak kecil, tidak banyak
aturan, memenuhi persyaratan ruang.
• Segi ekonomis, yaitu murah dari segi biaya pembuatan dan pemeliharaan.
Ada tiga konsep fleksibilitas, yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas, dan
versabilitas. Ekspansibilitas adalah konsep fleksibilitas yang penerapannya pada ruang
atau bangunan yaitu bahwa ruang dan bangunan yang dimaksud dapat menampung
pertumbuhan melalui perluasan. Untuk konsep konvertibilitas, ruang atau bangunan
dapat memungkinkan adanya perubahan tata atur pada satu ruang. Untuk konsep
versatibilitas, ruang atau bangunan dapat bersifat multi fungsi. Fleksbilitas arsitektur
dengan menggunakan berbagai macam solusi dalam mengatasi perubahan-perubahan
aspek terbangun di sekitar tapak membuatnya dapat dianalisa pada kajian temporer
yaitu dimana fleksibilitas arsitektur ini dapat berubah sesuai dengan yang pengguna
butuhkan. Sifat temporer ini dapat dianalisa pada tiga aspek temporal dimension yang
diungkapkan oleh Carmona, et al (2003) :
1. Time Cycle and Time management
”Activity are fluid in space and time,environments are used differently at
different times”. Dari pernyataan ini dapat disarikan bagaimana aktivitas selalu
berubah sesuai dengan ruang maupun sesuai dengan waktu seperti sebuah zat
cair yang nantinya akan memerlukan sebuah wadah untuk memberikan
kekuatan aktivitas tersebut. Disinilah arsitek sebagai pencipta ruang harus
selalu kritis melihat celah-celah terbentuknya ruang yang berubah sesuai
dengan perubahan waktu yang juga memberikan reaksi pada penggunaan
lingkungan sekitarnya.
2. Continuity and Stability
”Although environments relentlessy change over time,a high value is often
placed on some degree of continuity and stability”. Walaupun lingkungan
selalu berubah dari waktu ke waktu sebuah keberadaan desain seharusnya
mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan tersebut,

12
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

sehingga keberlanjutan desain yang diharapkan dari sebuah karya arsitektur


memiliki fungsi optimal yang stabil dalam bereaksi dengan lingkungan
terbangun.
3. Implemented Over Time
Sebagai seorang Arsitek, perencana ruang, hal ini merupakan hal penting yang
harus diperhatikan. Bagaimana desain nantinya bukan bekerja di jamannya
saja tetapi juga justru bisa melampaui jamnnya. Sehingga pemikiran-
pemikiran yang inovatif harus terus dihadirkan untuk menghadirkan strategi
yang dapat mengatasi segala perubahan akan lingkungan.

2.4.2 Sifat Fleksibilitas Ruang

Setiap bangunan berpotensi untuk mengakomodasi beberapa perubahan. Namun,


tidak semua bangunan memiliki unsur fleksibel dan tidak semua bangunan dapat pula
memungkinkan terjadinya perubahan guna. Sebagian besar bangunan memiliki ukuran
dan peletakan elemen-elemen seperti jendela dan pintu yang permanen. (Kronenburg,
2007:13). Ukuran dan letak elemen-elemen bangunan
yang sifatnya permanen ini kemudian menghambat kefleksibelan suatu bangunan.
Ruang-ruang yang luasannya besar cenderung untuk lebih fleksibel dibandingkan
dengan ruang yang luasannya kecil, “lose spaces are places of possibility”
(Franck,2008).

Menurut Kronenburg, bangunan yang fleksibel adalah bangunan yang dapat


mengakomodir kegiatan-kegiatan penghuni dan sangat memungkinkan terjadi
perubahan dalam bangunan (Kronenburg, 2007,7). Berkembangnya kreativitas manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhannya agar lebih baik adalah salah satu faktor yang
kemudian mempopulerkan arsitektur fleksibel. “Where functional problems have
necessisated a responsive, built environtment.flexible architecture has formed at least a
part of the solution” (Kronenburg, 2007,11).

Salah satu kriteria bangunan fleksibel adalah memiliki kapasitas untuk berubah,
baik struktur ruang ataupun kegunaan yang general dibandingkan denganruang-ruang

13
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

dengan kegunaan yang spesifik, “flexible layouts are those in which the structure is
easy to change to accomodate different needs” (Lang, 1987:119). Fleksibilitas dalam
arsitektur telah menjadi perdebatan sejak munculnya revolusi industri. Perdebatan
tersebut berakhir pada dua definisi tentang fleksibilitas.

• Fleksibilitas adalah kondisi saat arsitek mendesain bangunan dengan komplit,


sehingga unsur fleksibilitas sudah termasuk di dalamnya.
• Fleksibilitas adalah kondisi saat membiarkan bangunan sebagai karya yang belum
selesai (incomplete) untuk kemudian berkembang dimasa depan sesuai kebutuhan
penghuni.
“Flexibility signifies-since there no single solution this is preferable to all
others, the absolute denial of a fixed, clearcut standpoint. The flexible plan starts out
from the certainty that the correct solution does not exist, because the problem
requiring solution is in a permanent state of flux” (Hertzberger, 2002). Dari pendapat-
pendapat tersebut yang perlu ditekankan adalah bahwa arsitektur fleksibel adalah suatu
usaha yang dilakukan untuk merespon permasalahanpermasalahan desain yang dengan
tujuan utamanya adalah dapat mengakomodir kebutuhan penghuni/pengguna bangunan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan bermacam-macam cara,


Kroenburg(2007). Merumuskan 4 karakter utama arsitektur fleksibel, yaitu adaptation,
transformation, movability dan interaction.Empat karakter ini adalah kriteria umum
yang harus dimiliki oleh arsitektur fleksibel.
1. Adaptation
Yang berarti bangunan yang dapat merespon perubahan-perubahan yang terjadi,
sehingga perubahan yang terjadi di masa depan dapat diakomodir oleh bangunan
tersebut. “Adaptable buildings are intended to respond readily to different functions,
patterns of use and specific users requirements of the building” (Kronenburg,
2007:115). Desain yang adaptable merupakan suatu strategi untuk merespon kondisi
dimana suatu bangunan tidak selalu menjadi bangunan yang akan dihuni seseorang atau
sebuah kelompok (keluarga) saja, melainkan untuk sekumpulan orang lain yang akan
menghuni bangunan itu dimasa depan. Dengan pendekatan adaptable architecture,
bangunan berpotensi untuk berubah secara berkelanjutan. Adaptable architecture juga

14
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

memungkinkan terjadinya perubahan sistem untuk teknologi terbaru pada sistem yang
telah terpasang sebelumnya. Seiring perkembangan teknologi, sistem servis, komunikasi
dan sekuriti pasti akan mengalami perubahan. Dalam adaptable architecture,
fleksibilitas untuk mengganti dan mengupgrade sistem-sistem tersebut
dapat dimungkinkan.
2. Transformation
Berhubungan dengan perubahan bentuk, volume dan tampak bangunan, “In
general, furniture and furnishing are the most usual user-customizable components in
building design and they can, without doubt, dramatically alter the appearance and
amcience of a space” (Kronenburg. 2007:145). Sebuah bangunan yang transformable
adalah arsitektur yang erat hubungnanya dengan kinetic atau gerakan-gerakan
‘membuka’, ‘menutup’, ‘meluas’, dan ‘menyempit’.
3. Movability
Dalam hal ini terkait dengan tingkat fleksibilitas peletakan bangunan.
Unsurunsur bangunannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
“Movable architecture can be defined as buildings specifically designed to move from
place to place so that they can fulfil their function better” (Kronenburg, 2007:175).
Metode yang diterapkan adalah dengan membuat bangunan menjadi ‘portable’, yaitu,
dapat dibongkar bagian per bagian namun dapat dirakit kembali hingga menjadi utuh
seperti semula. Strategi yang digunakan untuk memindahkan bangunan moveable
architecture adalah dengan menggunakan bantuan alat transportasi.
4. Interaction
Berkaitan dengan aksi dan reaksi manusia dalam upayanya mewujudkan
bangunan pintar (intelligent building). “Interactive architecture enables people to
engage with architecture, not as passive creatures existing in static set of conditions,
but as proactive individuals affecting the space they inhabit” (Kronenburg, 2007:209).
Interactive architecture adalah arsitektur yang mengandalkan teknologi dalam
penerapannya. Tujuannya adalah membuat bangunan yang pintar sehingga bangunan
tersebut secara otomatis dapat mengakomodir kebutuhan penghuni. Teknologi yang
memungkinkan hal itu terjadi adalah sebuah alat sensor yang menerima sinyal dari
penghuni dengan perantara telepon genggam, PDA, komputer atau alat lainnya.
(Kronenburg, 2007,114-230).

15
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2.4.3 Kajian tentang Psikologi Bentuk

Bentuk merupakan salah satu elemen dasar dalam desain. Bentuk secara
tersendiri maupun dikombinasikan dengan bentuk lain atau dengan garis, dapat
menyampaikan arti yang universal sama seperti memberikan petunjuk pada mata atau
mengelola informasi. Kita melihat bentuk setiap hari pada logo, bendera, buku maupun
baju. Bentuk memiliki variasi karakteristik yang tidak terbatas, setiap bentuk dapat
mengkomunikasikan pesan yang berbeda. Akan sulit untuk mendesain tanpa
menciptakan sebuah bentuk. Bentuk dapat dibuat dalam berbagai cara, baik dengan
warna, ilustrasi atau bahkan dengan foto.

Bentuk merupakan dua wilayah dimensi dengan batasan yang terlihat. Ada
bentuk yang terbuka atau tertutup, memiliki sudut atau bulat, besar atau kecil. Bentuk
juga dapat organik atau anorganik. Selain itu, bentuk juga dapat dalam bentuk-bebas
atau geometris dan tersusun. Bentuk dapat didefinisikan melalui warnanya atau melalui
kombinasi garis-garis yang membentuk pinggirannya. Bentuk yang sederhana dapat
dikombinasikan menjadi bentuk yang kompleks. Bentuk yang kompleks bisa
diabstraksikan untuk membuat bentuk yang sederhana.

Perbedaan karakteristik dari bentuk menyampaikan mood yang berbeda dan arti
yang berbeda pula. Mengubah karakteristik dari bentuk dapat merubah cara pandang
kita terhadap bentuk dan membuat kita merasakan perbedaan dalam desain. Bentuk
adalah cara yang powerful untuk berkomunikasi.

a) Mengelola informasi melalui koneksi dan perpisahan

b) Menyimbolkan ide-ide yang berbeda

c) Menciptakan pergerakan, tekstur dan kedalaman

d) Menyampaikan mood dan emosi

e) Menekankan dan menciptakan entry point dan bagian yang menarik

f) Memberikan arah pada mata dari satu elemen desain ke elemen desain
selanjutnya

16
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Terdapat tiga jenis bentuk dasar, yakni geometris, natural dan abstrak.

1. Bentuk Geometris

Bentuk geometris terstruktur dan umumnya merupakan bentuk yang simetris.


Bentuk geometris ini contohnya adalah segi empat, lingkaran, segitiga, segitujuh,
segidelapan dan kerucut. Bentuk geometris ini biasanya mudah untuk dikenali. Bentuk
geometris ini juga biasanya teratur dan efisien.

2. Bentuk Natural

Bentuk natural atau organik dapat ditemukan di alam atau dapat juga berupa
buatan manusia. Daun merupakan salah satu contoh dari bentuk natural. Tetesan tinta
juga bisa disebut sebagai bentuk natural. Bentuk natural ini seringkali tidak beraturan
dan berupa cairan. Bentuk natural memiliki lebih banyak kurva yang tidak sama.
Umumnya bentuk natural lebih menyenangkan dan menenangkan. Bentuk organik pada
halaman web biasanya dibuat melalui penggunaan ilustrasi dan fotografi. Bentuk natural
ini memiliki bentuk bebas yang asimetris dan memberikan rasa spontanitas. Bentuk
organik memberikan rasa tertarik dan juga memperkuat tema

3. Bentuk Abstrak

Bentuk abstrak merupakan bentuk natural dalam versi yang lebih sederhana atau
lebih bergaya. Bentuk dari abstrak memiliki wujud yang mudah dikenali, namun tidak
nyata. Misalnya seperti simbol yang ditemukan pada rambu- rambu, contohnya bentuk
kursi roda untuk akses bagi penyandang cacat. Contoh lainnya pada gambar orang yang
berbentuk seperti lidi. Ikon juga merupakan bentuk abstrak untuk mewakilkan ide-ide
dan konsep-konsep. Beberapa bentuk abstrak memiliki bentuk yang diakui secara
universal. Seperti ikon-ikon yang sering anda lihat sehari-hari. Terdapat variasi dari
bentuk yang tak terbatas dan kombinasi dari bentuk yang masing-masing
mengkomunikasikan pesan dan artinya sendiri. Seringkali arti di balik sebuah bentuk
adalah budaya (misalnya segidelapan berwarna merah sebagai rambu berhenti),
terutama ketika bentuk dikombinasikan. Berikut adalah beberapa makna dari bentuk
dasar.

17
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

a. Lingkaran Lingkaran

Lingkaran mewakilkan kekekalan dan dalam setiap budaya biasanya


mewakilkan bentuk matahari, bulan, alam semesta dan objek angkasa lainnya.
Lingkaran sering digunakan untuk benda-benda yang akrab seperti roda, bola, berbagai
macam buah. Lingkaran memiliki pergerakan yang bebas. Lingkaran bisa berputar.
Bayangan dan garis dapat meningkatkan rasa pergerakan dalam lingkaran. Lingkaran
merupakan kurva yang anggun dan terlihat feminin. Lingkaran juga memberikan rasa
hangat, menenangkan dan memberikan rasa sensualitas dan cinta. Pergerakannya
memberikan energi dan kekuatan. Kelengkapannya menunjukkan ketakterbatasan,
kesatuan dan harmoni. Lingkaran melindungi, memberikan pertahanan dan membatasi.
Lingkaran membatasi apa yang ada di dalam dan menjaga hal-hal lain tetap di luar.
Lingkaran menawarkan keamanan dan koneksi. Lingkaran menunjukkan komunitas,
integritas dan kesempurnaan. Lingkaran tidak terlalu umum digunakan dalam desain,
namun lingkaran dapat digunakan untuk menarik perhatian, memberikan penekanan dan
mengatur hal-hal agar tetap terpisah.

Gambar 2.1 Bentukan lingkaran


Sumbe : http://celotehcelatah.blogspot.co.id/2012/12/mengenal-bentuk-geometris-dan-
maknanya.html (Akses : 20/02/2017, 19:46 WIB

d. Spiral

Spiral merupakan ekspresi dari kreativitas. Umumnya ditemukan pada pola


pertumbuhan alam dari banyak organisme dan menujukkan proses pertumbuhan dan
evolusi. Spiral menunjukkan ide dari kesuburan, kelahiran, kematian, ekspansi dan
transformasi. Spiral merupakan siklus waktu, hidup, dan musim dan merupaka bentuk
umum dalam simbolisme agama dan mistik. Spiral bergerak dalam dua arah dan
menunjukkan kembalinya pada titik yang sama pada perjalanan hidup dengan tingkatan
pengertian yang baru. Spiral mewakilkan kepercayaan selama perubahanm pelepasan

18
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

energi dan mempertahankan fleksibilitas melalui transformasi.

Spiral yang searah dengan jarum jam menunjukkan proyeksi dari intensi dan spiral yang
berlawanan jarum jam menujukkan pemenuhan dari intensi. Spiral ganda dapat
digunakan untuk menyimbolkan kekuatan yang berlawanan. Penggunaan bentuk dalam
desain merupakan hal yang pasti terjadi, karena tidak mungkin menciptakan sebuah
desain tanpa menggunakan sekurang-kurangnya satu bentuk. Bahkan kertas yang
kosong pun merupakan sebuah bentuk. Bentuk sebagai salah satu elemen dalam desain
akan membantu desainer untuk mengkomunikasikan pesan dan bukan hanya tujuan
dekorasi semata. )

Gambar 2.2 Bentukan spiral


Sumber : http://celotehcelatah.blogspot.co.id/2012/12/mengenal-bentuk-geometris-dan-
maknanya.html (Akses : 20/02/2017, 19:46 WIB

2.5 Kajian Tentang Antropometri

Istilah anthropometri berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia dan
“metron (measure)” yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitive antropometri
dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis dalam
suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan
interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas
marupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat
komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya. Menurut Sanders & Mc
Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat (1992), antropometri adalah pengukuran
dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang
sesuatu yang dipakai orang.

Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli ergonomic

19
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

sebagai data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan Sritomo, 1995),
yaitu:

1. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.Contoh :


penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.

2. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.


Contoh : perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau
mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.

3. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Contoh : desain fasilitas umum


seperti toilet umum, kursi tunggu.

Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang


dan fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-
faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun
dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa
(centre of gravity) dari suatu segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk
pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki.

Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh
manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika
diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah
manusia yang diukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa
besar variasinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan
tubuh maupun per segmen-nya (Nurmianto, 1996).

Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :

• Perancangan areal kerja (work station, interior mobil).


• Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin).
• Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja).
• Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia


khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. Antropometri statis, dimana pengukuran dilakukan pada tubuh manusia yang

20
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada Anthropometri statis
diambil secara linier (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil
pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode
tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam.
2. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks dan lebih sulit diukur.
Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:
• Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan
mekanis dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari performa atlet.
• Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh:
Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan
dengan berdiri atau duduk.
• Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja. Contoh:
Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang dilakukan
dengan berdiri atau duduk.

Gambar 2.1 Dimensi tubuh untuk perancangan dengan antropometri.


Sumber : Wignjosoebroto, 2008

2.5.1 Antropometri berdasarkan aktivitas ruang


A. Ruang Kelas
1. Kursi
Kursi adalah prasarana paling penting yang perlu diperhatikan karena
selama pembelajaran siswa duduk di atasnya. Sehingga apabila kursi
yang ada tidak membuat mahasiswa merasa nyaman, maka hal ini akan
berpengaruh dalam penyerapan materi yang diberikan oleh pengajar.

21
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 2.2 Antropometri Ukuran Kursi


Sumber : Human Dimension and Interior Space, 197

2. Papan Tulis

Untuk ukuran standar, BSNP telah menetapkan bahwa syarat sebuah media atau
papan tulis adalah kuat, stabil, dan aman. Ukuran papan tulis hendaknya tidak terlalu
kecil dan juga tidak terlalu lebar. Ukuran minimal papan tulis hendaknya dengan ukuran
120 cm x 240 10 cm dan digantungkan pada titik gantung setinggi 2 m dari lantai.
Ditempatkan di depan ruang kelas dengan posisi berada di tengah dan memiliki jarak
dari lantai 80 – 85 cm. Sedangkan sudut ideal kemiringan mata barisan paling depan
maksimal 30º. Berikut ini, cara pengukuran dan perhitungan jarak pandang mata
memandang papan tulis sebagai berikut:

Gambar 2.3 Pengukuran jarak standar papan tulis


Sumber : Google, 2017

3. LCD Proyektor

Sebagai sarana fisik di dalam ruang kuliah, proyektor harus diletakkan


sedemikian rupa sehingga si pemakai baik mahasiswa maupun dosen merasa nyaman

22
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

baik saat akan dipakai maupun saat dipakai artinya tata letak proyektor tersebut harus
menyesuaikan keterbatasan manusia sebagai penggunanya. Data-data yang dibutuhkan
dalam perancangan tata letak proyektor adalah memperhitungkan data Tinggi Mata
Duduk (TMD), Tinggi Mata Berdiri (TMB) dan Jangkauan Tangan Ke Atas (JKA) .

Gambar 2.4 Analisis perhitungan jarak pandang mata dengan proyektor


Sumber : Google 2017

B. Ruang Kantor

Gambar 2.5 Antropometri ukuran meja kerja orang dewasa


Sumber : Human Dimension and Interior Space, 1979

23
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

C. Perpustakaan/Study Centre

Gambar 2.6 Antropometri ukuran jangkauan rak buku


Sumber : Human Dimension and Interior Space, 1979

D. Lounge/Ruang Tunggu

Fasilitas duduk pada lounge umumnya memakai sofa. Ketinggian sofa yang
dianjurkan adalah 35,6 sampai 43,2 cm. Ketinggian ini dimaksudkan supaya kaki
tidak akan menggantung pada saat duduk di sofa dan akan menciptakan posisi
duduk yang nyaman dan rileks, sesuai dengan konsep lounge yang tujuannya
sebagai tempat berkumpul dan berbincang santai. Sedangkan ketinggian meja
disesuaikan dengan ketinggian sofa yaitu 30,5 sampau 45,7 cm. Ketinggian yang
terlalu rendah akan menyebabkan pengguna terlalu membungkuk ketika mengambil
barang. Jarak sofa ke meja yang dianjurkan adalah 40,6 sampai 45,7 cm. Pada area
duduk yang berhadap-hadapan, jarak dari tempat duduk ke tempat duduk lainnya
adalah 147,3 sampai 203,2 cm. Hal ini dimaksudkan supaya pembicaraan yang
terjadi tidak akan terlalu jauh sehingga susah untuk didengarkan oleh lawan bicara
di hapadannya.

24
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

E. Resepsionis

Gambar 2.7 Antropometri Resepsionis


Sumber : Human Dimension and Interior Space, 1979

2.6 Kajian Tema Colorful (Warna)

2.6.1 Manusia dan Warna


Dari banyak unsur yang penting dalam arsitektur seperti bentuk, warna, tekstur,
dimensi atau skala, warna seringkali hanya menjadi unsur pelengkap dalam sebuah
desain. Padahal sebenarnya warna juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan
unsur yang lainnya dalam arsitektur dan juga dalam berbagai kehidupan manusia.

Semua yang kita lihat memiliki warna, oleh karena itu warna menjadi bagian
penting dalam keseharian manusia dan telah memberi banyak pengaruh. Memilih warna
pakaian yang akan dipakai, mengubah cat dinding ruang tamu pada hari raya, juga
memilih warna tertentu untuk barang yang akan dibeli di toko, meskipun tanpa sadar,
beberapa contoh ini menunjukkan warna memang memegang peranan tertentu bagi
kehidupan manusia. Pendalaman mengenai warna pun banyak dilakukan dan telah
menjadi bagian dari banyak cabang ilmu seperti fisika, biologi, filosofi, seni, dan
psikologi, meskipun pendekatan warna dari sisi seni sangat erat dengan psikologi.

Warna merupakan elemen yang paling dominan dan juga yang aspek yang paling relatif

25
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

dalam desain. Persepsi terhadap warna melibatkan respon psikologi dan fisiologi
manusia. Objek, cahaya, mata, dan otak pun terlibat dalam proses sensasi dan persepsi
yang kompleks. Dari ke-empat hal ini, pembahasan akan lebih banyak dilakukan pada
objek, dimana objek yang dimaksud adalah arsitektur.

2.6.2 Definisi Warna


Tiap disiplin ilmu memiliki pandangannya masing-masing jika berbicara
mengenai warna. Untuk mengerti hal lebih jauh mengenai warna, pertama-tama kita
harus tahu setidaknya apakah yang dimaksud dengan warna. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang
dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya. Sedangkan dalam ilmu fisika, warna
adalah sebuah panjang gelombang cahaya yang dihasilkan atau dipantulkan oleh benda
sehingga dapat terlihat oleh mata manusia. Manusia dapat melihat cahaya dengan
panjang gelombang kira-kira 380 nm, yang setara dengan warna ungu, sampai 780 nm,
yang terlihat sebagai warna merah. James E. Cain (2008) berpendapat bahwa warna
tercipta ketika cahaya mengenai sebuah permukaan sehingga menyerap beberapa
panjang gelombang tertentu dan sisanya dipantulkan, panjang gelombang yang
dipantulkan inilah yang diinterpretasikan oleh mata kita sebagai sebuah warna.
Sedangkan menurut Frank H. Mahnke, warna bukanlah bagian dari sebuah benda,
ruang, ataupun permukaan, warna adalah sensasi yang disebabkan oleh kualitas cahaya
tertentu yang terlihat mata dan diinterpretasikan oleh otak. Dan Jeanne Kopacz
mengatakan bahwa istilah warna mengacu kepada semua sensasi visual, termasuk
kosongnya warna putih dan gelapnya warna hitam, begitu juga intensitas dari merahnya
lipstik dan kehalusan sebuah bata merah.

Warna tidak hanya sebatas hal fisik yang dapat kita lihat, namun warna juga ada
dalam pikiran kita. Misalnya, jika disuruh membayangkan sebuah tomat yang matang,
mungkin yang ada dipikiran kita adalah tomat berwarna merah, namun yang
menyebabkan kita menggambarkan warna merah bukanlah panjang gelombang cahaya
antara 627-780 nm, tidak ada objek asli yang menghasilkan atau memantulkan cahaya,
maka warna juga tergantung kepada kekuatan imajinasi seseorang.

2.6.3 Piramida Pengalaman Warna


Kekuatan imajinasi warna tiap individu dapat berbeda-beda, sekarang
pertanyaannya bukanlah seberapa berbedakah imajinasi tersebut pada tiap individu,
namun bagaimanakah imajinasi tersebut dapat berbeda? Apakah yang
menyebabkannya? Sesuai dengan yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa otak
merupakan faktor penting dalam proses manusia melihat warna dimana pikiran kita juga

26
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

ikut terlibat untuk mempersepsikan warna. Banyak yang mengatakan bahwa psikologi
warna merupakan hal yang subjektif, dimana masing-masing orang memiliki pilihan
dan selera yang berbeda. Jika pendapat tersebut benar adanya, maka tak heran jika
warna hanya menjadi pelengkap estetika dalam berbagai benda/produk. Pada
kenyataannya pemillihan penggunaan warna memiliki banyak pertimbangan, tak hanya
estetika semata, sehingga pasti ada suatu penilaian objektif tertentu dalam memilih
warna. Oleh karena itu, tak hanya subjektif namun warna juga pasti memiliki pengaruh
yang universal pada setiap individu manusia. Untuk itu pula perlu kita ketahui dari
mana selera warna yang dimiliki tiap individu berasal. Ada enam faktor yang
disebutkan Frank H. Mahnke dalam buku ‘Color, Environment & Human Response’
yang mempengaruhi pengalaman warna pada tiap individu, ke-enam faktor ini memiliki
tingkatan sesuai dengan pengaruhnya, yang kesemuanya terjadi pada level sadar
manusia maupun tidak sadar, Ia menyebutnya dengan ‘piramida pengalaman warna’.
Dalam perkembangan evolusi manusia sebagai sebuah spesies, kita mewarisi
kemampuan akan reaksi terhadap warna yang tidak dapat kita kendalikan dan warna
telah menjadi bagian dari psikologi dan warisan biologi manusia, semua ini sangat
berpengaruh terhadap persepsi manusia akan warna. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai ke-enam faktor tersebut:

Gambar 2.8 Piramida Pengalaman Warna


Sumber: Color, Environment & Human Response

A. Reaksi biologi terhadap sebuah rangsangan warna

Kemampuan dalam mengenali warna merupakan hasil dari evolusi, sebuah


kemampuan yang diturunkan untuk keberlangsungan hidup hewan dan tumbuhan.
Tumbuhan hijau misalnya, bergantung kepada pigmen klorofil untuk berfotosintesis

27
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

dimana klorofil menghasilkan energi dengan menyerap panjang gelombang merah,


kuning, biru, dan ungu namun memantulkan warna hijau dengan begini tumbuhan hijau
dapat bertahan hidup. Warna dan bentuk tiap spesies tumbuhan dapat menarik perhatian
serangga, burung, ataupun mamalia yang cocok untuk menyebarkan sporanya, spesies
yang paling mudah dalam penyebaran sporanya memiliki kemampuan bertahan hidup
yang lebih besar dan warna menjadi sinyal yang kuat bagi spesies yang memiliki
kemampuan melihat warna. Pada evolusi manusia dan beberapa spesies hewan lainnya,
kemampuan untuk melihat warna berkembang karena sangat penting demi
keberlangsungan hidup mereka. Melalui warna manusia dapat membedakan antara yang
dapat dimakan dan tidak, warna membantu mengerti dan menjelaskan apa yang ada
dilingkungan disekitar kita. Melihat bukan hanya akibat dari cahaya yang masuk
kedalam mata, namun juga fungsi biologi dalam tubuh manusia dan hewan yaitu dengan
dihasilkannya hormon tertentu karena rangsangan warna yang dibawa oleh saraf ke
otak. Contohnya, hasil studi menunjukkan bahwa lampu dengan warna hijau dan biru
mengurangi aktifitas tikus. Warna merah muda membuat tikus lebih agresif, ayam
menghasilkan lebih banyak telur dengan warna merah, dan cahaya warna biru telah
digunakan manusia sebagai standar medis untuk menyembuhkan penyakit kuning
selama beberapa dekade.

B. Ketidaksadaran kolektif

Manusia tidak memulai hidupnya seperti sebagai lembaran kosong untuk diisi
dengan berbagai proses belajar melalui lingkungan dan orang-orang disekitar kita. Sejak
awal hidup kita halaman tersebut sudah berisi memori-memori akan seluruh
pengalaman manusia terdahulu yang diturunkan. Calvin Hall dan Vernon Nordby
menjelaskan bahwa “ketidaksadaran kolektif adalah sebuah kolam gambaran yang
tersembunyi, yang biasa disebut ‘gambaran purba’ oleh Carl Jung (psikolog
berkebangsaan Swiss). Purba berarti ‘pertama’ atau ‘asli’; oleh karena itu gambaran
purba mengacu pada awal perkembangan pikiran. Manusia mewarisi gambaran ini dari
leluhurnya, termasuk semua leluhur manusia dan yang bukan manusia atau hewan”.
Pengetahuan dari jutaan tahun tersimpan didalam otak manusia, selama masa hidupnya
masing-masing individu mengasah pengetahuan ini lewat pengalaman dan
pembelajaran. Tanpa pengetahuan bawaan ini kita akan terjebak didalam informasi,
data, dan sinyal tidak berguna yang tidak dapat kita kenali dan kita tafsirkan. Warna
juga bagian dari gambaran purba ini, bukan tidak mungkin jika didalam gambaran dan
pengalaman yang tersembunyi ini terdapat awal perasaan dan asal dari kualitas estetika
yang diidentifikasi dan dihubungkan dengan warna selama ribuan tahun.

28
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

C. Simbolisme-asosiasi secara sadar

Simbolisme secara sadar atau disebut juga kemampuan asosiasi warna yaitu
asosiasi, impresi, dan simbolisme yang terbentuk dalam keadaan sadar. Seperti biru
yang diasosiasikan dengan air dan langit, hijau dengan alam, dan hitam yang
dikombinasikan dengan emas dengan kemewahan dan glamor. Penyimbolan dan
pengasosiasian sangat berguna dalam berbagai bidang seperti advertising, fashion,
desain grafis, dan juga arsitektur. Warna juga membentuk asosiasi dengan suasana hati,
sehingga dapat digunakan dalam menciptakan suasana ruang arsitektur menjadi hangat,
ramah, dingin, sedih, kotor, dan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari juga sering kita
menggunakan makna kiasan dengan asosiasi warna seperti ‘haru biru’ dan sebagainya.

D. Pengaruh budaya dan tata krama

Warna juga dapat menjadi karakteristik dari kebudayaan dan kelompok tertentu,
yang bahkan dalam level sebuah daerah. Biru-kehijauan yang menjadi warna nasional
Persia misalnya, Persia kuno percaya warna tersebut dapat menjaga mereka dari iblis.
Dalam Islam, warna hijau memiliki makna religius dan hijau juga menjadi simbol
harapan. Walaupun banyak budaya yang berbeda, namun banyak pula reaksi terhadap
warna yang universal melintasi batas budaya. Untuk dapat mengerti reaksi manusia
terhadap warna, persamaan yang dasar menjadi penting terutama dalam mendesain
untuk manusia.

E. Pengaruh trend dan mode

Setiap satu atau dua tahun muncul pergantian trend-trend warna dalam fashion
dan produk konsumsi. Dalam desain interior dan arsitektur perubahan trend warna
terjadi lebih lambat. Perubahan ini perlu untuk menjaga jiwa semangat kita pada waktu-
waktu tertentu, untuk mencegah kebosanan konsumen, juga agar dapat meningkatkan
penjualan produk-produk tertentu (terutama fashion dan barang konsumsi lain). Namun
pada lingkungan arsitektur, trend warna tertentu akan susah untuk memuaskan berbagai
aspek dan tujuan yang berbeda. Beberapa lingkungan tertentu membutuhkan
pengkondisian yang berbeda, seperti rumah sakit memiliki fungsi yang berbeda dengan
gedung pertemuan, dan sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda dengan sebuah pusat
perbelajaan. Perancang yang tidak yakin dalam menggunakan warna cenderung mencari
aman dengan mengikuti tren warna tertentu yang sedang berlangsung, dalam hal ini
mengikuti trend malah akan membatasi kebebasan berkreasi seseorang.

29
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

F. Hubungan personal

Setiap orang mungkin mempunyai warna yang disukai, tidak disukai, ataupun
netral. Jika kita bertanya mengapa orang itu menyukai warna merah mungkin akan
susah mendapatkan sebuah jawaban yang objektif karena masing- masing orang
mempunyai pengalaman warna yang berbeda dan mempengaruhi hubungan personal
terhadap warna tertentu.

Dari ke-enam faktor yang telah disebutkan diatas, tak hanya terdapat faktor-faktor yang
bersifat subjektif saja, namun juga yang objektif. Dan faktor yang objektif inilah yang
dapat menjadi pengalaman warna yang universal bagi setiap individu.

2.6.4 Teori Relativitas Kebahasaan dan Istilah Dasar Warna


Hipotesis relativitas kebahasaan atau dikenal juga sebagai hipotesis Sapir-
Whorf. Melalui Benjamin Lee Whorf (1940/1956) dalam jurnal Language, Learning,
and Color menyebutkan bahwa bahasa mempengaruhi dan bahkan membentuk pola
pikir manusia. Lingkungan, dalam hal ini bahasa, berperan dalam persepsi terhadap
warna. Hasil studi menunjukkan bahwa bahasa memang mempengaruhi cara manusia
mengkategorikan dan merasakan warna sehingga mengubah persepsi mereka terhadap
warna.

Pelangi terdiri dari rangkaian kesatuan cahaya dimana terdapat berbagai panjang
gelombang dari yang panjang hingga yang pendek, namun yang kita lihat bukanlah
rangkaian cahayanya, tetapi berbagai garis warna yang terpisah yang disebut ‘merah’,
‘jingga’, ‘kuning’, ‘hijau’, dan seterusnya. Lalu, bagaimanakah kita bisa melihat warna
jika bahasa tidak memiliki berbagai istilah nama warna yang dimaksud? Bahasa
membedakan nama spektrum-spektum warna yang berbeda. Misalnya, bahasa tertentu
memiliki nama yang sama untuk biru dan juga hijau. Bahasa lain mungkin juga
memiliki istilah untuk menyebut warna daun yang kering, jika kita berbahasa seperti itu,
mungkin kita melihat pelangi bukan sebagai rangkaian pita ‘biru’, ‘merah’, dan
sebagainya, namun warna-warna yang dikategorikan menurut bahasa kita sendiri.

Meskipun terdapat berbagai macam bahasa yang dapat kita gunakan untuk
mendeskripsikan warna, namun sebenarnya terdapat pula persamaan kuat yang dapat
menjadi pola yang universal. Seperti menurut Paul Kay yang mengatakan bahwa istilah
dasar warna dalam sebuah bahasa berevolusi tiap waktu, dan semua bahasa pada
akhirnya mengacu kepada 11 istilah dasar warna yang universal. Brent Berlin and Paul
Kay (1969) menyatakan ke-sebelas istilah dasar warna itu adalah hitam, putih, hijau,

30
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

kuning, merah, biru, cokelat, merah muda, oranye, abu- abu, dan ungu.

Warna-warna yang telah disebutkan diatas pada masa sekarang ini selalu ada
dalam satu paket alat mewarnai anak-anak seperti pensil warna, krayon, dan spidol yang
berisi 12 warna. Anak-anak sering sekali menggunakan warna-warna ini untuk
menggambarkan sesuatu meskipun masih dengan cara sederhana. Jika 12 warna tidak
cukup, maka mereka bisa menggunakan 24, 36, 48 warna dan seterusnya yang biasanya
berisi warna-warna turunan dari ke-sebelas warna tersebut. Kita juga sering menemukan
pada gambar yang dibuat anak-anak bahwa mereka menggunakan warna yang sama
untuk menyampaikan makna tertentu, misalnya menggunakan warna biru untuk
menggambar genangan air, padahal air tidak memiliki warna, untuk menggambarkan
suasana yang sejuk banyak menggunakan warna hijau, dan yang lainnya. Tak hanya itu,
bahkan kita dapat juga temukan gambar yang sama pada hampir sebagian anak ketika
menggambar pemandangan di gunung, yaitu berupa dua buah gunung dengan matahari
dan jalan di tengahnya. Hal ini menunjukkan bahwa ada makna universal dalam setiap
warna yang dapat dimengerti oleh setiap manusia bahkan sejak mereka kecil. 2.4.5
Warna dan Interior

Mengenai perannya dalam kehidupan manusia, warna juga memiliki peran yang
sangat penting dalam bidang interior. Seperti halnya dengan berbagai produk desain
yang lain, merancang sebuah produk arsitektur butuh banyak pertimbangan. Warna
adalah salah satunya. Dan jika kita dapat memahami pengalaman warna yang bersifat
universal pada setiap individu, maka tentunya akan dapat berguna juga untuk diterapkan
dalam bidang arsitektur, dimana bangunan produk interior yang dirancang tentunya
diperuntukkan untuk orang banyak sehingga dapat memberikan manfaat dan
meningkatkan kualitas hidup manusia.

2.6.5 Teori Dasar Pigmen Warna


Banyak sekali warna-warni yang ada di sekitar kita, tentu tak terhitung
jumlahnya. Pada abad ke-19 hingga akhir abad ke-20, Thomas Young menemukan
bahwa setiap warna yang bisa dilihat manusia dapat diperoleh dengan mencampurkan
secara tepat tiga warna primer yaitu merah, kuning, dan biru. Dengan mencampurkan
dua warna primer dengan perbandingan yang sama akan menghasilkan tiga warna
sekunder yaitu ungu, hijau, dan oranye, serta dengan mencampur satu warna primer dan
sekunder akan menghasilkan enam warna tersier yaitu. Hubungan antar warna tersebut
digambarkan dalam roda warna yang mewakili seluruh spektrum warna yang terlihat.

Pada dasarnya, terdapat tiga hal yang menjadi atribut dasar yang dapat

31
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

membedakan warna, yaitu hue, saturasi, dan value. Ketiga atribut ini dapat digunakan
untuk, mendeskripsikan dan menentukan tiap warna yang terlihat oleh mata manusia.

Gambar 2.9 Roda Warna


Sumber: The Power of Color: Creating Healthy Interior Spaces, h. 47

A. Hue (kualitas warna)


Adalah karakter primer atau esensi murni dari sebuah warna atau kualitas yang
membedakan warna satu dengan lainnya. Dengan kata lain hue merupakan warna yang
murni tanpa dicampur dengan hitam, putih, ataupun abu-abu. Secara fisika, hue adalah
panjang gelombang yang dimiliki sebuah warna. Kita mengidentifikasi sebuah hue
dengan membedakan warna crhomatic satu dengan yang lainnya, seperti merah-oranye
dari oranye atau biru dari biru kehijauan. Jumlah hue yang dapat dikenali tidak
terhingga, dan semuanya dapat dijelaskan dalam istilah yang berhubungan berdasarkan
6 warna primer dan sekunder yang sudah familiar: ungu, biru, hijau, kuning, oranye,
dan merah. Warna putih, abu- abu, dan hitam termasuk tidak berwarna sehingga disebut
juga achromatic, selain itu juga ada yang menyebut dengan warna netral dan ketiganya
membentuk skala abu-abu.

Gambar 2.10 Hue Warna


Sumber: http://www.oil-painting-techniques.com/color-theory.html

B. Lightness: value

32
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Value digunakan untuk menyatakan terang atau gelapnya warna. keterangan dari
sebuah pigmen adalah ukuran berapa banyak cahaya yang dipantulkan dari
permukaaannya. Terkadang brightness digunakan sebagai sinonim untuk lightness.
Brightness adalah intensitas sensasi terang cahaya ketika menjelaskan cahaya, dan
berarti saturasi tinggi ketika menjelaskan warna. Kita dapat merubah value dari sebuah
warna dengan menambahkan hitam atau putih. Mencampur dengan warna putih akan
meningkatkan nilai value-nya dan menciptakan tint yang jika ditambahkan berangsur-
angsur akan menjadi semakin terang sehingga hampir mencapai putih, sedangkan ketika
hitam dicampurkan akan menciptakan shade atau warna bayangan dari hue tersebut.
Sebagai contoh, merah muda atau pink adalah tint dari warna merah, sedangkan merah
tua atau maroon adalah shade dari warna merah yang sama yang digunakan untuk
menciptakan warna merah muda tersebut. Cara yang digunakan untuk menyesuaikan
value berbeda-beda tergantung media yang digunakan. Pada zat warna yang solid, kita
dapat menambahkan warna putih agar menjadi lebih terang/muda, namun pada cat air
kita harus mengencerkan dengan air untuk mengurangi value-nya. Dalam produk print,
titik-titik warna dijauhkan jaraknya untuk menciptakan warna yang lebih muda, jika
kertas dasar yang digunakan adalah putih.

Gambar 2.4 Contoh Perubahan Value pada Sebuah Warna


Sumber: http://www.oil-painting-techniques.com/color-theory.html

C. Saturasi

Saturasi, juga disebut sebagai kekuatan, intensitas, atau chroma, untuk menunjukkan kemurnian
dari sebuah warna tertentu, kualitas yang dapat membedakan dari warna yang diberi abu-abu
atau warna yang lebih lemah. Dua warna mungkin saja merupakan hue yang sama persis, tidak
ada yang lebih terang atau lebih gelap dari yang satunya namun terlihat berbeda dalam kekuatan
warnanya. Untuk mengurangi level saturasi, kita dapat mencampurkan abu-abu dengan value
yang sama dengan hue warna tersebut. Albert Munsell menyebutkan bahwa tiap warna memiliki
tiga dimensi yang terdiri dati ketiga atribut tersebut.

Gambar 2.5 Contoh Perubahan Saturasi pada Sebuah Warna


Sumber: http://www.oil-painting-techniques.com/color-theory.html

33
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 2.6 Tiga Dimensi Warna – Hue, Value, dan Saturasi


Sumber: Interior Color by Design, h. 10

Mengetahui hal-hal yang mendasar mengenai warna membantu kita untuk dapat
menerapkan hal yang bersifat teknis ketika ingin menggunakan warna tertentu. Jika
sudah begitu, kita dapat membuat warna yang tepat untuk hasil yang ingin kita berikan.

2.6.6 Warna dan Pengaruhnya


Tak dapat dipungkiri warna memberikan dampak psikologis bagi yang
melihatnya. Tak hanya estetika, yang indah dipandang mata, banyak yang dapat
dipengaruhi dan dibentuk oleh warna. Visual manusia membimbing panca indra yang
lainnya untuk juga ikut merasakan. Pengaruhnya pun tak hanya dalam lingkungan tiga
dimensi saja, namun juga empat dimensi. Beberapa reaksi manusia terhadap warna
terjadi dalam level tidak sadar namun memiliki efek yang universal terhadap orang
kebanyakan. Berbagai persepsi akan timbul dalam pikiran manusia jika dihadapkan
dengan warna tertentu pada ruang dan proporsi tertentu.

A. Volume

Penggunaan warna pada dinding dalam sebuah ruangan akan dapat membentuk persepsi
tertentu akan besar isi dari ruangan tersebut. Lightness merupakan faktor yang sangat
penting untuk mempengaruhi persepsi akan keterbukaan dalam ruang interior. Warna
muda atau pucat, warna-warna yang dingin, dan motif-motif yang kecil akan membuat
ruangan terasa lebih besar dari yang semestinya. Hue yang disaturasi atau gelap, warna-
warna hangat, dan motif yang besar akan membuat ruangan lebih timbul sehingga akan

34
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

terasa lebih sempit. Selain itu pencahayaan yang lebih terang juga dapat membuat
volume terasa lebih besar, dan sebaliknya. Penerapan yang tepat akan dapat berguna
terutama jika menghadapi penghuni dengan kondisi tertentu seperti penderita fobia pada
ruang sempit dan tertutup atau klaustrofobia.

B. Ukuran dan Berat

Untuk memberikan efek ini value sebuah warna akan sangat menentukan. Value
dapat mempengaruhi persepsi manusia terhadap berat sebuah permukaan. Warna lebih
gelap akan membuat benda terkesan lebih berat dan warna yang lebih muda atau pucat
akan terkesan lebih ringan. Warna juga dapat mempengaruhi persepsi akan ukuran atau
skala, warna gelap akan membuat benda terlihat lebih kecil atau tipis. Dalam sebuah
ruangan, warna-warna gelap pada dinding dan langit-langit terasa lebih menekan
sehingga akan memberikan perasaan akan berat dan kepadatan, dinding bata yang dicat
putih akan membuat kesan material tersebut lebih ringan dibandingkan dengan
menggunakan warna aslinya.

Gambar 2.7 Warna yang Memberi Pengaruh pada Volume, Ukuran dan Berat Sebuah
Benda Sumber: Ilustrasi Pribadi , 2017
C. Suhu

Warna juga dipercaya memberikan pengaruh dalam memberi sugesti akan


kehangatan ataupun kedinginan. Dalam buku Elements of Color, Johannes Itten
menceritakan tentang percobaannya yang menunjukkan terdapat perbedaan 5-7 derajat
dalam perasaan subjektif antara hangat atau dinginnya ruang kerja yang dicat biru-hijau
dan ruang kerja yang dicat merah-oranye. Pengguna ruangan biru- hijau merasa dingin
o
pada suhu 59 F, sedangkan pengguna ruangan merah-oranye baru merasa dingin jika
o
suhu ruangan diturunkan menjadi 52 F. Contoh lainnya adalah dari percobaan Clark
pada kantin di sebuah pabrik dengan dinding berwarna biru muda, para pegawai
o
mengeluh kedinginan meskipun suhu diset pada 75 F. Dinding lalu dicat ulang dengan

35
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

o
warna oranye dan dengan suhu yang diset pada 75 F, namun ternyata terasa terlalu
o
hangat sehingga suhu diturunkan menjadi 72 F. Begitu pula dengan hasil studi di
Norwegia yang dilakukan oleh Porter dan Mikellides, orang-orang cenderung mengatur
suhu 4 derajat lebih tinggi dalam ruang biru dibandingkan dengan ruang merah. Warna-
warna yang dinilai hangat adalah merah, oranye, kuning tua, kuning, dan kuning-
oranye. Serta yang jelas merupakan warna dingin adalah hijau, biru-hijau, dan biru.

Efek-efek tersebut mungkin juga akan tergantung pada iklim daerah setempat.
Sesuai dengan iklim negara Indonesia yang tropis, maka penggunaan warna-warna yang
dingin akan lebih menguntungkan karena akan lebih sedikit energi yang digunakan
untuk pendingin ruangan, sehingga juga akan lebih sedikit membutuhkan biaya
operasionalnya, namun perlu dipikirkan juga fungsi ruang tersebut agar penggunaannya
dapat tepat sasaran. Mungkin saja dengan penerapan yang tepat akan dapat mengurangi
dampak pemanasan global yang makin besar saja pada masa sekarang ini dimana
penggunaan konsep bangunan hijau sangat besar perannya, dimulai dari hal yang kecil,
warna.

D. Suara

Krakov, Allen, dan Schwartz (Birren 1982) menemukan bahwa suara-suara


bising dan bau-bauan serta rasa yang kuat membuat mata lebih sensitif terhadap warna
hjau dan kurang sensitif terhadap merah. Stimulasi akan indera, kecerahan, dan
kebisingan terasosiasi dengan efek warna-warna hangat. Suara-suara nyaring dan
melengking cenderung dibandingkan dengan keberadaan hue-hue yang terang,
sedangkan suara-suara rendah dengan hue yang lebih gelap dari warna yang sama.
Asosiasi tersebut akan sangat berguna untuk mengimbangi secara visual pada
lingkungan dengan polusi suara seperti tempat-tempat industri. Ruangan yang sudah
berisik akan terasa lebih berisik lagi jika dicat dengan warna merah atau kuning
menyala, penggunaan warna hijau zaitun mungkin akan lebih mengimbangi masalah
tersebut. Heinrich Frieling (1980), telah melakukan berbagai uji coba secara ekstensif
mengenai warna dan efek sinestetiknya. Dia menemukan asosiasi berbagai warna
terhadap suara-suara tertentu, seperti: merah dengan keras, terompet; pink/merah muda
dengan lembut, halus; oranye dengan keras, kunci mayor; cokelat dengan gelap, jauh,
kunci minor; kuning emas dengan keriuhan, kunci mayor; kuning dengan jeritan, kunci
mayor; kuning-hijau dengan melengking, kunci minor; hijau dengan sayu (jika kusam),
jeritan (jika disaturasi); hijau-biru dengan lembut; biru dengan kejauhan, suling hingga
biola; dan sebagainya.

36
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

E. Waktu

Siapa sangka persepsi terhadap waktu juga dapat dipengaruhi oleh warna. Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh Deborah Sharpe dan Carlton Wagner serta Porter dan
Mikellides (1976) menyatakan bahwa kita akan merasa wartu berjalan lebih cepat jika
berada dalam ruangan dengan warna hangat, terutama merah. Sedangkan waktu akan
terasa berjalan lebih lambat jika berada dalam ruangan berwarna biru. Selain itu,
mengenai level saturasi, waktu juga akan terasa berjalan lebih cepat di dalam tempat
yang diberi warna-warna cerah dibandingkan dengan dengan yang tidak. Secara
psikologis, hal ini mungkin berhubungan dengan ketertarikan seseorang jika berada
dalam sebuah lingkungan, daya tarik sebuah desain juga akan mempengaruhi persepsi
seseorang akan waktu yang dihabiskan ketika berada didalam suatu tempat.

Gambar 2.8 Pembagian Warna Hangat dan Dingin pada Roda Warna yang
Mempengaruhi Persepsi terhadap Temperatur, Waktu, dan Suara
Sumber: http://colors.napcsweb.com/colorschemer/color_wheel.html, 2017

F. Aroma dan Rasa

Indra lain yang juga dapat dipengaruhi oleh warna adalah indra penciuman dan
perasa, dimana kedua indra ini memang saling berhubungan satu dengan lainnya. Selain
memiliki asosiasi dengan hal-hal yang sudah disebutkan sebelumnya, warna juga
membentuk asosiasi dengan berbagai aroma dan rasa yang beraneka ragam. Warna yang
memiliki asosiasi dengan aroma yang sedap adalah merah muda, lavender, kuning
pucat, dan hijau. Sedangkan warna koral, peach, kuning lembut, hijau muda, flamingo,
dan merah labu memiliki asosiasi dengan rasa yang enak. Aroma yang manis akan
terasa semakin kuat dengan keberadaan warna merah, bahkan jika merah tersebut
adalah warna merah yang muda. Namun efek aroma yang manis tersebut akan
berkurang pada lingkungan berwarna hijau atau biru. Frieling melalui Insitute of Color

37
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Psychology juga membuat daftar asosiasi aroma dan rasa terhadap warna, yaitu: merah
dengan manis, kuat; merah muda dengan agak manis, sejuk; oranye dengan kuat; coklat
dengan apek, panggang; kuning dengan asam; kuning-hijau dengan asam, sesuatu
dengan rasa yang tajam; hijau dengan asam, berair; hijau-biru dengan menyegarkan
sampai asin; biru dengan tidak berbau; ungu dengan narkotik, berat, manis; dan ungu
muda dengan manis. Asosiasi terhadap rasa dan aroma ini akan sangat berguna jika
diterapkan pada lingkungan perindustrian dan juga ruangan yang digunakan sebagai
aktifitas masak dan makan seperti restoran, kantin, ruang makan keluarga, dan dapur.
Ada baiknya jika menggunakan warna yang ‘beraroma enak’ pada ruang-ruang tersebut
agar suasana makan menjadi nyaman dan ruangan menjadi efektif.

G. Indera Peraba

Warna juga memberikan impresi terhadap tekstur atau indera peraba. Merah
terlihat kokoh dan solid, jika diubah menjadi merah muda akan terlihat lebih tajam dan
berkurang kesolidannya. Oranye terlihat kering, jika digelapkan menjadi coklat akan
tetap terlihat kering, namun tergantung posisi hue-nya, bisa saja akan menjadi kental
hingga berlumpur. Warna pasir, kuning tua, memberi kesan berpasir dan rapuh, hijau
membuat sebuah permukaan terlihat halus hingga berkabut, namun lebih halus, lembut,
dan berair jika menjadi hijau-biru. Biru terkesan halus, dan biru laut, ungu, serta merah
tua terasa terlihat seperti beludru.

Meskipun analisis mengenai efek secara umum dari rangsangan warna terhadap
manusia sebagian besar berdasarkan pengamatan psikologis, namun akan sangat
membantu untuk meningkatkan kualitas sebuah lingkungan tertentu dan memperbaiki
fungsinya, serta mengurangi masalah-masalah yang dihadapi dalam sebuah produk
arsitektur. Dan harus ditegaskan juga bahwa keberagaman warna dalam sebuah
lingkungan arsitektur itu sangat diperlukan karena kekuatan psikologis yang dihasilkan
oleh hanya satu jenis warna saja tidak dapat memenuhi kebutuhan sebuah lingkungan
setiap waktu. Oleh karena itu, penggunaan keberagam warna yang sesuai kebutuhan
sangat perlu agar dapat menciptakan lingkungan yang seimbang.

2.6.7 Psikologi Warna pada Lingkungan Pendidikan

Ketika warna digunakan dalam lingkungan belajar, fungsi mengalahkan estetika.


Warna tren & frivolities lain menjadi prioritas yang terakhir. Ilmu psikologi warna
adalah alasan untuk memilih biru di atas merah, atau oranye di atas ungu. Palet warna
digunakan dengan baik agar meningkatkan penyerapan informasi & memfasilitasi

38
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

proses berpikir.

Usia siswa merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan. Menurut Frank


Mahnke (Warna, Lingkungan & Response Manusia) ada pedoman dan standar yang
harus di ikuti. Siswa Preschool dan SD lebih memilih sisi yang lebih hangat dari palet
(merah / orange / kuning) sedangkan siswa tingkat SMA dan Kuliah tertarik pada sisi
dingin dari roda warna (biru / hijau / ungu muda). Nada ini lebih dingin membantu
mendukung pembelajaran dan meningkatkan ketenangan, dan perlu disadari bahwa
hormon siswa pada masa ini berpengaruh dalam pembelajaran.

2.7 Karakteristik dan ciri khas Peserta Didik berdasarkan Usia

2.7.1 Karakteristik Anak Usia 5-11 Tahun

1. Senang Bermain
Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu senang bermain. Karakteristik
ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru
hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan
jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA,
Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan
jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
2. Senang Bergerak
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk berjam-
jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh
karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang
lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3. Senangnya Bekerja dalam Kelompok
Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak dapat belajar aspek-aspek penting
dalam proses sosialisasi seperti : belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,belajar setia
kawan,belajar tidak tergantung pada orang dewasa di sekelilingnya,mempelajari
perilaku yang dapat diterima oleh lingkungannya,belajar menerima tanggung jawab,
belajar bersaing secara sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja
dalam kelompok,belajar keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini

39
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang


memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta
siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari
atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
4. Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang terkait dengan perkembangan
kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah,
anak belajar menghubungkan antara konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama.
Pada masa ini anak belajar untuk membentuk konsep-konsep tentang angka
,ruang,waktu, fungsi badan,peran jenis kelamin,moral. Pembelajaran di SD cepat
dipahami anak, apabila anak dilibatkan langsung melakukan atau praktik apa yang
diajarkan gurunya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh
anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak
langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan
sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu
bertiup.

Ciri-ciri pada masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) :


1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.
2. Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.
4. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak
menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka
membuat peraturan sendiri.

2.7.2 Karakteristik Remaja

Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut

40
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.
Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya
masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada
yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang
diperpendek.

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah
dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi
Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa
remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih
banyak dikutip orang.

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan
bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,
moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003). Karakteristik remaja
yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan
masalah pada diri remaja.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat


menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
b. Ketidakstabilan emosi yang dapat mengganggu motivasi belajar remaja.
c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentang dengan orang tua.
f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
g. Senang bereksperimentasi.
h. Senang bereksplorasi.
i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

41
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat


terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam
aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu
mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami
penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan remaja
yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri
remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami oleh remaja.

2.7.2.1 Meningkatkan Motivasi Belajar Remaja Melalui Pemahaman Karakteristik Remaja


Remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Pada masa remaja
banyak hal baru yang dialami oleh remaja pada masa ini, kebanyakan pada masa ini
remaja mengalami krisis identitas atau pencarian identitas diri. Pada proses pencarian
identitas diri ini remaja sering mengalami masalah. Salah satu masalah yang sering
timbul adalah turunnya motivasi belajar. Dalam mengatasi masalah krisis motivasi
seorang remaja membutuhkan pembimbing yang tepat, seperti orang tua dan keluarga
serta guru atau pendidik.
Sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh pelajar remaja adalah disekolah,
orang yang paling tepat untuk meningkatkan motivasi belajar mereka adalah guru.
Sebagai seorang pendidik guru memiliki andil besar untuk membentuk karakter
muridnya, untuk membentuk karakter tersebut guru haruslah mengerti bagaimana
karakteristik awal seorang murid tersebut. Setelah memahami bagaimana karakteristik
muridnya barulah ia dapat menentukan tindakan yang tepat yang harus ia lakukan untuk
membimbing muridnya menuju karakter yang lebih baik. Demikian pula langkah yang
harus ditempuh seorang guru untuk meningkatkan motivasi belajar muridnya, ia
sebaiknya memahami karakteristik muridnya terlebih dahulu. Setelah memahami
karakteristiknya seorang guru akan mengetahui metode apa yang tepat digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar seorang murid.

42
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2.8 Konsep Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat juga dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesian (2002:
756) ialah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Secara psikologi motivasi berarti
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya. Menurut Sugihartono dkk (2007: 20) motivasi
merupakan suatu kondisi yang menyebabkan timbulnya perilaku tertentu yang memberi
arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motivasi adalah perubahan energi di hati
dari seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan (Mc Donald dalam Sardiman, 2006: 73-74).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ialah suatu kondisi yang
menyebabkan atau menimbulkan seseorang terdorong untuk bertindak demi
mencapai suatu tujuan.
Menurut Hamzah B. Uno (2012:23) Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

• adanya hasrat dan keinginan berhasil;

• adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

• adanya harapan dan cita-cita masa depan;

• adanya penghargaan dalam belajar;

• adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

• adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan sesorang dapat


belajar dengan baik
Hamzah B. Uno (2012:9 ) menjelaskan isi dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik, yaitu
sebagai berikut:

43
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Motivasi Intrinsik:

1. penyesuaian tugas dan minat;


2. perencanaan yang penuh variasi;
3. umpan balik atas respon siswa;
4. kesempatan respon peserta didik yang aktif;
5. kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaanya.

Motivasi ekstrinsik berisi:

1. penyesuaian tugas dengan minat;


2. perencanaan yang penuh variasi;
3. respons siswa;
4. kesempatan peserta didik yang aktif;
5. kesempatan peserta didik untuk menyesuaikan tugas pekerjaanya;
6. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

Komponen luar (outer component) ialah yang diinginkan seseorang, tujuan dari
arah kelakuannya.Jadi komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujan yang hendak dicapai Menurut Hamalik
(2001:159) “Nilai motivasi dalam pengajaran adalah menjadi tanggung jawab guru agar
pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak
bergantung pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar murid” .
Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang
dapat belajar dengan baik membuat siswa lebik aktif dalam pembelajaran, hal tersebut
dapat dilihat dari siswa berani menyampaikan pendapatnya, lingkungan yang kondusif
sehingga menjadi nyaman dalam pembelajaran dan lingkungan yang aktif dalam
pembelajaran.

Berdasarkan ciri-ciri diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
ciri-ciri termotivasi adalah siswa yang memiliki hasrat atau keinginan berhasil dalam
belajar, belajar sebagai kebutuhannya, memilikicita-cita, dan adanya penghargaan,
kegiatan menarik dalam belajar, lingkungan belajar yang kondusif yang membuat siswa
nyaman belajar. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan indikator motivasi
menurut Hamza B.Uno.

44
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik
kelas menurut Loisell (Winataputra, 2005:9.22) yaitu sebagai berikut.

1. Visibility ( Keleluasaan Pandangan) Visibility artinya penempatan dan penataan


barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa
secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.
Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai) Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk
meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa
dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan) Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan
dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat
duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan
kerja kelompok.
4. Kenyamanan Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas
yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan
menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

2.9 Definisi Colorful

Persepsi terhadap warna melibatkan respon psikologi dan fisologi manusia.


Apabila ditinjau dari psikologis atau emosi manusia, makna dan arti warna-warna yang
ada itu bisa menunjukan kesan perasaan akan sesuatu, objek, cahaya, mata dan otak
terlibat dalam proses sensasi dan persepsi yang kompleks. Secara psikologis diuraikan
oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur, warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang
hanya dapat diamati saja, warna dapat mempengaruhi kelakuan dan memegang peranan
penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan

45
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

bermacam-macam benda. Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan bahwa selain hanya
dapat dilihat dengan mata, ternyata warna bisa menyampaikan pesan
untuk mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut
menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda. Arti dari setiap warna dari segi
emosi ini pun sudah pernah diteliti sejak dulu. Seperti Lois B.Wexner (1954) sudah
pernah melakukan penelitian tentang keterkaitan warna dengan suasana hati (mood).

Bahkan Psikolog Amerika, Frank H. Mahnke (1996) juga pernah memimpin


eksperimen tentang keterkaitan warna dengan emosi (UK Essays Film Studies:
2015).Pemilihan warna adalah hal mendasar yang menjadi bahan pertimbangan dalam
men-desain tempat kursus bahasa Inggris. Pemilihan warna pada suatu bangunan
memiliki pengaruh yang kuat pada perasaan dan emosi penggunanya. Ada
kemungkinan, keadaan fisik penggunapun juga dapat dipengaruhi oleh warna-warna
tertentu pada ruang yang ditempati. maka dari itu, penggunaan warna harus
dipertimbangkan dengan matang pada saat mendesain interior bangunan umum,Aplikasi
warna-warna lebih cerah dianggap mampu memunculkan nuansa semangat dan
menyenangkan. Sehingga suasana yang tercipta membuat peserta didik merasa betah
ketika harus berlama-lama berada di dalam kelas.

Gambar 2.9 Suasana Interior dengan konsep Colorful


Sumber : pinterest.com

2.10 Kajian Tema Modern

Desain interior dengan tema modern sulit ditentukan secara definitif. Istilah
modern ini mengacu pada pengaruh seni modern pada desain interior, namun tidak
selalu merujuk pada era dan usia desain. Desain modern tidak sama dengan
kontemporer yang artinya adalah gaya yang terbaru dan sedang tren.

46
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gerakan seni modern sendiri ada lebih dulu daripada desain interior modern.
Dalam lukisan, modernisme dimulai dengan impresionis dan hal-hal lain yang
menggunakan abstraksi dalam pekerjaan mereka. Desain inteior modern tumbuh dari
seni dekoratif, terutama art deco pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Pergerakan
ini mencapai puncaknya pada tahun 1950 dan 1960- an. Desain Interior dengan tema
modern, sebagaimana yang masyarakat kenal sekarang, mulai populer selama era pasca
Perang Dunia II. Namun sebenarnya tema modern berakar pada seni dekoratif pada
awal abad 20, terutama pada periode Art Deco. Konsep penggunaan material baru yang
inovatif seperti plastik mempengaruhi gaya hidup modern dan kontemporer. Karakter
dari desain interior modern adalah :

• Bentuk elemen interior yang mengikuti fungsi.


• Bentuk geometris yang berupa kotak kaku, maupun yang ujungnya melengkung atau
membentuk kurva. Lingkaran dan oval sempurna juga merupakan bentuk yang
umum dalam desain interior modern.
• Menghindari adanya penggunaan hiasan dan ornamen dekoratif.
• Penggunaan material bertekstur yang minim.
• Penggunaan material fabrikasi seperti kayu, plastik, logam, dan material berkilau.

Gambar 2.10 Ruangan Tema Modern


Sumber: pinterest.com, 2017

47
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 2.11 Furniture Tema Modern


Sumber : Pinterest, 2017

2.11 Kajian English Course TBI Surabaya

Gambar 2.12 TBI Surabaya


Sumber : Googlemaps.com

TBI adalah lembaga kursus bahasa Inggris ternama yang menyediakan berbagai
program pelatihan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris para siswa
serta rasa percaya diri mereka hingga melampaui ambang batas dengan menerapkan
metode pembelajaran secara komunikatif, berbasis pada praktek, dan berpusat pada
siswa. Selain metode pembelajaran tersebut, TBI juga senantiasa mengembangkan
kemampuan mengajar para guru yang disupervisi secara langsung oleh tim Pendukung
Akademik TBI. TBI terdaftar sebagai Yayasan Pendidikan pada tahun 1984 dan sejak
saat itu telah membantu ribuan siswa untuk berkembang lebih baik dalam bidang
profesi mereka masing-masing seiring dengan tercapainya tujuan pelatihan Bahasa
Inggris mereka. Lebih dari 50,000 siswa telah mengemban ilmu di 16 sekolah TBI yang
berlokasi di 9 kota di Indonesia. Salah satunya adalah kota Surabaya. TBI mempunyai
2
luas bangunan 650 m dan terdiri dari 2 lantai. Memiliki 9 ruang kelas, 1 Perpustakaan
yang juga berfungsi sebagai study center dan 4 ruang kantor (Administrasi, ruang guru ,
dll) dengan desain interior rumah Kolonial Belanda. TBI Berlokasi di Jl..Darmokali
No.38, Darmo, Wonokromo, Kota SBY, Jawa Timur 60241

48
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 2.2 Lokasi TBI Surabaya


Sumber : Googlemaps, 2017

2.11.1 Corporate Image

A. Logo

CMYK : 0, 92, 88,


64

CMYK : 0, 0, 0, 100

Gambar 2.13 Logo TBI dan Keterangan Warma


Sumber : Managemen TBI, 2017

Logo TBI menggunakan desain tulisan TBI dengan slogan tempat kursus.
Font tulisan berwarna hitam dan diberikan sedikit aksen dua garis di atas dan di bawah

49
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

tulisan TBI. Font menggunakan kombinasi dari dua jenis tulisan yang memiliki karakter
yang berbeda, penulisan kata TBI menggunakan penulisan yang kaku dan formal,

sedangkan penulisan kata “your english partner” lebih dinamis dan memberi kesan
“muda” dan lebih santai.
Untuk penggunaan warna, logo TBI menggunakan warna merah tua, dipilih
karena melambangkan kepercayaan, kebijaksanaan, dan kematangan untuk suatu
institusi atau lembaga.

C. Sejarah TBI

Gambar 2.14 Sejarah TBI


Sumber : Managemen TBI,2017

D. Program Pembelajaran TBI


Pelatihan Bahasa Inggris bagi umum
• Global English (<15 Tahun)

50
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

• Business Communication
• International Examination Preparation for the TOEFL & IELTS Test
• Young Learners : Children’s and Teenagers Classes (3,5 – 15 Tahun)
• Conversation classes
• Modules, termasuk kelas writing

E. Slogan
“Your English Partner”
Arti dari slogan tersebut adalah : Bersama TBI peserta didik akan meningkatkan
kemampuan bahasa Inggris dan kepercayaan diri mereka sehingga mampu bersaing
dalam komunitas global.
F. Visi
Untuk menjadi penyedia pelatihan bahasa Inggris yang lebih diminati dan diakui
sebagai institusi terpercaya, menyelenggarakan pelatihan bagi khalayak umum secara
luas maupun sektor pelatihan perusahaan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
yang komunikatif, berbasis pada praktek, dan berpusat pada siswa.
bahasa baru
G. Misi
Misi TBI adalah untuk menjadi pusat pelatihan bahasa Inggris yang terbaik di
Indonesia dan Asia Tenggara melalui penyelenggaraan pelatihan dan ‘service’ berkelas
dunia. Dengan menjadi suatu penyelenggara berkelas dunia, kami bertujuan untuk dapat
membangun kemampuan pendidik, para profesional, entrepreneur dan murid untuk
dapat berkomunikasi dengan komunitas global melalui media bahasa inggris.

H. Nilai-nilai
• Penyelenggara pelatihan berkualitas
• Pemberian kesempatan untuk pengemban sumber daya manusia
• Saling menghargai dan membangun hubungan
• Menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar
• Kerjasama antarbudaya

51
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

I. Struktur Organisasi

Gambar 2.16 Struktur Organisasi TBI


Sumber : Management TBI, 2017

J. Quality Assurance
TBI memiliki suatu tim khusus, Academic Training and Support, yang
menyelenggarakan pelatihan guru CELTA dan ITE. Para pengajar yang terpilih untuk
duduk dalam tim ini telah memiliki jam terbang bertahun-tahun serta sangat
berpengalaman dan berkualifikasi internasional, termasuk Diploma in English Language
Teaching for Adults (DELTA). Selain menyelenggarakan program-program pelatihan
guru, mereka juga bertindak sebagai acuan dan sumber daya bagi para pimpinan tim
akademik (Guru Kepala) di sekolah-sekolah kami dalam hal metodologi pendidikan dan
kurikulum terkini. Kunjungan pengendalian mutu ke sekolah-sekolah kamu juga
diadakan secara teratur untuk memastikan dipertahankannya baku akademis dan mutu c

52
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

K. Corporate Social Responsibility


TBI telah menjalin kerja sama yang erat dengan Departemen Pendidikan
Nasional untuk memberikan pelatihan secara Cuma-Cuma kepada para guru sekolah di
daerah seperti Pasuruan dimana kesempatan untuk mendapatkan pengembangan
kemampuan sulit didapat.
2.11.2 Analisa Eksisting

1. Lantai 1
lantai 1 TBI merupakan area utama pada gedung ini. Hampir semua ruangan
terdapat pada lantai 1. Area public pada lantai 1 antara lain entrance area , lounge area,
perpustakaan, study centre, kantin dan wc. Area semi public yang terdapat pada lantai
satu adalah ruang kelas. Ruang kelas yang terdapat di lantai 1 adalah sebanyak 4 kelas
(3 kelas untuk program anak-anak, 1 kelas untuk placement test). Akses tamu dari pintu
masuk langsung menuju entrance area yaitu ruang tunggu utama dan resepsionis.

Gambar 2.16 Denah Lantai 1 & Potongan


Sumber : Managemen TBI, 2017

53
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Tabel 2.1 Daftar Ruang Lantai 2

54
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

55
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

56
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2. Lantai 2

Lantai 2 termasuk ke dalam area semi private, karena di lantai 2 hanya terdapat
ruang kelas sebanyak 5 kelas. Ruang kelas tersebut digunakan untuk program belajar
kategori teen sampai GE)

Gambar 2.18 Denah Lantai 2 & Potongan


Sumber : Management TBI

Tabel 2.2 Daftar Ruang Lantai 2

1. Ruang Kelas

Terdapat 9 kelas di TBI. 4 kelas di lantai 1 (3 kelas untuk program children, 1 untuk kelas placement test) & 5 kelas di
lantai 2 (kelas untuk program teens & GE). Semua kelas mempunyai ukuran, dekorasi dan layout furniture yang sama.
Yang membedakan kelas program children dengan teens&GE hanya pada penggunaan dekorasi poster pada dinding,
kalau untuk children di sesuaikan gambar-gambar poster tersebut untuk anak-anak. Design style juga menyesuaikan
dengan design seluruh gedung, menggunkana kursi belajar standard.
• Kapasitas ruangan max. 17 orang. Ruangan mempunyai luas yang cukup kecil sehingga penempatan kursi
harus sangat dempet.
• Interior terlalu sederhana, tidak ada hiasan dan design yang menarik
• Terdapat tempat untuk proyektor yang lama yang masih terpasang di dinding, menggangu estetis ruangan.
• Lantai yang terkesan sangat jadul, tidak menyenangkan untuk dilihat.

57
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2.11.3 Analisa Perpindahan Eksisting

Lokasi : Jl. Kertajaya Indah, Sukolilo

Karakteristik pemilihan lokasi, yaitu:

1. Dekat dengan pemukiman penduduk


2. Aksesibilitas yang mudah
3. Infrastruktur wilayah yang lengkap (jaringan jalan, jaringan air bersih dan
jaringan telekomunikasi)
4. Merupakan wilayah pelajar (dekat dengan sekolah dan universitas)

Gambar 2.19 Lokasi pemindahan eksisting


Sumber : google maps, 2017

A. Analisa Eksisting Baru

Lokasi eksisting interior yang digunakan terletak di Jl. Sersan Bajuri Bandung, Jawa
Barat. Denah eksisting ini merupakan proyek pendidikan non-formal kelompok bermain
anak. Penggunaan gedung sesuai dengan kebutuhan dan fungsi dari TBI Surabaya,
sehingga akan menunjang citra dari TBI Surabaya itu sendiri. Dalam upaya
mengembangkan kualitas yang dimiliki, juga upaya merubah opini masyarakat akan
citra yang sudah ada, TBI mencoba melakukan perubahan tampilan menjadi lebih
sederhana, elegan dan fleksibel.

58
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 2.21: Siteplan TBI


Sumber : dokumentasi pribadi, 2017

Pada lantai 1 ini tidak terdapat banyak sekat ruangan, area yang luas dapat di
gunakan menjadi perpustakaan atau study centre. Dan pada lantai 2 Di lantai 2 terdapat
beberapa ruangan-ruangan yang fungsinya dulu adalah sebagai ruang kelas. Area lantai
2 ini dapat di gunakan menjadi area ruang kelas. Digabung pada satu lantai, agar
memudahkan akses para murid.

Gambar 2.22: Eksisting lantai 1 & 2


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2017

59
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2.12 Kajian Pembanding


A. Wall Street Institute Jakarta

Gambar 2.22Logo
Sumber : google,2017

Wall Street English Indonesia sudah dikenal luas sebagai brand lembaga bahasa
Inggris untuk dewasa Nomor 1 di dunia. Didirikan pada tahun 1972, Wall Street English
memiliki lebih dari 460 learning centers yang tersebar di 28 negara di seluruh penjuru
dunia, dan terhitung sudah memiliki lebih dari 3 juta siswa. Wall Street English masuk
ke Indonesia pada tahun 2007 dan hingga saat ini telah memiliki 7 centers yang tersebar
di daerah Jakarta, Tangerang, dan Bandung.

Wall Street Institute memiliki konsep desain yang berbasis retail, dimana setiap
kegiatan belajar yang berlangsung di dalam ruangan harus dapat terlihat dari luar.
Bukan hanya itu, Wall Street Institute juga mencitrakan diri sebagai tempat kursus
Bahasa Inggris dengan konsep pembelajaran yang berbeda yakni blended learning dan
bersemangat dalam segi pembelajaran dan juga desain. Permasalahan yang dihadapi
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mewujudkan desain center yang dapat terlihat jelas yakni dapat
terlihat dari luar namun tetap memberikan batasan antara luar ruangan dan bagian
dalam ruangan.
2. Bagaimana sistem keamanan yang harus diterapkan dalam ruangan tanpa
menghalangi pandangan dari luar ke dalam.

60
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

3. Bagaimana mewujudkan kenyamanan dalam segi ergonomi maupun estetika bagi


seluruh pengguna center WSI.

WSI Pondok Indah Mall


Berlokasi di lantai dasar Pondok Indah Mall 1, Jakarta Selatan. Merupakan salah
satu mall yang ramai dikunjungi di Jakarta Selatan. Berada di kawasan
perumahan mewah dekat dengan sekolah dan beberapa perkantoran. Target
utamanya adalah pengunjung Mall dan warga pondok indah dan sekitarnya.
Program English Course :
1. Speaking Centre
2. Complementary Class
3. Interactive Lesson
4. Social Club

Tabel 2.3 Foto dan deskripsi ruangan WSI Jakarta

Resepsionis

Area receptionist WSI Pondok Indah Mall


menggunakan backdrop kaca berwarna biru
dengan tulisan timbul Wall Street Institute
yang disorot oleh lampu. Meja receptionist
menggunakan bahan solid surface yang tahan
terhadap gesekan dan mudih dalam
pemeliharaannya. Desainnya modern dan
simple.

61
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Social Club

Pada area social club WSI Pondok Indah


Mall furnitur yang digunakan lebih ringan
dan berwarna sehingga terkesan lebih
muda dan modern. Ceiling menggunakan
gypsum dengan permainan drop ceiling
pada area kolom.

Encounter & Complimentary Class

Area encounter dan complimentary pada


setiap center menggunakan kaca tempered
bening dilapis stiker berlogo WSI.
Menggunakan lantai karpet dan furniture
yang simple namun tetap modern dan
formal.

Speaking Centre

Pada area speaking center menggunakan


akrilik berwarna pada setiap workstation.
Dinding di cat putih dan ceiling
menggunaan ceiling akustik.

62
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

A. English First Surabaya

Gambar 2.23 Logo English First


Sumber : google.com, 2017

EF Education merupakan lembaga pendidikan bahasa swasta terbesar di dunia


yang mengkhususkan diri dalam bidang pelatihan bahasa Inggris, wisata edukatif dan
pertukaran budaya. EF Education First didirikan pada tahun 1965 oleh Bertil Hult,
pengusaha muda berkebangsaan Swedia. Cabang EF yang dijadikan studi pembanding
adalah yang berlokasi di Surabaya yaitu jl. Kayun no.42.

Dengan tampilan sekolah yang modern dan eksklusif serta fasilitas yang
lengkap, course consultant yang ramah dan guru yang berpengalaman, sekolah EF
dilengkapi dengan fasilitas terbaik dan teknologi terbaru untuk memastikan kegiatan
pembelajaran bahasa Inggris yang efektif. Program studi yang ditawarkan oleh EF
sangatlah beragam, di kategorikan dari berbagai usia dan tingkat kemampuan ber-
bahasa inggris.

Fasilitas yang terdapat pada EF Surabaya adalah ruangan kelas yang lengkapi
dengan papan tulis, kursibelajar, dan computer. Lalu ruangan pendukung pembelajaran
diluar ruang kelas adalah ruang computer.

63
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Recepsionist
Area resepsionis di dominasi dengan dekorasi
kayu, warna yang digunakan hanyalah warna
putih sebagai cat dinding. Elemen estetis yang
terdapat di ruangan ini adalah penggunaan
partisi sebagai pemisah area depan dengan
area kantor. Desain partisi dengan
menggunakan foto-foto dari berbagai Negara.
Furniture untuk ruang tunggu juga berwarna
putih. Kesan modern dan simple sangat terasa
pada ruangan ini

Ruang Kelas
Ruang yang terlihat sangat simple. Aksentuasi
ruangan hanya menggunakan poster panjang
di sepanjang ruangan. Tidak ada ciri khas yang
ditampilkan dari ruangan ini.

Computer Room
Pada dasarnya ruang-ruang kelas di EF ini
mempunyai desain yang sama, menggunakan
kayu dan dinding yang berwarna putih. Meja
dan kursi computer yang kurang sesuai dengan
fungsinya.

Hallway
Hallway ruangan outdoor seperti pada ruangan
lainnya, menggunakan cat warna putih pada
dinding. Terdapat bebapa kursi untuk
menunggu di depan kelas

64
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BAB III
METODE DESAIN
3.1 Bagan Proses Desain
Metodologi desain adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
tahapan dari proses perencanaan ruang yang dimulai keika permasalahan perencanaan
dihadapkan pada desainer (dengan atau tanpa program) dan berakhir ketika
mendapatkan bentuk perencanaan fisik, biasanya dalam bentuk diagram (matriks
hubungan antaruang, program kedekatan antar ruang, dsb). Hal ini disebut proses pra
desain yang artinya tahap pengumpulan, riset, analisis, dan interpretasi data sebelum
perencanaan yang sesunguhnya.. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan adalah kuisioner
yang diberikan kepada peserta didik TBI. Sedangkan metode kualitatif yang dilakukan
adalah dengan observasi dan wawancara
• ANALISA KONSEP
• ANALISA
PERMASALAHAN
• OBSERVASI KONSEP
• SURVEY LAPANGAN • ANALISAH KEBUTUHAN
• KUISIONER RUANG OBJEK

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

METODE PENGUMPULAN
DATA

DESAIN INTERIOR PENDIDIKAN NON-FORMAL ENGLISH


COURSE TBI DENGAN PENERAPAN KONSEP “FLUID
MOVEMENT FOR BETTER LEARNING” YANG BER-
LANGGAM COLORFUL MODERN

KONSEP

Bagan 3.1 Mind Mapping Metodologi Riset


Sumber : Pribadi, 2017

65
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

IDENTIFIKASI OBJEK
(LATAR BELAKANG)

IDENTIFIKASI MASALAH

PENGUMPULAN DATA • KUISIONER


• OBSERVASI
• SURVEY
PUSTAKA
ANALISA DATA

KESIMPULAN

KONSEP DESAIN

DESAIN AWAL

EVALUASI DESAIN ALT.

DESAIN
TERPILIH

DESAIN FINAL GAMBAR 2D & 3D

IMPLEMENTASI DESAIN) • GAMBAR TEKNIK


• GAMBAR PRESENTASI

MODEL

Bagan 3.2 Metode Pengumpulan Data

66
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Sumber : Pribadi, 2017

Bagan di atas menjelaskan bagaimana proses dalam mengerjakan perancangan


interior. Secara urut proses dimulai dengan menentukan latar belakang permasalahan
dari objek yang akan dirancang. Setelah latar belakang ditentukan, maka akan muncul
berbagai permasalahan. Dari beberapa permasalahan maka dapat ditentukan tujuan dari
perancangan interior tersebut.

Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data berdasarkan masalah dan tujuan yang
telah diperoleh sebelumnya. Pengumpulan data ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Data primer, berupa hasil kuisioner, dan observasi.


2. Data sekunder, berupa hasil studi literatur dan studi pembanding.

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, dilakukan analisa terhadap data tersebut
untuk menghasilkan rumusan konsep desain. Konsep ini perlu untuk ditinjau kembali
apakah sesuai dengan tujuan dan telah menjawab permasalahan yang muncul
sebelumnya. Jika sesuai, maka dilanjutkan pada proses penerapan konsep pada objek
yang digunakan hingga menghasilkan desain akhir perancangan interior.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode yang digunakan adalah dengan memecahkan masalah yang ada dengan
menggunakan beberapa metode, yaitu :

1. Observasi

Observasi empiris dilakukan dengan cara merekam secara visual semua aktivitas,
perilaku pengunjung yang ada di waiting room, kantin, perpustakaan, ruang kelas, ruang
guru dan resepsionis TBI. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan TBI dan
Peserta didik TBI. Teknik observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan
kunjungan terhadap semua ruangan di TBI. Tujuan dari observasi adalah untuk
mengetahui permasalahan dari sudut pandang pengguna TBI.

67
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2. Kuisioner

Kuisioner merupakan metode pengambilan data yang diperoleh dari responden yang
terlibat langsung dengan objek terkait dengan cara memberikan formulir yang harus
diisi oleh responden. Tujuan dari pengambilan data melalui kuisioner ini adalah untuk
mengetahui kebutuhan pengguna tempat kursus Bahasa Inggris. Populasi dalam
penelitian ini adalah peserta didik TBI.

3. Studi literatur

Studi literatur merupakan data sekunder yang dapat diperoleh dari buku, jurnal,
laporan penelitian, koran, dan lain-lain. Data yang dibutuhkan dalam studi literatur yang
dilakukan adalah tinjauan tentang pendidikan non-formal tempat kursus Bahasa Inggris.

Dari data pustaka yang dapat dijadikan refrensi yang baik untuk menunjang
perancangan interior TBI Surabaya yang menggunakan konsep Fluid Movement
bernuansa Colorful Modern adalah :

a. Kajian tentang pendidikan non-formal


b. Kajian tentang fleksibilitas
c. Standar dan peraturan tentang English course
d. Visi dan Misi TBI
e. Psikologi warna dan bentukan serta suasana Colorful Modern
f. Elemen-elemen interior seperti: Warna, psikologi ruang, pencahayaan,
penghawaan, dll.

3.3 Analisa Data


Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan, tertutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Atau definisi lain
dari analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menubah data hasil dari
penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam mengambil
kesimpulan.

1. Adapun tujuan dari analisis data ialah untuk mendeskripsikan data sehingga bisa

68
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

di pahami, lalu untuk membuat kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai


karakteristik populasi berdasarkan data yang didapatkan dari sampel, biasanya
ini dibuat berdasarkan pendugaan dan pengujian hipotesis. Itulah penjelasan
mengenai analisis data semoga dapat dipahami. Hasil ini juga digunakan sebagai
acuan untuk proses desain sehingga hasil akhir perancangan yang dihasilkan
sesuai dengan apa yang diinginkan. Analisa yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Analisa Konsep Desain
Analisa ini dilakukan untuk menentukan konsep desain apa yang sesuai
dengan perancangan TBI. Hasil dari konsep ini akan digunakan dalam
perumusan judul dari perancangan desain.
2. Analisa Kebutuhan Ruang
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui ruang apa saja yang tersedia di TBI,
apakah ruangan tersebut sudah memenuhi kebutuhan pengguna TBI atau
belum, dan untuk menyelesaikan masalah kebutuhan pengguna dalam
melakukan aktivitas di TBI.
3. Analisa Ergonomi
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi ideal dari
tempat kursus bahasa Inggris yang berkaitan dengan pencahayaan,
penghawaan, antropometri, dan sirkulasi pengguna di tempat kursus. Analisa
ini digunakan untuk mengetahui apakah keadaan di TBI sudah sesuai dengan
kondisi yang ideal dan untuk menyelesaikan masalah kenyamanan pengguna
di TBI.
4. Analisa Pengguna
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari pengguna tempat
kursus Bahasa Inggris. Pengguna tempatk kursus Bahasa Inggris meliputi
karyawan TBI, peserta didik dan tamu TBI. Dengan mengetahui karakter
dari setiap pengguna TBI, maka dapat diketahui apa saja kebutuhan dan
kegiatan pengguna sehingga terciptalah desain yang memfasilitasi setiap
kebutuhan mereka.

69
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

3.4 Tahapan Desain


Metode desain interior TBI setelah mendapat dan mengumpulkan data- data
hasil riset desain dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan dalam mendesain, yaitu:

1. Penyusunan konsep desain Menuliskan semua hasil riset desain yang digunakan
sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan yang muncul yang telah terselesaikan
dan diangkat berdasarkan hasil dari studi pustaka.

2. Desain Awal Ide-ide desain dan penyelesaian awal dari permasalahan yang
didapatkan pada saat analisa data-data yang didapatkan.

3. Alternatif Desain Pada tahap ini desain tersebut dibuat lebih dari satu sehingga
memperoleh alternatif desain. Alternatif desain disesuaikan dengan konsep desain, dan
dapat kembali pada proses konsep desain jika pada alternatif ditemukan ide-ide baru.

4. Evaluasi Pada tahap ini, keseluruhan alternatif desain akan dipilih melalui tahap
kriteria dan asistensi hingga diperoleh satu desain terbaik. Kriteria yang diajukan yaitu
kesesuaian desain dengan judul, pengamplikasian aspek interior pada desain, dan masih
banyak lagi, kemudian di evaluasi (di asistensikan) untuk mendapat desain yang terbaik

5. Pengembangan Desain Setelah tahap evaluasi selesai, maka desain tersebut akan
melalui proses pengembangan desain, jika pada tahap ini desain kurang sesuai maka
dapat kembali lagi pada proses alternatif desain.

6. Desain Akhir Jika keseluruhan tahap desain selesai dilaksanakan, maka samapailah
pada tahap desain akhir berupa sketsa 3D, gambar teknik, maket dan animasi.

70
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Studi Pengguna

Pengguna English Course TBI adalah karyawan managemen TBI, pengajar,


peserta didik TBI dan tamu pendamping peserta didik.
Berdasarkan jenis-jenis pengguna TBI, maka dapat dijabarkan karakteristik tiap
pengguna sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Pengguna TBI

No. Jenis Pengguna Karakteristik


Disiplin, ramah terhadap pengunjung dan
peserta didik, informative dan tanggap.
Sebagian besar waktunya di habiskan di kantor
1. Karyawan Management
management TBI. Menganggap peserta didik
sebagai anak asuh sendiri.

Baik dan ramah terhadap pengunjung dan


peserta didik. Sangat mengayomi peserta
didiknya, saat dan setelah jam pelajaran selesai
2. Guru TBI guru tetap mendampingi peserta didik. Saat
waktu luang jika tidak sedang berada di ruang
guru, guru berada di area depan bercengkrama
dengan peserta didik dan petugas resepsionis
Mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
tergantung dengan usia. Untuk peserta didik
yang ber-usia 5-11 tahun cenderung periang,
selalu berinteraksi dengan karyawan dan guru-
guru TBI. Suasana kelas anak-anak lebih susah
untuk di kondisikan.
Usia 12-15 Tahun mempunyai karakter yang
disiplin tetapi membutuhkan banyak fasilitas
3. Peserta Didik
penunjang seperti wifi yang baik, ruang tunggu
yang menyenangkan, dll. Pada usia ini
cenderung berkumpul dengan teman
sepermainan-nya masing-masing.
Usia dewasa (>15 Tahun) lebih peduli pada
estetika dan fasilitas TBI, lebih pendiam, pada
waktu luangnya di gunakan untuk membaca
atau mengerjakan hal lain.
Jumlah pendamping tiap harinya tidak lebih dari
10 Orang, karena tidak semua peserta didik
4. Pendamping Peserta Didik didampingi oleh keluarga atau pendampingnya.
Jarang melakukan interaksi dengan karyawan
71
ataupun guru. Lebih mengutamakan fungsi pada
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

fasilitas ruang tunggu

4.2 Studi Ruang


TBI terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari ruang publik, semi private dan private.
Dari berbagai ruangan yang ada di TBI, maka dibentuklah analisa tentang ruangan
untuk menentukan kebutuhan fasilitas dan kebutuhan ruang pada beberapa ruangan di
TBI yang akan dirancang. Ruangan yang akan dirancang antara lain entrance area ruang
,ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang administrasi, ruang soshum, lounge,
kantin/coffee bar, perpustakaan, study centre, dan kamar mandi. Berikut adalah hasil
studi ruang pada TBI:

Gambar 4.1 Studi Kebutuhan beberapa ruang di TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

4.3 Hubungan Ruang

72
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Berdasarkan aktivtas-aktivitas yang ada dan meninjau standar hubungan ruang


pada TBI, didapatkan analisa hubungan ruang sebagai berikut:

A. Matriks Hubungan Ruang


Gambar 4.2 Matriks Hubungan Ruang pada TBI
LOBBY

RESEPSIONIS

PERPUSTAKAAN

RUANG GURU

R. ADMIN & SOSHUM

R. KEPALA SEKOLAH

WAITING ROOM2 Sumber :


Dokumentasi
KELAS
Pribadi, 2017
BERHUBUNGAN
R. REPLACEMENT TEST
B. Bubble
SEHARUSNYA BERHUBUNGAN
Diagram
TIDAK BERHUBUNGAN
KAMAR MANDI

Gambar 4.3 Bubble Diagram pada Beberapa Ruangan di TBI


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

4.4 Analisa Riset

73
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

A. Hasil Observasi
Observasi dilakukan secara langsung oleh penulis di TBI. Observasi dilakukan
untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari TBI. Berdasarkan kegiatan observasi
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut :

1. Dekorasi kelas yang belum mencirikan corporate identity perusahaan


2. Interior yang perlu pembaharuan.
3. Pencahayaan pada beberapa bagian ruangan perlu penyesuaian lebih lanjut
dengan fungsi dan kebutuhan.
4. Pemilihan furniture kelas yang terlalu sederhana.
5. Fasilitas berupa ruang computer dan perpustakaan membutuhkan perawatan dan
pemugaran karena sudah termakan usia sehingga performanya kurang maksimal.
6. Area waiting room dan perpustakaan adalah tempat yang paling sering ditempati
oleh murid TBI.

B. Hasil Kuisioner
Penulis menyebarkan kuisioner secara langsung yang diisi oleh 31 responden.
Responden yang mengisi kuisioner tersebut adalah peserta didik TBI Surabaya. Data
yang dibutuhkan penulis adalah data yang berkaitan dengan pengetahuan tingkat
kenyamanan interior TBI, dengan indikasi penilaian sangat setuju-sangat tidak
setuju, yang akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut :

1.

Gambar 4.4 Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

74
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

2.

Gambar 4.5 Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

3.

Gambar 4.6 Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

4.

Gambar 4.7 Charts Kuisioner Interior TBI

75
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

5.

Gambar 4.8Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

6.

Gambar 4.9 Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

7.

76
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 4.10 Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,201

8.

Gambar 4.11 Charts Kuisioner Interior TBI


Sumber : Dokumentasi Pribadi,2017

Kesimpulan :
Kesimpulan dari hasil kuisioner diatas adalah interior TBI dalam
keseluruhan sudah cukup menarik untuk pengguna, ruang kelas juga sudah
memberikan kenyamanan yang sesuai untuk pengguna. Hal yang dirasa kurang
sesuai adalah pengaruh interior kelas terhadap keaktifan murid dalam
beraktivitas.

4.5 Konsep Desain

Konsep makro yang diterapkan pada interior Sekolah TBI Surabaya bersumber
pada penyelesaian permasalahan yang terjadi pada objek desain. Dari analisa yang
dilakukan terdapat dua aspek permasalahan yang harus diselesaikan yaitu aspek
pengguna dan objek desain. Permasalahan pertama yaitu pada pengguna yang langsung
berinteraksi dengan objek yaitu murid, masalah pada muri adalah performa belajar yang
kurang baik karena lelah setelah mengikuti jam pembelajaran pada lembaga pendidikan
formal sebelumnya. Hal ini dapat menular ke teman-teman yang lain , lingkungan yang
tidak kondusif. Sehingga diperlukan desain layout kelas yang dapat berubah-ubah,
selain untuk menyesuaikan kegiatan atau aktivitas pembelajaran di kelas, layout ruang
yang berubah-ubah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang baru dan tidak
membosankan.

Permasalahan yang kedua adalah desain interior TBI yang kurang

77
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

mencerminkan corporate image TBI. Selain untuk memberikan tampilan ciri khas dari
TBI, Corporate image TBI diterapkan pada desain dengan menyalurkan energy positif
yang terdapat pada visi dan misi TBI dengan tujuan mencipatakan sebuah kepercayaan
diri pada murid.

Setelah melakukan pengumpulan dan analisa data, penulis merumuskan konsep


desain yang akan menyelesaikan permasalahan yang ada di English Course TBI.
Konsep yang dihasilkan adalah “Desain Interior pendidikan non-formal English Course
TBI dengan penerapan konsep “Fluid Movement for Better Learning” yang ber-
langgam Colorful Modern”.
Adapun di bawah ini penjelasan lebih lanjut dari konsep yang terpilih :
A. Fluid Movement
1. Konsep Layout/ sirkulasi ruang
Konsep Fluid movement yang diterapkan pada desain interior ini adalah
fleksibilitas, dari konsep tersebut diambil satu karakter utama fleksibilitas
berdasarkan Kroenburg 2007 yaitu Adaptasi. Adapun arti dari adaptasi
desain adalah desain yang dapat merespon perubahan-perubahan yang terjadi
, sehingga perubahan yang terjadi di masa deoan dapat diakomodir oleh
bangunan tersebut.
Berdasarkan prinsip penataan lingungan fisik kelas menurut
Loisell(Winataputra, 2005) : kelas harus mempunyai keleluasaan pandang (
visibility) dan fleksibilitas seperti penataan tempat duduk yang perlu diubah
jika proses pembelajaran enggunakan metode diskusi dan kerja kelompok.
Menciptakan suasana yang berbeda-beda, setiap dinding kelas dapat
digunakan sebagai papan tulis sehingga penempatan atau layout kelas dapat
berubah-ubah mengikuti kegiatan atau aktivitas di dalam kelas. Lalu
menciptakan arus sirkulasi di dalam ruang jelas dan mudah, pengguna
mudah mengerti per area. Hal ini dicapai melalui adanya perbedaan material
dan warna pada lantai.
2. Konsep Bentuk
Menciptakan suasana belajar yang menstimulasi performa belajar murid
dengan menggunakan bentuk yang lebih dinamis, baik dalam arti bentukan

78
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

yang “dinamis” ataupun komposisi bentukan yang “dinamis” bentukan-


bentukan yang digunakan bebas dan tidak memiliki batasan tertentu.
B. Colorful Modern
Berdasarkan jurnal AW Anggrita (2016) dalam studi pengaruh warna
pada interior terhadap psikologis penggunanya, dari sisi psikologi warna
mempunyai pengaruh kuat terhadap suasana hati dan emosi manusia.
Sehingga menggunakan warna sesuai dengan klasifikasi umur pengguna
dapat mempengaruhi suasana hati murid secara maksimal.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Design Matic pada tahun 2016
terhadap klasifikasi warna berdasarkan usia dibagi menjadi dua yaitu :
1. warna hangat untuk pengguna anak usia 5-15 Tahun
2. warna dingin untuk pengguna remaja usia diatas 15 Tahun

Dibawah ini merupakan contoh-contoh warna yang digunakan pada beberapa kelas di
Sekolah guna meningkatkan motivasi belajar murid :

79
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 4.12 Kelas yang Colorful


Sumber: Pinterest.com , 2018

C. Penerapan Konsep Corporate Identity

4.6 Aplikasi Konsep Desain

Konsep desain mikro merupakan dasar pemikiran desainer untuk memecahkan


permasalahan atau problem design pada skala penerapan pada objeknya. Konsep desain
dapat ditetapkan setelah perancang mampu mengidentifikasi atau menyimpulkan
problem desain sebagai analisa data yang diperoleh dari pemberi tugas, Konsep mikro
adalah hasil pemecahan masalah yang lebih rinci dari hasil penjabaran konsep makro,
terlebih dulu penulis akan memaparkan three method yang digunakan untuk dasar
pemikiran konsep mikro ini:

80
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 4.13 Tree Method


Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018

A. Konsep Plafon

Konsep plafon yang digunakan pada desain keseluruhan ini adalah plafon gypsum
standard. Permainan plafon digunakan pada entrance area dan ruang kelas, menggunakan down
light biasa dengan plafon yang terbuat dari material kayu ataupun permainan plafon yang dibuat

naik-turun dan menggunakan hidden lamp.

Gambar 4.14 Contoh Plafon


Sumber : pinterest.com,2017

81
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

B. Konsep Dinding

Dinding menggunakan finishing dengan cat duco glossy. Pewarnaan dinding diberikan
warna putih dengan finishing cat glossy untuk menyeimbangkan unsur-unsur pewarnaan yang
lain, yang terdapat pada pewarnaan lantai dan furniture. Penerapan konsep fleksibilitas pada
dinding adalah desain dinding yang sirkular, agar menciptakan alur sirkulasi yang lebih
fleksibel dan unik. Pada kelas dinding menggunakan finishing material cat yang dapat
digunakan sebagai whiteboard, sehingga setiap dinding ruangan dapat digunakan menjadi
whiteboard. Yang akan menciptakan suasana belajar yang baru setiap kelasnya.

Gambar 4.15 Konsep Dinding


Sumber : Pinterest.com, 2017

C. Konsep Lantai

Desain lantai pada area entrance, ruang kantor dan ruang kelas menggunakan finishing
permukaan glossy (cat epoxy) sehingga menambah kesan modern dan bersih. Di bagian
perpustakaan bisa menggunakan tambahan material lantai yang bermotif kayu, serta parket

82
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

dan veneer sehingga terlihat alami. Sedangkan untuk area yang menyediakan area duduk
berkelompok seperti lounge, menggunakan rumput sintetis atau karpet yang berwarna hijau
rumput. Membuat bentukan alur semu pada lantai untuk menciptakan layout ruangan yang
jelas dan mudah untuk dipahami. Pengguna mudah mengerti per area, hal ini dapat dicapai
melalui adanya perbedaan material, bentukan alur dan warna pada lantai.

Gambar4.16 Konsep Lantai


Sumber : pinterest.com

D. Konsep Furnitur

Konsep furniture pada ruang kelas menggunakan furniture yang nyaman


dan mobilisasi yang mudah. Mudah untuk di pindahkan dan multifungsi. Untuk
furniture pada ruang kantor menggunakan furniture custom built dengan
bentukan yang fleksibel dan memaksimalkan bentuk ruangan yang ada. Hal
tersebut juga diterapkan pada ruangan-ruangan lainnya.

Gambar 4.17 Konsep Furniture


Sumber : pinterest.com

83
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

E. Elemen Estetis

Pengaplikasian desain yang innovative pada elemen-elemen dinding, lantai dan lain-
lain. Yang akan menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan bangunan. Menjadi aksentuasi
desain tempat les. Elemen estetis pada dinding menggunakan aksentuasi warna-warna atau
bentuk-bentuk yang di cat dengan berbagai warna, lalu penggunaan mural-mural atau tulisan-
tulisan yang simple pada dinding. Dan juga membuat suatu instalasi multifungsi pada area
entrance. Tempat untuk menjelaskan tentang background TBI.

Gambar4.18 Penerapan konsep elemen estetis


Sumber : pinterest.com

F.Konsep Warna

Berdasarkan jurnal AW Anggrita (2016) dalam studi pengaruh warna


pada interior terhadap psikologis penggunanya, dari sisi psikologi warna
mempunyai pengaruh kuat terhadap suasana hati dan emosi manusia.
Sehingga menggunakan warna sesuai dengan klasifikasi umur pengguna
dapat mempengaruhi suasana hati murid secara maksimal.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Design Matic pada tahun 2016
terhadap klasifikasi warna berdasarkan usia dibagi menjadi dua yaitu :
3. warna hangat untuk pengguna anak usia 5-15 Tahun
4. warna dingin untuk pengguna remaja usia diatas 15 Tahun
5.

84
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 4.19 Palet Warna

Sumber: Pinterest.com , 2018


Dibawah ini merupakan contoh-contoh warna yang digunakan pada beberapa kelas di
Sekolah guna meningkatkan motivasi belajar murid :

85
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 4.20 Kelas yang Colorful


Sumber: Pinterest.com , 2018

G.Konsep Pencahayaan

Natural Light (LED LIGHT) Merupakan pencahayaan yang paling sesuai untuk tempat
les, khususnya untuk ruang kelas. Agar cahaya terang dan tidak membuat suasana jadi
terasa suram.

Gambar 4.21 Penerapan Lampu


Sumber : Pinterest.com

4.7 Konfigurasi Tata Ruang


Konfigurasi tata ruang pada ruang kelas sangat berpengaruh pada aktivitas belajar-
mengajar yang efektif dan maksimal sehingga tata ruang pada ruang kelas dibuat fleksibel, agar
aktivitas yang mendukung belajar- menagjar bisa dimaksimalkan.

86
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 4.22 Layout Ruang Kelas


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

dengan dinding yang dapat digunakan ke segala arah maka layout duduk pun
dapat berubah-ubah sesuai dengan aktivitas yang ada di dalamnya. Lingkaran putus-putus
pada lantai merupakan penanda jarak standard papan tulis dengan tempat duduk murid,
sehingga mempermudah para murid dalam menyesuaikan jarak kursi. Dan juga agar terjaga
kerapihan di dalam kelas. Tatanan layout kursi juga dapat diubah menjadi sejajar, tidak harus
selalu melengkung seperti diatas.

87
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

(Halaman ini sengaja dikosongka)

88
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BAB V
PROSES DAN HASIL DESAIN

5.1 Alternatif Layout


Pada tahap ini, alternatif layout dibuat dengan mempertimbangkan beberapa
kemungkinan yang menyelesaikan permasalahan yang ada. Alternatif yang dibuat
meliputi perubahan layout furnitur pada ruangan, dan perubahan suasana tanpa merubah
tatanan ruang yang telah ada.

5.1.1 Alternatif layout 1

Gambar 5.1 Alternati Layout 1 Lantai 1 & 2


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Alternative layout 1 mempunyai bentukan desain yang paling organic dan
fleksibel. System sirkulasi alur ruangan menggunakan lantai yang di bentuk seperti
aliran air yang fleksibel. Untuk menerapkan konsep fluid movement. Pada desain
alternatif 1 area lobby dipisahkan dengan penggunaan levelling pada lantai, dan juga

89
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

memisahkan area dengan bentukan lantai yang melengkung. Ruang administrasi


ditempatkan tepat di belakang meja resepsionis untuk memudahkan akses resepsionis
saat bekerja. Penempatan replacement test terdapat pada lantai 1 karena sesuai dengan
zoning yang telah di riset bahwa pengguna ruangan replacement test merupakan
ruangan semi-private, hanya calon-calon murid saja yang dapat mengakses ruangan
tersebut, sehingga lebih baik untuk ditempatkan di lanti 1. Ruangan untuk staff (kepala
sekolah, guru, dan administrasi) ditempatkan pada satu area untuk mempermudah
sirkulasi kerja. Ruangan juga diberikan sekat untuk membedakan ruang guru dan ruang
administrasi. Pada area perpustakaan yang juga mempunyai kegunaan sebagai study
centre dibuat open space dan ditambahkan lagi area lesehan untuk membaca atau
bersantai , terdapat juga meja untuk membaca. Bentukkan rak buku dibuat melengkung
mengikuti dinding agar memaksimalkan space yang ada, bentuk rak buku yang
menyerupai tangga juga mempunyai kegunaan sebagai tempat duduk pada pijakannya .

Lantai 2

Pada alternatif layout 1 antai 2 ini terdapat fasilitas berupa ruang kelas, lounge
area dan computer room. Terbagi 2 kelas menjadi young learners dan global english.
Pada alternatif ini terlihat dengan signifikan perbedaan dari kedua kelas. Pada ruang
kelas dibuat elemen estetis yang juga bermanfaat sebagai furniture sehingga
meminimalisir penggunaan furniture di dalam kelas. Permainan lantai juga berfungsi
sebagai tempat penempatan kursi sehingga jarak pandangn dari dinding (yang juga
berfungsi sebagai papan tulis dan LCD) dengan murid sesuai dengan standard yang ada.
Penambahan cafe pada lantai ini berfungsi untuk tempat menunggu atau beristirahat
untuk para murid. Wayfinding terdapat pada bentukan panah penunjuk jalan pada lantai
untuk membedakan kedua kelas tersebut.

5.1.2 Alternatif layout 2

90
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 5.3 Alternati Layout 2 Lantai 1 & 2


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Layout plan pada alternatif 2 merubah letak area untuk zoning private dengan
semi private. Area priate yaitu (ruang kepala sekolah, ruang guru dn ruang staff) di
letakkan di sebelah kiri karena lebih dekat dengan tangga yang merupakan akses untuk
menuju area kelas yang juga merupakan area private pada TBI Surabaya. Pada area
lobby dibuat open space untuk memberikan kesan yang luas, dengan meja resepsionis
yang mengikuti alur lengkung lantai. Kelas replacement test mengikuti bentuk lantai
area tunggu. Area tunggu mmpunyai level lntai yang lebih tinggi sehingga menjadi
pembeda antara area enrance dengan area tunggu. Pada sisi sebelah kanan layout ini
terdapat ruangan perpustakaan. Yang membedakan desain perpustakaan alternatif 2
dengan alternatif 1 adalah betuk dari rak buku. Rak buku yang geometris tidak
melengkung. Perpustakaan juga mempunyai area untuk lesehan dan meja untuk
membaca.

Lantai 2

Ruang kelas global english dan young learners pada alternatif 2 ini hanya
dibedakan dengan penggunaan warna. Ruang komputer pada alternatif ini menggunakan
dinding kaca sehingga menciptakan kesan open space. Pada area tengah di lantai dua ini
dibuat alur lingkaran sehingga ruangan terlihat lebih tertata danalur sirkulasi lebih
menarik lagi. Bentuk ruangan komputer seperti setengah lingkaran.

91
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

5.1.3 Alternatif layout 3

Gambar 5.5 Alternati Layout 3 Lantai 1 & 2


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
Pada layout plan ini, letak area private dengan emi private sama dengan
alternatif layout nomor 3. Bentuk ruangan staff juga mempunyai bentuk yang simila,
yang membedakannya adalah ruangan guru dengan administrasi tidak tertutup , hanya
dipisahkan dengan sekat saja, guna untuk memberikan akses kerja yang lebih terbuka
lagi. Penempatan lounge area untuk staff juga sama dengan alternatif layout 2. Layout
perpustakaan yang paling berbeda dengan 2 alternatif yang lain. Rak buku yang
meaksimalkan ruangan berbentuk melengkung. Dan area lesehan yang juga mengikuti
lengkungan rak buku.

92
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Lantai 2

Pada layout ini desain kelas sama dengan alternatif layout 2 , yang membedakan
dengan desain alteratif lainnya adalah bentuk area tengah (ruang komputer dan lounge
area). Ruang komputer berbentuk geomteris dan lounge area disesuaikan juga dengan
alur sirkulasi yang ada.

5.1.4 Pemilihan Alternatif Layout


Setelah dianalisa dengan mengacu pada tabel dibawah, dapat disimpulkan
bahwa alternatif terbaik merupakan alternatif layout 1, sehingga alternatif ini akan
dikembangkan menjadi layout yang lebih sempurna.

Gambar 5. 7 Weighted Method


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

93
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

5.2 Pengembangan Alternatif Layout Terpilih

Hasil dari analisa weighted method yng telah dilakukan menyimpulkan bahwa alternatif
layout terbai, yaitu alternatif layout 1, kemudian dikembangkan lebih lanjut untuk mencapai
layout yang lebih sempurna, layout yang dikembangkan yaitu layout furniture yang masih tidak
sempurna, layout lantai, area yang paling banyak mengalami perkembangan yaitu area lobby
dan ruang kelas. Pada area-area tersebut diabahkan beberapa fasilitas baru, desain warna yang
lebih harmonis dan bentukan-bentukan yang menyatu berikut pengembangan alternatif layout 1.

Gambar 5.8 Layout Denah Furnitur Terpilih Lantai 1 & 2


Sumber : Hasil Desain Pribadi, 2018

Pada denah furniture yang jauh berbeda dengan layout 3 adalah desain dari
perpustakaan dan area resepsionis. Pada area resepsionis terdapat elemen fluid
movement pada dinding, alur sirkulasi ruangan masih sama dengan layout 1 yaitu
bentuk yang melengkung pada ruang tunggu dan eja resepsionis. Area staff dan kelas
repacement test juga tidak ada yang diubah.

94
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 5.9 Denah Lantai Terpilih Lantai1 & 2


Sumber : Hasil Desain Pribadi, 2018

Pada layout ini lantai dominan menggunakan finishing cat lantai epoxy gloss
dan dof. Hal ini disebabkan material ini yang pa;ing aman digunakan, dengan warna
terbanya yang digunakan adalah warna putih. Warna putih digunakan untuk menetralisir
warna-warna yang digunakan di area lainnya. Pada area perpustakaan semua
menggunakan cat lantai epoxy dengan 3 warna yang berbeda untuk membedakan
kegunaan area tersebut. Pada area lobby dominan menggunakan warna putih untuk
menetralkan warna yang digunakan pada area resepsionis, yang memakai warna dari
corporate image TBI.

95
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

5.3 Pengembangan Desain Ruang Terpilih 1 – Ruang Kelas Global English &
Young Learners

Ruang terpilih 1 yang saya tentukan yaitu ruang kelas, karena ruang ini
merupakan ruang terpenting bagi murid karena sebagian besar waktu murid berada di
tempat kursus ada pada ruangan kelas. Kapasitas kelas mencapai 10 murid, sudah
disesuaikan dengan standard murid TBI Surabaya perkelas-nya. Terdapat 2 tipe kelas
yaitu kelas young learners untuk murid berusia 5-13 Tahun lalu Global english untuk
murid yang berusia diatas 15 Tahun.

5.3.1 Layout Furnitur Kelas Young Learners

Gambar 5.10 Layout Furniture Terpilih 1 Young Learners


Sumber : Hasil Pribadi, 2018

Layout furniture pada kelas ini di atur dengan bentukan lingkaran di lantai,
karena konsep yang diangkat adalah fleksibilitas maka seluruh area dinding dapat
digunakan untuk layar LCD, sehingga tatanan kursi diatur dengan gambar pada lantai
agar tetap rapih dan sesuai dengan jarak pandang standard. Dan karena pengguna kelas
ini merupakan anak dibawah umur 15 tahun maka diperlukan arahan dalam meletakkan
kursi.

96
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

5.3.1.2 Layout Furnitur Kelas Global English

Gambar 5.11 Layout Furniture Terpilih 1 Global English


Sumber : Hasil Pribadi, 2018
Layout furniture pada kelas ini tidak diberikan pengaturan pada lantai seperti
pada kelas young learners, dikarenakan pengguna oada kelas ini adalah murid yang
berusia lebih dari 15 Tahun. Pengaturan pada lantai hanya terdapat di pinggir untuk
tetap memberikan pengaturan jarak pandang standard dari kursi dan dinding. Elemen
estetis pada kelas ini mempunyai fungi sebagai rak buku dan meja untuk menempatkan
laptop guru.

5.3.2 Gambar 3D dan deskripsinya

97
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 5.12 3D Kelas Young Learners


Sumber : Hasil Desain Pribadi, 2018

Gambar 5.13 3D Kelas Global English


Sumber : Hasil Desain Pribadi, 2018
Pada 3D Terlihat bahwa ruangan kelas tidak terdapat furniture yang berat
dan permanen selain rak buku dan meja laptop yang terdapat di dinding. Hal itu didasari
oleh konsep yang digunakan yaitu fleksibilitas, disini penulis mendesain ruang kelas
yang dapat digunakan untuk berbagai macam aktivitas pembelajaran, sehingga ruang
kelas yang beradaptasi dengan pergerakan pengguna-nya. Bentuk yang terbuka dan
feksibel seperti ini akan menciptakan pemikiran yang lebih kreatif lagi untuk par
penggunanya. Setiap jenis kelas terdapat 2 warna yang berbeda. Tujuannya hanya untuk
memberikan keragaman warna. Penggunaan warna pada kelas young learners adalah
warna-warna pastel, hangat dan tidak menyilaukan yang sudah di riset sesuai dengan
psikologi anak yang berusia 5-12 Tahun. Warna golden rod yang digunakan pada
dinding di gambar 5.12 akan menciptakan suasana yang gembira, membuat penggun
semakin kreatif , optimis dan aktif dan juga menciptakan kesan ruangan yang lebih
spacious. Pada gambar 5.13 warna dinding yang berwarna apricot akan menstimulasi
kebahagiaan dan juga kreatifitas anak. Penggabungan warna pada kedua kelas di
gabungkan sehingga menciptakan suasana yang akan membangkitkan atau
menstimulasi kreativitas anak.

98
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Penggunaan warna merah dilantai untuk memberikan ciri khas TBI pada setiap
kelas. Selain sebagai ciri khas bentukkan lingkaran putuspuus juga berfungsi untuk
pengaturan layout duduk di kelas. Sudah melewati tahap riset standard jarak pandang
mata dengan LCD.
Permainan plafon menggunakan down ceiling sebagai aksentuasi kelas tidak
terkesan monoton dan membosankan, penerangan menggunakan LED hidden lights
pada down ceiling dan beberapa downlight.
Pada kelas Global English ini juga tidak terdapat furniture yang permanen
hanya terdapat kursi, elemen estetis multifungsi dan papan tulis glass. Tata layout
duduk juga sama dengan kelas Young Learners menggunakan bentukan pada lantai.
Pemilihan warna juga sudah sesuai dengan studi warna untuk usia 15 Tahun keatas.
Penggunaan warna-warna dingin seperti pada di gambar ( Grey, Warm Grey , dark grey,
blue dan merah) akan memberikan kesan lebih dewasa dari kelas young learners. Merah
menandakan kehdupan dan menstimulasi otak untuk beraktivitas yang lebih, dan akan
menghalangi rasa kantuk. Warna biru akan memberikan kesan luas , flexibility dan
kesan rileks pada ruangan sehingga pengguna. Karena pengguna merupakan ramaja
sampai dewasa maka penggunaan warna juga disesuaikan dengan usia. Penggunaan
plafon gypsum standard dengan permainan di pencahayaan yaitu lampu gantung yang
berbentuk 3 lingkaran dengan ukuran yang berbeda-beda.

5.3.3 Elemen Furnitur dan Estetis

99
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Gambar 5.14 3D Furniture dan Elemen Estetis pada ruang terpilih 1


Sumber : Hasil Desain Pribadi, 2018

Furnitur pada kelas didesain sehingga aman bagi siswa tidak hanya itu tetapi
dibut menarik dan mempunyai fungsi ganda pada beberapa furniturnya, pada furniture
rak buku sekaligus elemen estetis pada ruangan kelas global english di desain
menyerupai aliran air, untuk menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan kondusif.
Lalu elemen estetis pada kelas young learners merupakan intrepertasi dari lekukan
aliran air, yang akan menciptakan suasana yang fleksibel juga.

5.4 Pengembangan Desain Ruang Terpilih 2 – Ruang Lobby


Ruang terpilih 2 yang saya tentukan yaitu area lobby, fungsi dari ruang lobby
yaitu sebagai area transisi dari luar dan dalam gedung sehingga ruangan ini termasuk
ruangan yang penting untuk di desain secara mendetail. Konsep fluid movement akan
diaplikaikan pada area lobby dengan fasilitas-fasilitas tambahan seperti area tunggu
utama dan area tunggu tambahan.

5.4.1 Layout Furnitur

Gambar 5.15 Layout Terpilih 2


Sumber : Hasil Desain Pribadi, 2018
Ruang terpilih 2 merupakan area lobby, area lobby pada denah eksisting
berfungsi sebagai ruang tunggu dan rung penerima tamu pada resepsionis. Alur yang di

100
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

desain juga sangat organik karena alur dibiarkan mengikuti bentukan meja resepsionis
dan area waiting room.

5.4.2 Gambar 3D dan Deskripsinya

Gambar 5.16 3D Ruang terpilih 2


Sumber : Hasil Desain Pribadi , 2018

Pada area lobby, konsep fluid movement diaplikasikan melalui bentukan interior
yang melengkung-melengkung dan organik. Dan juga terdapat pada ruangan yang
dibuat open sace. Konsep colorful modern di aplikasikan pada pewarnaan lantai dan
dinding. Lantai dominan berwarna putih untuk memberikan kesan bersih dan

101
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

menetralkan warna-warna lainnya. Warna are aresepsionis adalah merah untuk


menunjukkan atau mengaplikasikan corporate image TBI ke dalam desain. Penggunaan
warna kuning merupakan aksentuasi dari warna merah yang sudah digunakan. Bentukan
dinding pada welcome wall dan resepsionis meruakan parametric wall yang akan
memberikan kesan ruangan yang mengalir halus seperti cairan/fluid/air. Permainan
plafon di area lobby ini adalahmenggunakan plafon down ceiling dengan hidden lamp.
Pencahayaan pada area lobby menggunakan downlight. Ruang tunggu pada area lobby
terdapat 2, ruang tunggu yang pertama menggunakan sofa dengan estetis beruba dinding
kaca yang terdapat quotes ringan tentang bahasa Inggris yang bertujuan untuk pengantar
murid yang ingin menunggu, lalu yang kedua adalah ruang tunggu tepat di sebelah meja
resepsionis yang ditujukan untuk tamu-tamu yang antri untuk berkonsultasi di
resepsionis.

5.4.3 Elemen Furnitur dan Estetis

Gambar 5.17 Elemen Estetis dan Furnitur


Sumber : Hasil Desain Pribadi,2018
Gambar diatas merupakan bagian furniture dan elemen estetis pada ruang
terpilih 2, furniture yang akan sering dipakai yatu meja resepsionis. Meja ini dibentuk
dengan konsep fluid movement, yang menyerupai pergerakan fluid, dimulai dari ujung
meja seperti sumber dari air lalu jatuh ke bawah seperti pergerakan cairan yang tumpah
ke lantai. Penggunaan warna yang sama dengan area resepsionis (lantai ,dinding dan
plafon) akan memberikan pengertian bahwa area itu adalah satu kesatuan.

102
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Elemen esetis pada area lobby terdapat ada ruang tunggu utama. Dinding kaca
tinted glass yang berwarna orange untuk menyeimbangi wanra merah yang digunakan.
Terdapat quotes tentang identitas bahasa inggris pada dindingnya dan terdapat
aksentuasi warna pada beberapa kata. Desain elemen estetis ini untuk memberikan
suasana yang lebih modern.
5.5 Pengembangan Desain Ruang Terpilih 3 – Study Centre & Library
Ruang terpilih 3 yang penulis tentukan yaitu area Study Centre dan Library,
fungsi dari ruang tersebut adalah untuk memfasilitasi para murid yang ingin belajar,
membaca buku, mengerjakan tugas dan bersosialisasi dengan murid yang lain. Menjadi
tempat berlatih para murid untuk menggunakan pembelajaran yang sudah di dapat saat
kelas. Konsep fluid movement yang terdapat pada ruangan ini adalah konsep
versabilitas-nya, dengan menciptakan ruang yang emiliki berbagai macam fungsi.
Setiap objek ruang yang ada mempunyai berbagai macam fungsi.

1 2
5.5.1 Layout Furnitur 3 4
2000 2000
800 800 400 1200
1200 550

G 21
28
400

22
27

F
24

25

21
1400
600

E 20

19

18

17
1

3
2

16 4

15 5
400

14 6 3

13 7

12 8
26
11 9

10

D
23
400

Gambar 5.18 Layout Furniture

C Sumber : Hasil Desain Pribadi,2017


1200
400

103

B
0
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Ruang terpilih 3 merupakan area perpustakaan yang digabung dengan


area study centre. Fungsi utama ruang terpilih ini adalah untuk membaca buku yang
disediakan oleh TBI, lalu fungsi lainnya adalah untuk belajar dan tempat berkumpul
para murid bersosialisasi sehingga dapat mempraktekan atau menggunakan
pembelajaran yang sudah di dapatkan sebelumnya di dalam kelas. Area membaca dan
area duduk di pisah dengan jelas menggunakan penggunaan material yang berbeda pada
lantai, dan juga menggunakan bentukan-bentukan yang menandakan pemisahan area.
Dari layout diatas terlihat terdapat dua lemari buku, satu lounge area duduk dibawah,
dua ruangan kecil yang lebih private (untuk belajar mengerjakan tugas atau membaca
dan yang lebih kecil di peruntukan untuk pengguna usia 5-10 Tahun) dan yang di
tengah adalah lounge area duduk dengan kursi.

5.5.2 Gambar 3D dan Deskripsinya

Gambar 5.19 Ruang Terpilih 3

104
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Sumber : Hasil Desain Pribadi,2018


Ruangan ini menggunakan warna yang colorful pada furniture dan
sedikit aksentuasi pada lantai dan dindingnya. Penggunaan warna putih di setiap
ruangan digunakan untuk menetralisir warna-warna terang yang sudah
digunakan. Lantai parket dan karpet hijau menyerupai rumput akan memberikan
kesan nyaman karena perpustakaan dan study centre harus memberikan
kenyamanan pada penggunanya. Fleksibilitas pada ruangan ini terdapat pada
kegunaan ruang ini sendiri, yang bisa digunakan dengan berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan suasana hati mereka. Pengguna dapat duduk di
lounge area saat membaca, atau dapat menggunakan ruangan kecil yang lebih
privat. Tempat buku setengah lingkaran juga dapat digunakan sebagai meja
untuk menulis atau juga dapat digunakan sebagai kursi untuk duduk saat
membaca menghadap ke jendela.

5.5.3 Elemen Furnitur dan Estetis

Gambar 5.20 Elemen Estetis dan Furnitur


Sumber : Hasil Desain Pribadi,2018

105
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

Elemen estetis diatas mempunyai fungsi utama sebagai pemisah area, yang
sekaligus mempunyai fungsi sebagai tempat buku , meja belajar dan juga tempat duduk.
Furniture yang digunakan adalah meja bulat pendek pada lounge area yang dapat
digunakan sebagai meja untuk menulis atau sekedar menaruh barang-barang lainnya.

106
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

(Halaman ini sengaja dikosongka)

107
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari seluruh pembahasan dan analisa sebagai berikut:

• Konsep fluid movement diaplikasikan ke dalam objek desain dengan tujuan


untuk menghadirkan suasana yang baru guna mendukung kegiatan belajar di
kelas. Melalui penerapan bentukan-bentukan yang fleksibel dan organic.

• Fleksibilitas ruang TBI Surabaya terlihat pada kemudahan transformasi kelas


yang beradaptasi dengan pengguna dan kegiatan aktivitas pembelajaran
pengguna.

• Konsep Modern ditampilkan dengan bentuk-bentuk furnitur yang simple dan

fungsional dengan berbagai finishing seperti cat dan HPL.

• Desain TBI Surabaya ini didukung dengan nuansa colorful yang dapat
diartikan sebagai desain interior yang menyenangkan. Konsep ini dihadirkan
melalui penerapan bentukan organic, warna yang beraneka macam untuk
mendukung kreativitas dan performa belajar murid.
• Hasil dari proses desain ini adalah rancangan interior area lobby, ruang kelas
dan area study centre serta pepustakaan dengan konsep Fluid Movement
yang menghadirkan desain yang akan meningkatkan performa belajar dan
kreativitas murid. Seluruh ruangan didesain menggunakan bentukan organik
yang playful dengan warna- warna sesuai dengan usia pengguna sehingga
akan menstimulasi kreativitas murid dengan maksimal. Perbedaan warna dan
material pada lantai digunakan sebagai pemisah semu antar ruang atau area.
Ruangan menggunakan bukaan yang banyak untuk memaksimalkan
pencahayaan langsung. Bentukan ruangan yang menyerupai alur
fluid(cairan, yang berarti mengalir) memperhatikan efektifitas dan efisiensi
alur sirkulasi untuk murid, staff pengajar dan tamu.

108
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

6.2 Saran

Beberapa saran yang menjadi pertimbangan dalam proses desain :

• Perlunya memperhatikan perencanaan interior fasilitas lembaga kursus sehingga


kegiatan di dalamnya dapat berlangsung dengan efektif, efisien dan aman.

• Bagi desainer interior dalam menjawab permasalahan yang berkaitan dengan


desain interior, khususnya pada interior pendidikan non-formal mengetahui
tentang perkembangan murid berdasarkan usianya, permasalahannya, arah
konsep serta suasana yang diinginkan sehingga dapat menjadi arah pengonsepan
ruang yang lebih maksimal sehingga pengguna yang ada didalamnya menjadi
terangsang untuk meningkatkan performa belajar.

109
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

DAFTAR PUSTAKA
JURNAL :

1. BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL


(BAN-PNF), (2008), Instrumen Akreditasi Program Khusus Bahasa
Inggris (ban-pnf)
2. Kartono, Cynthia, (2014), Perancangan Interior Education Centre di
Surabaya , Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra,
Surabaya

3. Mega, Atika, (2008) Perancangan Sekolah Anak Jalanan dengan


Pendekatan Fleksibilitas Arsitektur, Surabaya
4. Carbon, Ralf, (2010), Architectural Design for Flexibility and
Buildability to Facilitate Evolution, Bad Honnef
5. DeGory, Ellinor, (1998), A Potential for Flexibility. MSc in History of
Modern Architecture Report, University College, London
6. Oday Q. Abdulpader, (2014), Impact of Flexibility Principle on the
Efficiency of Interior Design, Department of Architectural
Engineering, College of Engineering, Mosul University, IRAQ
7. Pusat fotografi di Bantul, Yogyakarta dengan Penerapan Prinsip
Fleksibilitas Ruang
8. http://thesis.binus.ac.id/doc/Paper/2012-2-00022-DI%20Paper001.pdf
WEBSITE :

1. http://www.pbdw.com/pbdw/projects/nyc-school-concept-design/

2. http://thesis.binus.ac.id/doc/Paper/2012-2-00022-DI%20Paper001.pdf

3. http://lib.unnes.ac.id/19136/1/5101409032.pdf

4. https://coretan-hampa.blogspot.co.id/2015/04/kursi-tamu-minimalis.html

5. file:///Users/patra/Downloads/19-33-1-SM.pdf

6. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0959475212000850

7. http://www.rosanbosch.com/en/project/vittra-school-telefonplan

8. https://www.rosiinc.com/blog/2017-office-trend-writable-walls/

9. http://www.arginuring.com/blog/2016/10/27/bagaimana-cara-mendesain-

ruangan-kelas-yang-nyaman/

110
800 800 400 800 400 800 400

1 2 3 4 5 6 7

400
400


600
600

1400
E
2600

400
400

400
C

400
1200
1200

400
A
800 2400 800 400
4400
1 2 2002
3 4 2000 5 6 388 7
800 800 400 802 400 800 388

G

400

600
E

400
2600
D

400
C

400
B

400
A
800 3594
4394
2000 2000 400
800 800 400 1200 800
1200 550 240 400
270

150
21

400
240

790

100
22
1
350
600

600
1400
300 0 * PERHITUNGAN ELEVASI PLAFON
37 DARI LANTAI SETEMPAT

* PLAFOND GYPSUM BOARD


250

0
* RANGKA HOLLOW UK. 4 x 4

20
JARAK 60 x 60 cm
150 150 1

3
* BALOK PLAFON
4

600
250

5 150

500
6

13 7 CH +3.00
25

400
415

12 8
CH +2.80
11 9

10
200
165

150
30
980
2215
315

400
485

400
1200
400
400
240

150 350 300


808 400 1208 800
3215
2000 2000
800 800 400 1200 800

682 682 650

60 111

400
124 124

420
300

650
285 1700

30

185
365

111 60
150
600

600
2600
* PERHITUNGAN ELEVASI PLAFON
DARI LANTAI SETEMPAT

* PLAFOND GYPSUM BOARD

* RANGKA HOLLOW UK. 4 x 4


20

650
JARAK 60 x 60 cm
19 1

18 2

17 3
* BALOK PLAFON
650

16 4

15 5

60 120
60
14 6

13 7 CH +3.00

400
415

12 8
CH +2.80
11 9

10

400
650
400
650
400
650 165 460 330 400 445 750 650 165 400
5


2 1

20

19 1
18 2 16

17 3

16 4
15 5

14 6
4 13 7
12 8
3
11 9

10

2
5

1002

* PERHITUNGAN E
E DARI LANTAI SET

* PLAFOND GYPSU

* RANGKA HOLLO
JARAK 60 x 60 cm

* BALOK PLAFON

1000
D
12

20

19 1

18 2

17 3

16 4
24

15 5

14 6

13 7
12

12 8

11 9

10
1

* PERHITUNGAN EL
D DARI LANTAI SET

* PLAFOND GYPSU

* RANGKA HOLLO
JARAK 60 x 60 cm

* BALOK PLAFON

60
CH +3.00
CH +2.80

C
12

20

19 1

18 2

17 3

16 4
24

15 5

14 6

13 7
12

12 8

11 9

10
5

1002

1000
21

D
20

19 1

18 2

17 3

16 4

15 5

14 6
as dinding
13 7

12 8

11 9

10
1


21

20

19 1

18 2

17 3

16 4

15 5

14 6
as dinding
13 7

12 8

11 9

10

30

1020
100 99
99


PEDESTAL CAP DENGAN
PANEL LOCATING LUGS

300 MINIMUM CUT FLOOR PANEL WITH


16.8
FOIL TAPE APPLIED TO
CUT EDGE

PEDESTAL CAP

CUSTOM LENGTH
STRINGER CUT ON SITE IF
REQUIRED
HEIGHT ADJUSTABLE
PEDESTAL
STANDARD STRINGER
STANDARD FLOOR PANEL
600x600
STRUCTURAL
SLAB LEVEL PEDESTAL BASES GLUED

STEEL PLATE LOCAL TO


PEDESTAL
+3.90 +3.90
+3.80 +3.80


+3.00

+0.10 FRONT AREA


±0.00 ±0.00

D E F

21

3
4

401

D
5


* PERHITUNGAN
ELEVASI PLAFON
DARI LANTAI
SETEMPAT

* PLAFOND GYPSUM
BOARD

* RANGKA HOLLOW UK.


4x4
JARAK 60 x 60 cm
* BALOK PLAFON

60
CH +3.00
CH +2.80

21

1
45
74
1

13 7

12 8

11 9

10
4

as dinding

D
5


21

20
19 1

18 2
17 3
16 4

15 5
14 6
as dinding
13 7
12 8

11 9
10

SELF-TAPPING
METAL SCREW

LED LIGHT
STRIP GYPSUM
VARIES BOARD 8
4" RANGKA Mm
HOLLOW

SELF-TAPPING METAL SCREW


SHIM
2 3 4

F
20
E 19 1

18 2

17 3

16 4

15 5

14 6 ”

13 7

12 8

11 9

10

21

20
19 1

18 2
17 3
16 4

15 5
14 6
as dinding
13 7
12 8

11 9
10

SELF-TAPPING
METAL SCREW

LED LIGHT
STRIP GYPSUM
VARIES BOARD 8
4" RANGKA Mm
HOLLOW

SELF-TAPPING METAL SCREW


SHIM
KELAS BELAJAR
ENTRANCE AREA :
FRONT WAITING ROOM &
RECEPSIONIST
PERPUSTAKAAN
LAPORAN TUGAS AKHIR RI 141501
ADANI WIDYAPUTRI PRIYANDANTI, NRP 081411440000022

BIODATA PENULIS

Adani Widyaputri Priyandanti, lahir 01 Agustus 1996 di kota


Jakarta. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Ayah penulis bernama Arsono Kuswardanu dan Ibu
Pudjiwidyastuti. Penulis pernah menempuh pendidikan formal
di Dwi Matra , SMP Islam Al-Azhar Pejaten, SMA A-l-Izhar
Lebak Bulus, dan akhirnya masuk sebagai mahasiswa
program sarjana departemen Desain Interior Institut
Teknologi Sepuluh Nopember angkatan 2014 dan tersaftar
dengan NRP 0841 1440 000 022. Pada akhir masa
perkuliahan di Desain Interior ITS. Penulis memilih untuk mengerjakan tugas akhir
pada bidang Sains tentang pendidikan non-formal yang menerapkan konsep fluid
movement dibawah bimbingan Thomas Aris Kristianto. S.Sn.MT. Selama menjadi
mahasiswa di departemen Desain Interior, penulis aktif dalam organisasi departemen
yaitu HMDI, Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan yang ada di
kampus. Untuk kepentingan penelitian penulis dapat dihubungi melalui e-mail :
adanikebi@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai