DISUSUN OLEH:
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
1. Berbagai Teknik Optimasi
Analisis optimasi dapat dijelaskan dengan mempelajari proses perusahaan dalam menentukan
tingkat output yang memaksimukan laba total. Proses dapat dimulai dengan menggunakan kurva
penerimaan total (total revenue/TR) dan biaya total (total cost/TC) untuk menentukan tahapan
analisis marginal.
Laba total (π) merupakan selisih antara TR dengan TC, sehingga diperoleh persamaan π= TR-
TC. Perusahaan memperoleh laba maksimum apabila π berada pada titik tertinggi dalam grafik.
π tertinggi juga dapat diperoleh dari pada saat Marginal Revenue (MR) berada pada titk yang
sama dengan Margina Cost (MC), atau dengan persamaan MR=MC.
Optimasasi sering kali diperlukan untuk menemukan nilai maksimum atau minimum suatu fungsi,
misalnya suatu perusahaan memaksimumkan penerimaan tetapi miminimumkan biaya produksi.
Untuk suatu fungsi agar mencapai maksimum atau minimum, turunan dari fungsi tersebut harus
nol. Secara geometris hal ini berhubungan dengan titik dimana kurvanya mempunyai kemiringan
nol.
TR = 100Q – 10Q2
Q=5
Untuk membedakan titik maksimum dan titik minimum dalam sebuah persamaan TR maupun TC,
dapat menggunakan turunan keduanya. Untuk fungsi umum Y=f(X), turunan kedua ditulis sebagai
d2Y/dX2. Turunan kedua adalah turunan dan diperoleh dari penerapan kembali aturan turunan
(pertama) dari diferensial, contoh :
Y = X³
dy/dx = 3X²
d²(TR)/dQ² = – 20Q
Aturan yang berlaku adalah bila turunan kedua positif, maka diperoleh titik minimum, sementara
bila turunan kedua negative, maka diperoleh titik maksimum.
Optimisasi multivariate merupakan proses penentuan nilai maksimum atau minimum atas suatu
fungsi yang memiliki dua atau lebih variabel. Langkah yang perlu ditempuh adalah terlebih dahulu
melakukan derivasi secara parsial dan kemudian mengujinya dengan melalui proses maksimisasi
fungsi multivariabel. Oleh karena itu sering disebut derivatif parsial.
Hal. 1
Dalam realita, hubungan ekonomi seringkali menunjukkan bahwa satu variabel dependen dapat
dipengaruhi oleh dua variabel bebas sekaligus atau bahkan lebih. Sebagai contoh, total revenue
mungkin saja dipengaruhi (atau fungsi dari) output dan advertising secara sekaligus. Total cost
dapat saja dipengaruhi oleh pengeluaran atas biaya tenaga kerja dan juga kapital. Atau, total profit
mungkin dipengaruhi oleh penjualan barang X dan Y sekaligus.
Asumsi fungsi seperti itu penting sekali untuk menentukan efek marginal pada variabel terikat.
Efek marginal ini perlu diukur dengan derivatif parsial, yang disimbolkan dengan δ (untuk
membedakan dengan derivasi di atas yang disimbolkan dengan d). Pada derivatif parsial ini yang
diderivasikan adalah variabel terikat, bukan variabel bebas.
Sebagai contoh, anggap saja total profit (π) merupakan fungsi dari (dipengaruhi oleh komoditi X
dan Y, yang dapat ditulis sebagai berikut:
π = f (X, Y) = 80X-2X2-XY-3Y2+100Y
untuk mendapat derivatif parsial dari π terhadap X, δπ/δX, kita membuat Y tetap dan memperoleh
𝛿𝜋
= 80 − 4𝑋 − 𝑌
𝛿𝑋
Ini bertujuan untuk mengisolasi efek marjinal pada profit dari perubahan jumlah penjualan komoditi
X saja (sehingga Y dianggap tetap). Kemudian lakukan juga pengisolasian efek marginal profit
atas Y.
𝛿𝜋
= −𝑋 − 6𝑌 + 100
𝛿𝑌
Setelah tahapan itu selesai maka perlu dilanjutkan dengan memaksimisasi atau meminimisasi
fungsi multivariabel. Untuk memaksimisasi atau meminimisasi fungsi multivariabel perlu masing-
masing derivatif parsial dipersamakan dengan nol (0) yang dilanjutkan dengan mencari nilai
masing-masing variabel.
𝛿𝜋
= 80 − 4𝑋 − 𝑌 = 0
𝛿𝑋
𝛿𝜋
= −𝑋 − 6𝑌 + 100 = 0
𝛿𝑌
−380 + 23𝑋 = 0
Optimasi terkendala, yaitu maksimisasi atau minimisasi fungsi tujuan dengan beberapa
kendala, sehingga mengurangi kebebasan dari perusahaan untuk pencapaian optimisasi
tanpa terkendala. Optimisasi terkendala dapat dipecahkan dengan substitusi atau dengan
metode pengali lagrange.
Hal. 2
diminimumkan. Prosedur ini mengubah masalah optimisasi terkendala menjadi masalah
optimisasi tanpa kendala. Sebagai contoh, misalkan perusahaan berusaha
memaksimumkan fungsi laba totalnya yang persamaannya adalah sebagai berikut:
𝜋 = 80𝑋 − 2𝑋 2 − 𝑋𝑌 − 3𝑌 2 + 100𝑌
Dengan fungsi kendala bahwa output komoditas X dan Y harus sama dengan 12. Dengan
demikian, penyelesaiannya adalah
X + Y = 12
X= 12 – Y
(3) mencari fungsi turunan pertama dari π terhadap Y, yang dibuat sama dengan 0,
sehingga memperoleh nilai Y
𝑑𝜋
= −8𝑌 + 56 = 0
𝑑𝑌
Sehingga diperoleh Y=7. Lalu subsitusikan Y ke dalam persamaan kendala sehingga
diperoleh X=5. Dengan demikian, substitusi nilai X dan Y ke dalam fungsi laba sehingga
diperoleh laba maksimum sebesar 868.
(1) Tahap pertama dalam metode ini adalah membentuk fungsi lagrange, yang ditunjukkan
oleh fungsi tujuan awal yang berusaha dimaksimumkan atau diminimumkan oleh
perusahaan, ditambah dengan ….. yang biasa digunakan untuk mengali lagrange, dikali
fungsi tujuan yang dibuat sama dengan nol, yaitu X + Y – 12 sama dengan nol dan
memperoleh X + Y – 12 = 0.
(2) Tahap kedua kemudian mengalikan fungsi kendala dengan λ dan menambahkan
dengan fungsi keuntungan awal yang akan dimaksimumkan (yaitu dengan π= 80X-2X2 –
XY – 3Y2 + 100Y) untuk membentuk fungsi lagrange (Lπ)
(3) Tahap selanjutnya adalah membuat turunan Lπ terhadap X, Y, dan λ menjadi sama
dengan 0 dengan menggunakan turunan parsial. Dengan demikian diperoleh tiga
persamaan
𝛿𝐿𝜋
= 80 − 4𝑋 − 𝑌 + 𝜆 = 0 …….. persamaan 1
𝛿𝑋
Hal. 3
𝛿𝐿𝜋
= −𝑋 − 6𝑌 + 100 + 𝜆 = 0 …….. persamaan 2
𝛿𝑌
𝛿𝐿𝜋
= 𝑋 + 𝑌 − 12 = 0 …….. persamaan 2
𝛿𝜆
3X+3Y-36 = 0
-3X+5Y-20 = 0
-8Y-56 =0
2. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah
organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat
sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan
yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya
(Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini
semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya pengambilan keputusan itu
maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari
setiap pengambilan keputusan.
Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe,1977) yaitu :
Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-
alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi.
Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah
dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan
prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya
telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal
memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan
oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas
terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang
memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu
terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk
memisahkan informasi yang tertumpuk.
2.2. Unsur Prosedur Keputusan
Hal. 4
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan
mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa
berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu
dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta
dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi
nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971).
Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic decisions,
(2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual uncertainty
decisions.
Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana,
meski sederhana informasi tetap diperlukan.
Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (expected information decision), tingkat
informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk
mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut
perlu dipelajari.
Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi
yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum
keputusan diambil.
Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (dual uncertainty decisions), dalam setiap
informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang
lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu.
2.4. Kategori Keputusan
Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi empat
kategori (Nutt, 1989) :
Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan
fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik tradisional dan teknik
modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik pengambilan keputusan
matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan teknik pengambil
keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik biasa diberi nama
multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi ganda).
Hal. 5
Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain
sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif.
Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh
para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah :
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada
empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan
keputusan organisasional.
Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode
klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain
teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan peran
serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif.
Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-
making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah
menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih
tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam
Hal. 6
dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali
keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.
Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang
menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu :
Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur
organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi,
menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan segala
pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat keputusan setelah
mempelajari semua informasi.
Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam
elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen sendiri
memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah.
Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak
perhatian yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan
kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi
sebagai suatu kelompok social yang mempunyai tujuan. Selain itu kebutuhan dan keinginan
anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan.
Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan
masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang paling
efisien. Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang itu
mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya.
Aliran Satisfacing
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para
manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai
sub sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan.
REFERENSI
Salvatore, Dominick. 2004. Managerial Economics. Ed 5. Dialihbahasakan oleh Ichsan Setyo Budi.
Salemba Empat: Jakarta.
Arsyad, Lincoln. 2008. Ekonomi Manajerial: Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis. BPFE-
Yogyakarta: Yogyakarta.
Hal. 7