Anda di halaman 1dari 7

Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022

Laporan Kasus

MYCOSIS FUNGOIDES FASE DINI DENGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI


YANG MENYERUPAI DERMATITIS LIKENOID: SERIAL KASUS

Diah Prabawati Retnani1, Herman Saputra2 , Arif Widiatmoko3

Abstrak

Mycosis Fungoides adalah keganasan sel limfosit T yang langka dan bersifat indolen pada kulit
dengan evolusi klinis berupa bercak, plak dan tumor. Mycosis Fungoides fase dini sulit terdeteksi karena
kemiripannya dengan keradangan pada kulit berpola likenoid. Mycosis Fungoides dan dermatitis likenoid
memiliki terapi dan prognosis yang berbeda sehingga harus dapat dilakukan diagnosis yang akurat. Kami
melaporkan serial kasus Mycosis Fungoides dari dua orang pasien wanita yang terdiagnosis pada fase dini
dengan gejala klinis berupa bercak dan plak multipel disertai gatal menahun. Kasus pertama terjadi pada
usia 60 tahun dengan gejala selama 8 tahun sedangkan kasus kedua terjadi pada usia 58 tahun dengan
gejala selama 6 tahun. Bercak dan plak pada kedua pasien tersebut berlokasi di area yang terlindung dari
sinar matahari disertai skuama halus, sebagian hiperpigmentasi, bervariasi bentuk dan ukuran. Hasil
pemeriksaan histopatologi dari sediaan biopsi kulit kedua penderita berupa reaksi likenoid yang
mengandung sejumlah sel limfoid atipik, serebriformis. Hasil pewarnaan imunohistokimia menunjukkan
CD3 positif membentuk epidermotropisme, rasio CD4/CD8 8:1, Ki67 positif sekitar 25% dan CD20 negatif.
Dari kedua kasus ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan imunohistokimia dapat membatu menegakkan
diagnosis Mycosis Fungoides pada dua orang wanita tua dengan keluhan gatal disertai bercak atau plak
yang menahun dengan gambaran histopatologik berupa reaksi likenoid dengan epidermotropisme.

Kata kunci: Mycosis Fungoides, imunohistokimia, rasio CD4/CD8

EARLY PHASE MYCOSIS FUNGOIDES WITH HISTOPATHOLOGICAL FEATURES


MIMICKING LICHENOID DERMATITIS: CASE SERIES
Abstract

Mycosis fungoides is a rare, indolent cutaneous T cell lymphoma which characterized by evolution of
patches, plaques and tumor. It is extremely difficult to diagnose early phase Mycosis Fungoides because
this condition can mimick other skin inflammatory lesion especially lichenoid reaction. Mycosis Fungoides
and lichenoid dermatitis should be diagnosed accurately because these two entities have different
modalities of theraphy and prognosis. We report two case series from two women patients who were
diagnosed as Mycosis Fungoides in early phase with chronic-pruritic patches and plaques from clinical
features. The first case was a 60 years old with symptom for 8 years and the second case was a 58 years
old with symptom for 6 years. Various shape and size patches and plaques were on skin in sun cover area
which have thin squamae and hyperpigmented in a part. Histopathological result from punch biopsy
specimens showed lichenoid reaction with scattered atypical cerebriform lymphocytes. Immuno-
histochemistry examination with the result of CD3 positive highlighting epidermotropisms, CD4 /CD8 ratio
8:1, Ki67 index was 25% and CD20 was negative. From these serial cases we can conclude that
immunohistochemistry may support a diagnosis of elder women with pruritic, various shape and size
patches and plaques as clinical presentations, which histopathologically show lichenoid reaction with
epidermotropism.

Keywords: Mycosis Fungoides, immunohistochemistry, CD4/CD8 ratio


1 Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya–RSUD dr. Saiful Anwar
Malang
2 Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
3 Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya–

RSUD dr. Saiful Anwar Malang

* E-mail: diah_pa@ub.ac.id

102
Retnani DP et al. Mycosis Fungoides Fase Dini dengan Gambaran .......

Pendahuluan atipik tersebut berbentuk bulat, ireguler,


Mycosis Fungoides (MF) adalah serebriformis dengan area jernih sekitar inti
keganasan sel limfosit T yang bersifat indolen limfosit yang dikenal sebagai halo (Gambar 2).
dengan evolusi klinis berupa bercak, plak dan
tumor. Mycosis Fungoides (MF) fase dini sulit Kasus Kedua
terdeteksi karena kemiripannya dengan
keradangan pada kulit berpola likenoid. Seorang wanita 58 tahun datang dengan
Mycosis Fungoides (MF) dan dermatitis keluhan berupa bercak pada kulit dada,
likenoid memiliki terapi dan prognosis yang punggung, perut, lengan dan kaki di-sertai
berbeda sehingga harus dapat dilakukan gatal berulang selama 6 tahun. Lesi kulit beru-
diagnosis yang akurat. Pada laporan kasus ini pa bercak dengan diameter 4-8 cm, berkonflu-
kami memaparkan aplikasi pemeriksaan en terdistribusi pada area yang terlindung ma-
histopatologi dan imunohistokimia (IHK) untuk tahari. Lesi kulit berupa bercak, hiperpigmen-
menegakkan diagnosis pada dua kasus MF. tasi pada abdomen dapat dilihat pada Gambar
1B. Gambaran histopatologi pada pasien ini
Kasus Pertama juga menunjukkan epidermotropisme dan sel
limfosit atipik, namun dalam jumlah lebih
Seorang wanita 60 tahun datang sedikit dibandingkan dengan pasien pertama
dengan keluhan utama berupa gatal yang yang memiliki lesi kulit berupa plak.
terasa makin berat selama 8 tahun, Pada Pemeriksaan IHK menggunakan antibodi
pemeriksaan klinis didapatkan plak ber- CD20, CD3, Ki67, CD4 dan CD8 dilakukan
skuama tipis pada tungkai, berbentuk pada kedua pasien dengan tujuan untuk
polisiklik, diameter 5-11 cm (Gambar 1A). penegakan diagnosis MF yang lebih akurat.
Selain pada tungkai distribusi lesi juga Hasil pewarnaan menunjukkan CD3 positif
terdapat pada badan. Pemeriksaan histo- memperjelas epidermotropisme dan rasio
patologi diambil dari sediaan biopsi kulit pada CD4/CD8 adalah >8:1 (Gambar 3). Hasil
tungkai bawah berupa reaksi berpola likenoid pemeriksaan CD20 negatif menunjukkan
yaitu kumpulan sel limfosit yang masif di bahwa sel neoplasma berasal dari sel limfosit
sekitar area perbatasan dermis dan epi- T. Indeks proliferasi sel yang diperiksa
dermis, epidermotropisme yaitu berupa menggunakan antibodi Ki67 terdeteksi pada
sejumlah besar sel limfosit atipik yang masuk 25% inti sel tumor, sehingga menunjukkan
dalam epidermis tanpa disertai spongiosis kesesuaian dengan limfoma yang bersifat
(pelebaran jarak antar keratinosit). Sel limfosit indolen.

Gambar 1. Gambaran klinis pasien MF. Lesi dengan berbagai ukuran dan bentuk, di bagian tubuh
yang terlindung sinar matahari
Keterangan: A. Pasien pertama dengan lesi kuli berupa plak pada tungkai, B. Lesi kulit pada pasien kedua
berupa bercak, hiperpigmentasi pada abdomen

103
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022

Gambar 2. Gambaran histopatologi pasien MF fase dini


Katerangan: A.Tampak epidermotropisme dan sel limfoid atipik mengandung halo pada stratum basalis
(100x), B. Sel limfosit atipik serebriform (400x)

Gambar 3. Penegakan diagnosis MF dengan imunohistokimia menggunakan CD3, CD4 dan CD8
Keterangan: A. CD3 terwarna positif dengan warna coklat yang memperjelas gambaran pola likenoid dan
epidermotropisme (40x), B. CD4 terwarna positif kuat pada sebagian besar sel limfosit T
(100x), C. CD8 positif sangat minimal sehingga rasio CD4/CD8 > 8:1. Kedua penderita
tersebut dilakukan biopsi plong setelah 2-3 minggu tidak menggunakan antiinflamasi topikal
(100x)
Kedua pasien menjalani kemoterapi serta beberapa varian yang menunjukkan
dan pemeriksaan sel Sezary untuk evolusi klinis tersebut.1 Jumlah kasus MF
memperkirakan prognosisnya. Hasil pada laki-laki 2x lebih tinggi daripada wanita
pemeriksaan sel Sezary negatif pada pasien dengan rerata usia 55 tahun.2 Diagnosis MF
pertama dan kurang dari 5% pada pasien d i t e g ak ka n b e r d as a rka n ko r e la s i
kedua. Pemeriksaan sel Sezary ulang pada klinikopatologi dan imunofenotip spesimen
pasien kedua dilakukan setelah kemoterapi biopsi kulit. Kedua pasien menjalani prosedur
yang terakhir dengan hasil negatif. biopsi kulit untuk pemeriksaan histopatologi
dan imunohistokimia.
Pembahasan Gambaran klinis pasien pertama
menunjukkan lesi berupa plak bentuk dan
Mycosis Fungoides (MF) adalah lim- ukuran bervariasi dengan skuama tipis
foma primer dari sel limfosit T pada kulit atau sedangkan lesi pada pasien kedua berupa
Cutaneous T cell - Lymphoma (CTCL) bercak sebagian hiperpigmentasi dengan
dengan gambaran epidermotropisme yang bentuk dan ukuran yang juga bervariasi.
memiliki karakteristik berukuran kecil hingga Sesuai dengan literatur bahwa lesi MF dapat
sedang berinti serebriform. Mycosis berupa bercak (makula/patch), plak maupun
Fungoides merupakan CTCL klasik dengan tumor tergantung saat pengambilan spesimen
evolusi klinis berupa bercak, plak dan tumor sepanjang perjalanan penyakitnya.

104
Retnani DP et al. Mycosis Fungoides Fase Dini dengan Gambaran .......

Makula atau patch pada MF biasanya bersisik epidermotropisme yang dominan. 1,7
bentuk ireguler, asimetris, berwarna merah Gambaran histopatologi pada pasien
muda, ungu tua hingga kemerahan, berbatas pertama dengan lesi plak menunjukkan pola
jelas, Ukuran bervariasi antara 2 – 15 cm , reaksi likenoid dengan banyak halo serta
tunggal maupun multipel, bentuk oval kadang adanya epidermotropisme, sedangkan pada
digitate/finger shape (menjari). Lesi ini pasien kedua gambaran tersebut terlihat
terdapat pada daerah yang terlindung sinar lebih minimal serta perlu dilakukan
matahari, area intertriginosa dengan pengambilan ulang spesimen. Epidermo-
gambaran ‘bathing trunk’ seperti gluteus, tropisme dapat pula ditunjukkan sebagai
abdomen, lipat paha. Hal ini sesuai dengan atypical lymphocyte tagging (barisan sel
klinis kedua pasien yang memiliki lesi di area limfosit pada dermo-epidermal junction).5
dada, perut, punggung dan ekstrimitas Kedua kasus ini tidak menunjukkan adanya
proksimal.1 Lesi plak berbatas jelas dan Pautrier’s microabcess yaitu kumpulan sel
bersisik dengan indurasi yang bervariasi, limfosit atipik pada epidermis bagian bawah.
berwarna merah kehitaman hingga keunguan Perbedaan klinis dan histopatologi pada
gelap dan dapat mengalami remisi spontan kedua pasien dibandingkan dengan literatur
atau bergabung membentuk konfigurasi dapat dilihat pada Tabel 1.
tertentu (annular, semiannular, serpiginosa). Penentuan diagnosis diperoleh dari
Lesi dini MF pada fase bercak memiliki penilaian kriteria dalam Tabel 1 di atas. Dari
gambaran histopatologi klasik yg lebih kriteria klinis diperoleh skor 2 apabila terdapat
minimal dibandingkan lesi plak. Biasanya kriteria dasar dan 2 kriteria tambahan, dan
perlu dilakukan pengambilan biopsi ulang 2 - skor 1 bila terdapat kriteria dasar ditambah 1
3 minggu kemudian untuk mendapatkan kriteria tambahan. Untuk pemeriksaan
sampel yang representatif agar dapat histopatologi diperoleh skor 2 bila terdapat
membantu diagnosis.3,4 Menurut literatur, MF kriteria dasar dengan 2 kriteria tambahan dan
stadium dini memiliki gambaran tersering skor 1 bila terdapat kriteria dasar ditambah 1
berupa fibrosis pada papilla dermis, infiltrat kriteria tambahan. Skor 4 cukup untuk
limfosit fokal pada dermis serta reaksi mendiagnosis MF klasik. Hasil pemeriksaan
likenoid. Gambaran epidermotropisme lebih imunohistokimia pada MF menunjukkan ber-
jarang ditemukan.3,4 Diagnosis banding MF bagai variasi. Imunofenotipik yang banyak
fase bercak adalah dermatitis spongiotik dijumpai dalam membantu ditegakkan
seperti dermatitis kontak alergi dan Pitiriasis diagnosis MF adalah CD7 negatif, CD4 positif
likenoides. dan CD8 negatif. Mycosis Fungoides dapat
Gambaran histopatologi lesi MF fase juga menunjukkan gambaran CD4:CD8 positif
plak berupa infiltrat sel limfosit padat, dengan rasio > 10:1.8
berbentuk seperti pita pada dermis superfisial. Antibodi yang digunakan pada
Epidermotropisme yang nyata lebih terlihat pemeriksaan IHK bermanfaat untuk menilai
pada biospi kulit di fase ini. Terkadang kriteria tambahan MF secara imunofenotip
ditemukan kelompok sel limfosit neoplastik apabila skor dari kriteria klinis dan
berinti bulat, serebriform dan hiperkonvolusi histopatologi kurang mendukung MF (skor <4)
membentuk formasi Pautrier’s microabcess adalah 1). Positif CD2, CD3 dan/atau CD5
intraepidermis.5,6 Diagnosis banding MF fase pada <50% sel T dan 2). CD7 negatif atau
plak adalah Lymphomatoid papulosis (LyP) positif pada <10% sel T. Kriteria IHK tersebut
tipe B dan D serta Primary cutaneus CD8+ mendapat skor 1 bila terdapat 1 atau lebih
Aggresive Epidermotropic Cytotoxic T Cell dari ketiga variasi imunofenotip.
Lymphoma di s e b ab k an g a m baran

105
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022

Pemeriksaan IHK tidak terlalu bermakna ulseratif yang hilang timbul dalam beberapa
dalam menentukan diagnosis MF, karena jika minggu. Sezary syndrome menunjukkan
klinis dan histopatologi tidak mendukung gejala klinis yang sangat berbeda dengan
gambaran MF, maka tidak akan tegak kedua kasus MF yaitu trias eritroderma (kulit
sebagai MF meskipun IHK dan analisis yang mengelupas dan berwarna kemerahan
klonalitas mendukung.6 hampir di seluruh tubuh penderita),
limfadenopati generalisata dan kadar sel
Diagnosis Banding Sezary darah sebesar ≥1000 sel/ L.5 Hasil
pemeriksaan histopatologi di area kulit dapat
Gambaran histopatologi MF dalam terlihat nonspesifik maupun spesifik
serial kasus ini menunjukkan adanya epidermotropisme dengan kadar CD4/CD8
epidermotropisme dan infiltrat sel limfosit 10:1.8
yang tersebar sepanjang dermoepidermal Primary Cutaneous Aggressive CD8+
junction (pola reaksi likenoid). Epidermotropic Cytotoxic T cell Lymphoma
(PC-AECTL) secara klinis juga berbeda
a. Epidermotropisme dengan MF karena lebih agresif dengan onset
Penyakit yang dapat menunjukkan tidak menahun, ulseratif, hemoragik dengan
gambaran epidermotropisme adalah imunofenotipik menunjukkan hasil positif
Lymphomatoid Papulosis (LyP), Sezary hanya pada CD8 saja. Dari ketiga jenis
syndrome (SS) dan Primary Cutaneous penyakit tersebut, tidak ada yang sesuai
Aggressive CD8+ Epidermotropic Cytotoxic T dengan klinis pada kedua kasus. Kedua
cell Lymphoma (PC-AECTL).1,5,7 pasien juga telah menjalani pemeriksaan sel
Lymphomatoid papulosis (LyP) memiliki Sezary dengan hasil negatif.
gambaran klinis berupa papul atau nodul

Tabel 1. Gejala klinis dan gambaran histopatologi pasien MF berdasarkan kriteria 6


Kriteria Kasus Pertama Kasus Kedua
(fase plak) (fase bercak)
1. Gejala Klinis
Dasar: Bercak dan plak yang Positif (+) Positif (+)
persisten dan progresif

Tambahan :
 Distribusi pada area kulit yang Perut, ekstrimitas proksimal Dada, perut, punggung dan
terlindung sinar matahari dan distal ekstrimitas proksimal
 Bentuk dan ukuran lesi yang Plak, skuama tipis, ireguler, Bercak, hiperpigmentasi,
bervariasi multipel,bervariasi ukuran dan multipel, bervariasi bentuk,
bentuk, 5 – 11 cm iregular, 4 – 8 cm
 Poikiloderma Negatif (-) Negatif (-)

2. Histopatologik
Dasar: Infiltrat sel limfoid T Reaksi likenoid positif (+) Reaksi Likenoid positif (+)
pada dermis superfisial

Tambahan:
 Epidermotropisme tanpa
spongiosis Terlihat nyata Minimal
 Sel limfoid berinti atipik Cukup banyak, serebriform Lebih sedikit, sedikit
membesar dengan
gambaran halo

106
Retnani DP et al. Mycosis Fungoides Fase Dini dengan Gambaran .......

b. Reaksi Likenoid Kesimpulan


Penyakit dengan reaksi likenoid di
antaranya adalah Pityriasis Lichenoides (PL), Penegakan diagnosis MF memerlukan
Lichen Planus-like Keratosis (LPLK), Lichen korelasi klinikopatologi serta analisis imunofe-
Sclerosis et Atropicus (LSEA), Lichenoid Drug notipik secara seksama. Pada kedua kasus
Eruption (LDE) dan Lichen Planus (LP).9,10 yang dilaporkan, terdapat 2 wanita dengan lesi
Secara klinis lesi pada LPLK dan LSEA kulit di area yang terlindung sinar matahari,
biasanya tunggal, berupa plak dimana LPLK berupa bercak dan atau plak disertai gatal
sering terjadi pada area yang terpapar sinar yang kronis dan progresif serta menunjukkan
matahari dan LSEA pada genetalia eksterna gambaran histopatologi berupa reaksi likenoid
pada wanita tua. Gambaran klinis LP hampir dan epidermotropisme. Dari gambaran klinis
mirip dengan MF karena gatal yang menahun dan histopatologi, ditegakkan diagnosis MF
dan berbentuk plak. Kedua kasus ini memiliki pada kedua pasien tersebut. Pemeriksaan IHK
ukuran dan bentuk lesi yang bervariasi, yang dilakukan dengan hasil CD3 yang positif
dengan perjalanan berupa bercak kemudian pada epidermotropisme, rasio CD4:CD8
plak yang berbeda dengan LP dengan ukuran sekitar 8:1 dan Ki67 25% menguatkan
lesi lebih kecil, berbentuk poligonal hingga diagnosis serta menyingkirkan diagnosis
papula. Lichenoid drug eruption (LDE) bandingnya.
seringkali menunjukkan adanya sebaran
eosinofil pada histopatologi, namun tidak Daftar Pustaka
jarang MF juga demikian. Maka, riwayat
konsumsi obat sebelumnya harus ditanyakan. 1. Cerroni L, Sander CA, Smoller BL,
Pada kedua pasien tidak pernah minum obat Wilemze R. Mycosis Fungoides. In: Elder
sistemik, hanya diberikan obat topikal oleh DE, Massi D, Scolyer RA, Willemze R,
dokter yang merawat sebelumnya. Pityriasis eds. WHO Classification of Skin Tumours.
Licheoides (PL) memiliki gambaran berupa 4th ed. Lyon : IARC Press. 2018. P. 226-
papul merah muda oval dan berskuama, 33.
terutama pada anak-anak sehingga diagnosis 2. Song SX, Willemze R, Swerdlow SH, Kin-
tersebut dapat disingkirkan. Lichen Planus ney MC, Said JW. Mycosis Fungoides,
(LP) memiliki gambaran yang mirip dengan Report of the 2011 Society for Hemato-
MF karena lesi juga hampir sama, namun lesi pathology/ European Association for
kulit LP tidak hanya berada di area terlindung Haematopathology Workshop. Am J Clin
sinar matahari.5, 9,10 Pathol. 2013; 139:466-90.
Dari kedua kelompok diagnosis banding 3. Retnani, DP. Peran Aspek Klinikopatologi,
tersebut gambaran yang menunjang histo- Imunofenotip dan Analisis Klonalitas untuk
patologi MF harus dikonfirmasi dengan gam- Menegakkan Diagnosis Mycosis Fungo-
baran klinisnya. Dermatitis likenoid tidak ides. Majalah Kesehatan. 2020; 7(1):59-
menunjukkan adanya epidermotropisme, 71.
sehingga bila klinis mencurigai penyakit MF 4. Cerroni L. Clinicopathological Spectrum of
namun gambaran histopatologi kurang Mycosis Fungoides. Proceeding Book
mendukung atau tidak terdapat epider- NUHS Haematolymphoid Pathology
motropisme. Oleh karena itu, harus dilakukan Course. Singapore, 4 May 2019. P. 260-
biopsi ulang 3 - 6 bulan kemudian, dengan 362.
syarat 2 - 3 minggu sebelum biopsi ulang
harus bebas terapi topikal.4

107
Majalah Kesehatan Volume 9, Nomor 2, Juni 2022

5. Calonje E, Goodlad J. Calonje E, Brenn Quintanilla L (Editors). Hematopathology.


T, Lazar AJ, McKee PH (Editors). Cutane- 2th ed. Philadelphia: Elsevier. 2017. P.
ous Lymphoproliferative Diseases and 713-29.
Related Disorders. In : McKee’s 8. Calonje E. Cutaneous T cell lymphoma.
Pathology of the Skin with Clinical Corre- Proceeding Book of HKIAP Fall Scientific
lations. 5th ed. China: Elsevier Saunders. Meeting. Shatin, Hongkong 12-13 No-
2020. P. 1405-30. vember 2016.
6. Bagot M, Stadler R. Kang S, Amagai M, 9. Arps DP, Chen S, Fullen DR, Hristov AC.
Bruckner AL, Eng AH, Margolis DJ, McMi- Selected Inflammatory Imitators of Myco-
chael AJ, Orringer JS (Editors). Cutaneus sis Fungoides Histologic Features and
Lymphoma. In: Fitzpatrick’s Dermatology Utility of Ancillary Studies. Arch Pathol
in General Medicine. 9th ed. New york: Lab Med. 2014; 138:1319-27.
McGraw-Hill Education. 2019. P. 2072- 10. Wobser M, Geissinger E, Rosenwald A,
100. Goebeler M. Mycosis Fungoides: a Mi-
7. LeBoit PE, Pincus LB. Mycosis Fungoides micker of Benign Dermatoses. World J
and Sezary syndrome. In: Jaffe ES, Arber Dermatol. 2015; 4(4): 135-44.
DA, Campo E, Harris NL, Martinez-

108

Anda mungkin juga menyukai