Anda di halaman 1dari 15

Subunit 2

Jenis, Contoh, Dan Ciri-Ciri Sastra Anak-Anak

B agaimana pemahaman Anda terhadap materi subunit pertama? Cukup


sempurna bukan! Materi yang akan Anda pelajari pada subunit 2 ini adalah
bagian integral dari materi yang telah Anda pelajari pada subunit 1 yakni jenis,
ciri-ciri, dan contoh sastra ana-anak. Pemahaman tentang hal tersebut
mendukung tugas tugas Anda kelak di Sekolah Dasar. Hal ini di Sekolah dasar,
sejulah kompetensi yang harus diajarkan berkaian dengan dengan sastra anak
karena sastra anak-anak dinilai fungsional dalam pembentukan keprbadian anak
sekaligus peningkatan keterampilan berbahasa anak itu sendiri. Untuk
memperoleh pemahaman yang berkaitan dengan ciri, jenis dan contoh sastra
anak-anak ikuti uraian berikut dengan saksama.

Jenis dan Contoh Karya Sastra Anak

Sastra anak-anak (kompas, 2005) membagi sastra anak-anak ke dalam


beberapa jenis, yakni: fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisonal, dan komik.
Pembagian tersebut sejalan dengan Framuki (2000) bahwa sastra anak-anak
yang bersifat imajinatif dapat dibagi atas tiga macam yakni puisi, prosa, dan
drama. Berdasarkan pendapat tersebut sastra anak-anak dapat dibagi atas tiga
macam sebagai berikut

1. Puisi
Apa yang dimaksud dengan puisi? Sudjiman (dalam Nadeak:1985:7)
menyatakan bawa “puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Pengertian tersebut relatif sejalan
dengan pengertian puisi yang dikemukakan oleh Ralph Waldo Emmerson
bahwa “puisi adalah mengajarkan sebanyak-banyaknya dengan kata-kata yang
sesedikit-dikitnya”. Berbeda dengan pendapat Mattew Arnold yang melihat dari
segi keindahan pendendangannya bahwa bahwa “puisi adalah satu-satunya cara
yang paling indah, impresif dan paling efektif mendendangkan sesuatu” (dalam
Situmorang: 1981:9). Berdasarkan pengertian tersebut dapatlha dikatakan
bahwa puisi merupakan karya sastra yang berbentuk untaian bait demi bait
yang relatif memperhatikan irama dan rima sehingga sungguh indah dan efektif

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 13


didendangkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan bentuk karya
sastra lainnya.
Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam. Waluyo
(1987) mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi
atau gagasan yang hendak disampaikan , terbagi atas: puisi naratif, puisi lirik,
dan puisi deskriptif, yakni sebagai berikut.

a. Puisi naratif
Puisi naratif adalah puisi isinya berupa cerita. Penyair menyampaikan
gagasanya dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalamnya tergambar
ada pelaku yang berkisah, misalnya:

DESAKU
Nurfikri
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Untuk tidak jauh
Dari sisimu
Di pagi dan siang
Kuberangkat dan pulang dari sekolah
Bersama teman-temanku
lewat jalan berbelok
Dinaungi pepohonan rindang
Karena itu aku bertekad
Akan selalu memeliharamu
Akan selalu mengingatmu
Sampai akhir hayat
( Dikutip dalam Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)

7 - 14 Unit 7
b. Puisi lirk
Adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan cara
tidak bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan terhadap
seseorang, misalnya puisi berikut.

R.A. Kartini
Engkau pendekar bangsa
Pahlawan wanita Indonesia
Egkau korbankan jiwa an raga
Engkau lahir di Istana
Tiada kurang satu apa pun
Tapi kau tak terlena
Melihhat kaummu menderita
Raden Ajeng Kartini
Engkau laksana obor
Oikireanmu menerang hati
Engkalah pelopor
(Herni Maya Sari, klas V SD O42 Balikpapan)

c. Puisi deskriptif
Adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya dengan cara
melukis-kan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa, pengalaman
menarik yang pernah dialaminya. Misalnya puisi yang menggambarkan
keindahan alam berikut:

ALAM YANG INDAH


Lenny Ch.M.
Sungguh indah alam
Ciptaan Tuhan
Hewan, Burung, ikan
Tumbuh-tumbuhan
Bintang dan bulan
Segenap tata surya
Memuji Tuhan
Tuhanku menjaga
Sejagad raya

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 15


Burung Margasatwa
Cukup makannya
Ajar aku, Tuhan
Buka mataku
Belajar dari alam Melihatmu

2. Prosa
Apakah prosa sama dengan puisi? Tentu prosa dengan puisi jauh berbeda
bentuknya! Surana (1984:105) mengemukakan pengertian prosa sebagai
berikut.
Bentuk karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri
atas kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya,
biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-
kelompok yang merupakan alinea-alinea.

Pengertian prosa yang dikemukakan oleh Surana di atas saling


melengkapi dengan pengertian prosa fiksi atau narasi yang digambarkan oleh
Aminuddin (2004:66) sebagai berikut:
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan
rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapatlah kita mengatakan bawa


prosa fiksi anak-anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas ragkaian bait
demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan
merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur
pristiwa, pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara
imajinatif.
Cullinan (1989) menyebutkan beberapa jenis prosa fiksi, antara lain:
(1) prosa fiksi sains, (2) prosa fiksi realistik, (3) prosa fiksi imajinatif

(a) Prosa fiksi sains


Prosa fiksi sains adalah cerita fiksi yang disusun dengan
menekanan pada isi yang ingin disampaikan. Isi yang disampaikan berupa
ilmu pengetahuan (sains) atau bersifat faktual . Namun demikian isi yang
bersifat faktual tersebut disusun dalam bentuk cerita fiksi dengan cara

7 - 16 Unit 7
menentukan pelaku, latar, dan alur. Tujuannya untuk menarik minat dan
perhatian siswa sehingga mereka merasa tidak sulit memahami isi dan
pesan yang ingin disampaikan pengarang. Contohnya sebagai berikut:

Mendengarkan Penyuluhan tentang


Penyakit Demam Berdarah

Pada siang hari itu pendopo balai Desa Makmur dipenuhi oleh
warga. Mereka diundang untuk mendengarkan penyuluhan tentang
penanggulangan penyakit demam berdaarah dari Dinas Kesehatan Rakyat
Kabupaten. Penyuluhan in diberikan karena beberapa hari yang lalu di
Desa Makmur Jaya terkena wabah penyakit demam berdarah.
Tepat pada pukul 13.00 Dokter Surya yang diberi tugas penyuluhan
oleh Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten telah datang. Beliau daang
bersama beberapa petugas yang lain. Setelah beristirahat sebentar, Dokter
Surya pun segera memberikan penyuluhannya.
Menurut Dokter Surya, penyakit demam berdarah itu disebabkan
oleh virus yang ditularkan leh nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk itu hidup
dan berkembang biak di dalam rumah dan di sekitarnya. Tidak jarang,
nyamuk ini dijumpai pula di sekolah. Nyamuk ini mencari mangsa pada
pagi sampai siang hari.
Terdapat beberapa tanda yang dapat kita kenali dari orang yang
terkena penyakit mematikan ini. Pertama, selama 2-7 hari panas badan
pen-derita meninggi. Kedua, nyeri perut terutama di bagian uluhati.
Ketiga, pendarahan berupa bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah, bahkan berak darah.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada orang yang
terkena penyakit demam berdarah adalah dengan memberikan minuman
sebanyak-banyaknya. Minuman itu dapat berupa air masak, susu, atau air
teh. Untuk menurunkan panas badan, penderita dapat diberi obat penurun
panas, selain itu, penderita dapat dibantu dengan kompres dengan
menggunakan kain basah yang telah direndam di air es. Setelah itu itu
barulah penderita dibawa ke puskesmas/RSU.
Penyakit demam berdarah dapat dicegah dapat dicegah dengan dua
cara. Cara pertama adalah melenyapkan tempat berkembang biaknya
nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk ini biasanya berkembang biak di dalam
maupun di luar rumah. Di dalam rumah, misalnya di bak mandi, tempayan,

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 17


vas bunga, atau di tempat minuman burung. Di luar rumah naymuk ini
berkembang biak di tangki penampungan air, kaleng potongan bambu, dan
sebagainya
Cara kedua adalah dengan menghambat masuknya nyamuk ke
rumah. Cara ini dapat dilakukan dengan memasang kawat kasa pada
lubang ventilasi. Dengan cara ini, nyamuk tidak akan dapat masuk ke
rumah. Nyamuk ini dapat dicegah agar tidak masuk ke rumah dengan cara
mem-berikan penerangan yang cukup di dalam kamar kita. Nyamuk
biasanya senang tinggal di tempat gelap.
Para warga tanpak tertarik akan semua penjelasan yang diberikan
Dokter Surya. Setelah mendengarkan penyuluhan itu mereka berjanji akan
selalu berusaha hidup lebih bersih lagi. Mereka ingin hidup sehat. Mereka
ingin terbebas dari penyakit demam berdarah.
(Anonim Dalam Aku Cinta Bahasa Indonesia,V, 1997)

(b) Prosa fiksi realistik


Adalah cerita yang disusun dengan tujuan menyampaikan sesuatu
yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang logis, baik berkaitan
dengan etika, moral, relegius, dan nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut
diungkap melalui prosedur “bercerita” dengan menentukan tema, latar,
alur, penokohan, sudat pandang, dan amanat yang ingin disampaikan.
Peristiwa demi peristiwa yang disampaikan bukan merupakan fakta
atau kejadian yang sesungguhnya melainkan peristiwa yang bersifat fiktif
(seolah-olah pernah terjadi). Dikatakan realistik karena isi atau tema
cerita tersebut diangkat dari kehidupan sehari-hari; ada kemungkinan hal
tersebut terjadi dalam kenyataan sehari meskipun pelaku tempat, dan
waktu kejadian berbeda. Misalnya, cerita berikut.

Musim Layang Membawa Berkah


Ni Wayan Margiani
Kupercepat lariku begitu melihat begitu kulihat layang-layangku
putus. Tak perduli kakiku penuh lumpur. Aku terus berlari di pematang
sawah, sambil melihat ke atas. Semua semak tidak luput dari
perhatianku, tetapi layang-layangku tidak kutemukan juga. Dengan
lemas aku berjalan menuju rumahku.
Sebagian besar anak di kampungku lebih suka membeli layang-
layang di pasar/walaupun ada juga yang membuat sendiri. Wah…

7 - 18 Unit 7
sekarang saya harus membuat layang-layang sendiri, aku tidak mau
merepotkan ibu lagi.
Panggilan ibu itu menandakan harus segera menyabit rumput
untuk sapiku. Aku menganggukkan kepala. Sambil menyabit rumput aku
memikirkan cara membuat layang-layang.
Setelah memberi makan sapi, aku sibuk dengan bambu, plastik,
dan benang. Ya aku akan buat layang-layang ssendiri. Uangnya dari sisa
jajanku kemarin.
“Bill, banyak sekali layang-layangnya?” Minta satu buat aku, ya?”
adikku yang paling kecil, wayan datang mendekat. “Ya nanti Bill
buatkan satu untukmu,” jawabku pada adikku.
Begitu layang-layang telah siap aku langsung pergi ke sawah.
Disitu tempanku biasa main layang-layangan. Melihat aku, Made
langsung mendekati, “Tut, layang-layang itu mau kamu jual, ya? Aku
beli satu, ya?”
Aku juga, Tut. Aku beli dua buat aku dan adikku,” kata Bagus
tidak mau kalahh. Teman-teman yang lain juga mengerumuniku..
“Layng-layang ini masing- asing kujual seribu rupiah. Kalian boleh
pilih sendiri.”, kataku. Wow, luar biasa! Layang-layangmku laris manis.
Setelah itu, aku terima banyak pesanan. Jadi, aku bisa membeli
buku-0buku sendiri. Sisanya aku tabung. Ini berarti menghemat
pengeluaran ibu dan bapak. Musim layang-layang kali ini benar-benar
membawa berkah buatku.

(Dalam Aku Mampu Berbahasa Indonesia, V, Kastam Syamsi, dkk 2004)

(c) Prosa fiksi imajinatif (folkrole)


Adalah cerita yang di dalamnya menyajikan rangkaian perstiwa
yang pelaku-pelakunya hanya ada dunia dalam dunia imajinasi pengarang;
tidak ada dalam kehidupan sehari-hari, misalnya raksasa pemakan
manusia dan burung garuda raksasa, dalam cerita Bugis diistilahkan
dengan nenepakande dan kuajang. Cerita seperti ini hanya dimanfaatkan
untuk kepentingan pendidikan bagi anak-anak yang suka dongeng dengan
pelaku raksasa atau binatang (fabel), misalnya dongeng Tanah Sang
Raksasa, Kepel Iwe-Iwel, Kancil yang Cerdik, dan sebagainya.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 19


Tanah Sang Raksasa
Raksasa Bargawa menerima sahabatnya di dalam guanya.
Sahabat raksasa Bargawa adalah seorang manusia , laki-laki muda
bernama Arya. Pemuda Arya dan raksasa Bargawa sudah lama
bersahabat. Mereka saling menyukai satu dengan yang lain.
“Aku sengaja mengundangmu hari ini, Arya,” kata Raksasa
Bargawa.
Matanya yang lebar berkejap-kejap, giginya yang tajam dan
runcing tampak mengkilap ketika ia ketawa.
“Untuk berbicara tentang tanah milikmu ini, bukan?” tanya Arya.
“Benar!” Raksasa Bargawa mengangguk. Rambutnya yang
keriting panjang beriap-riap pada waktu itu menggerakkan kepalanya…
(Dikutip Dalam Aku Cinta bahasa Indonsia, IV A. 2004)

3. Drama
Bagaiamana dengan drama? Samakah dengan prosa atau berbeda ?
Surana (1984) memberikan jawaban bahwa “drama adalah karangan prosa atau
puisi berupa dialog dan keterangan laku untuk dipertunjukkan di atas pentas.”
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian drama yang disampaikan oleh
Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita konflik manusia dalam
bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan
percakapan dan action di hadapan penonton.”
Jadi, drama merupakan salah satu karya sastra yang dipakai sebagai
medium pengungkapan gagasan atau perasaan melalui serangkain dialog
antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk dibacakan secara
estetis melainkan untuk dipertunjukkan . Misalnya

TAS SEKOLAH RARA


Tokoh : Rara,
Yayang,
Alisia, dan
Ibu
Di halaman rumah Yayang terlihat Rara, Yayang, Alisia mengenakan seragam
Sekolahh, mengendong tas masing-masing
Yayang : “Ra, terima kasi ya! (memberikan buku), Nanti kalau ada yang baru
kita tukar baca lagi
Rara : (memasukan buku ke tasnya) Iya, Aku pulang dulu ya!

7 - 20 Unit 7
Alisia : “Ra, kamu tak punya tas lagi, ya! Yang sudah robek begini masih
kamu pakai (menepuk tas rara). (Rara dan Yayang terkejut)
Yayang : “Lis!”
Rara : “Yo saya pulang duluan ya! (tak meladeni pertanyaan Alisia)
Alisia : “Aku juga pulang, yu. Sampai besok!
Yayang : “Ya dadaa!
(Rara dan Alisia meninggalkan pentas, ibu masuk).
Ibu : “Eh, mamam sudah pulang.
Yayang : “Iya, Ma! (mencium tangan ibunya)
............................................
(Dikutip dari Karya Mien Rumini dalam Pend. KeterampilanBerbahasa oleh
Djago Tarigan dkk, 2001)

Ciri-ciri Puisi Anak-anak


Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi di SD, menurut
Rusyana (Dalam Nadeak, 1985:62) adalah: (a) isi sajak harus merupakan
pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf perkembangan jiwa anak, (b)
sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak, (c) sajak itu harus memiliki
keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan kata yang nyata,
permainan bunyi, dan lain-lain, (d) perbendaharaan kata yang sesuai dengan
dunia anak.
Sedangkan menurut Sutawijaya, dkk (1992) pusi yang diberikan kepada
anak sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra puisi di SD hendaknya
memiliki ciri sebagai berikut:
(1) Ciri keterbacaan
(a) Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang
digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga
dapat dipahami oleh anak.
(b) Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena
tidak bersifat diapan (tersembunyi) melainkan bersifat transparan
atau eksplisit.
(2) Ciri kesesuaian
(c) Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak Sekolah Dasar
menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari ,
petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.
(d) Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya,
anak yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 21


puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara
tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang diajadikan
bahan ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau. Untuk lebih
jelasnya mari kita perhatikan puisi anak-anak yang berjudul “Desaku”
berikut ini.

DESAKU YANG INDAH


Nur A’dill Y.U.
Desaku yang sangat indah
Ada rerumputan hijau
Bunga-bunga brmekaran
Bunga-bunga berterbangan
Udara pagi yang segar
Aku senang tinggal di desa
Aku bangga tinggal di desa
Aku bangga bisa memelihara
Keindahan desa.
(Bobo, No 50 XXXXI/2004)

Ciri-ciri Cerita Anak-anak


Bagaimana dengan ciri prosa anak-anak dan contohnya? Cerita yang
diberikan kepada anak sebagai bahan ajar di SD hendaknya cerita memiliki ciri-
ciri: bahasa yang sederhana, pilihan kata yang dapat dipahami, sesuai dengan
kegemaran dan perkembangan usia anak, dan lingkungan yang relevan dengan
dunia anak misalnya pada musim panen dipilih cerita yang berkaitan dengan
kehidupan petani.
Hasyim (1981) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada
anak sebagai bahan belajar di Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri sebagai
berikut.
(a) Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan
bahasa anak.
(b) Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada
tahap pertama (kelas 1-3 SD) , bacaan untuk anak laki-laki dan wanita
dapat disamakan. Untuk selanjutnya ( kelas 4-6 SD) secara berangsur-
angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita
petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak wanita lebih
menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.

7 - 22 Unit 7
(c) Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi
mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak.
Apa yang dikemukakan oleh Hasyim sejalan dengan Pramuki (2000)
bahwa hendaknya cerita yang diberikan kepada anak adalah cerita yang sesua
dengan tingkat perkembangan usia anak-anak, yakni: usia 6-9 tahun lebih
menyenangi cerita yang bertema kehidupan sehari-hari sampai termasuk
dongeng hewan dan cerita lucu, usia 9-12 tahun menyukai cerita yang bertema
tentang kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realistis, cerita fantastis, dan
cerita petualangan.
Adapun ciri-ciri yang lebih spesifik dikemukakan oleh Cullinan (1987)
bahwa bahan cerita yang diberikan kepada anak SD hendaknya memiliki ciri-
ciri: (1) latar cerita dikenal oleh anak, yakni cerita yang dipelajari berlatarkan
lingkungan yang mereka temui dalam permainan sehari-hari, (2) alurnya
bersifat tunggal dan maju karena mudah dipahami anak, bukan plot majemuk
dan beralur maju-mundur atau sorot balik (3) pelaku utama cerita adalah dari
kalangan anak-anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang dan karakter pelaku
dilukiskan secara konkret sehingga mudah dipahami oleh anak dan sesuai
perkembangan moral anak, (4) tema cerita sederhana dan sesuia tingkat
perkembangan individua-sosial anak seperti kejujuran, patuh pada orangtua,
benci pada kebohongan dan sebagainya, (5) amanat atau pesan cerita dapat
membantu siswa memahami dan menyadari perbedaan sikap yang baik dan tidak
baik serta nilai-nilai positif yang dapat membentuk kepribadian dirinya (6)
bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh anak; kosa katanya dipahami dan
struktur kalimatnya sederhana.
Apakah semua kosa kata dalam cerita harus dipahami anak? Pertanyaan
itu mungkin Anda ajukan setelah mencermati uraian di atas. Kosa kata dalam
cerita tidak mutlak harus dipahami semua oleh anak. Boleh saja cerita itu di
dalamnya ada satu atau dua kata yang kurang diketahui artinya oleh anak.
Fungsinya adalah menjadi sarana penambah perbendaharaan kosa kata anak.
Agar lebih jelas pemahaman Anda tentang ciri-ciri prosa anak-anak,
berikut ini diberikan contoh cerita anak-anak untuk dicermati dengan baik.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 23


Mandi Mandi di Sungai
Oleh Tuti Rahayu
Sungai Kelapa mengalir di perbatasan kampung Kelapa.
Sekelompok anak-anak suka sekali berenang di Sungai Kelapa. Padahal air
sungai itu kotor. Sampah sampah mengambang dan bertumpuk di tepian
sungai.
Udin senang bermain di sungai Kelapa bersama temannya. Suatu
sore, seperti biasanya Udin mengajak Slamet, Opi, Buki, dan Eko bermain
di sungai. “Teman-teman , panas sekali, Ya? Yuk, kita mandi-mandi dan
bermain ke sungai.”
Empat sekawan itu berkejar-kejaran menuju Sungai Kelapa. “Ho-ree
... Buki kena! Dia yang terjun le-bih dahulu” Kelima anak itu satu per satu
terjun ke sungai. Mereka bere-nang dan bersimburan air. “Lihat, banyak
ikan kecil,” Ujar slamet. “Ups, kena! Horee....Dapat ikan!” teriak Udin
kegirangan
Matahari mulai terbenam. Ibu Udin gelisah sebab anaknya belum ju-
ga pulang. “Tumi, lihat adikmu, nggak?” Tanya Ibu kepada Tumi, kakak
Udin. “Ah, Ibu seperti tak kenal Udin saja. Kalau dia sudah di Sungai ,
mana ingat pulang?” jawab Tumi. Ibu Udin mendatangi anaknya ke sungai.
“Udin Udin!” Pulang, Nak...!”
Dari kejauhan Udin berlari. “Ibu! Ibu! Lihat, Udin dapat ikan
kecil!” teriak Udin sambil berlari menghampiri ibunya. “Duh. kotor sekali!
Mana bau lagi!” teriak ibu..
Sesampai di rumah, ibu berkata, “Lekas, mandi sana!” “Ibu
bagaimana sih?” Kan Udin sudah mandi di sungai bersama teman-teman?.
Masa di suruh mandi lagi?!” bantah Udin sengit. “Ya, sudahlah, Bu. Ganti
baju saja Din,” sahut ayah. “Ayah ini bagaimana , sih? Udin baru mandi di
sungai itu, tetapi airnya kotor sekali Banyak sekali sampah di situ. Itu kan
sama saja belum mandi, Yah?” gerutu ibu.
***
Waktu makan malam, Udin sibuk menggaruk tangannya. “Ih, gatal
sekali”, keluhnya. Suasana makan malamnya jadi terganmggu. “Lho, kok
garuk terus?” tanya ayah keheranan. “Coba, mari ibu lihat tanganmu,
Din.”
Astaga, kok di kulit tanganmu ada bercak-bercak putih?” Ibu mulai
cemas. Ia mulai memperhatikan kulit anaknya. “Tuh, di kaki Udin juga ada
luka-lukanya...” kata ayah keheranan. “Bu, jangan-jangan Udin kena sihir

7 - 24 Unit 7
penunggu sungai, “ gumam Tumi. Udin mulai terisak-isak menahan tangis.
“Duh, Tum, Udin sakit, kamu malah bercanda. Ibu antar dulu Udin ke Pak
Mantri, Yah,” kata ibu.
Tetapi, Bu, ini kan sudah tengah malam. Malah mengganggu, lho,”
ujar ayah. Udin menangis. “Kita sendiri tak mampu mengobati. Kasihan
dia,” sahut ibu. “Baiklah, ayah ambil senter dulu. Kita pergi bersama saja.
Tum, bantu memakai mantel adikmu.”
Mereka pergi ke rumah Pak Mantri Bu mantri mengintip dari balik
jendela. “Oh, keluarga Pak Udin rupanya. Mari, mari silakan masuk.”
“Maaf , kedatangan kami mungkin mengganggu,” kata ayah.
“Ah, tidak kok. Ada apa, Bu?” Apa yang saya bisa bantu?” Tanya
Pak Mantri
“Begini, Pak Mantri. Udin menggaruk terus. Katanya kulitnya terasa
gatal dan perih,” ungkap, Ibu.
“Betul ,Pak mantri” Habis gatal sekali, huk.....,” Udin terisak-isak.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Bu, mantri membukakan pintu,
“Lho mengapa berbondong-bondong datang ke mari Bapak dan Ibu-ibu?”
“Maaf, Pak dan Bu Mantri. Ini masalahnya. Anak-anak semua
mengeluh gatal-gatal.” kata Pak Bakri, “Lho, kok sama dengan Udin?”
Ayah dan ibu Udin heran.
“Nah, saya ingin tahu. Bapak dan ibu sekalian. Di mana anak-anak
sering bermain?” tanya Pak Mantri.
“Tentu saja di Sungai Kelapa” jawab ayah Slamet. “Ya, Slamet dan
anak-anak lain juga main di sana,” sahut Pak Bakri.Semuanya mengiyakan.
“Setelah anak-anak mandi di sungai, apakah mereka mandi lagi di
rumah?” sambung Pak Mantri.
“Ah, Pak Mantri, tentu saja tidak,” ayah Udin menukas cepat. “Kan
sama saja mandi di sungai dan di rumah,” sahut Pak Eko.
Pak Mantri mengangguk. “Nah, coba saya periksa dulu kulitnya.” Ia
melihat bercak putih dan luka yang bernanah pada kulit anak-anak.
“Wah, rupanya anak-anak ini men-derita penyakit kulit,” kata
PakMantri.
“Masa rajin mandi masak bisa kena penyakit kulit, Pak Mantri?”
seru ayah Opi keheranan.
“Bapak dan ibu tahu persis Sungasi Kelapa, kan?” Airnya jernih
atau kotor?” tanya Pak Mantri.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 25


“Wah air sungai itu kotor sekali karena banyak sampah di situ,”
jawab ibu Udin.
“Nah, air sungai yang kotor itulah sarangnya bibit penyakit kulit. Bibit
penyakit lain pun banyak di situ, seperti bibit penyakit muntaber, cacing, dan
sebagainya. Nah anak-anak mandi di sungai, bibit penyakit menempel di kulit,”
ungkap Pak Mantri.
“Di tambah lagi, sesudah mandi di sungai, anak-anak tidak mandi lagi,
“sahut Bu Mantri.
“Ya, Udin cuma ganti baju saja, Pak Mantri,” sahut Udin cepat.
”Itu makanya kena penyakit kulit. Mandi dengan air kotor yang ada
bibit penyakitnya. Kulit digerogoti kuman penyakit kulit,”kata Pak Mantri.
“Ini salep untuk mengobati penyakit kuliat kalian, kata Pak Mantri
sambil membagikan salep obat kulit.
“Jadi berbeda lho, mandi di sungai kotor dengan mandi air bersih di
ru-mah, “ujar Bu Mantri . “Benar ,Bu. Mandi di sungai bukannya kulit jadi
bersih, malah kena penyakit kulit,” sambung ibu Udin. ****

Ciri Drama Anak-anak

Pembelajaran sastra yang berkaitan dengan drama di sekolah dasar


hendaknya menggunakan bacaan drama anak-anak. Bagaimana ciri drama anak-
anak? Drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi
bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang
sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.
Agar pemahaman Anda tentang ciri drama anak-anak silakah baca dengan
seksama dan sungguh-sungguh contoh penggalan drama berikut. ?

TEMAN SEKOLAHKU
Pelaku : Dita, Ega, Ibu Ega, Esky, Sefi, Pak Darmawan

Babak I
Suasana kantin ibu Ega nampa sepi. Ega dan Ibunya asyik berbincang-bincang
sambil membersihkan warungnya. Tiba-tiba Ibu Ega ada perlu.
Ibu : “Nak… jjaga warung dulu sebentar ya…!”
Ega : “Lho, … Ibu mau ke mana ? Sebentar lagi kan banyak langganan kita
akan datang.”

7 - 26 Unit 7
Ibu : “Ibu ada urusan dengan Pamanmu, tak lama, paling lama hanya
setengah jam! “
Ega : “ Iya dech…. Bu!”

Pada saat itu suasana tampak sunyi dan sepi, tak seperti biasanya hanya
terlihat seorang gadis yang duduk di kantin. Tak lama kemudian seorang
anak datang menghampiri.
Dita : “Selamat pagi Ega (mengagetkan Ega)
Ega : (Dengan rasa gkaget menyapa Dita) “Eh…. Kamu Dit, pagi-pagi
sudah ngagetin aku…. Nggak ada kerjaan lagi apa?”
Dita : “Habis gue senang banget hari ini.”
Ega : “Kalau gitu bagi-bagi dong senangnya.”
Tiba-tiba Ibu Ega muncul datang menghampiri Ega dan Dita yang lagi
asyik ngobrol.
Ibu : “Eh …. Nak…. Dita sudah lama yach datanganya?”
Dita : “Tidak Bu… baru saja!”
Ega : “Bu! Aku sudah mau ke sekolah .”
Ibu : “Iya… hati-hati yah Nak dan jangan lupa belajar sungguh-sungguh
dan rajin di sekolah .”

Babak II
Ega dan Dita meninggalkan kantin dan menuju ke sekolah yang tidak
jauh dari rumahnya sambil ngobrol tentang temannya yang jatuh kemarin di
depan kelas V SD.
………………………………………………………………………………….

Bagaimana? Apakah sudah mempelajari dengan baik materi di atas? Saya


yakin sudah karena Anda adalah pebelajar yang tangguh dan kreatif.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 27

Anda mungkin juga menyukai