Anda di halaman 1dari 12

ANALISA MUTU LIMBAH DAN EVALUASI DATA HASIL ANALISA

Pengetahuan yang diperlukan dalam menyiapkan dokumen


1. Penyiapan rekaman hasil analisis
Penyiapan rekaman data analisis sangat diperlukan dalam pembuatan laporan hasil
analisis laboratorium. Data hasil analisis harus lengkap sesuai dengan keperluan
perhitungan hasil dengan menggunakan rumus tertentu. Dalam laboratorium data
rekaman analisis dihasilkan dan disimpan oleh petugas analisis (analis). Analis
menyerahkan data analisis kepada penanggung jawab teknis atau supervisor teknis.
Sebelum data analisis diserahkan analis mengecek kelengkapan data analisis.

Beberapa contoh format rekaman data analisis disajikan sebagai berikut.


a. Analisis gravimeteri pengendapan
1) Volume / berat sampel = ……......
2) Berat cawan kosong = ……......
3) Berat akhir pemijaran / pemanasan ke 1 = …………
4) Berat akhir pemijaran /pemanasan ke 2 = ………...
5) Berat Akhir pemijaran / pemanasan ke 3 = …….….

b. Analisis kadar klorida


1) V1 (Volume titrasi sampel) = ……………
2) V2 (Volume titrasi blanko) = ……………
3) N AgNO3 (Normalitas AgNO3) = ……………
4) Volume sampel = ……………

c. Analisis karbohidrat
1) Bobot cuplikan (mg) = ……………
2) Glukosa yang terkandung untuk ml tio = ……………
3) Faktor pengenceran = ……………
4) Volume Na2S2O3 = ……………
5) Normalitas Na2S2O3 = ……………

2. Ketentuan dalam pencatatan data analisis


a. Semua data harus dicatat selama pengujian berlangsung. Dalam hal ini termasuk
pencatatan data, semua perhitungan, serta koreksi terhadap data yang sudah dicatat.
b. Catatlah hanya data-data faktual saja, jangan diberi editorial apa-apa atau catatan
pribadi apapun.
c. Masukkan data ke dalam buku analisa segera setelah data tersebut dihasilkan.
Dianjurkan untuk menandatangani setiap data di tiap halaman. Jangan mengandalkan
daya ingat (memori) atau dicatat dalam selembar kertas, meskipun dengan maksud
akan dipindahkan ke buku analisa. Pencatatan data harus dilakukan langsung ke
dalam buku analisa begitu data diperoleh.
d. Gunakan tinta permanen, apabila ada kesalahan beri identifikasi atau penjelasan
terhadap hal tersebut. Data yang salah tersebut jangan di tip-ex, cukup dicoret saja
dan diparaf oleh analis pada data hasil pembetulannya.
e. Data yang telah selesai dicatat dalam buku hasil uji, secepat mungkin diturunkan
dalam buku induk analisa.
f. Gunakan istilah-istilah standar yang dapat dimengerti. Beri penjelasan arti dari
singkatan, kode nama atau kode nomor yang digunakan.
g. Jagalah buku analisa tetap bersih, hindari dari cipratan atau tetesan bahan-bahan
kimia atau bahan lain yang dapat mengotori buku tersebut.

3. Penyiapan rekaman data penunjang


Penyiapan rekaman data penunjang analisis sangat diperlukan dalam pembuatan laporan
hasil analisis laboratorium karena akan digunakan dalam perhitungan hasil analiss. Data
penunjang hasil analisis harus lengkap sesuai dengan keperluan perhitungan hasil dengan
menggunakan rumus tertentu. Rekaman data penunjang hasil analisis dihasilkan dan
disimpan oleh petugas analisis (analis). Beberapa contoh data penunjang analisis disajikan
sebagai berikut.
a. Analisis Gravimeteri Pengendapan pada penentuan kadar Ca

Faktor gravimetri = = = 0.4000

b. Analisis Vitamin C dengan titrasi


1 ml 0.01 N Iodium = 0.88 mg asam askorbat
MELAKSANAKAN VERIFIKASI DATA ANALISIS

Pengetahuan yang diperlukan dalam verifikasi data analisis


1. Input data analisis dan data penunjang
Data analisis dan data penunjang dituliskan dalam buku analis atau format data
analisis yang dikendalikan analis. Buku analis/format data analisis diperiksa secara
periodik oleh penyelia (supervisor) yang ditetapkan oleh penanggung jawab teknis
(manajer teknis) laboratorium. Kemudian Buku/format data analisis diinput dalam
komputer oleh analisis. Beberapa laboratorium input data dilakukan dalam dokumentasi
buku induk data pengujian.
Input data analisis dan data penunjang analisis dalam komputer atau buku induk
data pengujian dilakukan dengan benar meliputi kelengkapan dan keakuratan data.
Biasanya dalam komputer dilengkapi dengan rumus perhitungan hasil sehingga setelah
data analisis diinput hasil analisis yang berupa penentuan kadar suatu zat dapat diketahui.

2. Verifikasi keabsahan data dengan pengolah data


Verifikasi keabasahan data meliputi akurasi dan presisi. Verifikasi akurasi yaitu
pengecekan data yang ditunjukan melalui pembuktian bahwa data yang dihasilkan telah
benar dan mendekati/tidak berbeda dengan data sesungguhnya. Verifikasi presisi
dilakukan dengan membandingkan hasil pengujian 2 ulangan atau tiga ulangan, apabila
ulangan hasil pengujian menunjukkan nilai yang jauh maka perlu diulang.
Untuk keperluan verifikasi akurasi biasanya laboratorium melakukan pengujian
dengan kontrol sampel. Dengan demikian pada saat analisis melakukan pengujian selain
melakukan pengujian terhadap sampel yang ada juga melakukan pengujian kontrol
sampel.
Kontrol sampel adalah sampel yang telah diketahui nilai komposisinya dengan tepat
karena telah dilakukan pengujian berulang kali (minimum 6 kali) sebelumnya. Nilai setiap
parameter ditampilkan dengan kontrol chart terdiri dari batas atas, batas bawah, dan rata-
rata.
Pengecekan data pengujian analisis instrumen dilakukan dengan perlakukan spike
yaitu menambahkan bahan standar pada sampel yang diuji. Misalnya sampel yang diuji
mempunyai kadar Fe 100 ppm di spike dengan 50 ppm Fe standar maka tentunya
dihasilkan kadar Fe sampel hasil pengujian 150 ppm atau mendekati 150 ppm. Apabila
hasil pengujian jauh dari data yang diharapkan maka diperkirakan terjadi ketidaktepatan
data hasil pengujian.
Verifikasi presisi dapat ditentukan dengan menghitung RSd atau CV Horwitz. Apabila
RSd dari ulangan data pengujian melebihi CV yang ditetapkan atau melebihi CV Horwitz
maka data pengambilan sampel tidak memenuhi dan harus dilakukan pengujian ulang.
3. Perbaikan data yang tidak valid dengan analisis ulang
Seperti dijelaskan pada verifikasi data pada pembahasan sebelumnya terhadap data
yang tidak memenuhi verifiasi akurasi dan atau verifikasi presisi perlu dilakukan analisis
ulang. Tentunya tidak seluruhnya dilakukan analisis ulang terhadap seluruh sampel.
Analisis ulang hanya dilakukan terhadap data analisis yang dicurigai tidak benar. Misalnya
analisis kadar lemak ulangan satu menghasilkan 21.2 % sedangkan ulangan dua
menghasilkan 35.5% maka data tersebut tidak bisa dirata-rata karena data yang dihasilkan
jauh. Dua data tersebut menghasilkan RSd sebagai berikut:

RSd = = = 35.66%

Nilai RSd yang lazim diterapkan di laboratorium berkisar antara 5 – 10 %. Oleh karena
itu pengujian kadar lemak tersebut harus diulang minimal satu kali.
Hal yang sama berlaku untuk data pengujian yang tidak akurat terhadap perlakuan
spike pada analisis dengan instrumen. Misalnya sampel yang diuji mempunyai kadar Fe
100 ppm di spike dengan 50 ppm Fe standar. Apabila hasil pengujian diperoleh 130 ppm
dan 143 ppm maka

=
Akurasi = = 60 %

Pengujian diulang karena tidak masuk dalam keberterimaan 85-100%

=
Akurasi = = 86 %

Pengujian memenuhi karena masuk keberterimaan 85-100%


MENGHITUNG HASIL ANALISIS

Pengetahuan yang diperlukan dalam perhitungan hasil analisis


1. Perhitungan Hasil Analisis berdasarkan rumus tertentu
Perhitungan hasil analisis dinyatakan dengan beberapa satuan namun kebanyakan
dinyatakan sebagai kadar analit dalam sampel yang dapat dinyatakan dalam % b/b. % b/v.
part per milion (ppm) dan parth per bilion (ppb). Prosedur perhitungan kadar analit dari
suatu sampel menggunakan rumus tertentu yang biasanya dituliskan dalam prosedur
kerja.

2. Perhitungan nilai ketidakpastian dan jumlah angka penting


a. Ketidakpastian
Analisis laboratorium merupakan proses pengukuran. Nilai pengukuran selalu
disertai oleh ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan suatu parameter non-negatif
yang menggambarkan sebaran nilai kuantitatif suatu hasil pengujian (measurand),
berdasarkan informasi yang digunakan. Ketidakpastian pengukuran suatu parameter
yang berhubungan dengan hasil pengukuran yang mengkarakteristikan (memberikan
sifat) penyebaran nilai-nilai layak yang dikaitkan pada besaran ukur.
Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala
Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran, dan lingkungan yang mempengaruhi hasil pengukuran, dan
karena hal-hal seperti ini pengukuran mengalami gangguan. Dengan demikian sangat
sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Oleh
sebab itu, setiap pengukuran harus dilaporkan dengan ketidakpastiannya.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif.
Masing masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan
berulang.
1) Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu
sendiri. Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya adalah menggunakan kesalahan ½ – rentang atau bisa juga
menggunakan standar deviasi.

Kesalahan ½ – Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada
pengukuran tunggal. Kesalahan ½ – Rentang merupakan salah satu cara untuk
menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
a. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu x1,
x2, x3, … xn
b. Cari nilai rata-ratanya yaitu x rata-rata = (x1 + x2 + … + xn)/n
c. Tentukan xmaks dan xmin dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya
dapat dituliskan
Δx = (xmax – xmin)/2
d. Penulisan hasilnya sebagai:
x = x rata-rata ± Δx

Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan terkumpul
data x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari besaran ini adalah:

Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang tidak
mungkin kita ketahui nilai benarnya) dinyatakan oleh standar deviasi (σ )

Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat
menyatakan bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x – σ) sampai
(x + σ). Sehingga penulisan hasil pengukurannya adalah = x ± σ. Misalnya ulangan
1 analisis kadar air : 11,766% sedangkan ulangan 2 adalah 11.504%. Hasil akhir =
(11.634 ± 0.185)%

2) Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran. Hubungan hasil pengukurun terhadap KTP (ketidakpastian) yaitu:
KTP relatif = Δx/x
Δx = (xmax – xmin)/2

Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai


X = x ± (KTP relatif x 100%).

Misalnya ulangan 1 analisis kadar air 11,77% sedangkan ulangan 2 adalah 11.50%
dan ulangan 3 adalah 11. 23%
X = x ± (KTP relatif x 100%) = (11.50 ±2.35 X )%
= (11.50 ± 0.27) %

b. Angka Penting
Konsep angka penting berguna dalam penyederhanaan angka-angka hasil
pengukuran dan perhitungan. Banyaknya angka penting dalam suatu angka yang
terdiri dari dua karakter atau lebih dapat menjadi indikator tingkat ketelitian hasil
pengukuran atau perhitungan. Semakin banyak angka penting maka semakin teliti
hasil pengukuran atau perhitungan yang dilakukan. Penentuan banyaknya angka
penting mengikuti aturan angka penting.

1) Aturan Menentukan Angka Penting


Berikut aturan-aturan yang berlaku dalam penentuan angka penting.
a) Setiap angka bukan nol adalah angka penting. Misalnya angka 25 mengandung
dua angka penting, angka 1.278 mengandung empat angka penting, angka
1,33 mengandung tiga angka penting. 14,54 mempunyai 4 angka penting.
b) Setiap angka nol yang diapit dua angka bukan nol adalah angka penting.
Misalnya angka 101 mengandung tiga angka penting, angka 2,0005
mengandung lima angka penting.
Angka 5700,09 mempunyai 6 angka penting
c) Setiap angka nol yang hanya mempengaruhi tempat desimal bukan angka
penting. Misalnya angka 0,0625 mengandung tiga angka penting, angka 0,007
mengandung satu angka penting. : 0,00045 mempunyai 2 angka penting
d) Setiap angka nol pada deretan terakhir angka-angka di belakang koma adalah
angka penting. Misalnya angka 0,004800 mengandung empat angka penting,
angka 0,07060 mengandung empat agka penting. Contoh lain: 28,00
mempunyai 4 angka penting; 0,004200 mempunyai 4 angka penting.
e) Setiap angka sebelum orde pada notasi ilmiah (format scientific) adalah angka
penting. Misalnya angka 6,250 x105 mengandung 4 angka penting.

2) Aturan Pembulatan Bilangan


Sebelum membahas mengenai angka penting hasil operasi matematik pada
bilangan-bilangan, terlebih dahulu kita bahas mengenai aturan pembulatan. Dalam
pembulatan bilangan berlaku aturan pembulatan bilangan sebagai berikut.
a) Angka kurang dari 5 ( < 5) dibulatkan ke bawah (ditiadakan). Contohnya 10,72
dibulatkan menjadi 10,7
b) Angka lebih dari 5 atau sama dengan 5 ( ≥ 5 ) dibulatkan ke atas. Contohnya
38,26 dibulatkan menjadi 38,3

c. Prosedur penentuan nilai ketidakpastian untuk pengujian laboratorium


terakreditasi
Laboratorium pengujian terakreditasi adalah laboratorium yang mempunyai
kompetensi pengujian sesuai persyaratan ISO 17025 yang dinyatakan memenuhi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN). Laboratorium tersebut dalam setiap pengujian
parameter harus mampu menghitung ketidakpastian pengukuran yang disebabkan
beberapa faktor diantaranya adalah kalibrasi peralatan, ulangan pengujian, efek suhu
dan lain-lain.
3. Penulisan hasil perhitungan sesuai konsep angka penting
Menuliskan hasil perhitungan dalam laporan analisis harus memperhatikan angka
desimal dan angka penting. Pertimbangan angka desimal yang digunakan pada penulisan
hasil analisis mempertimbangkan permintaan pelanggan dan angka desimal yang ada pada
persyaratan SNI.

4. Batas keberterimaan hasil analisis dan faktor yang berpengaruh hasil analisis tidak
diterima
Keberterimaan hasil pengujian ditentukan dari verifikasi akurasi dan presisi.
Verifikasi akurasi ditentukan dari pengujian kontrol sampel atau dengan spike acuan
standar khususnya pada pengujian instrumen. Verifikasi presisi ditentukan dengan hasil
perhitungan RSd ulangan pengujian yang dibandingkan dengan CV Horwitz.
Presisi menunjukkan seberapa dekat data yang dihasilkan antar pengulangan
pengukuran. Dengan kata lain, presisi diasumsikan baik jika antar data ulangan yang
diperoleh memiliki perbedaan nilai yang relatif kecil. Pengulangan pengukuran minimal
dilakukan sebanyak 3 kali.
Presisi dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau reproducibility
(ketertiruan).
• Repeatability : laboratorium sama, analis sama
• Reproducibility : intra reproducibility (laboratorium sama, analis beda)
interreproducibility (laboratorium beda, analis beda)
Presisi dalam hal repeatability diukur dengan menghitung relative standard
deviation atau simpangan baku relatif (RSD) dari beberapa ulangan dan dari nilai
simpangan baku tersebut dapat dihitung nilai koefisien varian (CV). Dari nilai CV yang
diperoleh dibandingkan dengan CV Horwitz yaitu suatu kurva yang menghubungkan
reproducibilitas (presisi yang dinyatakan sebagai %CV) dengan konsentrasi analit. Presisi
metode analisis diekspresikan sebagai fungsi dari konsentrasi melalui persamaan :
CV Horwitz = 2 (1-0,5 log C)
Dengan menggunakan pembanding CV Horwitz nilai yang dapat diterima untuk
repeatabilitas adalah CV yang terhitung dari ulangan yang ada harus kurang dari sama
dengan 2/3 dari nilai CV Horwitz (0,66 x CVHorwitz) (Harvey, 2000).
Persamaan-persamaan yang digunakan:
• Simpangan baku
• Simpangan Baku Relatif/Relative Standard Deviation (RSD)

• Persamaan Horwitz
CV Horwits = 2 (1 - 0,5 log C)
C adalah rata-rata konsentrasi, untuk konsentrasi dalam satuan ppm maka C dikalikan
dengan 10-6.

Nilai yang dapat memenuhi batas keberterimaan untuk repeatabilitas (data dikatakan
presisi) adalah:
%RSD ≤ 2/3 CV Horwitz

Tabel yang diperlukan:

Faktor yang berpengaruh terhadap hasil analisis tidak diterima adalah sebagai
berikut:
a. Kompetensi SDM kurang memadahi
b. Peralatan kurang baik
c. Bahan kimia kurang tepat
d. Prosedur pengujian tidak baku

Untuk mengatasi permasalahan bahwa data pengujian tidak masuk/tidak memenuhi


kriteria keberterimaan adalah memperbaiki kompetensi SDM, penggunaan peralatan
pengukuran terkalibrasi, penggunaan bahan kimia yang sesuai prosedur dan prosedur
yang digunakan dalam pengujian merupakan prosedur yang baku atau prosedur yang
dikembangkan laboratorium yang telah tervalidasi.
MEMBUAT LAPORAN

Pengetahuan yang diperlukan dalam membuat laporan hasil analisis


1. Prosedur pencatatan hasil perhitungan
Setelah data diinput dan hasil analisis parameter uji tertentu dihitung dengan
menggunakan rumus tertentu seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, selanjutnya
hasil perhitungan tersebut dipindahkan pada format laporan hasil analisis. Langkah-
langkah dalam penyusunan sertifikat hasil pengujian adalah sebagai berikut.

Keterangan
a. Data hasil pengujian dimonitor, diperiksa serta disahkan oleh Manajer Teknis / penyelia
dengan cara mencantumkan paraf dalam buku induk.
b. Deputi Manajer Teknis membuat sertifikat hasil pengujian.
c. Penandatanganan sertifikat dilakukan oleh Kepala Laboratorium, apabila berhalangan
ditandatangani oleh Manajer Teknis atau Deputi Manajer Teknis.
d. Penyerahan sertifikat hasil pengujian dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
e. Pengambilan langsung oleh customer apabila kondisi normal.
f. Via Telephon, fax, e-mail dengan ketentuan apabila ada permintaan dari customer dan
ada petugas yang ditunjuk dengan ijin dari Manajer Teknis.
g. Perubahan terhadap sertifikat hasil pengujian berupa dokumen tambahan dengan
menyatakan “Tambahan sertifikat hasil pengujian nomor ……” atau jika banyak
perubahannya dapat dilakukan dengan mengganti sertifikat hasil pengujian yang baru,
dengan pernyataan “Pengganti Sertifikat Hasil Pengujian nomor ……”.
h. Untuk sertifikat yang diganti, atau diminta untuk ditukar dengan yang baru, maka
sertifikat hasil pengujian yang lama dinyatakan tidak berlaku lagi.
i. Perubahan terhadap sertifikat hasil pengujian hanya dilakukan karena kesalahan oleh
pihak Laboratorium Pengujian Mutu VEDCA yang diketahui setelah melakukan
pengujian terhadap arsip sampel atau masukan dari customer yang sudah dipelajari
terlebih dahulu.
j. Apabila customer menghendaki adanya interpretasi hasil pengujian, maka interpretasi
tersebut akan diberikan dalam lembar terpisah.
Komponen informasi yang ada dalam laporan hasil UJI tergantung dari ketentuan
laboratorium masing-masing akan tetapi paling tidak memuat nomer sertifikat (LHU),
pemberi order / pelanggan , alamat pelanggan, tanggal penerimaan sampel, tanggal;
pengujian sampel, parameter pengujian, dan hasil pengujian. Contoh beberapa sertifikat
pengujian dapat dilihat pada gambar di bawah.

2. Komentar faktor penyebab hasil analisis yang keluar dari syarat keberterimaan
Komentar faktor penyebab hasil analisis yang keluar dari syarat keberterimaan (baku
mutu) dilakukan oleh personel laboratorium yang kompeten. Terhadap laboratorium yang
sudah menerapkan ISO 17025 wajib mempunyai personel yang kompeten memberikan
komentar terhadap hasil pengujian yang tidak memenuhi keberterimaan atau tidak
memenuhi baku mutu. Tidak semua sertifikat hasil uji / Laporan hasil uji mencantumkan
keberterimaan / bahan baku namun untuk meningkatkan kompetensinya, laboratorium
didorong untuk dapat memberikan informasi baku mutu atau keberterimaan agar
pelanggan yang mengujikan sampel mudah memahami hasil pengujian.
Jika pelanggan menanyakan lebih lanjut terhadap parameter uji dari sampel mereka
yang tidak memenuh baku mutu laboratorium diharuskan memberikan informasi secara
profesional misanya menyangkut metode pengujian, cara pengujian dan personel penguji.
Informasi tersbut penting disampaikan untuk menyakinkan pelanggan bahwa pengujian
telah dilakukan dengan benar sesuai dengan prosedur / metode uji.
Apabila pelanggan menginginkan saran perbaikan terhadap kondisi produk yang
tidak memenuhi keberterimaan personel penguji memberikan informasi seperlunya
namun sifatnya hanya kementar atau saran dan tidak mengikat. Utuk meningkatkan mutu
produk / bahan agar memenuhi baku mutu memerlukan kajian yang mendalam di dalam
proses produksi dimulai dari bahan, peralatan, personil, prosedur kerja yang dilakukan
oleh personel perusahaan atau konsultan ahli. Kajian yang dilakukan harus faktual dan
prosedural dan harus melihat langsung di perusahaan tempat proses produksi.

3. Penyampaian laporan ke pihak yang berhak menerimanya.


Penyampaian laporan hasil uji / sertifikat hasil uji dilaksanakan dengan pengambilan
langsung oleh customer. Pada kondisi mendesak penyampaian laporan hasil uji dapat
dilakukan melalui telephon, fax, e-mail dengan ketentuan apabila ada permintaan dari
pelanggan/customer. Laporan dicetak rangkap dua, satu disampaikan pada pelanggan
satu yang lain disimpan sebagai arsip. Laporan hasil uji sebelum disampaikan kepada
pelanggan diperiksa kebenarannya antara data pengujian yang tercantum dalam buku
analis atau format pengujian dan data yang tercantum pada sertifikat yang meliputi nama
sampel, parameter pengujian, hasil pengujian, satuan dan metode pengujian.
4. Menjaga kerahasiaan hasil analisis
Kerahasiaan hasil pengujian harus dijaga. Tidak sembarang orang dapat mengetahui
hasil pengujian karena hasil pengujian termasuk rahasia. Personel laboratorium harus
mempunyai komitmen tigggi untuk menjaga kerahasiaan hasil pengujian. Apabila
terhadap orang lain yang bukan personel laboratorium dan bukan pelanggan menanyakan
hasil pengujian laboratorium tidak boleh memberikan akses informasi. Beberapa kasus
hasil pengujian diketahui oleh wartawan dan diekspos di media sosial hal itu menyalahi
kaidah penerapan ISO 17025 khususnya menjaga kerahasiaan hasil analisis.

Anda mungkin juga menyukai