Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan
banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah bahasa
Indonesia di fakultas MIPA jurusan farmasi universitas islam makassar.Dalam
penyusunan makalah ini kami berusaha untuk menguraikan pembahasan mengenai
kalimat efektif dan kalimat tidak efektif.Semua materi yang terdapat dalam makalah
ini kami himpun dari berbagai sumber yang terpercaya dan relevan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan, baik dari segi
materi maupun penyajian.Oleh karena itu, segala masukan dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan dimasa mendatang.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang
bermanfaat dan dapat dijadikan referensi bagi pembaca yang tertarik untuk lebih
memahami mengenai kalimat efektif dan kalimat tidak efektif
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................

B. Rumusan Masalah............................................................................

C. Tujuan...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif..............................................................

B. Unsur-Unsur Kalimat Efektif..........................................................

C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif.................................................................

D. Syarat-Syarat Kalimat Efektif........................................................

E. Pengertian Kalimat Tidak Efektif...................................................

F.Faktor Penyebab Kalimat Tidak Efektif.........................................

G. Contoh Kalimat Efektif Dan Tidak Efektif...................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan


anggota masyarakat lain yang menggunakan bahasa tersebut. Bahasa mengandung
pemikiran, keinginan, dan emosi penutur dan penulis. Bahasa yang digunakan harus
jelas mendukung maksudnya agar pendengar atau pembaca dapat menerima apa yang
dipikirkan, diharapkan, atau dirasakannya. Tulisan yang berhasil mencapai tujuannya
disebut tulisan efektif.
Dalam karya ilmiah sering kita jumpai teks-teks yang tidak memenuhi syarat
bahasa ilmiah. Salah satu alasannya mungkin karena teks tertulisnya tidak jelas,
membingungkan, tidak logis, atau terlalu panjang. Kenyataan ini membuat pembaca
sulit memahami makna teks yang kami sampaikan. Berdasarkan kenyataan tersebut,
penulis tertarik untuk membahas tulisan valid dan segala permasalahannya.

B.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2. Apa saja unsur-unsur kalimat?

3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?

5. Bagaimana struktur kalimat efektif?

6. Apa yang dimaksud kalimat tidak efektif?

7. Apa ciri-ciri kalimat tidak efektif?

8. Bagaimana cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif?

9. Berikan contoh kalimat efektif dan tidak efektif!

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif


2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur kalimat efektif

3. Untuk mengetahui apa ciri-ciri kalimat efektif

4. Untuk menegetahui apa syarat yang mendasari kalimat efektif

5. Untuk mengetahui bagaimana struktur kalimat efektif

6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat tidak efektif

7. Untuk mengetahui ciri-ciri kalimat tidak efektif

8. Untuk mengetahu bagaimana cara membedakan kalimat efektif dan tidak efektif

9. Untuk mengetahui contoh kalimat efektif dan tidak efektif


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektik adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/


penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/ pembaca secara tepat.
Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan
gagasan atau pikiran pada pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/
pembaca memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa
yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B. Unsur-Unsur Kalimat Efektif

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan pada saat ini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).

a.Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian dari klausa yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok
(benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Subjek pada biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa
verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini.

a. Istriku sedang menyapu.

b. Rumah Andi besar.

c. Yang bercelana biru kakak saya.

d. Berenang menyehatkan badan.

e. Membangun rumah tingkat sangat lama

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh
kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b). Contoh S yang diisi oleh
klausaterdapat pada kalimat (c). Sedangkan contoh S yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu melihat pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, meskipun jenis kata yang mengisi
S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap
merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang
bercelana biru dan berenang tentulah orang (benda). Demikian juga membangun
rumah tingkat yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada
“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami
lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain dari ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis
atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Hal ini terlihat dari contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya
(Andriani, dkk., 2017).

a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b. Di sini melayani obat generik.

c. Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak
mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a)
siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

b.Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat
adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga
berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal (Rokhmansyah, dkk., 2019; Sukirman, dkk.,
2009).Perhatikan contoh berikut.

a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.

c. Putrinya cantik jelita.

d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e. Kucingku belang tiga.

f. Robby mahasiswa baru.

g. Rumah Pak Hartawan lima.

Bagian yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c)
memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d)
memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan
ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan
lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan (Andriani dkk.,
2017).

Pada bagian berikut ini terdapat beberapa contoh kalimat yang tidak memiliki P
karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status
pelaku atau bendanya.

a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b. Kantor kami yang terletak di Jalan Gatot Subroto.

c. Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya
tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan
melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada
jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto
dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak
ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh
(a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang
pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa (Pardjimin, 2005).
c.Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperti pada contoh di bawah
ini.

a. Syendi menimang …

b. Kontraktor membangun …

c. Ibu menggoreng …

Verba transitif menimang, membangun, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah
P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga
kalimat itulah yang dinamakan objek. Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak
diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba
intransitif mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut
untuk dilengkapi (Maskurun, 2011).

a. Nenek mandi.

b. Komputerku rusak.

c. Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya
bila kalimatnya dipasifkan (Maskurun, 2011).

a. 1) Valentino Rossi mengalahkan Mark Marquez (O)

2) Mark Marquez (S) dikalahkan oleh Valentino Rossi.

b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)

2) Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.

d.Pelengkap (Pel)

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak
Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan (Andriani et al., 2017). Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Dekan membacakan Pancasila

S P O

b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

S P Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina
Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O (Trianto, 2007). Ubahan kalimat (a) menjadi
kalimat pasif adalah sebagai berikut.

Pancasila dibacakan oleh Dekan.

S P O

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh
nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjektival dan frasa
preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam
kalimat.

a. Reika membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b. Ardi mendongengkan Fika Cerita si Kancil.

c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.


e.Keterangan (Ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan
Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi
Ket adalah frasa nominal.

C. Ciri-Ciri Kalimat Efektif

Menurut Wijayanti (2015: 66) kalimat dinyatakan efektif bila memiliki ciri-ciri:

a. Kesatuan gagasan

Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan. Baik didalam kalimat maupun di
dalam paragraf syarat yang harus dipeneuhi adalah adanya kesatuan gagasan.
Kesatuan gagasan ini akan memiliki arti bahwa di dalam sebuah kalimat hanya ada
satu ide/gagasan

b. Kesepadanan

Kesepadanan adalah keseimbangan pikiran (gagasan) dengan struktur kalimat.


Untuk menghasilkan kalimat yang mengandung kesepadanan, perlu diperhatikan
halhal berikut:

1) Kalimat memiliki subjek dan predikat yang jelas. Dengan adanya Subjek dan
Predikat yang jelas akan memberikan kejelasan pula dalam penyampaian
ide/pesan dari kalimat tersebut. Apa atau siapa dalam sebuah kalimat
memberikan kejelasan dalam kalimat tersebut

2) Kata depan tidak berada di depan subjek. Ketepatan penggunaan konjungsi


(termasuk intra-kalimat) dalam sebuah kalimat memiliki peran penting dalam
mendukung kejelasan gagasan dalam sebuah kalimat.

3) Subjek tidak ganda. Subjek yang ganda dalam sebuah kalimat dapat
menimbulkan pemahaman yang ganda/lebih dari satu (ambigu). Oleh karena itu,
dalam kalimat efektif subjek harus memiliki satu makna yang jelas agar tidak
menimbulkan kealahan pemahaman yang berbeda

c. Keparalelan (kesejajaran)

Keparalelan adalah kesamaan bentuk atau makna yang digunakan dalam kalimat.
Contoh: Atika memetiki setangkai bunga. (tidak paralel makna). Kalimat tersebut
tidak memiliki kepararelan bentuk karena bila digunakan kata memetiki berarti
bukang hanya setangkai namun memiliki makna jamak, seharusnya memetik.

d. Kehematan

Kalimat efektif bercirikan tidak menggunakan kata-kata yang tidak diperlukan. Cara
untuk menghemat kata adalah dengan tidak mengulang subjek, tidak memakai
bentuk superordinate , tidak menggunakan kata bersinonim, dan tidak
menjamakkan kata-kata yang sudah menggunakan bentuk jamak. Contoh : Belajar
adalah merupakan tanggung jawab mahasiswa. Pemakaian kata adalah merupakan
memiliki makna yang sama.

e. Kelogisan

Kalimat dikatakan efektif jika dapat diterima oleh akal sehat. Contoh: Waktu dan
tempat kami persilakan. (tidak logis). Pemakaian kata dipersilakan tidak tepat/tidak
logis karena yang dapat dipersilakan adalah orang. Maka kalimat tersebut akan
menjadi efektif apabila kata tersebut diganti menjadi waktu dan tempat kami
serahkan atau kami berikan.

f. Kecermatan

Kalimat efektif ditulis secara cermat, tepat dalam diksi sehingga tidak menimbulkan
tafsir ganda. Penempatan unsur-unsur kalimat yang tepat akan membantu pembaca
untuk memahami makna kalimat secara jelas tanpa menimbulkan tafsir ganda

g. Kebervariasian

Ciri kalimat efektif yang lain adalah tidak monoton. Kalimat sebaiknya bervariasi
dengan memanfaatkan jenis-jenis kalimat yang ada dalam bahasa Indonesia.

h. Ketegasan

Ketegasan dapat dinyatakan dengan memberi penonjolan atau penekanan pada ide
pokok kalimat. Ketegasan dalam kalimat efektif ini menjadi penting karena hal yang
ditonjolkan tersebut merupakan ide dari gagasan dalam kalimat tersebut.

i. Ketepatan

Diksi yang digunakan perlu dipilih secara tepat dan cermat sehingga dapat mewakili
tujuan, maksud, atau pesan. Pemakain kata yang memiliki makana ganda, kata yang
berhomonim, homofon, homograf juga akan memiliki pengaruh dalam kalimat
tersebut.

j. Kebenaran struktur

Kalimat efektif mengandung kebenaran struktur bahasa Indonesia, artinya unsur-


unsur yang digunakan dalam kalimat tidak memakai unsurunsur asing atau daerah.
Sebagai contoh, pemakaian unsur bahasa Inggris which, where tidak benar jika
disepadankan dengan konjungsi dimana, di mana, atau yang mana dalam bahasa
Indonesia. Penggunaan kata-kata tersebut perlu dihindari. Begitu pula unsur bahasa
daerah sebaiknya tidak dipakai dalam tulisan.

k. Keringkasan

Dalam menulis ditemukan pemakaian kata dan kelompok kata yang sebenarnya
memiliki makna yang sama. Dalam hal ini kelompok kata merupakan bentuk
panjang, sedangkan kata merupakan bentuk ringkas/pendek.

D. Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

a. kalimat tersebut dapat menjadi gambaran dari gagasan penulis atau pembicara

b. menimbulkan pemikiran yang sepadan antara gagasan pembaca atau pendengar


dengan gagasan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulisnya

E. Pengertian Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa
Indonesia yang telah ditentukan sehingga tidak mampu membuat isi atau maksud
yang disampaikan itu tergambar jelas dalam pikiran lawan bicara.

F. Faktor Penyebab Kalimat Tidak Efektif

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketidakefektifan kalimat


(Putrayasa, 2014), yaitu:

a.Kontaminasi

Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan
kerancuan. Kalimat yang rancu adalah kalimat yang susunannya tidak teratur
sehingga informasinya sulit dipahami. Badudu (Badudu, 1993) membedakan
kontaminasi itu menjadi:

1) kontaminasi kalimat;

2) kontaminasi susunan kata; dan

3) kontaminasi bentukan kata.

b.Pleonasme

Pleonasme adalah pemakaian kata-kata yang berlebihan. Badudu memaparkan bahwa


gejala pleonasme ini timbul karena beberapa kemungkinan, antara lain (Badudu,
1993):

1) pembicara tidak sadar bahwa yang diucapkannya itu mengandung sifat berlebih-
lebihan. Jadi, dibuat dengan tidak sengaja;

2) dibuat bukan dengan tidak sengaja, melainkan karena pembaca tidak tahu bahwa
kata-kata yang diucapkannya mengungkap pengertian yang berlebihlebihan, dan

3) dibuat dengan sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa, untuk memberikan
tekanan pada arti (intensitas)

c. Ambiguitas

Ambiguitas diartikan sebagai tafsiran ganda terhadap satu kalimat. Misal pada
kalimat Rumah seniman yang antik itu akan segera dijual. Apa yang akan dijual?
Rumah atau seniman yang antik? Frase yang antik menerangkan kata rumah atau
seniman? Kalimat tersebut dapat menjadi efektif jika diubah menjadi sebagai berikut.

a) Rumah antik milik seniman itu akan segera dijual. Atau

b) Rumah seniman antik itu akan segera dijual.

d. Ketidakjelasan Unsur Inti Kalimat

Kalimat yang baik harus memiliki unsur pembangun yang lengkap, sekurang-
kurangnya memiliki subjek dan predikat. Jika predikat kalimat berupa kata kerja
transitif, unsur kalimat yang disebut objek juga harus hadir. Unsur seperti keterangan
bersifat sekunder, boleh tidak ada (Putrayasa, 2014).

e.Kemubaziran Preposisi dan Kata


Ketidakefektifan kalimat sering disebabkan pemakaian kata depan yang tidak perlu.
Misalnya penggunaan kata depan dari seperti pada ayah dari teman saya. Kata dari
pada frasa tersebut dapat dihilangkan dan tidak akan mengubah arti. Pemakaian kata
depan dari dipengaruhi bahasa Belanda dalam hubungan posesif (Putrayasa, 2014).
Oleh karena itulah, banyak kalimat muncul dengan menggunakan kata dari yang
seharusnya bisa ditiadakan tersebut. Misalnya:

a). Kaki dari meja itu patah.

b). Sepeda dari adik rusak berat karena berkarat

c). Anak dari Pak Fajar menjadi hakim.

Selain kata dari, kata oleh, daripada juga sering digunakan berlebihan. Ada pula
pemakaian kata hari, tanggal, dan bulan yang dalam konteks tertentu tidak terlalu
diperlukan. Misalnya:

d). Seminar itu akan berlangsung hingga (hari) Jumat mendatang.

e). Terhitung sejak (tanggal) 1 April 2006, ia diangkat menjadi CPNS.

f). Setiap (bulan) Oktober, Kantor Bahasa Gorontalo mengadakan Festival Bahasa
Sastra.

Penggunaan kata hari, tanggal, dan bulan pada konteks berikut tidak dapat
dihilangkan karena memiliki nilai informatif yang tinggi. Misalnya:

g). Dia akan datang pada hari Selasa.

h). Rapat itu akan diselenggarakan pada tanggal 30 Desember.

i). Proyek itu diperkirakan selesai pada bulan September.

g.Kesalahan Nalar

Nalar menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat yang logis atau
tidak (Putrayasa, 2014). Kalimat yang salah nalar dapat dilihat pada contoh berikut.

a). Hadirin yang kami hormati. Kita tiba sekarang pada acara berikut yaitu sambutan
bapak Bupati. Waktu dan tempat kami persilakan.

b). Dalam lomba itu, Romlah keluar sebagai juara pertama. Juara kedua diduduki
Widi.
Kalimat (a) jelas tidak logis. Siapa yang dipersilakan? Waktu dan tempat merupakan
benda abstrak sehingga tidak tepat untuk dipersilakan. Pada kalimat (b) juga
demikian. Jika diamati lebih lanjut, akan timbul pertanyaan: Siapakah juara kedua
yang diduduki oleh Widi? Apakah yang menjadi juara kedua tersebut merupakan
tempat duduk?

h.Ketidaktepatan Bentuk Kata

Dalam komunikasi sehari-hari, baik lisan maupun tertulis sering dijumpai kata
pedesaan, dan pemukiman. Jika dilihat dari proses pembentukan kata dan makna
katanya, kata-kata itu tidak tepat. Jika yang dimaksud sebagai tempat tinggal
penduduk desa, seharusnya yang tepat adalah perdesaan, dan permukiman jika yang
dimaksud adalah tempat bermukim. Pedesaan dan pemukiman memang berkelas kata
nomina tetapi artinya tidak menunjukkan tempat melainkan proses.

i.Ketidaktepatan Makna Kata

Ketidaktepatan makna kata dapat dilacak dengan mudah. Jika kata tersebut tidak
dapat dipahami maknanya, pemakaiannya bisa saja tidak tepat. Misalnya, contoh
kalimat berikut. Dia meregang nyawa dalam perjalanan ke rumah sakit. Frasa
meregang nyawa sering diartikan sebagai meninggal dunia, padahal dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi kelima, meregang nyawa berarti sekarat.

j.Pengaruh Bahasa Daerah

Telah banyak bahasa daerah yang diserap ke bahasa Indonesia untuk memperkaya
bahasa Indonesia, misalnya kata heboh, becus, lumayan, baruga, gembleng, cemooh,
dan semarak. Hal yang perlu diperhatikan terkait penggunaan bahasa daerah tersebut
adalah apakah bahasa daerah tersebut sudah berterima (dibakukan) atau belum. Jika
belum, kita perlu dihindari penggunaannya agar tidak menimbulkan kemacetan dalam
berkomunikasi sehingga informasi yang disampaikan menjadi tidak efektif.

k.Pengaruh Bahasa Asing

Seperti halnya bahasa daerah, bahasa asing juga turut memperkaya bahasa Indonesia.
Kata-kata seperti kulkas, telat, setrika, porselen, toko, buku, kalender, dan sampo
berasal dari bahasa asing yang saat ini tidak terasa sebagai kata-kata yang berasal dari
bahasa asing. Akan tetapi, penggunaan bahasa asing juga perlu kehati-hatian.

G. Contoh Kalimat Efektif Dan Tidak Efektif


a. Rumah seniman yang antik itu dijual dengan harga murah.

Kalimat (a) di atas termasuk kalimat yang tidak efektif karena ketidaktepatan
informasi yang akan disampaikan. Frase yang antik dalam Rumah seniman yang antik
itu pada kalimat (a) dapat ditafsirkan lebih dari satu makna, yaitu (i) yang antik itu
rumahnya atau yang antik itu senimannya. Untuk itu,agar tidak menimbulkan
multitafsir atau keambiguan makna, kalimat-kalimat di bawah harus diubah.

(a1)Rumah antik milik seniman itu dijual dengan harga murah.

(a2)Rumah yang antik milik seniman itu dijual dengan harga murah.

(a3)Seniman yang antik itu menjual rumahnya dengan harga murah.

(a4) Seniman itu memiliki rumah antik yang dijual dengan harga murah

b. Dari hasil penelitian di laboratorium membuktikan bahwa serum ini tidak


berbahaya

kalimat (b) diatas termasuk ke dalam kalimat tidak efektif karena pada kalimat awal
subjeknya didahului oleh kata depan “dari”. Untuk itu harus diubah menjadi:

(b) Hasil penelitian di laboratorium membuktikan bahwa serum ini tidak berbahaya.

c. Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas, mau tidak mau memaksa
industri kertas menambah produksinya dan lebih meningkatkan mutu kertas itu
sendiri.

Kalimat (c) di atas termasuk kalimat yang tidak efektif karena ketidaklugasan
informasi yang akan disampai kan. Penggunaan frasa mau tidak mau dan sendiri
dalam frasa kertas itu sendiri pada kalimat (c) menjadi penyebab kalimat itu tidak
efektif. Agar efektif, penggunaan kedua frasa itu seharusnya ditanggalkan.

(c1)Terus meningkatnya permintaan terhadap produk kertas memaksa industri kertas


menambah pro duksi dan meningkatkan mutunya.

(c2)Permintaan terhadap produk kertas yang terus meningkat memaksa industri kertas
menambah produksi dan meningkatkan mutunya.

(c3)Peningkatan permintaan terhadap produk kertas memaksa industri kertas untuk


menambah pro duksi dan meningkatkan mutunya.
Jika contoh (c1-c3) di atas dicermati, tampak bahwa kalimat (c1-c3) lebih lugas
daripada kalimat (c). Hal itu terjadi setelah frasa mau tidak mau pada kalimat tersebut
ditanggalkan.

d. Beberapa kelurahan-kelurahan di Bandar Lampung sudah melakukan bersih-bersih


untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Kalimat (d) diatas tidak efektif karena kalimat yang digunakan secara bersama-sama
dengan bentuk ulang juga bermakna jamak. Oleh, karena itu kalimat diatas dapat
diubah menjadi :

(d) Beberapa kelurahan di Bandar Lampung sudah melakukan bersih-bersih untuk


menjaga kebersihan lingkungan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/ pembaca memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak sesuai dengan tata bahasa
Indonesia yang telah ditentukan sehingga tidak mampu membuat isi atau maksud
yang disampaikan itu tergambar jelas dalam pikiran lawan bicara.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai