Anda di halaman 1dari 6

FATHUL KITAB

KUALITAS HADITS ETIKA SEKSUAL


MENURUT NABI MUHAMMAD SAW

Judul : Etika Bercinta ala Nabi; Sebuah Pendekatan Kritik Hadis


Penulis : Syakir Jamaluddin, MA
Penerbit : LPPI-UMY
Tahun : April 2009
Tebal : xiv + 206 halaman

Perkembangan teknologi khusus- masi tentang seks yang datangnya dari


nya teknologi informasi yang begitu pesat Barat menjadikan keresahan bagi
diakhir abad 20 M, ternyata berperan mereka. Namun yang menjadi perma-
besar dalam mempercepat terjadinya salahan para mubaligh dalam menyam-
revolusi seks di dunia Timur. Meskipun paikan informasi tentang masalah seks
agama melarangnya, namun penelitian tidak didukung dengan referensi yang
menunjukkan bahwa dari 1,8 juta warga valid, bahkan terdapat sejumlah hadits
Indonesia yang mengakses internet, 50 yang kesahihannya diragukan bahkan
% diantaranya ternyata tidak bisa tidak rasional.
menahan diri untuk tidak membuka situs Keadaan inilah yang mendorong
porno. Tahun 2005, seksolog Dr. Boyke Syakir Jamaluddin, MA., menulis
Nugraha bahkan mengungkapkan 100% buku yang berjudul Etika Bercinta ala
sisiwa SMA di Jakarta telah mengakses Nabi: Sebuah Pendekatan Kritik
situs ini. Yang pada akhirnya informasi Hadis, untuk memberikan informasi
tentang peradaban dan prilaku seks tentang seks yang sehat dan berkualitas
Barat yang liberal dan serba boleh namun tetap sah dan beretika menurut
(permessive), sangat sulit dihindari dan keyakinan mereka.
telah membawa perubahan besar dan Buku ini awalnya adalah tesis
begitu cepat terhadap prilaku seks penulis yang berjudul Hadis-hadis
masyarakat Timur. tentang Etika Hubungan Seks Suami-
Sebagai seorang mubaligh (cen- Istri; Sebuah Pendektan Kritik Hadis.
dekiawan muslim) bergejolaknya infor- Supaya lebih luas manfaatnya, penelitian

126 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 126 - 131


ini kemudian disebarluaskan dalam ‘Aisyah tertunduk dan tersipu malu.
bentuk populer-ilmiah yang memang Asma’ berkata: “Aku menegurnya
disusun untuk menjawab kebutuhan dan berkata padanya: ambillah gelas
masyarakat tentang etika hubungan itu dari tangan Nabi SAW!” Aisyah
suami-istri dalam perspektif Islam. pun meraih gelas itu dan meminumnya
Sumber yang digunakan dalam penelitian sedikit, kemudian Nabi SAW berkata
ini pustaka, sehingga jenis penelitian ini padanya: “Berikan ceretmu!”.
dilihat dari sumber data adalah termasuk Hadis dari Asma’ di atas diriwa-
penelitian literer (kepustakaan). Untuk yatkan oleh Ahmad dan al-Thabrani
itu metode yang digunakan dalam (wafat 360 H). Hadis yang bersumber
penelitian ini adalah metode takhrij al- dari Ahmad berkualitas hasan, sedang-
hadis, yakni mengungkap hadis kepada kan yang bersumber dari al-Thabrani
kitab-kitab sumber aslinya berikut adalah dlaif karena seorang periwayat-
sanadnya sekaligus menjelaskan kualitas nya yang bernama Utsman bin ‘Atha’ al-
atau status hukum hadis tersebut. Khurasani memang dikenal dlaif. Tetapi
Beberapa penelitian yang dilaku- kedhaifan hadis al-Thabrani ini tidak
kan penulis buku ini terbagai menjadi berpengaruh negatif terhadap kehasanan
beberapa bagian, bagian pertama adalah hadis Ahmad, bahkan sebaliknya, bisa
tentang kualitas hadis tentang Etika naik menjadi hasan li ghayrih (hasan
Hubungan Seks Suami-Istri, dianta- karena yang lainnya).
ranya adalah Hadis tentang etika Riwayat kedua yakni anjuran
pertemuan pertama. shalat dua rakaat:
Hadis pertama yakni riwayat Dari Salman Ra berkata, ber-
tentang teladan Rasulullah SAW berbagi sabda Rasulullah SAW: “Apabila
minuman saat pertama kali bertemu salah seorang kalian menikahi se-
dengan istri (Aisyah RA) yang baru orang perempuan maka pada mala
dinikahinya. (pertama) penggaulan, hendaklah
Dari Asma’ binti Yazid bin al- shalat dua rakaat dan mengajak
Sakan—seorang wanita Bani ‘Abd al- (istri)nya untuk shalat dibelakangnya
Asyhul—berkata: “Setelah merias dua rakaat. Maka sungguh Allah akan
‘Aisyah untuk Rasulullah SAW, saya menjadikan kebaikan di dalam rumah
lalu mendatangi dan menganjurkan tangganya”.
beliau agar memberikan hadiah pada Hadis dari Salman di atas hanya
istrinya (yakni Aisyah). Beliaupun diriwayatkan oleh al-Bazzar (w. 292 H)
datang lalu duduk di sisi Aisyah. dalam Musnad-nya. Hadis ini berkualitas
Beliaupun diberikan segelas susu lalu dlaif jiddan (sangat lemah) karena salah
meminumnya, kemudian memberi- satu periwayatnya yakni Hajjaj bin
kannya pada istrinya tetapi kepala Furukh al-Wasithi memang dlaif. Al-

Kualitas Hadits Etika Seksual Menurut Nabi Muhammad SAW (Winarno) 127
Dzahabi dan Ibn Hajar al-‘Asqalani langsung dari Ibn ‘Umar, padahal
bahkan menilai hadis ini munkar jiddan. bertemu pun tidak.
Dari Abu Hurairah berkata;
Hadis tentang Larangan Menunda “Rasulullah SAW melaknat al-musa-
dan Menolak Ajakan Senggama. wwifah dan al-mufassilah. Adapun
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar bah- (yang dimaksud dengan) al-musa-
wa Rasulullah SAW berkata: “Allah wwiyah adalah istri yang ketika
melaknat wanita yang menunda- suaminya “menginginkannya”, dia
nunda”. Lalu beliau ditanya: “Wahai malah berkata; “sebentar-sebentar”.
Nabi Allah, apa yang dimaksud Sedangkan (yang dimaksud dengan)
dengan wanita yang menunda-nun- al-mufassilah adalah istri yang ketika
da?” Jawab baliau: “(yaitu wanita) suaminya “menginginkannya”, dia
yang ketika diajak suaminya ke berkata: “Sungguh saya ini sedang
ranjangnya, ia menjawab: “Seben- haid, padahal sebenarnya dia tidak
tar”, hingga kedua matanya terpejam haid”.
(tidur)”. Hadis di atas hanya diriwayatkan
Hadis ini diriwayatkan hanya oleh oleh Abu Ya’la al-Mawshili yang mene-
al-Thabrani dari Ibn ‘Umar. Hadis ini rima hadis ini melalui Yahya bin al-‘Illa’
berkualitas dlaif karena dalam jalur al-Razi, dari al-‘Illa’ bin ‘Abd al-Rahman,
sanadnya terdapat Ja’far bin Masysarah dari bapaknya, dari Abu Hurairah. Hadis
al-Asya’I. Imam Bukhari, Abu Zur’ah yang disandarkan pada Abu Hurairah RA
(w. 264 H), Abu Hatim (w. 277) dan ini berkualitas dlaif jiddan karena Yahya
Ibnu Hibban menilai bahwa kualitas bin al-Ila’ adalah orang yang dlaif,
Ja’far ini dlaif, bukan orang yang kuat, ditinggalkan hadisnya bahkan pendusta.
bahkan munkar al-hadis jiddan. Dari Abu Hurairah RA berkata,
Bisa jadi, kemungkaran hadis ini, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila
disamping makna “menunda” ajakan seorang suami mengajak istrinya ke
tidak sama dan tidak mesti berarti ranjangnya, lalu istrinya meng-
“menolak”, juga karena riwayat ini abaikannya hingga membuat suami-
menyantumkan “laknat Allah” yang nya tidur dalam keadaan marah
berarti Allah yang langsung melaknat, kepadanya, maka malaikat melak-
berbeda dengan riwayat pada umumnya natnya hingga subuh hari”.
yang mencantumkan sekedar “laknat Hadis dari Abu Hurairah tentang
malaikat” yang berarti malaikat me- larangan menolak “ajakan” ranjang suami
mohon kepada Allah agar melaknat istri di atas diriwayatkan oleh al-bukhari,
yang suka menunda. Selain itu, kedaifan Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan lain-
hadis ini terletak pada kesalahan sanad lain. Hadis yang disepakati oleh al-
yang menyatakan Masyarah mendengar Bukhari dan Muslim ini berkualitas

128 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 126 - 131


shahih karena para periwayatnya adalah melihat kemaluan Rasululah SAW sama
orang-orang terpercaya. sekali”
Hadis yang diriwayatkan pada
Hadis tentang Larangan Telanjang Aisyah istri Nabi SAW ini diriwayatkan
saat “Mendatangi” Istri dan Melihat oleh Imam Ahmad, Ibn Majah, Ibn Abi
Kemaluannya. Syaybah, Ishaq bin Rahawayh dan al-
Dari Utbah bin ‘Abd al-Sulami Bayhaqi. Para Imam hadis di atas
berkata, bersabda Rasulullah SAW: meriwayatkan melalui Mawla/mawlat-
“Apakah salah seorang kamu men- nya Aisyah yang tidak jelas bahkan tidak
datangi istrinya, mka hendaklah pakai dikenal identitasnya (mubham dan
tutup, dan jangan bertelanjang seperti majhul) sehingga kualitasnya pun tidak
telanjangnya dua ekor keledai!” bisa dipertanggungjawabkan. Hadis
Hadis di atas diriwayatkan oleh Ibn dengan periwayatan yang tidak jelas
Majah, al-Thabrani, al-Nasai, Ibn Abi seperti ini termasuk dlaif karena diang-
Syaybah, al-Bazzar dan al-Bayhaqi. gap terputus sanadnya.
Hadis yang berdasarkan riwayat Ibn Bagian kedua, Hadis-hadis
Majah dan al-Thabrani ini berkualitas tentang Etika Saat sedang Senggama.
dlaif. Hal ini karena terdapat periwayat
al-Ahwash bin Hakim yang—meskipun Hadis tentang Larangan Menye-
ada yang menilainya tidak ada masalah tubuhi Dubur Istri
dengannya—, namun kebanyakan ulama Dari Abu Hurairah dari Nabi
hadis terkemuka menilainya lemah, tidak SAW bersabda: “Barang siapa yang
ada apa-apanya, hadisnya tidak boleh “mendatangi” istri yang sedang haid atau
ditulis, bahkan hadisnya munkar. diduburnya, atau mendatangi dukun
Dari Aisyah RA, berkata: “Be- (tukang ramal/sihir), maka dia benar-
liau tidak melihat “punya”ku (yakni: benar kufur pada apa yang diturunkan
farjiku), sedangkan aku pun tidak kepada Muhammad SAW”.
melihat “punya”nya. Hadis dari Abu Hurairah RA diatas
Jika hadis ini benar-benar tidak diriwayatkan oleh al-Tirmidzi, Abu
memiliki sanad, maka hadis seperti ini Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-
dalam istilah ilmu hadis disebut dengan Darimi. Abu Isa al-Tirmidzi menerima
tidak memiliki sumber asal yang— hadis ini dari Bundar Muhammad bin
meminjam istilah Ibn Hajar al-Asqalani— Basysyar (w. 252 H), dari tiga periwayat
termasuk hadis mawdlu’ (palsu), se- yakni Yahya bin Sa’id, ‘Abd al-Rahman
hingga ditolak sebagai hujjah. bin Mahdi dan Bahz bin Asad, mereka
Dari Mawla (mantan budak)-nya meriwayatkan hadis dari Hamad bin
Aisyah, dari Aisyah RA berkata: “Saya Salamah, dari Hakim al-Atsram, dan
tidak pernah mengamati atau tidak seterusnya. Dengan demikian, meskipun

Kualitas Hadits Etika Seksual Menurut Nabi Muhammad SAW (Winarno) 129
periwayat pertama dari Abu Hurairah Rasulullah SAW:
RA yang melalui Hakim al-Atsram ini Apabila seorang kamu mengga-
dlaif, tetapi karena ada jalur periwayatan uli istrinya, maka hendaklah ia menyem-
kedua dari ‘Abdullah bin Amr RA yang purnakannya. Kemudian jika ia telah
berkualitas hasan, maka hadis ini pun terpenuhi hajatnya sebelum hajat
berkualitas hasan li ghayrih. istrinya terpenuhi maka janganlah ia
Dari Khuzaymah bin Tsabit bahwa terburu-buru menyelesaikannya hingga
Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh hajat istrinya pun terpenuhi.
Allah tidak malu menjelaskan kebenaran Hadis dari Anas bin Malik (w. 91
bahwa janganlah kalian mendatangi istri H) di atas diriwayatkan oleh ‘Abd al-
pada dubur mereka!” RAzzaq al-Shantani (w. 211 H) dan Abu
Hadis dari Khuzaimah bin Tsabit Ya’la (w. 307 H). Semua jalur sanad
RA di atas diriwayatkan oleh Ahmad, al- hadis di atas melalui Ibn Jurayj (w. 150
Tirmidzi, Ibn Majah, al-Darimi, al- H) yang sebenarnya tidak pernah
Daraquthni dan Ibn Hibban. Imam meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik
Ahmad menerima hadis ini dari Sufyan seperti kata ‘Abd al-Razzaq sendiri.
bin Uyaynah, dari Yazid bin ‘Abdillah bin Oleh karena seluruh jalur sanad
al-Had, dari ‘Umarah bin Khuzaimah, hadis setelah Ibn Jurayj melalui periwayat
dari ayahnya. yang majhul (tidak diketahui), maka
Melihat para periwayat Imam hadis ini dianggap terputus sanadnya
Ahmad di atas yang dikenal sebagai sehingga berkualitas dlaif. Hadis dlaif
periwayat yang tsiqah dan muttashil seperti ini pada dasarnya tidak dapat
marfu’ (bersambung hingga Nabi SAW) dijadikan sebagai hujjah kecuali kelak
maka hadis ini termasuk hadis yang dapat diketahui siapa sesungguhnya
berkualitas shahih. periwayat yang mendengar dari Anas
tersebut.
Hadis tentang Larangan Terburu- Bagian Ketiga, Hadis-hadis
buru Mengakhiri hingga Istrinya tentang Etika Pasca Senggama
Mendapatkan Kepuasan
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Do’a Ketika Orgasme
SAW bersabda: “Apabila seorang suami Dalam kitab Syarh ‘uqud al-
menggauli istrinya maka hendaklah ia Lujjayn fi Bayan Huquq al Zawjayn
menyempurnakannya. Jika ia telah karya Muhammad Nawawi bin ‘Umar
terpenuhi hajatnya sementara istrinya al-Banteni (w. 1316 H/1898 M), di-
belum terpenuhi hajatnya maka janganlah sebutkan: Jika anda telah mendekati
ia terburu-buru menyelesaikannya”. orgasme maka bacalah dalam hati
Redaksi matan lain yang juga tanpa menggerakkan bibir anda;
disandarkan pada Anas bin Malik, dari Segala puji bagi Allah, Dzat yang

130 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 126 - 131


menciptakan manusia dari air, lalu Dia ketsiqahan para periwayatnya. Dengan
jadikan manusia berketurunan dan demikian, hadis ini berkualitas shahih,
berkeluarga (karena perkawinan), dan sehingga bisa dijadikan hujjah.
adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Penulis tidak menemukan doa saat Hadis tentang Larangan Menceri-
orgasme di atas dalam kitab hadis takan Pengalaman Senggama
manapun kecuali kitab Syarh ‘uqud al- Dari Abu Sa’id al-Khudri berkata,
Lujjayn. Oleh karena doa di atas bukan bersabda Rasulullah SAW: “Sesung-
berasal dari hadis Nabi, sehingga tidak guhnya, sejahat-jahat kedudukan manu-
tepat bila dikesankan “seakan-akan” doa sia di sisi Allah pada hari Kiamat adalah
tersebut dituntunkan oleh beliau. seorang laki-laki yang menyetubuhi
istrinya dan istri menyetubuhi suaminya
Hadis tentang Anjuran Berwudlu bila kemudian ia menyebarkan rahasianya”.
hendak Mengulangi Senggama Hadis dari Abu Sa’id al-Khudri di
Dari Abu Sa’id al-Khudri ber- atas diriwayatkan oleh Imam Muslim,
kata, bersabda: Rasulullah SAW: Abu Dawud, Ahmad, dan al-baihaqi.
“Apabila seorang diantara kalian Hadis ini dlaif karena seluruh imam hadis
‘mendatangi’ istrinya kemudian ia di atas melewati periwayat ‘Umar bin
hendak mengulanginya, maka hen- Hamzah bin ‘Abdullah al-‘Umari (w. 200
daklah berwudlu”. H) yang memang dikenal dlaif.
Hadis dari Abu Sa’id al-Khudri Demikianlah paparan kualitas hadis
RA di atas diriwayatkan oleh Muslim, al- di atas dapat menjadikan dasar para
Tirmidzi, al-Nasai, Abu Dawud, Ibn mubaligh, cendekiawan muslim di dalam
Majah, Ahmad, Ibn Khuzaymah, Ibn menyiarkan tentang ajaran agama Islam
Hibban dan al-Bayhaqi. yang bersumber pada kekuatan hadis yang
Berdasarkan penelitian penulis memiliki kandungan yang jelas, antara
bahwa tidak ada kontroversi mengenai dlaif, hasan maupun, shahih. (Winarno)

Kualitas Hadits Etika Seksual Menurut Nabi Muhammad SAW (Winarno) 131

Anda mungkin juga menyukai