Anda di halaman 1dari 5

TUGAS SEJARAH INDONESIA PERTAMA

ABAD 16 S/D 18

DOSEN PENGAMPU :
Lestari Dara Cinta Utami Ginting S.S,M.A

DISUSUN OLEH :
Ruth Marti Erlina Br Manalu
220706002

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
PENDAHULUAN

Sejarah Kerajaan Aceh merupakan salah satu bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Pada masa itu Aceh sebagai tempat yang strategis pada jalur transportasi
internasional sangat dikenal di mancanegara, terutama pada awal hubungan perdagangan
antar bangsa. Aceh pada masa kejayaannya merupakan daerah maritim. Para saudagar dari
Arab, India bahkan Eropa mencari rempah-rempah di Sumatera.
Kondisi Kerajaan Aceh yang sedang melemah digunakan oleh bangsa asing yaitu Portugis
untuk menguasai Aceh dengan melakukan aksi penyerangan. Dalam peperangan ini pasukan
Aceh dipimpin oleh Iskandar Muda dan berhasil meraih kemenangan. Tidak lama setelah
peristiwa itu Sultan Iskandar Muda diangkat menjadi raja menggantikan Sultan Ali Riayat
Syah. Kerajaan Aceh dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dapat dikatakan berada
pada masa kejayaan seperti yang dikemukakan oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan
Nugroho Notosusanto. Pelabuhan Malaka yang ketika itu berperan sebagai pusat
perdagangan internasional dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511 yang mengakibatkan
banyak pedagang memilih meninggalkan Malaka dan mencari pelabuhanpelabuhan dagang
lainnya seperti pelabuhan Aceh yang masih berada di sekitar Selat Malaka. 1

1
Iskandar Syah. 2008. Sejarah Indonesia Abad XVI-XVII. Bandar Lampung: Universitas Lampung Press. Halaman
66.
PEMBAHASAN

Letak geografis Aceh menempati pada Spot penting dalam pergaulan antar benua
sebagaimana diketahui wilayah ini diapit oleh dua perairan yaitu samudra Hindia dan Selat
Malaka yang selama berabad-abad yang telah banyak dikenal sebagai jalur pelayaran dan
perdagangan vital dunia banyaknya kapal-kapal asing yang melintasi 2 perairan itu perlahan
mulai mengundang berbagai pengaruh baru dalam peradaban Aceh Islamisasi contohnya
merupakan produk baru yang berhasil di daratkan Lantas dikembangkan di sentero nusantara
lewat Aceh sebagai titik awal berangkatnya.2
Kemajuan peradaban Aceh tidak dapat dilepaskan dari eksistensi kerajaan-kerajaan yang
memiliki tradisi kuat sebagai pandu peradaban. Pada abad 11, Perlak muncul sebagai
kerajaan Islam yang mengkhususkan visi pembangunannya pada kemaritiman. Kegemilangan
Perlak kemudian dilanjutkan oleh Lingge di daerah pedalaman. Munculnya kerajaan Lingge
tidak bisa dilepaskan dari peristiwa serangan Majapahit ke wilayah Perlak. Serbuan ini tidak
lantas membuat peradaban Islam hancur, malah dapat diibaratkan sebagai blessing in disguise
(rahmat terselubung) oleh karena akibat peristiwa ini kekerabatan raja-raja Perlak dapat
meluas ke wilayah pedalaman, yakni dengan berdirinya kerajaan Lingge. Belakangan
keturunan Raja Lingge, Meurah Silu mendirikan kerajaan baru bernama Samudra Pasai yang
melanjutkan estafet peradaban Aceh. Keturunan Raja Lingge yang lain, Meurah Johan
berhasil membawa Islam dikawasan Aceh Besar dengan mendirikan kerajaan Aceh di bekas
Bandar Lamuri, yang sebelumnya masih dalam wilayah taklukan Indrapurba.3
Menghadapi persekutuan itu, pihak Aceh mulai melakukan manuver-manuver politik untuk
memecah kekuatan gabungan ini. Iskandar Muda menggelar kampanye penaklukan
kesultanan di wilayah Semenanjung sebelum menyerang Malaka, meliputi: Pahang4, Kedah,
Pattani.5 Pada tahun 1629, Sultan Iskandar Muda juga sempat menyerang Malaka kendati
belum menemui hasil yang memuaskan.6Apa yang dilakukan Aceh ini merupakan satu-
satunya alternatif guna mengusahakan kembali wilayah-wilayah Melayu terbebas dari
pengaruh Portugis. Kiranya sudah habis kesabaran Aceh dengan diplomasi seremonial yang
ujungnya ternyata justru mencederai hubungan bilateral itu sendiri. Dengan Johor contohnya,
hubungan Aceh mengalami pasang surut di mana Portugis selalu menjadi pihak ketiga yang
berupaya memecah persatuan dunia Melayu. Di pihak lain, raja-raja Melayu, termasuk Johor,
amat khawatir terhadap perkembangan Aceh yang seolah-olah dianggap ingin menjadi
penguasa tunggal atas Sumatra, Semenanjung Malaya dan sekitarnya.

2
Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (Medan: Al-Maarif, 1981) hlm. 10-14.
3
Wan Hussein Azmi, “Islam di Aceh Masuk dan Berkembangnya hingga abad XVI” dalam A Hasjmy, Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam ..., hlm. 174-220; AR. Latief, Pelangi Kehidupan Gayo dan Alas (Bandung:
Kurnia Bupa, tanpa tahun) hlm. 42-43.
4
W. Linehan, “History of Pahang”, Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society (Selanjutnya
JMBRAS), Singapore,1936 hlm. 35
5
T. Muhammad Hasan, “Perkembangan Swapraja Di Aceh Sampai Perang Dunia II” diambil dari Ismail Suny
(Ed), Bunga Rampai Tentang Aceh(Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1980) hlm. 159-160
6
Mohammad Said, Aceh Sepanjang ..., hlm. 293-302.
Aceh dan Johor sendiri dalam sejarahnya terlibat dalam hubungan yang labil. Di saat raja-
rajanya meyakini akan terciptanya hubungan yang baik utamanya dalam menumpas Portugis
yang ditetapkan sejak 1574, maka secara bersamaan, mulai terbit ketakutan di kalangan
petinggi kerajaan akan superioritas Aceh yang dianggap bisa menguasai Johor. Untuk itu,
pemberlakuan siasat dua wajah dianggap Johor sebagai jalan tengahnya. Keadaan inilah yang
belakangan merisaukan Aceh untuk kemudian melakukan kebijakan represif terhadap Johor.
Konflik kepentingan dengan kerajaan johor selanjutnya membawa penguasa aceh
melakukan serangan militer ke kerajaan tersebut,sehingga hubungan diantara keduanya terus-
menerus berada dalam suasana konflik.Sejak 1613 aceh telah melakukan serangan ke johor
dan berhasil menguasai kerajaan tersebut.Ibu kota kerajaan dihancurkan penguasanya,Sultan
Alaudin Ri'ayat shah II {1597-1613} yang dikenal sebagai raja sabrang yang ditawan di aceh.
Kendati demikian,tidak lama setelah itu johor berhasil melakukan restorasi kerajaan dan
sultan kembali berkuasa seperti semula. Terhambatnya penguasa aceh atas johor disebabkan
oleh aliansi yang dibangun johor dengan VOC dibatavia. Karena itu, keberhasilan johor
dengan cepat melakukan restorasi kerajaan segera disusul keberhasilannya membuat aliansi
kekuatan dengan kerajaan-kerajaan lainnya di Sumatera dan Semenanjung Melayu,yaitu
pahang,jambi,indragiri,kampar,dan siak.
Pemerintahan Johor yang memerintah Johor pada 1528 ialah Sultan Alauddin riayat Syah 2
yang telah dilantik sebagai Sultan bagi seluruh kerajaan Johor Pada masa itu. Beliau juga
merupakan Sultan Johor yang kedua Sultan Alaudin riayat Syah telah berangkat ke negeri
Johor dengan bendahara, di sana menurut sejarah Sultan Alauddin riayat Syah 2 telah
berkawin dengan Putri Kusuma Devi dan mempunyai putra dan putri yang bernama Raja
muzaffar dan raja Fatimah. Sebelum kedatangan kerajaan Johor,telah muncul Sebuah
kerajaan kesultanan Melayu Malaka yang cukup kuat dan mempunyai sebuah Empire yang
masyhur dalam bidang politik,ekonomi,dan Perdagangan selain itu juga Kerajaan Melayu
Melaka juga merupakan negeri penaklukkan di kawasan Asia Tenggara secara amnya.Selepas
kejatuhan Malaka maka bermulalah persaingan antara pewaris Kerajaan Malaka dan Portugis
untuk mengembalikan hak kedaulatan masing-masing daripada jatuh dan musnah.
Dalam persaingan yang melibatkan Johor,Aceh, dan Portugis terdapat beberapa faktor yaitu
dari segi politik yang melibatkan kepada kepentingan Selat Malaka sebagai jalan terpenting
dalam hubungan perdagangan antara timur dan barat. Di samping itu juga, kedudukan sungai
muda yang dalam dan amat strategis karena terlindung daripada ancaman dan angin kencang
sehingga boleh memusnahkan kapal-kapal yang datang. Selain itu, faktor agama juga
memainkan peranan yang penting dalam persaingan ini. Bagi Aceh mereka lebih
mementingkan agama Islam dan menegakkan Islam di nusantara, dan Aceh juga dikenal
sebagai pusat penyebaran agama Islam.
Keadaan ini amat berbeda dengan Portugis yang bermadlamat menyebarkan agama Kristen
di Timur.Hal ini telah menimbulkan Peperangan antara dua kuasa ini. Dan faktor seterusnya
melibatkan ekonomi yang cukup menguntungkan pada masa itu adalah perdagangan. Pada
zaman pemerintahan raja Mansyur yang bergelar Sultan Alaudin riayat Syahdu 3 berlakunya
Peperangan antara Portugis dan Johor. Sultan Alaudin riayat Syah merupakan Abang kepada
raja Abdullah telah mengadakan pertemuan dengan Admiral matelief di atas kapal perang
Belanda yang bernama oranje perbincangan ini juga berkisar kepada teknik untuk menyerang
Malaka yang dibawa penguasaan Portugis persaingan antara Johor dengan Aceh telah
bermula sejak abad ke-16 lagi namun ia semakin sengit ketika abad ke-17 masa Aceh
diperintah oleh Sultan Iskandar Muda mahkota alam.7
Dengan demikian, kerajaan aceh menghadapi 2 kekuatan yang besar yaitu portugis di
malaka dan johor bersama kerajaan-kerajaan sekutunya. Karena itu Sultan Iskandar Shah
menyadari kekalahannya oleh portugis mengarahkan kembali kebijakan ekspansionisnya ke
kerajaan johor serta kerajaaan-kerajaan lain yang membentuk aliansi kekuatan anti Aceh.
Maka serangan dilakukan Kembali ke Johor pada 1617, dan selanjutnya berturut-turut Kedah
1624,pahang 1816 berhasil ditaklukkan. Lebih dari itu sejalan dengan penciptaan hegemoni
kekuasaan kontrol kekuasaan efektif terhadap wilayah-wilayah tersebut terus dipertahankan .
karena itu pada masing-masing tahun 1630 sampai 1635 Aceh melancarkan serangan besar-
besaran guna melakukan kontrol permanen terhadap kerajaan Pahang yang kehendaki sudah
ditaklukan pada 1618 tetap mempertahankan kekuasaannya dalam hal ini Aceh memang telah
menjadikan penciptaan hegemoni politik di kawasan barat Nusantara sebagai agenda politik
utama kerajaan yang dilakukan sejalan dengan kepentingan menguasai sumber-sumber
ekonomi.8

7
https://id.scribd.com/doc/263521115/Persaingan-Johor-Aceh-Portugis
8
https://books.google.co.id/books?
id=n7XyDwAAQBAJ&pg=PA72&dq=konflik+johor+dan+aceh+karena+apa&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&
source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwiusuOV9Kn9AhVHBbcAHVQLA04Q6AF6BAgIEAM#v=onepage&
q=konflik%20johor%20dan%20aceh%20karena%20apa&f=false

Anda mungkin juga menyukai