Anda di halaman 1dari 11

Cerita Saya Membuat SIM A dan SIM C

Baru
June 24, 2014 haryoprastMy Opinion, My Thoughts, Opini SayaBlog dgn Bahasa
Indonesia, Corat Coret, Me and My Thoughts

SIM A dan SIM C saya

“Udah lah, ngapain repot-repot pakai ujian teori dan ujian praktek, bayar aja,
beres” (komentar 1, teman)

“Mas, mau dibantu bikin SIM, mas? SIM A atau SIM C?” (komentar 2, calo SIM
merangkap tukang foto kopi)

“Iya, bisa dibantu dik? Iya, buat pengajuan SIM baru lewat sana. Mau sekalian
bapak bantu? Langsung foto” (komentar 3, oknum polisi-sudah bapak2, ramah)

Itu tadi beberapa komentar dan masukan dari beberapa orang saat mengetahui kalau
saya ingin membuat SIM A dan SIM C baru, saat semua SIM saya sudah tidak
berlaku lagi, expired. Saat saya sudah berpindah kewarganegaraan dari penduduk kota
Malang, Jawa Timur menjadi penduduk kota Bekasi, Jawa Barat. Mulai was-was saat
mengendarai mobil dan sedang ada razia, meskipun itu razia motor saja. Mulai juga
khawatir saat mengendarai sepeda motor di kampung halaman, saat berkeliling kota
Malang.

“Jangan-jangan di pengkolan Jalan Raya Langsep – depan mesjid besar (saya lupa
nama mesjidnya), ada razia polisi” atau “Jangan-jangan di depan Taman Krida
Budaya-Jl Soekarno Hatta Malang lagi ada razia” pikir saya saat setiap kali
mengendarai sepeda motor.

Dan saat itu, saya memutuskan untuk membuat SIM A dan SIM C baru, dan saya
putuskan saya akan menempuh jalan yang susah. Artinya, bukan jalan pintas. Tidak
pakai bayar ke oknum polisi atau petugas pelayanan pembuatan SIM lainnya, di
Polres Bekasi. Tidak sepeserpun saya mau keluarkan uang saya untuk mereka. Saya
tidak peduli kalau nanti saya bakal dipersulit. Saya bakalan gagal dan mengulang di
ujian praktek, dan pastinya juga ujian teori. I’m so ready!

Jadi tibalah hari itu, saya ambil cuti sehari khusus untuk mengurus ini dan itu, dan
saya yakin, saya tidak akan dengan mudah mendapatkan SIM dan dan SIM C itu
dalam sehari. Pasti ada cerita, pasti banyak cerita.

Dimulai dari mengambil formulir-formulir, dan membayar biaya pengajuan SIM baru,
SIM A Rp 120.000,- dan SIM C : Rp 100.000,- ditambah ongkos tes kesehatan (yang
tidak jelas – bersamaan dengan saya ada anak muda yang mengajukan SIM C namun
buta warna dan tetap lolos) Rp 50.000,- untuk 2 SIM. Kemudian asuransi kecelakaan,
masing-masing Rp 60.000,- Jadi total uang yang saya keluarkan untuk 2 SIM A dan C
: Rp 390.000,- saja.

Tes uji teori SIM A dan C, lolos di ujian teori SIM A saja, sementara SIM C gagal
total. Padahal soal yang dikeluarkan sebagian besar sama, dan saya jawab sama. Saya
hanya salah 4 soal dari 20 soal di ujian teori SIM A, sementara saya salah 12 soal dari
20 soal di ujian teori SIM C. Hehehehehe.. What’s this? Are they start playing with

me, this soon?


Lulus uji praktek dan teori
“Ngulang ya mas, seminggu dari sekarang datang lagi” ujar si penguji tes teori.

“Siap bu”, jawab saya

Setir berat, plus panas banget didalam


Lanjut ke tes praktek SIM A. Alat bantu tes adalah mobil Daihatsu Gran Max putih.

Jangan harap ada AC ya? Instruksi (dibawakan oleh mas-mas gendut yang sok
galak) sebaga berikut : “Mas, maju lalu belok kanan mundur lagi ke posisi ini, lalu
maju lagi belok kiri balik lagi. Gak boleh maju mundur, gak boleh nengok lihat ke
belakang sampai kepala keluar dari jendela, hanya boleh menggunakan alat bantu

spion. Dan yang paling penting, ga boleh njatuhin balok” Mantap kan?
Saya jatuhin 1 balok waktu mundur pertama. Gagal. “Ngulang lagi, 2 minggu lagi
balik ya mas?!”

Dua minggu dari hari itu, saya kembali untuk mengulang tes uji teori SIM C dan
mengulang uji praktek SIM A.

Berhasil!

Dengan soal yang sama, dan jawaban ujian teori SIM C yang saya sengaja buat sama
dengan yang saya tulis 2 minggu lalu. Lulus! Ada kemenangan kecil yang perlu
dirayakan nih, ujar saya dalam hati. Setelah selesai ujian teori SIM C, saya langsung
ke tempat ujian praktek SIM A dulu.

Kali ini mas-mas yang gendut dan sok galaknya tidak ada, saya dibantu oleh mas-mas
yang sama-sama gendut, tapi tidak galak. Baik malah. Saya malah diberikan tips
sukses uji praktek SIM A. Jadi begini : “Mas, sampeyan nanti maju lurus, belok ke
kirinya, pas lurusin stir lagi, dan berhenti saya kasih aba-aba. Lalu waktu mundur,
patahin stirnya ke kiri, mundur injak gas seperlunya. Waktu udah masuk patok,
lurusin aja. Nanti ulang waktu belok kanan. Ok?” Lah, baik banget nih mas-mas,
ngasih tau dan bantu saya biar lulus ujian SIM A ini. “Saya bantuin mas, soalnya mas
kan udah pernah gagal, ini ngulang to?” lanjutnya. “Siap, matur nuwun, mas!” ujar
saya. I’m so grateful. And I passed the exam! SIM A ditangan, setelah ngantre foto
sebentar.

SIM C gimana urusannya?

Ini yang paling pelik. Untuk mendapatkan SIM C ditangan kudu 4 kali bolak balik
ngulang uji praktek. Saya bodoh ya? Iya. Banget. Padahal cuma diminta naik motor
bebek, jalan lurus lewatin patok, lalu belak belok buat angka 8 lanjut jalan zig-zag
sampai kembali ke titik awal tadi. Kaki tidak boleh turun menginjak aspal untuk jaga

keseimbangan. Gampang ya? Gampang apa’an?


Yang pertama, belum-belum udah hilang keseimbangan waktu buat angka 8, kaki
jatuh injak aspal. Gagal #1

Yang kedua dan ketiga , udah berhasil buat angka 8, wajtu zig-zag hilang
keseimbangan dan kaki meyentuh lantai. Gagal #2 dan #3

Yang keempat agak lama. Saya saat itu mulai pasrah. Bodo amat dah. Yang penting
SIM A sudah ditangan, aman buat bekal pulang mudik ke Malang bulan Desember
2013 yang lalu, kalau-kalau di jalan mendadak ada razia – Operasi Lilin, dsb.

Dan lembar untuk uji praktek SIM C sempat hilang. Panik? Ga juga. Cuek malah.
Saat itu.
Tapi karena istri terus-terusan mengingatkan (baca : bawelin saya), ya sudah akhirnya
setelah lembar uji praktek SIM C ketemu lagi, saya putuskan hari itu, 2 Juni 2014
saya datang lagi ke Polres Bekasi. Dengan lembar uji praktek SIM C yang sudah
penuh coret-coretan pengulangan, dimana kegagalan uji praktek SIM C yang terakhir
adalah 6 bulan yang lalu. 6 bulan? Yes, I’m a big ass procrastinator! Guilty…

Tes uji praktek lagi, naik motor itu lagi dan langsung gagal sebelum bisa buat belokan
angka 8. Payah? Iya, saya payah. namun bantuan selalu ada. Saat saya laporkan kalau
saya gagal di percobaan keempat uji SIM C ini, komandan lapangan, Pak Ujang mau
membantu-tanpa imbalan sepeserpun. Mungkin kasihan lihat saya yang bawa lembar
uji praktek yag bagian belakangnya sudah penuh pengulangan :’) Namun ada satu hal
yang menghalangi saya tidak bisa pegang SIM C hari itu. Petugas lapangan uji
praktek SIM C sudah terlanjur memberi tanda gagal dan wajib ulang, sehingga jika
dipaksakan saya foto hari itu, mereka-Pak Ujang cs, akan terkena sanksi. Hmm…
Sanksi apa’an ya? Bukannya sudah terorganisir suap menyuap di dunia per-SIM-an
ini? Tapi ya sudahlah, saya ikuti. “Mas besok pagi datang lagi kesini, langsung temui
saya, saya acc dan stempel lolos uji praktek. Tidak perlu praktek lagi, saya bantu”
ujar Pak Ujang. “Siap pak! Sampai ketemu besok ya..” sambut saya. Gagal #4

Besok paginya, saya datang dan langsung ketemu Pak Ujang, dan seperti
disampaikan, beliau langsung tanda tangan dan cap stempel lolos uji praktek SIM C.
Tanpa embel-embel bayar sepeserpun. Ada kejadian unik sambil menunggu pak
Ujang pagi itu. Pelaksanaan uji praktek SIM C udah dimulai saat saya sampai di
lokasi. Sekitar 10-15 orang sudah menjalani uji praktek tersebut, dan hanya 2 orang
yang sukses. Namun apa jadinya saat saya antre foto, saya lihat kelima belas orang
yang sudah ikut uji praktek SIM C ikut berjejer ngantre untuk foto. So what’s the
point of doing the practical test, by the way? Formality? So everybody is paying to get

the driver’s license? Yes it is. Except me, off course

Hari itu, 3 Juni 2014, resmi saya pegang SIM A dan SIM C saya. Yang saya dapat
tanpa bayar sepeserpun, tanpa nyogok. Karena sudah niat saya untuk menjalani semua
ini dengan jujur. “Bagus sih, lo mau susah payah dapetin SIM A dan SIM C. Tapi ga
bakal merubah apapun sob, diluar sana tetap aja semuanya korup” ujar salah satu
teman saya, a random person that I met and share this story to. Kata saya “Bener, tapi
paling nggak, gue bukan bagian dari mereka yang korup tadi bukan? Dan kalau saya
‘beli’ saja kedua SIM itu, tidak akan ada cerita seperti ini kan?”

What’s the point of all this rubbish writing, by the way?

Bangga sudah mencoba jujur? Iya, banget!

Bangga sudah bersusah payah, bela-belain bolak balik ngulang ujian praktek buat 2
kartu yang akan buat aman kalau ada razia? Iya.

Bangga ditertawakan orang-orang yang sudah menyogok sejumlah uang ke oknum-


oknum polisi hanya karena tidak mau susah susah mendapatkan SIM, saat
mendengarkan ucapan saya yang maunya jujur-tanpa nyogok untuk mendapatkan SIM
dan SIM C ini? Iya, and it’s ok for me.

Pilihannya adalah, kamu mau jadi bagian dari sesuatu yang rusak-bobrok-bejat? Atau,
kamu milih untuk hidup dengan benar, menjadi bagian dari sesuatu yang baik-positif-
sustainable? Pilihan ada di kamu, sepenuhnya.
Dan saya pilih pilihan yang kedua. Menjadi bagian dari sesuatu yang baik. Karena itu
membuat saya merasa baik-feeling good, bisa tidur tiap malam dengan nyenyak,
punya integritas-tidak dimakan balik saat mengatakan sesuatu, dan hidup dari rejeki
yang halal.

For me, it’s not just two driver’s license. It’s my honest statement.

Ujian Praktek SIM A disertai Gambar + Video


Tips Lolos Ujian Praktik SIM A ( Mobil )- Selamat Pagi. Lama Admin tidak mengupdate Informasi Seputar
SIM ( Surat Izin Mengemudi ) dikarenakan alasan tertentu. Perlu anda ketahui, bahwa disetiap daerah
pelaksanaan Ujian Praktek SIM A berbeda - beda. Ada yang praktiknya hanya PARKIR T / SERI, dan ada
juga yang ditambah PRAKTEK ZIG ZAG, PARKIR PARALEL, PRAKTEK BERHENTI di TANJAKAN. Dan
mobil yang disediakan dari POLRES juga berdeda beda, bisa Daihatsu Xenia / Avanza maupun Grand
Max. Ada juga yang memperbolehkan membawa mobil sendiri, asalkan Jenis mobilnya sama dengan
yang digunakan untuk Ujian Praktek.

Tips Sebelum Mengikuti Praktek SIM A

Sebelum mengikuti Ujian Praktek, sebaiknya anda datang dulu ke Polres untuk mengamati peserta yang sedang
melakukan Ujian SIM A. Inti dari Ujian Praktek adalah menguasai MEDAN TES. Perhatikan di titik mana anda harus
berhenti, belok dll. Pastikan Ketika Belok, NYALAKAN LAMPU SEIN. Dan GUNAKAN SABUK PENGAMAN
SEBELUM MEMULAI.

Berikut ini Gambar Ilustrasi UJIAN PRAKTEK SIM A

Polres menyediakan mobil Daihatsu Gran Max untuk uji praktik SIM A. Mungkin akan terasa lebih enak
menggunakan mobil yang biasa dikemudikan. Silakan, kita yang memilih.

1. Maju lurus, mundur lurus.


Seolah-olah melintasi sebuah gang sempit sepanjang 50 m. Jalankan mobil lurus ke depan hingga
melewati garis finish. Kemudian jalankan mundur hingga kembali ke tempat semula.

Tidak boleh ada satupun balok yang roboh.

2. Zig-zag maju, zig-zag mundur.


Lakukan seperti pada gambar. Maju kanan, kiri, kanan. Lalu mundur melalui jalur yang sama hingga ke
tempat semula.

Tidak boleh ada satupun balok yang roboh. Bodi mobil tidak boleh melewati garis batas kiri dan kanan
(sayangnya saya tidak memperhatikan ukuran garis batas ini, juga belum ada dalam gambar).

3. Parkir seri maju, parkir seri mundur.

Maju

Langsung masukkan saja ke kandang.

Mundur

Keluarkan mobil dengan cara berjalan mundur. Majuuu… Terus parkirkan mundur sehingga bagian depan mobil
berada di sebelah kiri pada gambar.
Tidak boleh ada palang yang roboh.

4. Parkir paralel.

Dari posisi parkir sebelumnya, keluarkan mobil hingga ke posisi sebelum diparkirkan mundur. Mundurkan
mobil sampai masuk area parkirnya. Maju sedikit, kemudian mundur lagi sehingga posisi mobil dan roda
depan menjadi lurus.

Tidak boleh ada satupun palang yang roboh.

5. Melintasi tanjakan.
Mobil berjalan maju, naik tanjakan. Kira-kira di tengah tanjakan harus berhenti. Di posisi tersebut, rem
tangan harus dipasang dan mesin dimatikan.

Setelah penguji memberi aba-aba lagi, nyalakan mesin kemudian lanjutkan perjalanan menaiki tanjakan.
Mobil tidak boleh sedikitpun bergerak mundur.

Semoga Informasi Ujian Praktek SIM A disertai Gambar + Video ini bermanfaat bagi kita semua. Untuk Simulasi
Online Soal Ujian SIM yang terbaru masih dalam tahap pembuatan. Jadi, selalu update Informasi di http://ujiansim-
online.blogspot.com/.

Anda mungkin juga menyukai