Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lerdy Debora Kristin Lbn.

Tobing
Mata Kuliah : Metode Penelitian
NPM : 23475
Dosen : Pdt Dr. May Sandy Hutapea
SARAI MEMBERIKAN HAGAR KEPADA ABRAHAM
(Tinjauan Historis Kritis terkait Penindasan yang dilakukan oleh Sarai terhadap Hagar
dalam Kejadian 16:1-10)

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Narasi pertengkaran antar perempuan sudah ada sejak tradisi lisan zaman Perjanjian para
leluhur. Pertengkaran merupakan salah satu fakta sosial dalam kehidupan sosial suatu
komunitas sosial. Laki-laki pada umumnya bertengkar karena makanan dan perebutan
wilayah (Kej 13) sementara perempuan pada umumnya bertengkar karena masalah sosial.
Teks Kejadian 16:1-6 merupakan salah satu teks yang memuat mengenai pertengkaran
sesama perempuan, bahkan terdapat penindasan didalamnya. Adapun titik permasalahannya
adalah berangkat dari Sarai yang tidak memiliki keturunan.1
Keturunan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan Israel. Hal ini disebabkan
dengan budaya bahwa anak merupakan penerus sekaligus sebagai ahli waris. Pentingnya
kehadiran anak di keluarga Israel di samping itu juga Allah sudah dua kali memberikan janji
keturunan kepada Abraham dan dia akan menjadi nenek moyang Israel. Tentu memberikan
beban psikologis kepada Sarai yang belum dapat memberikan keturunan. Kemandulannya
menjadi masalah yang besar.2 Dengan demikian tampaknya perlu untuk menyelidiki
bagaimana pentingnya keturunan dalam tradisi Israel, dan bagaimana pandangan Perjanjian
Lama memandang perempuan yang tidak memiliki keturunan.
Sebagaimana titik permasalahan dalam pertengkaran Sarai dan Hagar adalah karena
ketiadaaan keturunan dalam perkawinan Abram dengan Sarai, maka jalan keluar yang
memberikan Hagar kepada Abraham untuk menjadi Istrinya.. Uniknya, gagasan poligami
justru muncul dari Sarai. Pengambilan hak Hagar sama hanya bahwa Sarai te;ah meakukan
penindasan kepada Hagar atas unsur kepentingannya.3 Selain menyelidiki posisi Sarai sebagai
istri yang tidak memiliki keturunan –sebagaimana yang telah dipaparkan di atas- Tampaknya

1
Claus Westerman ., Genesis, terj. David E Green, 125
2
Irene Nowel, Srah and Hagar: Women of Promise, (NewYork: Little Rock Scripture Study), 7.
3
Phyllis Tribels, Hagar, Sarah and Their Childern, (Lousville, Westminister Jhon Knox Press, 2006)59
memahami posisi Hagar sebagai Hamba juga perlu untuk dilakukan karena berangkat dari
ketidakberdayaan Hagar terhadap haknya atas otoritas yang dimiliki Sarai sebagai majikan..
Dalam teks Kejadian 16:1-10 dikisahkan mengenai pertikaian antara Sarai dan Hagar.
Jika memandang secara runut kronologi yang dinarasikan dalam teks ini maka terdapat
beberapa peristiwa penting. Di antaranya. Pertama, Sarai memberikan Hagar kepada Abram
untuk dijadikan istrinya. Kedua, Hagar mengandung. Kedua memandang rendah Sarai.
Ketiga, Sarai menindas Hagar. Berangkat dari ketiga peristiwa penting ini, untuk melihat
pertikaian kedua perempuan yang dikisahkan dalam teks ini maka perlu untuk terlebih dahulu
melihat berbagai aspek tradisi, sosial, terlebih psikologi dalam memahami kedua pihak yang
bertikai ini.
Kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan merupakan salah satu tema utama yang
diperjuangkan oleh kaum feminisme. Diskriminasi perempuan menjadi hal yang sangat
disikapi. Akan tetapi berangkat dari narasi dalam teks Kejadian 16:1-6 justru yang terlihat
adalah penindasan yang dilakukan oleh sesama perempuan. Deskriminasi bagi perempuna
oleh budaya, laki-laki maupun sesama perempuan masih terus terjadi sampai saat ini.Oleh
karena itu bagaimanakah kemudian kelompok feminis memandang penindasan yang
dilakukan oleh sesama perempuan yang meskipun penindasan yang dilakukan oleh
perempuan bisajadi dilatarbelakangi oleh penindasan yang sudah dialaminya telebih dahulu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang termuat di atas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Perjanjian Lama memandang istri yang tidak memberikan keturunan dan
dampaknya psikologisnya bagi Sarai?
2. Bagaimana posisi Hamba Perempuan dalam perjanjian lama khususnya posisi Hagar
sebagai hamba perempuan Sarai dalam Kejadian 16:1-10?
3. Bagaimana tafsiran Kejadian 16:1-10 terkait penindasan yang dilakukan oleh Sarai
Terhadap Hagar?
4. Bagaimana Kelompok Feminis memandang penindasan yang dilakukan oleh sesama
perempuan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Menyelidiki bagaimana Perjanjian Lama memandang istri yang tidak memberikan
keturunan dan dampaknya psikologisnya bagi Sarai?
2. Menyelidiki posisi Hamba Perempuan dalam perjanjian lama khususnya posisi Hagar
sebagai hamba perempuan Sarai dalam Kejadian 16:1-10
3. Menguraikan tafsiran Kejadian 16:1-10. terkait penindasan yang dilakukan oleh Sarai
Terhadap Hagar.
4. Menyelidiki bagaimana Kelompok Feminis memandang penindasan oleh sesama
perempuan
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut:
1. Penulis secara pribadi, dapat memahami teks Kejadian 16:1-6 terkait Penindasan yang
dilakukan oleh Sarai kepada Hagar.
2. Bagi mahasiswa teologi, agar memperkaya pemahaman mengenai Kejadian 16:1-10
melalui metode historis kritis dan naratif serta pendekatan psikologi.
3. Bagi pembaca mampu memahami realita penindasan sesama perempuan yang sudah
terjadi sejak zaman leleuhur dan sampai saat ini..
1.5 Definisi Istilah
1. Keturunan
2. Sipah (Hamba Perempuan)
3. Penindasan

Anda mungkin juga menyukai