Anda di halaman 1dari 14

BERBAGAI TEKNIK OPTIMASI DAN PERALATAN MANAJEMEN

BARU

REVIEW MATERI

Disusun dan diajukan guna memenuhi tugas terstruktur

Matakuliah : Ekonomi Manajerial

Dosen Pengampu : Mukhroji, S.E., M.M.

Disusun Oleh:

DEVIA FEBRIYANTI

41220095

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

BUMIAYU

2024
BERBAGAI TEKNIK OPTIMASI DAN PERALATAN MANAJEMEN BARU

A. Teknik Optimasi
Optimasi pada pokoknya adalah merupakan sebuah terminologi untuk
menyatakan sebuah himpunan masalah dalam matematika untuk menjawab
pertanyaan tentang ada tidaknya sebuah nilai yang unik dan optimum dalam sebuah
himpunan jawaban yang ditawarkan. Akan tetapi sebagai penggunaannya yang
berkembang ke berbagai cabang ilmu pengetahuan, terutama dalam ilmu komputer
sendiri, optimasi menjadi sebuah persoalan yang dilihat sebagai persoalan komputasi.
Optimasi sebagai sebuah persoalan komputasi, tidaklah hanya sekedar bahwa
optimasi selain dapat dikerjakan secara prosedural dan rigid dalam langkah-langkah
yang dikerjakan dengan pensil dan kertas serta menghasilkan sebuah keputusan
tentang yang mana yang terbaik atau optimum, atau tidaklah juga sekedar sebagai
tinjuan bahwa optimasi adalah persoalan komputasi yang harus dapat dikerjakan
dalam langkah-langkah algoritma yang dimodelkan dalam model komputasi mesin
turing atau model komputasi lainnya, atau secara konkrit adalah dapat dibuat dalam
susunan baris-baris perintah pemrograman. Akan tetapi bahwa optimasi terlebih
dahulu harus dapat ditunjukkan secara rigid sebagai dapat dideskripsikan secara
formal matematika dan dapat diselesaikan.
Untuk itulah, berbagai usaha untuk mengembangkan ilmu tentang optimasi
dilakukan orang diberbagai bidang keilmuan, tentunya terutama di matematika dan
ilmu komputer. Berbagai metode-metode yang bersifat general atau juga heuristik
diajukan orang dan dikembangkan untuk domain-domain permasalahan yang berbeda-
beda.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan masalah untuk
memberikan hasil terbaik. Cara untuk memberikan hasil terbaik ini disebut
sistem optimasi atau teknik optimasi. Sistem optimasi ini umumnya mengacu
kepada teknik program matematika yang biasanya membahas atau mengacu
kepada jalannya program penelitian (research programming) tentang masalah
yang sedang dihadapi. Teknik ini diharapkan dapat memberikan solusi yang
terbaik dari hasil keputusan yang telah diambil dari permasalahan yang sedang
dihadapi tersebut. Teknik optimasi digunakan untuk memberikan hasil terbaik
dari hal yang terburuk atau hal yang terbaik, tergantung masalah yang dihadapi.
Hasil optimasi mungkin hasil tertinggi (misalnya keuntungan) atau hasil
terendah (misalnya kerugian). Optimasi memerlukan strategi yang bagus dalam
mengambil keputusan agar diperoleh hasil yang optimum.
Penyelesaian suatu permasalahan optimasi akan lebih mudah bila masalah
ini diubah dalam bentuk persamaan matematika dan kemudian diselesaikan
dengan menggunakan teknik pemograman matematika. Sehingga untuk
menyelesaikan masalah optimasi pendistribusian barang, penulis menggunakan
teknik pemograman matematika.
(Anthony, 2014)
Berbagai macam Teknik optimasi
1. Optimasi Tanpa Kendala
Bentuk umum : f(x) f(x) adalah fungsi skalar yang didefinisikan didefinisikan
pada ruang vektor x ∈ Rn
H > 0 (Maks)
H = 0 (Tdk)
H < 0 (Min)
Artinya adalah: bila H(x*) adalah positif definitif maka x* yang memenuhi syarat
∇f(x*) = 0 f(x*) = 0 adalah di titik maksimum, dan bila H(x*) adalah negatif
definitif, maka titik ini minimum.
Fungsi keuntungan :
π = f (Q1 , Q2)
π = keuntungan
Q1 = Output Q1
Q2 = Output Q2
π =12Q1 +18Q2 − 2Q12 −Q1 .Q2 − 2Q22
Dari fungsi ini :
- Variabel Q1 dan Q2 independen (tidak saling tergantung)
- Besaran Q1 dan Q2 tidak ada pembatas
- Titik optimum fungsi adalah titik ”Optimum Bebas”

π =12Q1 +18Q2 − 2Q12 −Q1.Q2 − 2Q22

Titik optimum optimum bebasnya bebasnya dicapai dicapai diwaktu π’ = 0

2. Optimasi Terkendala
Optimasi terkendala, yaitu maksimisasi atau minimisasi fungsi tujuandengan
beberapa kendala, sehingga mengurangi kebebasan dari perusahaanuntuk
pencapaian optimisasi tanpa terkendala. Optimisasi terkendala dapatdipecahkan
dengan substitusi atau dengan metode pengali lagrange.
a. Optimasi terkendala dengan substitusi
Masalah optimasi terkendala dapat dipecahkan mula-mula dengan
memecahkan persamaan kendala, untuk satu dari variabel keputusan, dan
kemudian mensubtitusikan nilai variabel ini dalam fungsi tujuan yang dicari
perusahaan untuk dimaksimumkan atau diminimumkan. Prosedur ini
mengubah masalah optimisasi terkendala menjadi masalah optimisasi tanpa
kendala.
b. Optimisasi terkendala dengan metode pengali lagrange
metode ini dipergunakan apabila dengan mempergunakan satu variabel
keputusan sebagai fungsi eksplisit variabel yang lain, teknik substitusi untuk
memecahkan masalah optimisasi terkendala dapat menyulitkan.Sehingga
dapat mempergunakan metode pengali lagrange. Tahap pertamadalam metode
ini adalah membentuk fungsi lagrange, yang ditunjukkan oleh fungsi tujuan
awal yang berusaha dimaksimumkan atau diminimumkan oleh perusahaan,
ditambah dengan ….. yang biasa digunakan untuk mengali lagrange, dikali
fungsi tujuan yang dibuat samadengan nol, yaitu x + y– 12 sama dengan nol
dan memperoleh x + y– 12= 0.
Bentuk umum :
Min atau Mak f(x)
st hi(x) = 0; i = 1, 2, 3,…, n
[st : subject to ( : subject to ( dengan syarat ) →kendala]
Fungsi Berkendala :
π = f (Q1 , Q2)…. Fungsi tujuan
Q1+ Q2 = 950 …..Pers. = 950 …..Pers. pembatas pembatas
3. Optimasi Dengan Analisis Marjinal
Sementara perusahaan memaksimalkan laba yang ditentukan dengan kurva
penerimaan total dan biaya total. Analisis Marjinal merupakan salah satu konsep
terpenting pada ekonomi manajerial secara umum dan dalam analisa optimasi
khususnya. Menurut analisis marjinal, perusahaan memaksimumkan keuntungan
bila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.
4. Kalkulus Diferensial : Turunan Dan Aturan Diferensiasi
Analisis optimisasi dapat dilakukan lebih efisien dan tepat, dengankalkulus
diferensiasi yang didasarkan pada konsep turunan
a. Konsep Turunan
Sangat berhubungan erat dengan konsep marjinal. Sebagai contoh,
bilakeluaran naik dari 2 menjadi 3 unit, penerimaan total meningkat dari $
160menjadi $ 210.
Rumus
MR = TR
Nilai ini merupakan kemiringan dari busur BC pada kurva penerimaantotal.
Namun demikian, bila jumlahnyasangat kecil (bila ΔQ diasumsikan memiliki
nilai yang lebih kecil dan bahkan mendekati nol)
b. Aturan aturan Diferensiasi
Diferensiasi adalah proses menentukan turunan suatu fungsi, yangmenentukan
perubahan y untuk perubahan X, pada saat perubahan Xmendekati nol. Aturan
untuk fungsi konstan (Constant Function Rule).Turunan dari fungsi konstan Y
= F(X) = a, adalah nol untuk semua nilai a(konstantanya). Jadi untuk fungsi,
sebagai contoh: Y = F(X) = a
5. Optimasi Dengan Kalkulus
Dalam hal ini menentukan atau membedakan antara maksimum dan minimum
a. Menentukan Maksimum atau minimum dengan kalkulus
Optimasasi sering kali diperlukan untuk menemukan nilai maksimum
atauminimum suatu fungsi, misalnya suatu perusahaan memaksimumkan
penerimaan tetapi miminimumkan biaya produksi. Untuk suatu fungsi
agarmencapai maksimum atau minimum, turunan dari fungsi tersebut harus
nol. Secara geometris hal ini berhubungan dengan titik dimana kurvanya
mempunyai kemiringan nol.
Contoh untuk fungsi penerimaan total
TR = 100Q-10Q
d(TR)/dQ = 100-20Q
Dengan menetapkan d(TR)/dQ = 0, kita mendapatkan
100m- n20Q = 0
Q=5
b. Membedakan antara maksimum dan minimum: Turunan Kedua
Turunan kedua adalah turunan dan diperoleh dari penerapan kembaliaturan
turunan (pertama) dari diferensial, contoh :
Y = x³
dy/dx = 3x²
Dengan cara yang sama, untuk TR = 100Qm- 10 Q²
D(TR)/dQ = 100m- 20Q
d²(TR)/dQ² = – 20Q
6. Optimasi Multivariat
Multivariat adalah proses menentukan titik maksimum atau minimum suatu
fungsi yang mempunyai lebih dari dua variabel, diantaranya turunan
diferensial.Turunan Parsial, Turunan parsial dipergunakan sebagai pengukurdari
dampak variabel terikat, misalkan laba total yang diakibatkan karena perubahan
kuantitas setiap variabel secara individu, misalkan jumlah komoditas x dan y yang
dijual, dan yang dianalisis secara terpisah.
Turunan parsial dari variabel terikat atau variabel disisi sebelah kiri tanda
sama dengan setiap variabel bebas atau variabel disebelah kanan tanda sama
dengan diperoleh dengan aturan diferensial, kecuali bahwa semua variabel bebas
selain variabel yang dicari turunan parsialnya dianggap tetap.Memaksimalkan
Fungsi dengan Banyak Variabel Untuk memaksimalkan atau meminimumkan
suatu fungsi dengan banyak variabel,kita harus membuat setiap turunan parsial
sama dengan nol dan memecahkan beberapa persamaan tersebut secara bersamaan
untuk memperoleh nilai optimum dari variabel bebas atau variabel disisi sebelah
kanan.
B. PERALATAN MANAJEMEN BARU UNTUK OPTIMASI
Peralatan yang paling penting adalah perbandingan, manajemen mutu
terpadu,rekayasa ulang dan organisasi pembelajar, bagaimana peralatan tersebut
berhubungan dengan area fungsional tradisional dan ekonomi manajerial.
1. Perbandingan (Benchmarking)
Perbandingan berarti menemukan dengan cara terbuka dan jujur, bagaimana
perusahaan lain dapat mengerjakan sesuatu dengan lebih baik,lebih murah,
sehingga perusahaan lain bisa meniru dan memperbaiki cara yang lebih baik dan
efisien. Benchmarking adalah proses pengukuran secara berkesinambungan dan
membandingkan satu atau lebih bisnis proses perusahaan dengan perusahaan yang
terbaik di proses bisnis tersebut, untuk mendapatkan informasi yang dapat
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengiplementasikan
peningkatan proses bisnis (Paulus dan Devie, 2013) David Kearns (CEO Xerox)
juga mendefinisikan benchmarking sebagai suatu proses pengukuran terus
menerus atas produk, jasa dan tata cara perusahaan terhadap pesaing yang terkuat.
Benchmarking juga merupakan suatu proses yang II-17 membandingkan dan
mengukur kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain guna mendapatkan
keuntungan informasi yang akan digunakan untuk perbaikan secara kontinyu
(Paulus dan Devie, 2013).

Tujuan dan Manfaat Benchmarking

Tujuan dari benchmarking ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk menilai dan meninjau ulang ekonomis, efisiensi, efektivitas serta
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam fungsi tersebut terkait
dengan kondisi yang terjadi.
2. Untuk mengambil tindakan yang bersifat preventif, artinya untuk menilai
apakah ada situasi dalam perusahaan yang potensial dapat menjadi
masalah di masa depan meskipun pengamatan sepintas mungkin
menunjukkan bahwa situasi demikian tidak dihadapi perusahaan.
3. Untuk membandingkan hasil kerja perusahaan secara keseluruhan atau
berbagai komponen dengan standar yang mencakup berbagai bidang
kegiatan dan berbagai sasaran perusahaan yang ditetapkan sebelumnya.
4. Untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan aktifitas dan proses.
5. Benchmarking juga seharusnya melibatkan perbandingan dengan para
pesaingnya atau industri lainnya.
6. Untuk meningkatkan kinerja organisasi agar mampu bersaing dengan
organisasi lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Secara umum manfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat


dikelompokkan menjadi (Ramli,2013):

1. Perubahan Budaya
Memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja baru yang
realistis berperan meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan
kredibilitas target.
2. Perbaikan Kinerja
Membantu perusahan mengetahui adanya gap-gap tertentu dalam kinerja
dan untuk memilih proses yang akan diperbaiki.
3. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia
Memberikan dasar bagi pelatihan, karyawan menyadari adanya gap antara
yang mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan karyawan lain
diperusahaan lain dan keterlibatan karyawan dalam memecahkan
permasalahan sehingga karyawan mengalami peningkatan kemampuan dan
keterampilan.
2. Manajemen Kualitas Total (Total Quality Management— TQM)
Sistem untuk meningkatkan mutu (quality) telah berkembang dengan cepat
dalam tahun-tahun belakangan ini. Selama dua dekade terakhir, kegiatan inspeksi
telah digantikan oleh kendali mutu dan kegiatan penjaminan mutu. Saat ini
sebagian besar perusahaan bekerja dengan manajemen mutu total (TotalQuality
Management atau TQM) (Putu Yulia Angga Dewi, KadekHengki Primayana,
2019).Hal ini menunjukkan bahwa evolusi manajemen mutu telah memasuki suatu
system manajemen mutu total (TQM). Pada tahap hirarki mutu ditunjukkan
tahapannya sebagai berikut: (1) inspeksi, (2) kontrol mutu, (3) penjaminan mutu,
dan (4) manajemen mutu total.Tahap manajemen mutu total ini menciptakan
budaya mutu yang bertujuan untuk memuaskan pelanggannya (Putu Yulia Angga
Dewi, KadekHengki Primayana, 2019).
Pike dan Barnes menyebut manajemen mutu total sebagai pendekatan baru
dalam manajemen mutu (1994). Manajemen mutu total (TQM) didefinisikan
sebagai “Management approach of an organization, centred on quality, based on
the participation of all its members and aiming at long-term success through
customer satisfaction, and benefits to all members of the organization and to
society (Bestefe,1999).Dengan demikian TQM sebagai suatu pendekatan
manajemen dalam suatu organisasi yang diarahkan pada mutu dan didasarkan
pada seperangkat prinsip dasar yang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan
organisasi pada jangka Panjang secara berkesinambungan melalui kepuasan
pelanggan dan kemanfaatan semua anggota organisasi.
Teguh Sriwidadi (2001) mengemukakan delapan dimensi mutu.
1. Kinerja (Performance)
Berhubungan dengan karakteristik operasi primer produk. Sebagai contoh, di
dalam televisi, performance berarti kejelasan suara dan gambar, warna, dan
kemampuan untuk menerima sinyal dari jarak tertentu. Dalam industri jasa, seperti
penerbangan, performance berarti layanan yang cepat.
2. Fitur (Feature)
Fitur merupakan aspek kedua dari performance. Contohnya, sarapan pagi gratis di
hotel,
minum gratis di pesawat terbang.
3. Reliabilitas (Reliability)
Dimensi ini berhubungan dengan probabilitas bahwa suatu produk tidak akan
rusak pada
jangka waktu tertentu.
4. Kesesuaian (Conformance)
Tingkat produk atau jasa memenuhi spesifikasinya.
5. Umur (Durability)
Ukuran umur produk.
6. Kemudahan perbaikan (Serviceability) seperti kecepatan, kompetensi, dan
kemudahan untuk perbaikan.
7. Estetika (Aesthetic)
Ukuran dari bagaimana suatu produk dapat dilihat, dirasakan, dicicipi (masakan),
dicium (parfum).
8. Mutu yang dipersepsikan (Perceived Quality)
Konsumen tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap tentang produk atau
jasa. Durability dari suatu produk, misalnya, tidak siap untuk diobservasi – hal itu
harus ada pengaruh dari berbagai aspek yang terlihat (tangible) dan tidak telihat
(intangible) dari produk tersebut. Dalam hal ini, imajinasi, periklanan, dan nama
merek–mempengaruhi mutu dari kenyataannya–menjadi kritis. Impresi pelanggan
dari mutu adalah esensi mutu yang dipersepsikan.
3. Reengineering (Rekayasa Ulang)
Reengineering atau rekayasa ulang, merupakan kata singkat dari sebuah
konsep yang pertama kali diungkapkan oleh Michael Hammer dan James Champy
di awal 90’an, bernama Business Process Reengineering (BPR), yang dalam
Bahasa Indonesia disebut dengan istilah ‘rekayasa ulang proses bisnis’. Sebutan
lainnya adalah ‘desain ulang’ dan ‘inovasi proses’. Konsep ‘inovasi proses’
dikemukakan oleh Davenport merupakan usaha memadukan penerapan
pandangan proses tentang bisnis dengan aplikasi inovasi pada proses-proses kunci.
Pencapaian peningkatan dalam skala besar pada proses-proses bisnis menuntut
adanya
desain-ulang sejak awal sampai akhir, memanfaatkan teknologi inovatif serta
sumber daya organisasi yang tersedia.
Hammer dan Champy mendefinisikan rekayasa ulang sebagai pemikiran ulang
(rethinking) secara mendasar (fundamental) dan perancangan ulang (redesign)
secara radikal atas proses-proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan dramatis
dalam hal ukuran-ukuran kinerja yang penting dan kontemporer, seperti biaya
(cost), kualitas (quality), pelayanan (service) dan kecepatan (speed). Dari
pengertian tersebut, terdapat empat kata kunci dari konsep reengineering:
fundamental, radikal, dramatis dan proses.
Secara detail, Hammer dan Champy menjelaskan berbagai karakateritik
dari reengineering sebagaimana berikut:
1. Mengintegrasikan dan memadatkan beberapa tugas atau perampingan
pekerjaan terlalu menjadi satu.
2. Memberikan kewenangan kepada pekerja untuk membuat keputusan yang
berkaitan langsung dengan pekerjaan mereka. Organisasi memadatkan proses,
baik secara horizontal maupun vertikal. Keuntungan dari usaha pemadatan
vertikal dan horisontal adalah memperkecil penundaan pekerjaan, tanggapan
terhadap pelanggan menjadi lebih cepat dan lebih baik, dan pemberdayaan
yang lebih besar pada para pekerja.
3. Membentuk langkah–langkah kerja dalam proses dengan mengikuti susunan
natural sesuai kebutuhan. Dalam proses konvensional, stasiun kerja harus
menyelesaikan tugas 1 sebelum menyerahkan hasilnya pada stasiun kerja
untuk melaksanakan tugas. Pada proses baru mengatur kerja dalam urutan
tertentu sesuai kebutuhan. Hal ini sering disebut ‘delinearisasi’ atau
‘paralellisme’. Proses delinearizing ini mampu membawa dampak
penghematan waktu proses hingga 60 % serta memungkinkan banyak
pekerjaan yang diselesaikan secara simultan.
4. Memungkinkan adanya beragam versi produk dalam proses yang sama untuk
memenuhi permintaan pelanggan yang selalu berubah, mengantisipasi
perubahan dari bermacam-macam pasar. Keuntungan yang diperoleh
organisasi adalah mengurangi waktu proses, kualitas produk menjadi
lebihmbaik dan konsisten, mengurangi biaya serta mengingkatkan kepuasan
kerja.
5. Memungkinkan relokasi pekerjaan melewati batas organisasional untuk
meningkatkan performansi proses secara keseluruhan. Setiap unit operasi
diberi kewenangan mengatur anggaran sampai batas tertentu untuk
melancarkan proses kerja mereka.
6. Mengurangi pemeriksaan dan pengawasan karena pemeriksaan dan
pengawasan dianggap sebagai aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
Setiap pekerjaan harus dikerjakan secara benar dan akurat sejak awal,
sehingga pemerikasaan dan pengawasan hanya akan dilakukan apabila
memiliki arti ekonomi. Pengurangan pemeriksaan antara lain juga bisa diganti
dengan pemeriksaan antara lain juga bisa diganti dengan pemeriksaan
anomaly atas laporan agregat, misalnya sesuatu terjadi di luar kebiasaan, atau
dalam bidang credit card pembelian yang melampaui batas plafon yang
diinginkan.
7. Meminimumkan rekonsiliasi, karena rekonsiliasi dianggap sebagai aktivitas
yang tidak memiliki nilai tambah. Hal ini dilakukan dengan mengurani
banyaknya kontak eksternal yang ada dalam proses.
8. Menetapkan titik kontak tunggal untuk pelanggan dengan menetapkan
seseorang atau suatu tim kecil yang bertanggung jawab untuk menjawab
pertanyaan dan menyelesaikan masalah dari pelanggan. Orang atau tim yang
bertanggung jawab yang memiliki akses ke semua sistem informasi dan orang
dalam organisasi sehingga mampu memberikan pelayanan kepada pelanggan
saat diperlukan.
9. Memiliki kemampuan mengkombinasikan keuntungan dari sentralisasi dan
desentralisasi dalam proses yang sama.
4. Organisasi Pembelajar (Learning Organization)
Organisasi pembelajaran didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki
kemampuan untuk selalu memperbaiki kinerja secara berkelanjutan karena
anggota-angotanya memiliki komitmen dan kompetensi individual yang mampu
belajar dan berbagi pengetahuan pada tingkat superfisial dan subtansial.
Organisasi pembelajaran adalah kata kiasan yang menggambarkan suatu
organisasi sebagai sebuah sistem yang terintregasi dan senantiasa selalu berubah,
karena individu-individu anggota organisasi tersebut mengalami proses belajar,
yang dilandasi oleh budaya kerjanya. Proses belajar individual terjadi jika anggota
organisasi mengalami proses pemahaman terhadap konsep-konsep baru (know,
why), yang dilanjutkan dengan meningkatnya kemampuan dan pengalaman untuk
merealisasikan konsep tersebut (know, how), sehingga terjadi perubahan atau
perbaikan nilai tambah organisasi. (Tjakraatmadja, 2006). Sedangkan Menurut
Marquart (1996), organisasi belajar (OB) adalah organisasi yang mau belajar
secara kuat dan kolektif aktifitas yang terdapat dalam organisasi pada waktu
pembelajaran organisasi mengacu pada keadaan di dalam maupun di luar
organisasi tersebut. Sedangkan organisasi pembelajaran adalah kemampuan
organisasi dalam menciptakan, mengakuisisi, dan mentransfer pengetahuan serta
perilaku-perilakunya dalam menyongsong pengetahuan dan wawasan baru serta
secara terus-menerus meningkatkan dirinya untuk memperoleh, mengatur, dan
menggunakan pengetahuan demi keberhasilan bersama. OB juga memberdayakan
sumber daya manusia di dalam dan di sekitarnya, dan memanfaatkan teknologi
untuk meningkatkan proses belajar dan produktivitasnya. Lebih jauh, Marquardt
menambahkan bahwa OB merupakan suatu sistem yang terdiri atas lima
subsistem, yaitu (1) belajar (learning); (2) pengetahuan (knowledge); (3) teknologi
(technology); (4) manusia (people); dan (5) organisasi (organization). West dan
Burnes (2015) memberikan penjelasan yang baik mengenai perbedaan antara
pembelajaran organisasi (organizational learning) dan organisasi pembelajaran
(learning organization). Pembelajaran organisasi merupakan konsep yang
digunakan untuk menggambarkan tipe-tipe aktifitas yang terdapat dalam
organisasi pada waktu pembelajaran organisasi mengacu pada keadaan di dalam
maupun di luar organisasi tersebut. Sedangkan organisasi pembelajaran adalah
kemampuan organisasi dalam menciptakan, mengakuisisi, dan mentransfer
pengetahuan serta perilaku- perilakunya dalam menyongsong pengetahuan dan
wawasan baru.
- Ruang Lingkup Learning organization
Menurut Lukman Cahyadi (2021) ruang lingkup Learning organization
meliputi adanya perkembangan yang berkelanjutan dan penyesuaian terhadap
perubahan yang ada dan mampu menciptakan tujuan dan /atau pendekatan
yang baru. Pembelajaran ini harus menyatu pada cara organisasi menjalankan
kegiatannya, dalam hal ini pembelajaran akan sangat berarti apabila :
1. Pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan kerja sehari-hari.
2. Pembelajaran dapat diterapkan pada individu, unit kerja dan perusahaan.
3. Pembelajaran bersifat mampu memecahkan masalah pada akar
penyebabnya.
4. Pembelajaran fokus pada tersebarnya pengetahuan di seluruh stuktur
organisasi.
5. Pembelajaran digerakkan oleh kesempatan untuk mendapatkan perubahan
yang signifikan dan mengerjakan dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Citra Kusuma. Teknik Optimasi. Universitas Islam Batik Surakarta 2018.

Supawi Pawenang, Analisis Teknik Optimasi dan Peralatan Manajemen Baru Untuk
Optimasi, Modul Akuntansi Biaya, Fakultas Ekonomi, UNIBA Surakarta, Januari 2017

Firman Ardiansyah Ekoanindiyo. Total Quality Manajemen Sebagai Alat Bantu


Manajemen Untuk Mencapai Optimalisasi, Universitas Stikubank Semarang, Juli 2010.

Michael Hammer dan James Champy. Reengineering The Corporations: A

Manifesto For Business Revolution. Terj. Marcus P. Widodo, Rekayasa Ulang Perusahaan:

Sebuah Manifesto Bagi Revolusi Bisnis. (Jakarta: Ikrar Mandiriabadi, 1994); M. N.

Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2001).

Binti Nasukah. Reengineering (Rekayasa Ulang) Dan Penerapannya

Pada Institusi Pendidikan. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah Vol. 4 No. 1 (Juli) 2019

Hlm. 50-75.

Teguh Sriwidadi. Manajemen Mutu Terpadu, Vol. 2 No. 2 (2001): The Winners Vol.
2 No. 2 2001.

Putu Yulia Angga Dewi, Kadek Hengki Primayana. Peranan Total Quality
Management (TQM) Di Sekolah Dasar. Jurnal Penjaminan Mutu Volume 5 Nomor 2 Agustus
2019 Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
Tjakraatmadja, Jann Hidajat dan Donald Crestofel Lantu. 2006. Knowledge
Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar. Bandung: PT. Mizan Grafika Sarana.

Marquardt, M. J. 1996. Building the Learning organization: A System Approach to


Quantum Improvement and Global Success. New York, NY.: McGraw-Hill.

Lukman Cahyadi. Memahami Learning Organization. Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Esa Unggul Forum Ilmiah Volume 18 Nomor 3, September 2021.

Anda mungkin juga menyukai