Anda di halaman 1dari 6

Nama : Putri Nabila

NIM : F061201008

Matkul: Sejarah Indonesia sampai Tahun 1600

Bab 2

Aspek-aspek Umum dari Negara-negara Prakolonial dan Kerajaan-kerajaan Besar,

+ 1300-1500

Majapahit adalah yang terbesar di antara negara-negara yang ada di Indonesia


sebelum datangnya Islam, Malaka mungkin merupakan yang terbesar di antara kerajaan-
kerajaan perdagangan yang menganut agama Islam. Kedua-duanya melambangkan zaman
peralihan di Indonesia pada abad-abad tersebut. Negara-negara lainnya, seperti Kesultanan
Pasai yang baru meninggalkan terlalu sedikit bukti yang dapat membantu dilakukannya
rekonstruksi sejarah.

Ciri umum dari negara-negara yang ada di Indonesia sebelum masa penjajahan, kondisi tanah
dan iklim di daerah tersebut mempunyai dampak yang penting bukan hanya terhadap
pertanian dan perdagangan, melainkan juga terhadap formasi negara. Pulau Jawa mempunyai
sederetan gunung berapi yang berjajar dari timur ke barat di sepanjang pulau itu. Gunung-
gunung dan dataran-dataran tinggi lainnya membantu memisahkan wilayah pedalaman
menjadi kawasan-kawasan yang relatif terpencil yang sangat cocok bagi persawahan. Daerah-
daerah padi di Jawa itu merupakan salah satu di antara yang terkaya di dunia. Jalur-jalur
perhubungan utama di Jawa adalah sungai-sungai yang, sebagian besarnya, relatif pendek-
pendek. Sungai-sungai yang paling cocok untuk hubungan jarak jauh hanyalah Sungai
Brantas dan Bengawan Solo, dan tidak mengherankan apabila lembah-lembah kedua sungai
itu menjadi pusat-pusat kerajaan besar.

Dengan demikian, Pulau Jawa terdiri atas kantong-kantong penduduk yang relatif terpisah
satu sama lainnya. Jawa berpenduduk sangat jarang menurut ukuran abad XXI, dan tentunya
terdapat banyak daerah yang tidak berpenduduk sehingga semakin memperbesar tingkat
keterkucilan daerah-daerah yang berpenduduk. Setiap kerajaaan besar di wilayah pedalaman
Jawa memerlukan suatu bentuk kekuasaan pusat atas beberapa daerah yang terpencil
semacam itu, suatu tugas yang sulit dilaksanakan karena faktor perhubungan. Kerajaan-
kerajaan besar di Jawa pada dasarnya adalah kerajaan-kerajaan pedalaman. Karena adanya
kesulitan-kesulitan perhubungan tersebut, maka dapat di katakan bahwa perdagangan luar
negeri bukanlah kegiatan utama kerajaan-kerajaan pedalaman semacam itu.

Di luar Jawa sebagian besar permukaan tanah terdiri atas gunung-gunung, dataran-dataran
tinggi, dan hutan belantara, sedangkan banyak daerah pantai merupakan rawa-rawa. Dari peta
tidak dapat diketahui betapa kecilnya daerah pulau Sumatera yang cocok dihuni orang. Tidak
ada satu perkiraan pun mengenai jumlah penduduk pulau luar Jawa dari zaman sebelum
penjajahan.

Di sebagian besar pulau-pulau luar Jawa, negara-negara terbentuk di daerah-daerah


pantai yang sangat cocok untuk pertanian padi. Perhatian negara-negara semacam itu
diarahkan pada wilayah-wilayah pedalaman sejauh ada bahan pangan atau hasil hasil
perdagangan penting yang dapat diperoleh di situ, seperti lada, emas, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, jalur-jalur komunikasi yang terpenting bagi negara-negara seperti itu menuju ke
luar, kearah laut. Pulau-pulau luar Jawa hanya memiliki sedikit jalan darat jarak jauh seperti
yang terdapat di Jawa yang dapat membantu komunikasi di pulau-pulau tersebut. Beberapa
sungai dapat dijadikan jalur untuk menuju ke wilayah-wilayah peda laman negara-negara itu,
tetapi pelayaran ke hulu tentu saja ku rang menarik jika dibandingkan pelayaran ke luar
menuju lautan bebas.

Pulau Jawa merupakan penghasil beras terbesar di Asia Tenggara sampai abad XIX,
sedangkan Sumatera adalah eksportir lada-V produk yang paling diminati dari abad XV
sampai abad XVII yang utama di Nusantara. Banyak tekstil yang berkualitas tinggi diimpor
ke Indonesia dari India dan Cina, namun terdapat juga perdagangan tekstil yang cukup
penting yang diproduksi di Nusantara sendiri, terutama di Sulawesi Selatan dan para
pedagang asing datang ke Indonesia khususnya untuk mendapatkan hasil-hasil hutan yang
bernilai tinggi, seperti kamper dan cendana serta emas dari Sumatera dan Kalimantan Barat.
Terutama, mereka memburu lada dari Indonesia bagian barat serta cengkeh, pala, dan bunga
pala dari Maluku di Indonesia timur-hasil-hasil bumi yang amat menarik orang-orang Eropa
pertama untuk datang ke Indonesia.

Terdapat banyak kondisi yang sama di seluruh Indonesia yang mempengaruhi kehidupan
ekonomi dan politik negara-negara pra kolonial. Di semua daerah, jumlah penduduknya
sangat terbatas, dan oleh karenanya merupakan basis yang terbatas pula bagi perpajakan dan
sumber daya manusia untuk penanaman padi dan pembentukan tentara. Oleh karena itulah
maka kadang kadang salah satu tujuan perang adalah memindahkan penduduk dari daerah
yang ditaklukkan ke wilayah pihak yang menang. Terisolasinya wilayah-wilayah yang
berpenduduk dan buruknya komunikasi menyebabkan sulitnya penyelenggaraan kekuasaan
yang terpusat atas beberapa wilayah yang berpenduduk. Di Jawa, cara pemecahannya adalah
dengan menerapkan sistem kerajaan terbatas, dengan pemberian otonomi yang luas kepada
para penguasa lokal. Sama halnya, kerajaan-kerajaan luar Jawa sering kali terpaksa harus
memberi otonomi yang luas kepada para vasal mereka. Oleh karena itu, selalu timbul
ketegangan ketegangan di dalam negara-negara yang besar sebagai akibat terjadinya benturan
antara kepentingan pusat dan kepentingan daerah, dan negara-negara semacam itu mudah
runtuh. Juga ada suatu batas bagi tingkat penindasan yang boleh dilakukan. Adanya wilayah-
wilayah luas yang tidak berpenduduk membuka kemungkinan bagi rakyat untuk berpindah ke
suatu daerah baru yang berada di luar kekuasaan raja mereka apabila tindak penindasan
mencapai batas-batas yang tidak tertahankan lagi. Ini bukan berarti tidak ada penindasan
sama sekali, karena ada banyak penindasan, akan tetapi pembatasan tertentu terhadap
penindasan itu juga ada.

Teknik utama yang dapat digunakan untuk mempertahankan kekuasaannya. Pertama,


memberi otonomi yang cukup luas dan keuntungan keuntungan langsung yang berbentuk
kekayaan, martabat, dan perlindungan kepada penguasa daerah dan lawan-lawan lain yang
potensial, seperti para pangeran dan pemimpin daerah, sebagai imbalan bagi dukungan
mereka kepadanya. Kedua, memelihara kultus kebesaran mengenai dirinya dan istananya
yang mencerminkan kekuatan-kekuatan gaib yang mendukung dirinya. dan Ketiga, memiliki
kekuatan militer untuk menghancurkan setiap oposisi. Semua negara di Indonesia prakolonial
didirikan pada akhirnya atas kekuatan militer yang tangguh. Seorang penguasa yang berhasil
akan berdiri di puncak sistem yang sulit ini dengan menyeimbangkan dan memanipulasikan
kepentingan pihak-pihak di bawahnya dengan mempertunjukkan keterampilan perang yang
sangat tinggi dan dengan menampilkan diri seolah-olah memiliki dukungan kekuatan gaib.

Majapahit

Sejarah yang rinci mengenai Majapahit sangat tidak jelas. Sumber-sumbernya yang
utama adalah prasasti-prasasti berbahasa Jawa Kuno, naskah Desawarnana atau
Negarakertagama berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada tahun 1365, naskah Pararaton
berbahasa Jawa Tengahan, dan beberapa catatan berbahasa Cina. Keterpercayaan semua
sumber yang ber bahasa Jawa tersebut telah disangsikan oleh C.C. Berg, yang menyatakan
bahwa sumber-sumber itu harus dipandang bukan sebagai dokumen-dokumen sejarah,
melainkan sebagai dokumen-dokumen sakti, yang harus dipahami dalam konteks mitos-mitos
politiko-religius yang menjadi perhatian para penulis catatan catatan tersebut.

Para penguasa Majapahit adalah sebagai berikut:

Raja Kertarajasa Jayawardhana 1294-1309

Raja Jayanagara 1309-28

Ratu Tribhuwana Wijayottungga Dewi 1328-50

Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk) 1350-89

Raja Wikramawardhana 1389-1429

Ratu Suhita 1429-47

Raja Wijayaparakramawardhana 1447-51

Raja Rajasawardhana 1451-3

Ada masa tiga tahun tanpa raja yang memerintah, yang mungkin diakibatkan oleh
sebuah krisis suksesi. Keluarga Kerajaan Majapahit pada waktu itu tampaknya pecah menjadi
dua kelompok yang bertikai, dan ketegangan-ketegangan serta konflik konflik antara kedua
kelompok itu mungkin berlangsung terus sampai tahun 1480-an. Masa pemerintahan dua
orang raja lagi dapat diketahui sebagai berikut:

Raja Girisawardhana 1456-66

Raja Singhawikramawardhana 1466-78

Negara ini mempunyai suatu bentuk pengaruh atas negara-negara lain yang jumlahnya sangat
banyak di seluruh Sumatera, Semenanjung Malaya, Kali mantan, dan Indonesia Timur.
Tampaknya hubungan daganglah yang utamanya menghubungkan daerah-daerah tersebut,
dan pada pihak Majapahit, perdagangan ini mungkin sekali menjadi monopoli raja. Jadi,
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus, pada waktu yang sama, negara
perdagangan. Negara ini menaklukkan Bali pada tahun 1343, dan pada tahun 1377 mengirim
suatu ekspedisi untuk menghukum Palembang di Sumatera. Majapahit juga mempunyai
hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, serta
mengirim duta dutanya ke Cina. Kenang-kenangan tentang kejayaan Majapahit masih tetap
hidup, dan hal itu kadang-kadang dianggap sebagai suatu preseden bagi perbatasan-
perbatasan politik Republik Indo nesia dewasa ini.

Ibu kota Majapahit merupakan sesuatu yang hebat dengan pesta-pesta tahunan yang
sangat meriah dan agung. Kerajaan mengamalkan agama Budha maupun penyembahan
kepada dewa dewa Hindu, Siwa dan Wisnu, dan terjadi penyatuan kedua agama itu pada diri
raja, yang dianggap sebagai 'Siwa-Budha' dan 'Nirguna bagi para penganut agama Wisnu.
Desawarnana tidak menyebutkan satu hal pun mengenai Islam, sudah ada anggota keluarga
istana yang memeluk agama Islam pada waktu itu.

Malaka

Pada akhir abad XIV dan awal abad XV, pengaruh Majapahit di seluruh nusantara
mulai berkurang. Pada waktu yang sama, berdiri suatu negara perdagangan Melayu yang baru
di nusantara bagian barat. Asal-usul Malaka yang sebenarnya diperdebatkan. Tampaknya,
seorang pangeran dari Palembang bernama Parames wara berhasil meloloskan diri sewaktu
terjadi serangan Majapahit pada tahun 1377 dan akhirnya tiba di Malaka sekitar tahun 1400.
Di tempat ini dia menemukan suatu pelabuhan yang baik, yang dapat dirapati kapal-kapal di
segala musim dan terletak di bagian yang paling sempit dari Selat Malaka. Dengan bersekutu
dengan orang laut, yaitu perompak-perompak pengembara di Selat Malaka, dia berhasil
membuat Malaka menjadi suatu pelabuhan internasional yang besar dengan cara memaksa
kapal-kapal yang lewat untuk singgah di pelabuhannya serta memberi fasilitas fasilitas yang
cukup baik dan dapat dipercaya bagi pergudangan dan perdagangan. Ancaman utama bagi
Malaka sejak awal adalah Siam, tetapi Malaka sudah minta dan mendapat perlindungan Cina
sejak tahun 1405. Setelah itu, Malaka berulang kali mengirim duta dutanya ke Cina, yang di
dalamnya tiga orang raja yang pertama ikut serta, sedangkan armada-armada Cina secara
besar-besaran mengunjungi Malaka di bawah pimpinan Admiral Dinasti Ming. bernama
Zheng He (Cheng Ho), yang terus berlanjut sampai tahun 1434. Perlindungan Cina yang
nyata ini telah membantu Malaka untuk berdiri kokoh.

Pada pertengahan abad XV, Malaka bergerak menaklukkan daerah-daerah di kedua sisi Selat
Malaka yang menghasilkan bahan pangan, timah, emas, dan lada, se hingga meningkatkan
kemakmuran dan posisi strategisnya. Pada tahun 1470-an dan 1480-an, kerajaan ini
menguasai pusat-pusat penduduk yang penting di seluruh Semenanjung Malaya bagian
selatan dan pantai timur Sumatera bagian tengah. Aspek yang paling menarik dari Malaka
bagi sejarah Indonesia ini ialah jaringan perdagangannya yang sangat luas yang membentang
sampai ke pulau-pulau di Indonesia. Tome Pires, penulis Portugis, telah melukiskan
kebesaran sistem ini dengan semangat yang mungkin berlebihan, tetapi deskripsi umumnya
jelas dapat dipercaya.

Di Malaka, sistem perdagangan Indonesia ini dihubungkan dengan jalur-jalur yang


membentang ke barat sampai India, Persia, Arabia, Suriah, Afrika Timur, dan Laut Tengah,
ke utara sampai Siam dan Pegu serta ke timur sampai Cina dan mungkin Jepang. Ini
merupakan sistem perdagangan yang terbesar di dunia pada masa itu, dan dua tempat
pertukarannya yang penting adalah Gujarat di India barat-laut dan Malaka. Rempah-rempah
Indonesia merupakan salah satu hasil yang paling berharga di dalam sistem ini. Tetapi perlu
diingat bahwa hasil-hasil yang dapat mempertahankan tetap berfungsinya sistem ini adalah
barang-barang yang lebih bersifat biasa, terutama tekstil India dan beras Jawa. Meskipun
sudah dapat dipastikan bahwa di Malaka terdapat lebih banyak tikus daripada mirah delima,
tetapi kekayaan yang berputar di tempat itu sangat mengesankan. Kunci bagi keberhasilan
Malaka tersebut bukanlah terutama karena tempat itu merupakan suatu pe-labuhan yang baik,
tetapi lebih terletak pada kebijakan-kebijakan penguasanya yang berhasil membentuk suatu
komunitas internasional kaum pedagang yang mendapatkan fasilitas-fasilitas yang
menguntungkan di sana. Bangsa Portugis segera menyadari bahwa merebut pelabuhan
tersebut adalah lebih mudah daripada membentuk sendiri komunitas seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai