Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

KLASIFIKASI CITRA BATUAN DENGAN METODE TEXTURE ANALYSIS


Dosen Pengampuh : Mustamin Hamid S.T,.M.T

DISUSUN
OLEH

Sukarni Majid
12105552012002

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA

TERNATE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini
dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas UTS serta UAS mata kuliah
Komputer Vision. Melalui laporan ini, penulis berusaha menyajikan informasi yang lengkap,
akurat, dan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis sadar bahwa laporan ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan dan pengembangan ke depannya.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi
pembaca yang membutuhkan. Penulis berharap laporan ini dapat menjadi referensi yang
berguna serta menginspirasi bagi penelitian atau studi lebih lanjut.

Ternate, 22 November 2023

Sukarni Majid
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Petrografi adalah cabang ilmu petrologi yangberfokus pada deskripsi dan


klasifikasi batuan. Klasifikasi batuan tersebut didasarkan pada persentasevolume
dari berbagai macam mineral pembentuk batuan(rock-formingminerals). Berdasarkan
proses pembentukannya, batuan dibagi menjadi 3, yaitu batuan beku yang terbentuk dari
proses pembekuan atau kristalisasi lava, batuan sedimen yang terbentuk dari proses
pengendapan, dan batuan metamorf yang terbentuk dari proses metamorfisme.

Para ahli geologi saat ini mengklasifikasikan batuan tersebut dengan menggunakan
indera penglihatan dan bantuan mikroskop petrografi. Cara ini masih memiliki
kelemahan dan tingkat akurasi yang rendah dari hasil pengamatan masih diestimasi. Dari
permasalahan tersebut, diadakan penelitian untuk merancang suatu program yang dapat
mengidentifikasi dan mengklasifikasi batuan dengan citra digital. Diharapkan, hasil
penelitia ini dapat membantu para ahli geologi dalam mengindentifikasi dan
mengklasifikasi batuan dengan tingkat akurasi yang tinggi dan durasi yang cepat

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Gray Level Co-occurrence Matrix
(GLCM) sebagai metode untuk yang dipakai untuk menganalisi tekstur pada batuan.
Dapat dikatakan tekstur merupakan pola yang berulang dari (distribusi) spasial dari
derajat keabuan pada piksel – piksel, serta hubungan antara piksel yang bertetangga.
Dilakukan pemilihan metode GLCM karena GLCM merupakan metode statistik, dimana
matriks yang menggambarkan frekuensi munculnya pasangan piksel yang memiliki
intensitas tertentu. Dengan dilakukan penelitian ini diperoleh hasil perangkat lunak yang
dapat mengklasifikasi batuan dengan akurasi yang baik dengan menggunakan metode
yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode texture analysis dapat digunakan untuk klasifikasi citra batuan
dengan lebih akurat dan efisien?
2. Bagaimana penerapan metode texture analysis dengan GLCM dapat meningkatkan
pemahaman tentang perbedaan tekstur batuan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari klasifikasi citra batuan dengan metode texture analysis melibatkan
penggunaan analisis tekstur untuk mengenali dan membedakan berbagai batuan
berdasarkan pola-pola tekstur yang unik. Beberapa tujuannya anatara lain:
1. Menentukan kemampuan metode texture analysis dalam mengidentifikasi batuan
berdasarkan karakteristik tekstur pada citra.
2. Meningkatkan akurasi klasifikasi batuan dan memastikan konsistensi hasil, sehingga
memberikan informasi yang dapat diandalkan.
3. Memberikan pemahaman lebih mendalam tentang variasi tekstur yang terkandung
dalam berbagai batuan, yang mungkin sulit diidentifikasi secara visual atau manual.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Batuan
Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa
mineral dan terbentuk secara alami. Umumnya batuan bersifat heterogen yaitu
terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral, dan hanya beberapa yang homogen yaitu
disusun oleh satu mineral atau monomineral. Tekstur dari batuan akan
memperlihatkan karakteristik komponen penyusunnya, sedangkan struktur
batuan akan memperlihatkan proses pembentukannya baik dekat atau jauh dari
permukaan (Sofanhadi, 2013).

Menurut proses terbentuknya batuan dibagi menjadi 3 jenis batuan, yaitu :


1. Batuan Beku (Igneous Rocks)
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Batuan
2. Sedimen (Sedimentory Rocks)
Menurut Pettijohn (1975) dalam Suwarno (2008) batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme,
yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang berubah
bentuk karena suhu atau tekanan. Disebut sebagai batuan metamorf karena dalam
proses pembentukannya batuan ini mengalami proses metamorfosis atau proses
perubahan bentuk

Gambar 2.1 jenis – jenis Batuan


2.2 Citra
Suatu citra dapat dikenali dengan cara mengekstrak cirinya yaitu dengan
mengambil beberapa bagian dari citra tersebut seperti warna, pola citra, diameter
fisik, bentuk dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah dengan mengekstrak citra
RGB (Red-Green-Blue). Pada dasar nya, citra atau image adalah berupa informasi
yang berbentuk visual yang merepresentasi kan dari suatu objek. Secara umum citra
di bagi 2, yaitu citra analog yang bersifat kontinu, sedangkan citra digital bersifat
diskrit.

2.3 Citra Digital


Pengertian Citra Digital yaitu gambar 2 dimensi yang dihasilkan dari suatu
gambar analog dua dimensi yang kontinus yang di ubah menjadi gambar diskrit
melalui suatu proses pencuplikan (sampling) posisi dan kuantisasi intensitas. Image
Processing (Pengolahan Citra), yaitu suatu proses citra menggunakan komputer agar
citra yang dihasilkan mendapat kualitas yang baik dari sebelumnya. Tekstur yaitu
suatu susunan pixel-pixel dalam citra yang dibentuk oleh peraturan dari pola pola
tertentu.

2.4 Pengolahan Citra Digital


Pengolahan citra digital adalah pemrosesan citra dua atau tiga dimensi oleh
komputer. Pengolahan citra digital merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan kontras,
transformasi warna, restorasi citra), transformasi gambar (rotasi, translasi, skala,
transformasi geometrik), melakukan pemilihan citra ciri yang optimal untuk tujuan
analisis, melakukan proses penarikan informasi atau deskripsi objek atau pengenalan
objek yang terkandung pada citra, melakukan kompresi atau reduksi data untuk
tujuan penyimpanan data, transmisi data, dan waktu proses data. Dasar – dasar pada
pengolahan citra yaitu : Peningkatan kualitas citra (image enhancement), Pemulihan
citra (image restoration), Pengelompokan citra (image segmentation), dan Ekstraksi
ciri citra (image analysis).

2.5 Grey Level Co-Occurrence Matrix (GLCM)


Grey Level Co-Occurence Matrix (GLCM) adalah salah satu metode ekstraksi
ciri, dimana terdiri dari suatu algoritma analisis tekstur. GLCM mengekstrak
informasi struktural tentang pola tekstur yang akan di analisis pada skala dan orientasi
yang berbeda.GLCM didefinisikan sebagai tabulasi dari data piksel citra dimana
seberapa sering kombinasi yang berbeda pada nilai keabuan yang muncul pada citra.
Langkah-langkah yang dilakukan pada GLCM adalah: kuantisasi, kookurensi,
simetrik, normalisasi, dan ekstraksi fitur.
Di dalam GLCM ada beberapa atribut yang dapat di perhitungkan, untuk
menghitung tekstur menggunakan atribut Contrast, Corellation, Energy, dan
Homogeneity.
1. Contrast, yaitu untuk mengukur intensitas kontras di antara piksel tetangganya.
Adapun rumusnya :
2. Corellation, yaitu untuk mengukur seberapa berkorelasi piksel dengan
tetangganya. Adapun rumusnya:

3. Energy, yaitu jumlah elemen kuadrat GLCM yang di normalisasi.Adapun


rumusnya :

4. Homogeneity, yaitu nilai yang mengukur kedekatan distribusi elemen dalam


GLCM dengan diagonal GLCM.Menunjukkan ukuran sifat homogenitas citra.
Adapun rumusnya :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Anda mungkin juga menyukai