Abstrak
Fenomena ini berangkat dari perselisihan sekelompok penggemar yang menyukai
idol K-Pop di media sosial. Fenomena ini terjadi atas permasalahan yang berada di
kalangan penggemar K-Pop dengan maksud memperdebatkan idola masing-
masing. Penelitian ini juga berdasarkan fenomena Fanwar yang sering terjadi di
media sosial yang menyebabkan penggemar K-Pop melakukan agresi verbal.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara fanatisme pada Fans K-
Pop dengan fenomena Fanwar di media sosial dengan sebanyak 144 orang
responden yang berpartisipasi. Untuk mendapatkan data penelitian ini digunakan
alat ukur skala fanatisme. Penelitian ini menggunakan teknis statistik deskriptif
untuk menganalisis penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki taraf fanatisme yang sama, keduanya tidak menunjukkan
perbedaan.
Kata kunci: Penggemar K-Pop, Fanwar, Fanatisme
PENDAHULUAN
Fanwar merupakan istilah yang digunakan oleh para penggemar idol K-Pop
yang berasal dari dua kata, yakni Fans (penggemar) dan war (perang), sehingga
Fanwar merupakan perang antar penggemar (K-Popers) (Lastriani, 2018).
Menurut Lastriani (dalam Fitria, 2022) Fanwar juga merupakan istilah yang sering
digunakan dalam komunitas K-Pop yang biasanya terjadi ketika ada perselisihan
antar penggemar terutama pada media sosial, seperti persaingan untuk
mendapatkan penghargaan ataupun karena masalah kemiripan yang dianggap
plagiat. Penyebab lain terjadinya Fanwar adalah perilaku fanatisme.
Fanatisme merupakan sebuah keyakinan terhadap objek fanatik yang
dikaitkan dengan sesuatu yang berlebihan pada suatu objek, sikap fanatik ini
Copyright © 2023 Parade Riset Mahasiswa 1 (1): 245 – 256 (Februari 2023)
246
Tarisa Trihandayani, Mawarda Lutfiyani, Ignatius O Tricahya Frannes, Alifah T Fathin
berlebihan yang berlangsung dalam waktu yang lama (Jenni Eliani, M. Salis
Yuniardi, 2018).
TELAAH PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erika Yohana Pakpahan,
Muhammad Ali Adriansyah, Elda Trialisa Putri (2021) yang berjudul pengaruh
intensitas penggunaan media sosial dan fanatisme terhadap perilaku konsumtif,
didapatkan bahwa tidak adanya pengaruh antara intensitas penggunaan media
sosial dan fanatisme terhadap perilaku konsumtif pada fandom ARMY SMR di Kota
Samarinda. Artinya tinggi rendahnya fanatisme sebuah fandom tidak serta merta
mendorong terjadinya perubahan pada tingkat perilaku konsumtif seseorang
(Pakpahan et al., 2021).
Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh L. A. Putri (2020) yang
berjudul dampak Korean wave terhadap prilaku remaja di era globalisasi, justru
menunjukkan hasil yang berbeda, dimana semakin berkembangnya teknologi,
semakin pesat pula perkembangan media sosial pada Korean wave yang
menyebabkan beberapa dampak positif maupun negatif yang dihasilkan, salah
satu penyebab negatif yang disimpulkan adalah sikap fanatisme terhadap idola(L.
A. Putri, 2020).
Penelitian yang dilakukan Karina Amaliantami Putri, Amirudin, Mulyo Hadi
Purnomo (2019) menyatakan bahwa Korean wave juga mempengaruhi gaya hidup
Generasi Z dimana penelitian ini menunjukkan bahwa dengan memilih Korean
wave sebagai hiburan, maka level tafsir mereka pun akan semakin kuat. Hal
tersebut dapat menjadikan mereka penggemar yang fanatik (K. A. Putri et al.,
2019).
Penelitian yang dilakukan Asfira Rachmad Rinata, Sulih Indra Dewi (2019)
yang berjudul fanatisme penggemar K-Pop dalam bermedia sosial di instagram,
menunjukkan hasil bahwa perilaku fanatisme penggemar dalam bermedia sosial
Copyright © 2023 Parade Riset Mahasiswa 1 (1): 245 – 256 (Februari 2023)
248
Tarisa Trihandayani, Mawarda Lutfiyani, Ignatius O Tricahya Frannes, Alifah T Fathin
tidak hanya dilihat dari sejauh mana dan berapa lama penggemar menjalani
aktivitasnya sebagai penggemar K-Pop, namun juga dapat dilihat dari respon
mereka terhadap informasi Hoax dan berita negatif idola K- pop (Rachmad & Dewi,
2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sufi Hindun Juwita (2018)
meneliti bahwa tingkat fanatisme pada Fans K-Pop juga mempengaruhi
kecerdasan emosi yang dialami. Terutama pada penggemar yang usianya lebih
muda, mereka akan mencontoh sikap-sikap baik khususnya yang dilakukan oleh
idolanya. Hal tersebut juga diteliti bahwa beberapa penggemar dapat mengelola
emosi dengan baik pada tingkat fanatisme yang sedang (Juwita, 2018).
Maka, dari lima penelitian yang telah disebutkan diatas yang membedakan
dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitiannya yang akan ditunjukan
kepada penggemar K-Pop di media sosial Twitter. Sedangkan, untuk metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang digunakan untuk
menggambarkan objek yang diteliti melalui data yang diperoleh.
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto
(2013) menjelaskan bahwa kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang
meliputi angka-angka, seperti pengumpulan data, penafsiran terhadap data, dan
penampilan dalam hasil. Penelitian menggunakan pendekatan analisis deskriptif.
Snalisis deskriptif merupakan suatu penelitian guna untuk memberikan gambaran
pada keadaan yang sebenarnya dan hasil jawaban dari subjek yang berkaitan
terhadap status subjek dari penelitian tersebut.
Populasi menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa populasi wilayah
yang digeneralisasikan terhadap obyek/subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti guna untuk dapat
dipelajari kemudian akan ditarik kesimpulannya tersebut. Peneliti menggunakan
populasi k-pop Indonesia berada pada peringkat 2 dengan meraih 9,9% dari total
viewers (Zone, 2020). Penelitian menggunakan teknik sampel Random sampling.
Menurut (Riadi, 2020) menjelaskan bahwa random sampling merupakan teknik
pengambilan sampe yang diambil secara acak melalui anggota dari populasi tidak
memperhatikan kembali dari strarata di dalam populasi. Sampel penelitian
menggunakan 144 orang yang Fanswar dalam K-pop.
Teknik pengumpulan data menggunakan skala likert. Menurut Tim
Editorial (2022) menjelaskan bahwa skala likert merupakan suatu metode skala
statistik yang dapat digunakan mengukur hasil data kuantitatif. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala Fanatisme Korean Pop (K-Pop) seperti yang dilakukan
pada Juwita (2018), dimana berupa pernyataan-pernyataan dengan jawaban
berbentuk skala kesesuaian atau ketidaksesuaian terhadap pernyataan. Skala
disajikan dalam pernyataan favourable (pernyataan mendukung) yang disebar
sacara online pada sekelompok penggemar K-Pop di media sosial, dimana setiap
pernyataan item memiliki 5 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing item juga
memiliki point yang berbeda, yang mana semakin tinggi point yang dimiliki
individu berarti semakin tinggi Fanatisme yang dimilikinya. Sebaliknnya, semakin
rendah skor yang diperoleh individu menunjukkan semakin rendah juga Fanatisme
dalam dirinya.
Copyright © 2023 Parade Riset Mahasiswa 1 (1): 245 – 256 (Februari 2023)
250
Tarisa Trihandayani, Mawarda Lutfiyani, Ignatius O Tricahya Frannes, Alifah T Fathin
Fanatisme
Laki-laki Perempuan
Valid 2 142
Missing 0 0
Mean 61.000 59.373
Std. Deviation 7.071 10.125
Minimum 56.000 35.000
Minimum 66.000 84.000
Sumber. Hasil Analisis
responden yang memakai sosial media selama 3 – 5 jam mendapat hasil skor mean
55,563, standar deviasi 9,248, skor minimum 35,000 dan skor minimum 76,000.
Ketiga, 72 responden yang memakai sosial media selama 6 jam atau lebih
mendapat hasil skor mean 63,014, standar deviasi 9,635, skor minimum 43,000
dan skor minimum 84,000.
t df p
Coefficient of
Lama menyukai K-Pop N Mean SD SE
Variation
0 sampai 2 tahun 26 57.192 12.248 2.402 0.214
Copyright © 2023 Parade Riset Mahasiswa 1 (1): 245 – 256 (Februari 2023)
252
Tarisa Trihandayani, Mawarda Lutfiyani, Ignatius O Tricahya Frannes, Alifah T Fathin
responden yang menyukai K-Pop selama 3-4 tahun dengan skor 57.227, dan
sebanyak 74 responden yang menyukai K-Pop lebih dari 5 tahun dengan skor
61.459.
responden menggunakan media sosial selama 6 jam atau lebih dengan rata – rata
63.014. Platfrom media sosial merupakan suatu hal yang wajib dikunjungi K-
Popers untuk mengikuti perkembangan idola mereka dan terdapat grup fanbase
guna memberi informasi terupdate mengenai idola tersebut (Perdini et al, 2022).
Penggemar biasanya memiliki ketertarikan untuk mengetahui apa saja mengenai
idolanya dan media sosial dapat membantu mereka untuk mendapatkan informasi
tersebut. Penggemar melakukan interaksi dengan idolanya melalui media sosial
karena mereka selalu ingin terhubung dengan idolanya dan juga penggemar dapat
berinteraksi dengan sesama Fans biasanya mereka berdiskusi mengenai kegiatan
idola, rumor dan gossip, atau juga tentang fandom mereka (Hartley, 2010).
Berdasarkan uji independent T-test Fanatisme hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki
yang signifikan dalam fanatisme sehingga penelitian ini membuktikan pada laki-
laki dan perempuan tersebut tidak memiliki kecenderungan melakukan Fanwar
dimedia sosial. Maka dapat dikatakan bahwa responden pada penelitian kami
termasuk kedalam kategori K-Popers Pro. K-Popers Pro bertindak atas dasar “ME”
yaitu berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu dan mereka cenderung
memikirkan terlebih dahulu dampak apa yang akan terjadi dari tindakan tersebut
baik dirinya ataupun orang lain (Witri Yulianti, 2022). K-Popers Pro lebih memilih
menghindari War dan lebih sering memberi dukungan lewat media sosial ataupun
memberi dukungan dengan cara membeli karya-karya mereka. Dan juga K-Popers
Pro lebih sering membicarakan hal-hal yang positif mengenai idola mereka seperti
seputar prestasi yang didapatkan idolanya daripada mencari-cari kejelekan idola
atau fandom lain dan terlibat dalam Fanwar (Wahyuastri & Imron, 2014). Mereka
akan tetap memberi dukungan yang terbaik meskipun idolanya terlibat masalah
ataupun reputasinya mulai redup.
Copyright © 2023 Parade Riset Mahasiswa 1 (1): 245 – 256 (Februari 2023)
254
Tarisa Trihandayani, Mawarda Lutfiyani, Ignatius O Tricahya Frannes, Alifah T Fathin
DAFTAR PUSTAKA
Assyaumin, M. I. B., Yunus, M., & Raharjo, S. (2017). Fanatisme Suporter Sepakbola
Ditinjau dari Aspek Sosio-Antropologis (Studi Kasus Aremania Malang). Jurnal
Sport Science, 7(1), 42–57.
Fitria, K. (2022). Cyberspace Sebagai Area Perang Antara Fans Versus Haters K-Pop
di Instagram. Jurnal Kopis, 4(2), 58–73. www.ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/kopis
Lastriani. (2018). Fanwar : Perang antar fans idol k-pop di media sosial. Jurnal
Emik, 1(1), 87–100.
Perdini, T. A., Supriyadi, T., Hutahaean, E. S. H., & Pertiwi, Y. W. (2022). Self-
Presentation Analysis of the K-POP Dance Cover Community Member.
International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding,
9(10), 139-149
Putri, K. A., Amirudin, A., & Purnomo, M. H. (2019). Korean Wave dalam Fanatisme
dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan Sastra,
14(1), 125. https://doi.org/10.14710/nusa.14.1.125-135
Copyright © 2023 Parade Riset Mahasiswa 1 (1): 245 – 256 (Februari 2023)
256
Tarisa Trihandayani, Mawarda Lutfiyani, Ignatius O Tricahya Frannes, Alifah T Fathin
https://doi.org/10.24014/0.8710187
Rachmad, A., & Dewi, S. I. (2019). Fanatisme Penggemar Kpop Dalam Bermedia
Sosial Di Instagram. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2), 13.
https://doi.org/10.14710/interaksi.8.2.13-21
Ratnasari, S., & Suleeman, J. (2017). Perbedaan Regulasi Emosi Perempuan dan
Laki-Laki di Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Sosial, 15(1), 35–46.
https://doi.org/10.7454/jps.2017.4
Tim Editorial. (2022). Lowon Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung
Kuesionernya. Diedit.Com. https://www.diedit.com/skala-likert/
Wahyuastri, E., & Imron, A. (2014). Pola Interaksi Simbolik Pecinta K-Pop Dalam
Komunitas Korean Lovers Di Surabaya ( Kloss ). Ilmu Sosial, 02.
Witri Yulianti. (2022). Instagram Sebagai Media Fan war Penggemar K-Pop.
PUBLIQUE, 03(8.5.2017), 2003–2005.