OPERASI ZEBRA
Kejadian yang membuat saya sadar akan pentingnya menaati peraturan negara ini terjadi ketika
saya sudah semester II. Biasanya, hampir setiap minggu saya pulang ke rumah pada Jumat
sore dan akan kembali ke Semarang pada Minggu sore. Suatu ketika, saya dan kakak saya
memutuskan untuk kembali ke Semarang pada Senin pagi supaya waktu lebih lama di rumah.
Kami berangkat pukul 08.00 WIB, dengan menggunakan sepeda motor.
Ketika akan berangkat, kakak menyuruh saya untuk di depan karena dia mengantuk. Saya-pun
menuruti permintaannya meskipun pada saat itu saya belum mempunyai SIM. Kakak saya
berpesan, jika nanti ada operasi zebra, kamu berhenti saja. Jangan panik. Satu jam
menempuh perjalanan rasanya aman-aman saja, tidak ada operasi apapun. Kemudian kami
sampai di perbatasan Kebumen-Purworejo, tidak ada operasi juga di sana.
Saya pun dengan percaya diri membawa motor dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di
Kecamatan Kutoarjo, tiba-tiba dari jarak 500 meter, saya melihat banyak orang dengan rompi
berwarna hijau menyala. Sontak saya langsung membanting setang ke kiri. Namun celakanya,
di depan saya ada sebuah selokan kecil. Saya pun kembali membanting setang ke kiri, akan
tetapi setang tak dapat dibelokkan karena tertahan oleh tas yang saya gendong di depan. Motor
saya terjatuh dan kami terpelanting.
Kami mengalami luka-luka dan dibawa ke salah satu rumah warga. Ketika ada seorang polisi
yang akan mendekati kami, kakak saya berpesan, ketika nanti ditanya polisi, siapa yang
mengemudi, bilang saja kakak. Kakak tadi jatuh karena mengantuk. Saya hanya mengangguk
mendengar permintaan kakak saya. Benar saja, polisi tersebut menanyakan hal serupa dan
meminta kakak saya untuk memperlihatkan SIM beserta STNK-nya.
Sepeninggal polisi tersebut, si pemilik rumah keluar dan mengobati luka kami. Beruntung polisi
tidak mencurigai kalau saya yang megendarai sepeda motor tersebut. Tuhan masih
memberikan kami keselamatan walaupun kami mengalami banyak luka. Dari kejadian tersebut,
saya menjadi mengerti akan pentingnya menaati peraturan negara termasuk peraturan berlalu
lintas dan membuat saya untuk lebih berhati-hati dalam berkendara.
KEJADIAN DI PARKIRAN
Bulan lalu, aku baru saja meraih prestasi Pelukis Terindah Sepanjang Masa dalam ajang
SHMILY Awards 2015. Setelah meraih prestasi tersebut, banyak mahasiswa yang memujiku
baik secara langsung maupun melalui media social. Selain itu, keluargaku juga memberi
penghargaan untukku, seperti ayahku yang memberikanku mobil sport dengan art design yang
mewah yaitu Lamborghini Aventador Lp700-4 yang harganya 11.000.000.000. Ayahku sangat
bangga dengan prestasi yang kuraih, itu alasan kenapa ia memberiku penghargaan semahal
itu.
Seminggu setelah hari bahagia tersebut, aku berencana untuk mengajak seluruh
anggota keluargaku untuk makan malam bersama di salah satu Restaurant berbintang di
Jakarta. Setelah membicarakan rencana tersebut, akhirnya merekapun tidak menolak
rencanaku. Malahan mereka sangat senang, karena sekalian merayakan prestasi yang baru
saja aku raih.
Kami memutuskan untuk makan malam bersama pada hari ke-13 setelah ajang SHMILY
Awards 2015 tersebut. Kami menuju Restaurant bersama-sama. Sesampainya kami disana,
kamupun langsung memesan makanan yang akan kami makan lalu membayarnya. Selama
makan malam berlangsung, penuh canda dan tawa. Dengan asiknya kami makan sambil
mengobrol, sampai aku lupa bahwa tepat pada pukul 20.00 WIB aku harus datang di acara
Konferensi Pers yang diadakan di Mall of Indonesia untuk mempromosikan Restaurant baruku
yang akan segera di buka pada Ahad minggu depan yang bernama Coffe and Art Design
Mengingat hal tersebut, akupun langsung menyelesaikan makananku lalu berpamitan
dan meminta maaf karena harus pulang terlebih dahulu. Akhirnya, setelah berpamitan aku
langsung ke arah parkiran mobilku. Tiba-tiba saat aku hendak masuk ke dalam mobilku, tibatiba ada seorang lelaki yang menarik tanganku dan mendekap mulutku. Lalu laki-laki tersebut
mengatakan Berikan uang atau kau mati!. Mendengar perkataan tersebut, tanpa berpikir
panjang, akupun langsung mengeluarkan semua uang yang ada di dompetku lalu ku berikan
kepada lelaki tersebut. Setelah laki-laki tersebut menerima uang, diapun langsung melepaskan
dekapan mulutku dan menjatuhkan aku di samping mobilku. Laki-laki itu langsung berlari ke
arah pagar. Melihat laki-laki tersebut loncat dari pagar, akupun langsung masuk ke dalam
mobilku lalu mengunci pintu. Di dalam mobil aku berusaha menenangkan diriku yang sesak dan
takut karena kejadian yang baru saja terjadi.
Aku bersyukur kepada Allah yang masih menyelamatkanku dari kelakuan jahat laki-laki
tersebut. Meskipun aku harus kehilangan semua uangku namun aku bersyukur karena tidak
kehilangan aset berharga lainnya yang ada di tasku seperti kuas emas dari Paris dan Pencil
Mecanic pemberian nenekku di New York.
Dari kejadian tersebut mengingatkan kita akan pentingnya mengatur waktu dan berhatihati dalam segala hal serta dimanapun, apalagi jika malam bertambah gelap dan suasana
semakin sepi.